Professional Documents
Culture Documents
STATUS PASIEN
1.1.
1.2.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn.U
Umur
: 56 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
Pekerjaan
: PNS
Pendidikan
: S1
No. Medik
: 416211
Tanggal Masuk
: 11 Oktober 2015
Tanggal Periksa
: 13 Oktober 2015
ANAMNESA (alloanamnesa)
A Keluhan Utama
Lemas tangan dan kaki kiri
B Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke IGD RSUD Ciamis dengan keluhan lemas di tangan dan kaki
sebelah kiri. Keluarga os mengatakan, awalnya os secara tiba-tiba lemas di bagian tangan
dan kaki kiri, bicara tidak jelas dan mulut mencong ke kiri sejak 3 hari yang lalu. Lemas
dirasakan saat os sedang beristirahat dan lemas timbul secara mendadak. Os mengeluhkan
anggota gerak sebelah kiri lemas semakin lama semakin berat. Riwayat trauma disangkal,
tidak ada nyeri kepala, mual, pusing, dan nyeri dada. Os sebelumnya tidak pernah
merasakan gejala seperti ini, tidak pernah lemah sebelah badan dan tidak pernah pingsan.
Os memiliki riwayat hipertensi lebih dari 7 tahun dengan tekanan darah mencapai 190
mmHg, namun tidak pernah kontrol rutin. Riwayat penyakit DM tidak diketahui.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Keadaan umum
: Sakit ringan
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 150/100 mmHg
Nadi
: 80x/menit reguler
Respirasi
: 22x/menit
Suhu
: 36,5C
Turgor
: Baik
Gizi
: Baik
Kepala
: Normocephal
Konjungtiva
: Anemis -/-
Sklera
: Ikterik -/-
Leher
Thoraks
: Simetris bilateral
Jantung
Paru
Abdomen
Extremitas
B. Pemeriksaan Neurologi
Inspeksi:
Kepala
Rangsang Meningeal
Kaku kuduk
:-
Brudzinski 1
:-
Brudzinski 2
:-
Brudzinski 3
:-
Brudzinski 4
:-
Laseque
: -/-
Kernig
: -/-
Saraf otak
N. cranialis
N. I (Olfaktorius) Penciuman
N. II (Optikus)
Ketajaman Penglihatan
Kanan
Tidak dilakukan
Kiri
Tidak dilakukan
DBN
DBN
DBN
DBN
(-)
Isokor, D : 3mm
+
Ortoforia
DBN
-
(-)
Isokor, D : 3mm
+
Ortoforia
DBN
-
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
N. III (Okulomotorius)/ N. IV
(Troklearis)/ N. VI (Abdusens)
Ptosis
Pupil
Refleks cahaya tak langsung
Posisi mata
Gerakan bola mata
Nistagmus
N. V (Trigeminus)
Sensorik
Oftalmicus
Maksillaris
Mandibularis
Motorik
DBN
DBN
DBN
DBN
DBN
Kesan asimetris kiri
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Refleks mengunyah
N. VII (Facialis)
Memejamkan mata
Lipatan nasolabial
N. VIII (Vestibulokoklearis)
Pendengaran
Keseimbangan
N. IX (Glosofaringeus) /N. X (Vagus)
Tidak dilakukan
N. XI ( Assesorius )
DBN
DBN
DBN
Parase ke kiri
Disartria Motorik
Gerakan Lidah
Lidah deviasi
Artkulasi lidah
4. Motorik
Pemeriksaan
Anggota badan atas
Anggota badan bawah
Kekuatan
Parese kiri
( 5/1 )
Parese kiri
( 5/2 )
Tonus
Baik/baik
Atrofi
-
Fasikulasi
-
Baik/baik
5. Sensorik
Pemeriksaan
Permukaan
Dalam
n
n
n
n
n
n
6. Vegetatif
BAK
BAB
7. Koordinasi
Cara bicara
Tremor
: Disartria Motorik
: Tidak ada
8. Refleks
Reflek fisiologis
Refleks
Biseps
Triseps
Brachioradialis
Patella
Achiles
Dextra / Sinistra
+/+
+/+
+/+
+/+
+/+
Reflek Patologis
Refleks
Babinski
Chaddock
Openheim
Gordon
Ekstremitas Dextra
-
Ekstremitas Sinistra
+
-
1.4.
Hubungan psikis
Disartria Motorik
Ingatan
: Baik
: Jangka pendek
: DBN
Jangka panjang
: DBN
DIAGNOSA KERJA
Stroke Infark Karotis Kanan
3. Radiologi :
- Rontgen thorax
- CT-scan
Hasil lab pada tanggal 11 Oktober 2015
Darah Rutin
HEMATOLOGI :
HB : 15,1 g/dl
HCT : 45,2 %
KIMIA DARAH :
1.6.
TERAPI
1x4 tab
Lumbrocinase
3x1
Metformin 500mg
2x1
Simvastatin 10 mg
1x1
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
FOLLOW UP
Tanggal 12 Oktober 2015
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Sakit ringan
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 140 / 90 mmHg
Nadi
: 86 x/menit reguler
Respirasi
: 21 x/menit
Suhu
: 36.7 oC
Pemeriksaan neurologis
Saraf otak
- N III
- N VII
- N XII
Sensorik
Motorik
- Anggota badan atas
- Anggota badan bawah
Hasil Ct-Scan Kepala
Terapi
IVFD Asering 30gtt/i
Citicholine
2x500mg (inj)
CPG
1x1 tab
Lumbrocinase
3x1
Metformin 500mg
2x1
Simvastatin 10mg
1x1
Ranitidine
2x1 amp
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Sakit ringan
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
Nadi
: 88 x/menit reguler
Respirasi
: 24 x/menit
Suhu
: 36.7 oC
Pemeriksaan neurologis
Saraf otak
- N III
- N VII
- N XII
Sensorik
Motorik
- Anggota badan atas
- Anggota badan bawah
:5/2
:5/3
Terapi
-
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Sakit ringan
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
Nadi
: 88 x/menit reguler
Respirasi
: 22 x/menit
Suhu
: 36.5 oC
Pemeriksaan neurologis
Saraf otak
- N III
- N VII
- N XII
Sensorik
Motorik
- Anggota badan atas
- Anggota badan bawah
Terapi
- IVFD Asering
30gtt/i
- Citicholine 2x500mg amp
- Amlodipin 10mg 1x1
- CPG
1x1
- Lumbrocinase
3x1
- Metformin 500mg 2x1
- Simvastatin 10mg 1x1
- Ranitidine 50mg 2x1 amp
- Fisioterapi
Hasil lab : GDS 188 mg/dl
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Sakit ringan
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
Nadi
: 81 x/menit reguler
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36 oC
Pemeriksaan neurologis
Saraf otak
- N III
- N VII
- N XII
Sensorik
Motorik
- Anggota badan atas
- Anggota badan bawah
Terapi
IVFD Asering 30gtt/i
Citicholine
2x500mg (inj)
CPG
1x1
Lumbrocinase
3x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENDAHULUAN
Stroke merupakan setiap kelainan otak akibat proses patologik pada sistem
pembuluh darah otak, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak. Proses ini dapat
berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya
dinding pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
perubahan viskositas maupun kualitas darah sendiri.
Perubahan dinding pembuluh darah otak serta komponen lainnya dapat bersifat
primer karena kelainan kongenital maupun degeneratif, atau sekunder akibat proses lain,
seperti peradangan, arteriosklerosis, hipertensi dan diabetes melitus. Karena itu penyebab
stroke sangat kompleks. Proses primer yang terjadi mungkin tidak menimbulkan gejala
(silent) dan akan muncul secara klinis jika aliran darah ke otak (CBF=cerebral blood
flow) turun sampai ke tingkat melampaui batas toleransi jaringan otak, yang disebut
ambang aktivitas fungsi otak (threshold of brain functional activity). Dalam bahasa
Inggris disebut sebagai cerebro-vascular accident.
Dua pertiga depan kedua belahan otak dan struktur subkortikal mendapat darah
dari sepasang a.carotis interna, sedangkan 1/3 bagian posterior yang meliputi cerebellum,
korteks occipital bagian posterior dan batang otak, memperoleh darah dari sepasang
a.vertebralis (a.basilaris). Jumlah aliran darah otak dikenal dengan Cerebral Perfusion
Pressure (CBF) dengan satuan cc/menit/100 gram otak. Yang ditentukan oleh tekanan
perfusi
otak
(Cerebral
Perfusion
Pressure)
dan
resistensi
cerebrovascular
(Cerebrovascular Resistance)
2.
3.
gram otak/menit. Dari percobaan pada hewan maupun manusia, ternyata derajat ambang
batas aliran darah otak yang secara langsung berhubungan dengan fungsi otak, yaitu :
a. Ambang fungsional
Batas aliran darah otak, + 50-60 cc/100 gram/menit, yang bila tidak terpenuhi akan
menyebabkan terhentinya fungsi neuronal, tetapi integritas sel-sel saraf masih utuh.
b. Ambang aktivitas listrik otak
Batas aliran darah otak, + 15 cc/100 gram/menit, yang bila tidak tercapai akan
menyebabkan aktivitas listrik neuronal terhenti, berarti sebagian struktur intrasel telah
berada dalam proses desintergrasi
c. Ambang kematian sel
Batas aliran darah otak otak, < 15 cc/100 gram/menit, yang bila tidak terpenuhi akan
menyebabkan kerusakan total sel-sel otak Pengurangan aliran darah ke otak dapat tidak
menimbulkan gejala (slient) dan akan muncul secara klinis jika CBF turun sampai
melampaui batas toleransi jaringan otak, yang disebut ambang aktivitas fungsi otak
(threshold of brain functional activity). Keadaan ini menyebabkan sindrom klinik yang
disebut stroke.
Bila kita berhadapan dengan stroke, berarti juga bahwa kita sedang menghadapi
berbagai masalah yang kompleks; tidak ada penyebab tunggal yang mengakibatkan
stroke. Proses patologik yang terjadi berubah dengan perubahan waktu, banyak faktorfaktor risiko yang sangat berpengaruh dan seterusnya.
Oleh karena itu, penanggulangan stroke tidak akan mempunyai arti bila faktorfaktor yang kompleks tersebut tidak dianggap sebagai satu kesatuan yang saling
berhubungan. Dengan adanya alat-alat diagnostik yang canggih akhir-akhir ni, maka
diagnostik penyakit-penyakti serebro vaskuler pada umumnya dan stroke pada khususnya
menjadi lebih akurat, dengan sendirinya dituntut pula pengobatan yang lebih rasional dan
dapat meramalkan prognosa yang lebih tepat.
Sirkulus willisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh a. serebri kanan
kiri, a. komunikans anterior (yang menghubungkan kedua a. serebri anterior),
media dan posterior) kanan dan kiri. Anyaman arteri ini terletak di dasar otak.
Anastomosis antara a. serebri interna dan a. karotis eksterna di daerah orbita, masing-
sehingga menurut buskirk tak ada arteri ujung (true end arteries) dalam jaringan otak.
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem : kelompok vena interna, yang
menghubungkan darah ke vena Galen, dan sinus rectus dan kelompok vena eksterna
yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus sagitalis
superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya melalui vena-vena jugularis
dicurahkan menuju ke jantung.
Arteri vertebralis :
A. Basilaris
A. Cerebral posterior
A. Cerebri media
A. Opthalmica
A. Cerebri anterior
Dari definisi diatas dapat kita simpulkan hal-hal yang harus kita perhatikan
dalam mendiagnosis suatu penyakit stroke ialah :
1. Adanya defisit neurologis yang sifatnya fokal atau global
2. Onset yang mendadak
3. Semata-mata akibat terganggunya peredaran di otak karena ischemic
atau perdarahan
4. Berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian
Hal diatas sangat penting diperhatikan karena banyak sekali penyakit yang
berhubungan dengan otak yang menimbulkan gejala yang serupa dengan stroke
(stroke like syndrome).
2.3. EPIDEMIOLOGI
Di negara industri penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian No 3
pada kelompok usia lanjut setelah penyakit jantung dan kanker. Di Indonesia stroke
merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama.
Stroke merupakan jejas otak yang disebabkan oleh dua jenis gangguan vaskular, yaitu:
iskemia (pasokan darah yang kurang) atau hemoragi (bocornya darah dari pembuluh darah
intrakranial). Pada stroke iskemik, yang disebut juga sebagai stroke non-hemoragik, aliran
darah ke sebagian jaringan otak berkurang atau terhenti. Hal ini dapat disebabkan, misalnya
oleh sumbatan trombus atau embolus atau kelainan pada jantung yang mengakibatkan curah
jantung berkurang atau oleh tekanan perfusi yang menurun.
Perlu diketahui bahwa keadaan hemoragik dan iskemik dapat terjadi bersamaan.
Hemoragi dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan menyebabkan iskemia, dan di daerah
yang mengalami iskemi dapat terjadi perdarahan. Perdarahan dapat pula diklasifikasikan atas
perdarahan di parenkim (hemoragi intraserebral) atau di rongga subarakhnoid yang meliputi
otak (perdarahan subarakhnoid).
Dari model eksperimen stroke diketahui bahwa terdapat berbagai ambang iskemia
untuk disfungsi serta kematian sel-sel di otak. Sel otak yang paling peka terhadap iskemia
ialah sel neuron, diikuti oleh dengan kepekaan yang menurun sel oligodendroglia, astrosit dan
sel endotelial. Antar sel-sel neuron juga terdapat perbedaan dalam kepekaan terhadap
iskemia. Dan kepekaan dipengaruhi pula oleh lokasi. Dari hewan percobaan, model stroke
tikus, diketahui bahwa lokasi juga mempengaruhi stroke terhadap iskemia. Hipokampus
merupakan daerah yang paling peka, diikuti oleh serebelum, striatum dan neokorteks.
Aliran darah otak (CBF = cerebral blood flow) yang normal ialah sekitar 50 55
ml/100 g otak/menit. Ambang bagi gagal transmisi di sinaps ialah kira-kira 18 ml/100 g
otak/menit. Bila neuron terpapar pada tingkat CBF yang kurang, ia tidak dapat berfungsi
secara normal, namun masih mempunyai potensi untuk pulih sempurna. Ambang bagi
gagalnya pompa membran terjadi bila CBF antara 8 18 ml/100 g/menit merupakan daerah
yang dapat kembali normal atau dapat melanjut ke kematian neuronal. Didaerah ini dinamai
penumbra iskemik. Walaupun signal elektroensefalografik sudah menghilang dan potensial
cetusan absen di penumbra iskemik, tingkat adenosinetrifosfat dan ion K ekstraselular hampir
normal. Jika daerah ini ingin diselamatkan, penting memulihkan CBF (aliran darah di otak)
dalam beberapa jam.
2.4. ETIOLOGI
Beberapa penyebab CVA infark (Muttaqin, 2008)
a. Trombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
edema dan kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi
pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah. Trombosis serebri ini disebabkan karena adanya:
1) Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan
elastisitas dinding pembuluh darah.
2) Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan
menyebabkan
viskositas
hematokrit
meningkat
sehingga
2.5.
3)
4)
Hipertensi.
Penyakit kardiovaskuler-embolisme
serebri
berasal
dari
2.6.
ventrikel
kiri,
abnormalitas
irama
(khususnya
Gangguan
motorik
Hemiparesis,
paraparesis,
quadriparesis,
disfagia, ataksia
Gangguan berbahasa/berbicara : Disfasia, disgrafia, diskalkuli,
disartria
Gangguan sensibilitas :Somatosensorik (hemisensoris)
Visual ( hemianopsia, quadrantanopsia, bilateral blindness, diplopia,
penglihatan)
Inkontinensio urine et alvi
Bingung (confuse)
Gejala lainnya : vertigo, tinitus, disfagia, disartria, diplopia, ataksia.
2.7..3 Gejala klinik berdasarkan letak lesi
1. Gejala klinik sistem karotis :
motorik
saraf
otak
sejajar/ipsilateral
dengan
parese
2.8. DIAGNOSIS
1. Anamnesa, dapat memberikan gejala dan tanda yang sesuai dengan
daerah fokal
2. Melakukan pemeriksaan fisik neurologik
3. Skoring untuk membedakan jenis stroke :
Skor siriraj :
( 2,5 x derajat kesadaran)+(2xvomitus)+(2 x nyeri kepala)+(0,1 x
tekanan diastolik) (3 x petanda ateroma) 12 =
Stroke Hemoragik
PIS
1. Gejala defisit Berat
fokal
2. Permulaan
Menit
(Onset)
jam
3. Nyeri kepala
Hebat
PSA
Ringan
/ 1-2 Menit
2.9.
Sering
sejak awal
Sangat
Hebat
Sering
Tidak
Stroke Non-Hemoragik
Berat / ringan
Pelan (jam/hari)
Ringan / Tidak ada
Tidak, kecuali
batang otak
Selalu
lesi
di
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT-scan merupakan gold
standard/MRI
untuk
mendeteksi
Lumbar punsi- bila dicurigai perdarahan subarachnoid dan CTscan tidak menunjukan darah atau CT-scan/MRI tidak ada
Pemeriksaan laboratorium- untuk menentukan faktor resiko
o
Hb, eritrosit, leukosit, trombosit, hematokrit
o
Glukosa plasma N/2 jam PP
o
Kolesterol plasma (HDL, LDL, Total)
o
Trigliserida
o
Asam urat
o
Ureum, Kreatinin
o
Urinanalisis
EKG- melihat adanya kelainan jantung, faktor resiko
2.10. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Neurologik :
a. Edema otak (herniasi otak)
b. Infark berdarah (pada emboli otak)
c. Vasospasme (terutama pada PSA)
d. Hidrosefalus
2. Komplikasi Non-neurologik :
Akibat proses diotak
a. Tekanan darah meninggi
b. Hiperglikemi
c. Edema paru
d. Kelainan Jantung
e. Kelainan EKG
f. Natriuresis
g. Retensi cairan tubuh
h. Hiponatremia
2.11. PENCEGAHAN
A. Pencegahan Primer
Dapat dilakukan dengan menghindari rokok, stress mental,
alkohol,
kegemukan,
konsumsi
garam
berlebih,
obat-obat
penyakit
jantung,
penyakit
vaskular
aterosklerotik
edema serebri
Bladder : Dengan pemasangan DC
Bowel : Saluran pencernaan dan pembuangan
b) Terapi Khusus
- Stroke Non Hemoragik
Memperbaiki perfusi jaringan : pentoxyfilin : reotal
Sebagai anti koagulansia : heparin, warfarin
Melindungi jaringan otak iskemik : Nimodipin
Anti edema otak : Dexamethason, manitol
Anti agregasi platelet : golongan asam asetil salisilat
-
(aspirin)
Stroke Hemoragik
Anti edema otak : Dexamethason, manitol
Melindungi jaringan otak : Neuroprotektan
piracetam
Obat hemostatikum : Kalnex
Neurotropik : Neurodex
DAFTAR PUSTAKA
1 WHO. 1998. Recomendation on Stroke Prevention, diagnosis, and therapy in stroke. Stroke;
20:1407-31.
2 Lamsudin R. 1998. Stroke profile in yogyakarta : morbidity, mortality, and risk factors of
stroke. In : Lamsudin R., Wibowo S., Nurdayo D., Sutami S. (eds). Recent Management of
stroke. BKM 1998; Suppl XIV 53-69.
3 Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pesyarafan.
Salemba medika : Jakarta
4 Smeltzer, Suzanne (1996). Keperawatan Medikal Bedah (2002) alih bahasa Monica Ester.
Jakarta : EGC.
5 Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri Predossi. 1999. Konsesus nasional
pengelola stroke di indonesia 1-9. Jakarta.
6 Neurology in daily practice. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran UNPAD. Edisi
ke 2: 67-82.