Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asma adalah keadaan klinik yang ditandai oleh masa penyempitan
bronkus yang reversibel, dipisahkan oleh masa dimana ventilasi relatif
mendekati norma. Keadaan ini pada orang-orang yang menderita asma mudah
ditimbulkan oleh berbagai rangsang: hal ini menandakan suatu keadaan
hiperreaktivitas bronkus yang khas.
Asma adalah penyebab utama penyakit kronik pada anak, yang
menyebabkan sebagian besar hilangnya hari sekolah akibat penyakit kronik.
Diperkirakan 5 10 anak pada suatu waktu selama masa anak akan mendapat
gejala dan tanda yang sesuai dengan asma. Sebelum pubertas sekitar dua kali
lebih banyak anak pria dibandingkan anak wanita yang menderita; sesudah
pubertas, insiden pada kedua jenis kelamin adalah sama. Asma dapat
menyebabkan
gangguan
psikososial
yang
berat
dalam
keluarga.
seperti
metakolin
(Mecholyl)
atau
histamin.
adalah indikator objektif asma yang paling sensitif dan pada tingkat tertentu
terdapat
pada penderita
asimtomatik,
yang
tidak
terdapat
kelainan
bersifat
menahun
daripada
musiman,
yang
menyebabkan
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat memberikan tindakan asuhan keperawatan pada anak dengan asma.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat menjelaskan definisi dari asma.
b. Dapat menyebutkan etiologi dari asma.
c. Dapat menyebutkan manifestasi klinis dari asma.
d. Dapat menjelaskan patofisiologi dari asma.
e. Dapat menentukan diagnosa keperawatan.
f. Dapat memberikan asuhan kepeawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSKATA
Disamping tiga golangan besar tersebut diatas terdapat bentuk asma yang
tidak dapat begitu saja dimasukkan ke dalamnya.
1. Asma episodik berat dan berulang.
Dapat terjadi pada semua umur, tetapi biasanya terjadi pada anak kecil
dan umur sebelum sekolah. Serangan biasanya berat dan sering
memerlukan perawatan rumah sakit. Biasanya berhubungan dengan
infeksi virus saluran nafas. Di luar serangan bisanya normal dan tandatanda alergi tidak menonjol. Serangan biasanya hilang pada umur 5 6
tahun. Tidak terdapat obstruksi saluran nafas yang persistensi.
2. Asma persiten pada bayi.
Mengi yang persisten dengan takipnea untuk beberapa hari atau
beberapa minggu. Dapat terjadi pada beberapa anak umur 3 12 bulan.
Mengi biasanya terdengar jelas kalau anak sedang aktif dan tidak
terdengar kalau anak yang sedang tidur. Keadaan umum anak biasanya
tetap baik dan tumbuh kembangnya juga baik. Beberapa anak bahkan
menjadi gemuk sehingga ada istilah fat happy whezzer. Gambaran
rontgen paru biasanya normal.
Keadaan mengi yang persisten ini kemungkinan besar berhubungan
dengan kecilnya saluran nafas pada golongan umur ini. Gejala obstruksi
saluran nafas pada golongan ini lebih banyak disebabkan oleh edema
mukosa dan hipersekresi daripada spasme ototnya.
3. Asma hiperseksi.
Biasanya terdapat pada anak kecil dan permulaan umur sekolah.
Gambaran utama serangan terdapatnya batuk suara nafas berderak (krekkrek, krok-krok) dan mengi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ronki
basah kasar dan ronki kering. Jenis ini sering keliru diobati sebagai
bronkitis infeksi, karena kadang-kadang menginya tidak jelas.
4. Asma karena beban fisik (exercise induced asthma).
Serangan asma setelah melakukan kegiatan fisik sering dijumpai pada
asma episodik sering dan pada asma kronik persisten. Disamping itu
terdapat golongan asma yang manifestasi klinisnya baru timbul setelah
ada beban fisik yang bertambah. Biasanya pada anak besar dan akil
baliq. Penaggulangan asam jenis ini temasuk yang biasanya berhasil.
5. Asma dengan alergen atau sensitivitas spesifik.
Pada kebanyakan anak asma biasanya banyak faktor yang dapat
mencetuskan serangan asma, tetapi pada anak yang serangan asma baru
timbul segera setelah terkena alergen misalnya bulu binatang, minum
aspirin, zat warna tartrazine atau makan makanan atau minuman yang
mengandung zat pengawet bisulfit. Pada golongan ini penghindaran
biasanya jelas hasilnya.
6. Batuk malam.
Batuk malam banyak terdapat pada semua golongan asma. Batuk terjadi
karena inflamasi mukosa, edema, dan produksi mukus yang banyak. Bila
gejala menginya tak jelas maka tak jarang salah diagnosis. Yaitu pada
golongan asma anak yang berumur 2 6 tahun dengan gejala utama
serangan batuk malam yang keras dan kering. Batuk biasanya terjadi
pada jam 1 4 pagi, dan sering mengganggu tidur si anak dan
keluarganya. Pada golongan ini sering didapatkan tanda adanya alergi
pada anak dan kelurganya.
7. Asma yang memburuk pada pagi hari (early morning dipping).
Di samping umumnya asma lebih sering timbul gejalanya pada malam
hari, ada juga golongan yang gejalanya paling buruk jam 1-4 pagi.
Keadaan demikian dapat terjadi secara teratur atau intermiten. Keadaan
ini di duga berhubungan dengan irama diurnal kaliber saluran nafas yang
pada golongan sangat menonjol.
Serangan akut yang spesifik jarang dilihat sebelum anak berumur 2 tahun.
Secara klinis asma dibagi dalam 3 stadium, yaitu:
1. Stadium I.
Waktu terjadinya edema dinding bronkus, batuk paroksismal karena
iritasi dan batuk kering. Sputum yang kental dan mengumpul merupakan
benda asing yang merangsang batuk.
2. Stadium II.
Sekresi bronkus bertambah banyak dan batuk dengan dahak yang jernih
dari berbusa. Pada stadium ini anak akan mulai merasa sesak napas
berusaha bernapas lebih dalam. Ekspirium memanjang dan terdengar
bunyi mengi. Tampak otot napas tambahan turut bekerja. Terdapat
retraksi suprasternal, epigastrium dan mungkin juga sela iga. Anak lebih
senang duduk dan membungkuk, tangan menekan pada tepi tempat tidur
atau kursi. Anak tampak gelisah, pucat dan sianosis sekitar mulut. Toraks
membungkuk ke depan dan lebih bulat serat bergerak lambat pada
pernapasan. Pada anak yang lebih kecil, cenderung terjadi pernapasan
abdominal, retraksi suprasternal dan interkostal.
3. Stadium III.
Obstruksi atau spasme bronkus lebih berat, aliran udara sangat sedikit
sehingga suara napas hampir tidak terdengar. Stadium ini sangat
berbahaya karena sering disangka ada perbaikan. Juga batuk seperti
ditekan. Pernapasan dangkal, tidak teratur dan frekuensi napas yang
mendadak meninggi.
D. ETIOLOGI.
Asma adalah suatu penyakit kompleks yang menyangkut berbagai tingkat
faktor biokimia, autonom, imunologik, infeksi, endokrin dan psikologi pada
individu yang berlainan.
Penyebab asma belum jelas. Tetapi serangan asma timbul bila ada pencetus,
dan faktor pencetus tersebut adalah:
1. Alergen.
Faktor alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian besar anak
dengan asma. Di samping itu hiperreaktivitas saluran nafas juga
merupakan faktor penting. Bila tingkat hiperreaktivitas bronkus tinggi,
diperlukan jumlah alergen yang sedikit dan sebaliknya jika hiperreaktivitas
rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan
serangan asma.
7. Faktor Psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat
kompleks. Tidak adanya perhatian dan/atau tidak mengakui persoalan
yang berhubungan dengan asma oleh anak sendiri/keluarganya akan
menggagalkan usuha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap
adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan
asma. Pembatasan aktivitas anak, seringnya anak tidak masuk sekolah,
seringnya bangun malam, terganggunya irama kehidupan keluarga karena
anak sering mendapat serangan asma, pengeluaran uang untuk biaya
pengobatan dan rasa khawatir, dapat mempengaruhi anak asma dan
keluarganya. Karena itu semua interaksi kejadian itu perlu diperhatikan
dan dicari jalan keluarnya seoptimal mungkin.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan.
Misalnya pada anak dengan pencetus alergen sering disertai perncetus nonalergen yang dapat mempercepat dan memperburuk serangan. Faktor pencetus
adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi virus memperkuat reaksi pencetus
alergenik maupun non-alergenik. Serangan dapat terjadi pada seorang anak
setelah mendapat infeksi virus pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari
pada waktu udara dingin.
Sebagai ringkasan dikemukakan tabel pencetus serangan asma pada berbagai
golongan umur yang berbeda.
Tabel: pencetus serangan asma pada berbagai golongan umur.
Pencetus
Bayi
Anak
besar
+ (+)
Dewasa
++++
Anak
kecil
++++
Infeksi
saluran
napas
(terutama virus)
Alergen
Makanan
Inhalan di dalam rumah
Inhalan di luar rumah
(musiman)
Iritan
Beban jasmani (exercise)
Aspirin dan obat-obatan
anti inflamasi nonsteroid
+
+
.
+
+++
++
(+)
+++
+++
(+)
+++
+++
+
+
?
++
++
?
++
+++
(+)
++
+++
+
+++
lainnya
Faktor emosi
(+)
Tanda + relatif, tanda (+) mungkin penting.
(+)
(+)
(+)
paling cenderung disebabkan oleh spasme otot polos pada jalan udara besar.
Serangan yang dipresipitasi oleh infeksi virus saluran napas mempunyai
awitan yang lebih lambat, dengan kebaikan lambat frekuensi, berat batuk dan
wheezing selama beberapa hari. Gejala dan tanda asma termasuk batuk, yang
berbunyi kuat dan non-produktif pada permulaan serangan; wheezing,
takipnea, dan dispnea dengan ekspirasi memanjang dan pemakaian otot-otot
pernapasan tambahan; sianosis, hiperinflasi dada; takikardia; dan nyeri
abdomen, yang mungkin terdapat pada berbagai tingkat, tergantung pada
stadium dan beratnya serangan.
Bila penderita dalam keadaan pernapasan sangat tertekan, gejala utama
asma, wheezing, mungkin tidak terdapat; pada penderita seperti ini, hanya
sesudah pengobatan bronkodilator memberikan keringanan sebagian dari
obstruksi jalan udara, gerakan udara yang cukup dapat menimbulkan
wheezing. Sesak napas mungkin demikian berat sehingga anak sulit berjalan
atau bahkan berbicara. Penderita duduk membungkuk ke depan, dalam posisi
seperti tripod yang memudahkan bernapas. Ekspirasi khas lebih sulit karena
penutupan ekspirasi prematur dari jalan udara, tetapi banyak anak juga
mengeluh kesulitan inspirasi. Nyeri perut lazim ditemukan, terutama pada
anak yang lebih muda, dan kemungkinan disebabkan penggunaan otot perut
dan diafragma selama ekspirasi. Hati dan limpa mungkin teraba akibat
hiperinflasi paru. Muntah lazim ditemukan dan mungkin diikuti dengan
peredaan gejala sementara.
Selama serangan berat, usaha bernapas mungkin besar, dan anak
mungkin berkeringat banyak; demam ringan mungkin akibat kerja berat:
pernapasan; mungkin menjadi sangat lelah. Di antara serangan anak mungkin
bebas gejala sama sekali dan tidak mempunyai bukti kelainan pulmonal pada
pemeriksaan fisik. Deformitas barrel chest (dada tong) adalah tanda
obstruksi jalan udara kronik yang terus-menerus dari asma berat. Clubbing
finger (jari tabuh) jarang terlihat pada asma tanpa penyulit, walaupun pada
kasus berat. Clubbing menunjukkan penyebab lain dari penyakit respirasi
kronik, terutama fibrosis kistik.
F. PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan napas difus reversibel. Obstruksi
disebabkan oleh satu atau lebih dari yang berikut ini:
1. konstraksi
otot-otot
yang
mengelilingi
bronki,
yang
asma
dapat
mempunyai
toleransi
rendah
terhadap
respons
parasimpatis.
Selain itu, reseptor - dan -adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak
dalam
bronki.
Ketika
reseptor
-adrenergik
dirangsang,
terjadi
H. PENCEGAHAN
Penanggulangan asma pada anak sekarang yang lebih penting bukan
mengatasi serangan, tetapi terutama ditujukan untuk mencegah serangan asma.
Anak yang menderita asma harus dapat hidup layak serta tumbuh dan
berkembang sesuai dengan umurnya. Dengan demikian segala upaya
penggunaan obat dan non-obat harus dinilai untung ruginya berdasarkan
tujuan utama tadi atau dengan perkataan lain tidak boleh mengganggu tumbuh
kembang anak. Tindakan-tindakan harus meningkatkan mutu kehidupan anak
asma itu untuk sekarang dan masa depan. Serangan asma dapat dicegah
dengan cairan:
1. Menghindari faktor pencetus.
2. Menggunakan
obat-obatan
atau
tindakan
utnuk
meredakan
atau
mengurangi reaksi-reaksi yang akan atau yang sudah timbul oleh pencetus.
Menghindari Faktor Pencetus.
Cara menghindari berbagai pencetus serangan asma perlu diketahui dan
diajarkan kepada anak serta keluarganya. Misalnya debu rumah merupakan
pencetus yang sering dijumpai pada anak.
Debu rumah biasanya mengandung tepung sari rumput-rumputan, pohon
dan belukar di sekitar rumah yang dibawa oleh angin masuk ke dalam rumah.
Debu rumah juga mengandung serpih atau rontokan kulit, bulu hewan piaraan,
ludah binatang piaraan yang kering, rontokan pakaian, rontokan kain lainnya,
hancuran koran, tembakau, abu rokok dan sebagainya. Debu rumah juga
mengandung serangga yang sudah mati, bakteri, jamur, sisa-sisa makanan
yang telah lama, dan tungau. Tumpukan buku-buku koran yang telah lama dan
mengandung debu tersebut mengandung banyak sekali alergen yang potensial
dapat merupakan pencetus asma pada anak.
Memang tidak mudah menghindarkan debu rumah. Untuk menghindari
pencetus karena debu rumah dianjurkan dengan mengusahakan kamar tidur
anak seperti di rumah sakit, ialah:
Kegiatan Fisik.
Anak yang menderita asma tidak dilarang bermain-main atau berolah
raga bahkan dianjurkan tetapi perlu diatur, karena itu merupaka kebutuhan
untuk tumbuh kembang anak. Hanya caranya harus diawasi dan diatur seperti
berikut:
Bila mulai batuk-batuk istirahatlah sebentar, minum air dan setelah tidak
batuk-batuk lagi diteruskan kegiatannya.
Hanya pada beberapa anak yang sementara tidak boleh melakukan olahraga.
Serangan asma dapat timbul segera (6-10 menit) setelah aktiviltas dimulai
tetapi dapt juga setelah 6-8 jam kemudian.
Suasana keluarga harus dibina supaya selalu serasi; hal ini akan berpengaruh
atas keberhasilan usaha penanggulangan terhadapanak yang asma.
I. PENGOBATAN
Obat-obatan untuk asma anak terdiri dari:
Bronkodilator
Kortikosteroid
Ketotifen (zaditen)
DSCG (intal)
Mukolitik
Nama dagang
Bricasma
Dosis
Oral: 0,075 mg/kg BB tiap 6 jam.
Subkutan: 0,005 mg/kg BB
Aerosol: 1-2 semprotan (250-500
mikrogram) tiap 4-6 jam.
Larutan respirator: 0,02-0,03 ml/kg
BB tiap 4-6 jam.
Orciprenalin
Alupent
(metaproterenol)
Salbutamol
(albuterol)
Ventolin
semprotan
(200
Adrenalin
Methylxanthine:
Aminophyline
standart
maksimal 200mg.
slow release
Ketotifen
Zaditen
Steroid:
Beclomethasone
Aldecin
Budesonid
Pulmicort
Prednison
Hidrokortison
Intramuskular:
Intrvena: 15 mg/kg BB/hari 3-4
kali sehari.
J. PEMERIKSAAN FISIK
Hasil yang didapat tergantung stadium serangan serta lamanya serangan
serta jenis asmanya. Pada asma yang ringan dan sedang tidak ditemukan
kelainan fisik di luar serangan.
Pada inspeksi terlihat pernapasan cepat dan sukar, disertai batuk-batuk
paroksismal, kadang-kadang terdapat suara wheezing (mengi), ekspirium
memanjang,
pada
inspirasi
terlihat
retraksi
daerah
supraklavikular,
suprasternal, epigastrium dan sela iga. Pada asma kronik terlihat bentuk toraks
amfisematus, bongkok ke depan, sela iga melebar, diameter anteriposterior
toraks bertambah. Pada perkusi terdengar hipersonor seluruh toraks, terutama
bagian bawah posterior. Daerah pekak jantung dan hati mengecil.
Pada auskultasi mula-mula bunyi napas kasar/mengeras, tapi pada
stadium lanjut suara napas melemah atau hampir tidak terdengar karena aliran
udara sangat lemah. Dalam keadaan normal fase ekspirasi - dari fase
inspirasi. Pada waktu serangan fase ekspirasi memanjang. Terdengar juga
ronki kering dan ronki basah serta suara lendir bila banyak sekresi bronkus.
Tinggi dan berat badan perlu diperhatikan dan bila mungkin juga
hubungannya dengan tinggi badan kedua orang tua. Asma sendiri merupakan
penyakit
yang
dapat
menghambat
perkembangan
anak.
Gangguan
pertumbuhan biasanya terdapat pada asma yang sangat berat. Anak perlu
diukur tinggi dan berat badannya pada tiap kali kunjungan, karena perbaikan
akibat pengobatan sering dapat dinilai dari perbaikan pertumbuhannya.
Bentuk toraks perlu diperhatikan untuk melihat adanya dada burung atau
sulkus Harrison sebagai tanda obstruksi jalan napas yang lama. Tanda ini
hanya ditemukan pada asma yang berat dan menahun dengan pengelolaan
asma yang tidak adekuat sebelumnya.
Tanda-tanda yang berhubungan dengan tingkat obstruksi jalan napas
pada waktu pemeriksaan umumnya tidak atau kurang dapat dipercaya dan
sangat tergantung pada kemampuan pengamat. Hal yang lebih baik ialah
mencari tanda-tanda yang berhubungan dengan hiperinflasi dada, seperti
misalnya hiperresonansi, retraksi subkostal, tarikan trakea dan tegangnya otototot skalenus. Bentuk kuku jari seperti tabuh genderang jarang sekali didapat,
bila ditemukan dapat menunjukkan kemungkinan adanya penyakit lain. Tiap
anak perlu pemeriksaan fisik lengkap pada kunjungan pertama. Penting
diperhatikan keadaan kulit, saluran napas bagian atas dan telinga.
K. PEMERIKSAAN LANJUTAN (DIAGNOSTIK)
menarik
napas
dalam
melalui
mulut
kemudian
PATHWAY
Etiologi:
Biokomiawi
Saraf autonom
Imunologis
Infeksi
Endokrin
Faktor psikologis
Faktor pencetus:
Alergen
Infeksi
Iritan
Cuaca
Kegiatan jasmani
Infeksi saluran napas
Faktor psikis
ASMA
Penyempitan
lumen bronkus
Udara sulit
untuk keluar
Pelepasan asetilkolin
Bronkokonstriksi
Hambatan
saluran udara
Edema
Terisi mukus
Ekspirasi dan
inspirasi
Resti asfiksia
Dispne
Pola napas efektif
Produksi CO2
Ventilasi alveolus
Retensi CO2
(hiperkapnia)
Otak
Suplai darah ke otak <
Suplai O2 ke otak
Gangguan perfusi jaringan
Pembentukan mediator
kimiawi
Bronkus mengeluarkan
histamin
Kontraksi otot polos dan
kelenjar jalan napas
Inflamasi bronkus
Kerusakan sel-sel
epitel bronkus
Udara distal
bisa diekspirasi
Kurang mendapat
ventilasi
Diaforesis
O2 ke paru-paru
Darah kapiler
Bronkokonstriksi
Volume residu
Hipoksemia
Ekspirasi dan
inspirasi
Sekret bertambah
O2 dalam darah
Metabolisme
Sekret kental
Tubuh melakukan
hiperventilasi
Bronkospasme
Pembengkakan
membran mukosa
Pengeluaran keringat
Produksi sekret
Sekret kental
CO2
Bersihan jalan napas
efektif
Resti alkalosis respiratorik
Kebutuhan O2
Suplai O2 ke jaringan
seimbang
Fatigue
Intoleransi aktivitas
Masalah keperawatan
HOSPITALISASI
Perawatan di RS
Anak di RS
Resti gangguan tumbang
Orang tua di RS
Perubahan proses keluarga
N. ASUHAN KEPERAWATAN
1. P
ENGKAJIAN
a. Pengkajian fisik.
b. Pengkajian dada dan paru.
c. Pengkajian pernapasan.
d. Riwayat keluarga.
e. Riwayat kesehatan.
Mengi
Batuk
Adanya keluhan gatal pada bagian depan leher atau bagian atas
punggung.
Dada: hiperesonan pada perkusi, suara napas kasar dan keras, mengi
sepanjang lapang paru, eskpirasi memanjang, krekels.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispnea.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan respon alergik,
inflamasi bronkus dan produksi sekret yang berlebih.
c. Resiko tinggi asfiksia berhubungan dengan sekresi mukus dan edema.
d. Resiko tinggi asidosis respiratorik berhubungan dengan peningkatan
CO2, hipoksemia.
e. Resiko tinggi asidosis metabolik berhubungan dengan hipoksemia.
f. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penghentian aliran
darah dan penurunan suplai O2 ke otak.
g. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan napas dan
peningkatan volume residu.
h. Resiko tinggi alkalosis respiratorik berhubungan dengan penurunan CO2.
i. Resiko tinggi kekurangan volume
proses
hospitalisasi anak.
keluarga
berhubungan
dengan
kedaruratan
3. INTERVENSI
No
1.
DIAGNOSA
TUJUAN DAN
INTERVENSI
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
Pola nafas tidak Setelah
dilakukan 1. Kaji
efektif berhubungan asuhan
dengan dispnea.
keperawatan
diharapkan
adanya
frekuensi,
upaya
kerja
pernapasan,
penggunaan
pernapasan,
nasal.
kriteria hasil:
napas
dan
efektif
bantu/pelebaran
napas.
Kedalaman
adanya
bunyi
napas
adentisius,
kedalaman
menyertai
rentang
dan
jelas/bersih.
frekuensi
dalam
normal
otot
termasuk
1. Menunjukkan pola
dengan
RASIONAL
obstruksi
jalan
napas/kegagalan pernapasan.
paru 3. Tinggikan
kepala
dan
bantu 3. Duduk
tinggi
memungkinkan
pernapasan.
sesegera mungkin.
dan
Pengubahan
ambulasi
pengisian
udara
posisi
meningkatkan
sehingga
dapat
meningkatkan
pasien
upaya bernapas.
mengatasi 6. Perasaan
takut/ansietas.
takut/ansietas
berhubungan
berat
dengan
ketidakmampuan
bernapas/terjadinya
dan
dapat
hipoksemia
secara
aktual
Bersihan
jalan Setelah
dilakukan 1. Kaji
sekret
pernapasan,
bernapas
dan
dapat
keperawatan
diharapkan
adanya
mengi
produksi pencapaian
klirens
aksesori.
sekret/ketidakmampuan
berhubungan
dengan
fungsi
7. Memaksimalkan
yang jalan
napas,
dengan
menunjukkan
akumulasi
untuk
berlebih
inflamasi bronkus.
dapat
1. Mengeluarkan
sekret
otot
tanpa
bantuan.
2. Anak
dengan
mudah
tanpa dispnea.
aksesori
penggunan
pernapasan
dan
bernapas
menimbulkan
kemampuan
tebal.
tinggi
cairan
membuatnya
mudah
dikeluarkan.
4. Berikan pasien posisi semi atau 4. Posisi membantu memaksimalkan
Fowler tinggi. Bantu pasien untuk
upaya
pernapasan.
Ventilasi
dan
pernapasan
dan
perbaikan
mobilitas
dinding dada.
6. Gunakan
tehnik
bermain
untuk 6. Untuk
memperpanjang
ekspirasi
dan
tekanan ekspirasi.
waktu
meningkatkan
kapas di meja)
7. Anjurkan anak untuk berenang.
3.
Resiko
tinggi Setelah
asfiksia
asuhan
berhubungan
diharapkan
dengan
1. Anak
dengan
dengan
cermat
lebih
Pantau
dengan
ketat
mudah.
2. Anak tidak asfiksia.
bronkospasme.
menghilangkan
ketentuan.
mukosa
membran
pemberian.
3. Anak
tidak
menunjukkan
kadar teofilin.
toksisitas teofilin.
sakit
kepala,
rangsang,
peka
insomnia,
hiperaktifitas.
Observasi
toksisitas
adanya
tanda-tanda
teofilin;
mual,
masuk
rumak
sakit
Resiko
tinggi Setelah
tindakan.
dilakukan 1. Pantau frekuensi, kedalaman dan 1. Hipoventilasi
dan
hipoksemia
keperawatan
penyerta
nadi oksimetri.
distres/gagal
asidosis,
menimbulkan
pernapasan.
mengidentifikasi
1. Anak
hipoksia/respon
tidak
kelanjutan
terhadap
terapi
menunjukkan bukti-
bukti
observasi.
respiratorik.
asidosis
2. Auskultasi bunyi napas
2. Mengidentifikasi
penurunan
yang
memerlukan
perhatian
warna,
kelembaban kulit.
suhu,
dan 4. Diaforesis,
pucat,
kulit
5. Bantu
atau
dorong
dengan 5. Tindakan
ini
memperbaiki
jalan
difusi/perfusi alveolar.
tambahan
jalan
napas
napas
atau
penurunan
sesuai
indikasi.
6. Pantau pH darah dengan cermat.
merusak
aliran
darah
mencegah
atau
memperbaiki asidosis.
8. Untuk
memberikan
obat-obat
9. Pada
awalnya
anak
akan
Resiko
tinggi Setelah
keperawatan
berhubungan
dengan hipoksemia.
mengalami
asidosis, 2. Kaji
tingkat
kesadaran
perhatikan
1. Anak
paralisis
tidak
menunjukan buktibukti
metabolik.
kemajuan
perubahan
mental,
kejang,
flaksid
kelemahan,
dapat
terjadi
akibat
dari
mental/kacau mental.
penurunan
observasi sering.
4. Obsevasi
terhadap
pengembangan
perubahan 4. Depresi
pernapasan,
pernapasan
sementara
terhadap
asidosis
metabolik
dengan
natrium
status
sirkulasi,
bikarbonat.
5. Kaji suhu kulit, warna, pengisian 5. Mengevaluasi
kapiler.
adanya
hiperkalemia
bikarbonat,
dengan
kekurangan
tetapi
digunakan
kewaspadaan
untuk
Gangguan
perfusi Setelah
dilakukan 1. Auskultasi
jaringan
asuhan
keperawatan
berhubungan
diharapkan
pasien
jantung.
frekuensi
Catat
dan
terjadinya
darah
penurunan
O2 ke otak.
dan peningkatan
menyebabkan
jantung ekstra.
dapat
aliran
darah
dan
secara
ketidakseimbangan
elektrolit,
dan/atau
regangan
mental
jantung
suplai sesuai
biasa/normal,
peningkatan
kanan.
Bunyi
jantung
1. Mempertahankan
sebagai
tingkat
biasa
kesadaran
atau 2. Observasi perubahan status mental.
peningkatan
kerja
jantung/terjadinya dekompensasi.
2. Gelisah,
bingung,
disorientasi,
perbaikan, kognisi,
dan/atau
dan
sensori/motorik
fungsi
motorik/sensori.
perubahan
menunjukkan
darah,
dapat
gangguan
hipoksia,
atau
aliran
cidera
warna
kulit/membran mukosa.
dan
buruk
menunjukkan
gangguan
aliran
darah
sistemik.
4. Berikan cairan IV/per oral sesuai 4. Peningkatan
indikasi.
cairan
diperlukan
(potensial
pembentukan
Gangguan
Setelah
kuku
menunjukkan
pertukaran
gas asuhan
berhubungan
dengan
jalan
keperawatan
pasien
terhadap
sentral (sirkumoral).
Namun
diharapkan
dan adekuat,
dengan
demam/menggigil.
sianosis
daun
telinga,
peningkatan
kriteria hasil:
mulut
volume residu.
1. Menunjukkaan
perbaikan/tidak
adanya
2. Demam
distres pernapasan.
(membran
hangat)
tinggi
meningkatkan
sangat
kebutuhan
dan
mengganggu
oksigenasi
selular.
3. Mencegah
3. Pertahankan istirahat tidur. Dorong
menggunakan tehnik releksasi dan
aktivitas senggang.
mengubah posisi, napas dalam, dan
batuk efektif.
terapi
lelah
dan
menurunkan kebutuhan/konsumsi
oksigen.
4. Meningkatkan inspirasi maksimal,
5. Berikan
terlalu
oksigen
dengan
terapi
oksigen
adalah
masker venturi.
metode
yang
memberikan
Resiko
pasien.
dilakukan 1. Pantau frekuensi, kedalaman, dan 1. Mengidentifikasi perubahan dari
tinggi Setelah
alkalosis
asuhan
keperawatan
respiratorik
berhubungan
mengalami
ventilator.
alkalosis,
1. Anak
menunjukkan
tanda-tanda
tidak
dan
2. Kaji tingkat kesadaran dan catat 2. Penurunan mental, dan tetani atau
status
neuromuskular,
misal
alkalosis
dan
tinjau
ulang/bantu
dengan
respiratorik.
masker/kantung rebreathing.
4. Berikan dukungan dengan cara dan 4. Dapat
suara tenang.
membantu
meyakinkan
karenanya
membantu
dalam
menurunkan
frekuensi
9.
Resiko
pernapasan.
dilakukan 1. Pertahankan infus intravena pada 1. Karena
terapi
tinggi Setelah
keperawatan
mengencerkan
cairan
akan
sekresi
(IV
pasien
hidrasi
keringat
dan diaforesis.
terjadi
dehidrasi
untuk
kriteria hasil:
1. Anak menunjukkan
karena
hidrasi
adekuat.
yang
tekanan
inspirasi
yang
tinggi)
2. Dorong cairan oral:
Berikan
cairan
pernapasan
bila
akut
distres
sudah
berkurang.
Untuk
abdomen
menghindari
mempengaruhi
diafragmatik.
yang
distensi
dapat
pengembangan
dan
peningkatan)
cairan.
4. Perbaiki dehidrasi dengan perlahan.
dengan
diharapkan
ketidakseimbangan
kebutuhan O2.
keperawatan
pasien 2. Beri
menimbulkan
berhubungan
supai
insterstisial,
kesempatan
untuk
pada anak.
tidur, 2. Tirah baring dipertahankan selama
fase
akut
untuk
menurunkan
untuk
penyembuhan.
melakukan
kemampuan
atau
pasien
dan
kebutuhan
peningkatan
kelemahan/kelelahan
Berikan
kemajuan
dan
penyembuhan.
dilakukan 1. Anjurkan orang tua untuk sekamar 1. Hal ini akan memberikan rasa
tinggi Setelah
tumbuh asuhan
kelelahan
keperawatan
kembang
diharapkan
berhubungan
mencapai
dengan
potesnya
hospitalisasi.
dengan
tumbuh
usia
perkembangan dengan
kriteria hasil:
1. Anak menunjukkan
kenyamanan.
anak
mengekspresikan
seperti:
perasaan
menangis,
perasaan
bentuk
anak
hospitalisasi
ekspresi
karena
dan
proses
berada
pada
lainnya.
3. Ajarkan orang tua untuk meneima 3. Merupakan reaksi karena pengaruh
perilaku agresif. Seperti: tidak aktif,
penyakit
dan
proses
adaptasi
2. Anak
tidak
menunjukkan tanda- 4. Anjurkan orang tua untuk mendorong 4. Untuk mengurangi perasaan stres
tanda distres fisik.
3. Anak
tidak
menunjukkan
yang
minimal.
asuhan
berhubungan
diharapkan
orang
membawakan
tua
pasien
kondisi anak.
ansietas,
perasaan,
rasa
nyaman,
tua
informasi
untuk
yang
bersama
proses
mengekspresikan 2. Informasi
khususnya
tentang
membantu
untuk
merencanakan intervensi.
kekawatiran
menghasihkan
karena
mengungkapkan
waktu
anak
obyek-obyek
menimbulakan
mengalami 2. Dorong
pada
hospitalisasi.
mendapatkan
penurunan
anggota
keluarganya.
keperawatan
tentang
misalnya mainan.
dilakukan 1. Jaga agar orang
proses Setelah
keluarga
bercerita
5. Anjurkan
emosional
12. Perubahan
anak
dalam
konsep
4. Tunjukkan
perbaikan.
adanya
anak.
2. Keluarga
5. Bila/jika
tidak
menunjukkan
tanda-tanda distres.
tindakan
mungkin,
dan
perawatan
sesuai
rutinitas anak.
6. Kurangi stimulasi sensori dengan 6. Memberikan
kenyamanan
pada
yang positif.
7. Demonstrasikan
penggunaan
dan
releksasi,latihan bernapas.
anak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran napas dengan
mudah bereaksi terhadap rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa
serangan asma. Serangan asma berupa sesak napas ekspirator yang
paroksismal berulang-ulang dengan mengi (wheezing) dan batuk yang akibat
konstriksi atau spasme otot bronkus, inflamasi mukosa bronkus, dan produksi
lendir kental tyang berlebihan. Asma merupakan penyakit keturunan.
Asma adalah suatu penyakit kompleks yang menyangkut berbagai tingkat
faktor biokimia, autonom, imunologik, infeksi, endokrin dan pisikologi pada
individu yang berlainan. Tetapi serangan asma timbul bila ada faktor pencetus.
Pada anak yang rentang inflamasi di saluran napas ini dapat menyababkan
timbulnya episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk,
khususnya pada malam hari atau dini hari.
Serangan asma dapat dicegah dengan cara menghindari faktor pencetus
dan menggunakan obat-obatan atau tindakan untuk meredakan atau
mengurangi reaksi-reaksi yang akan atau yang sudah timbul oleh pencetus.
DAFTAR PUSTAKA