You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan
nasional terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. sehingga terwujud bangsa dan negara yang maju, sejahtera, lahir dan
batin.1
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil
kerja keras sektor kesehatan, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh hasil kerja
keras serta kontribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk
mengoptimalkan hasil serta kontribusi positif berbagai sektor pembangunan
tersebut, harus dapat diupayakan diterimanya wawasan kesehatan sebagai azas
pokok program pembangunan. Dengan perkataan lain, untuk dapat mewujudkan
Indonesia sehat, para penanggungjwab program pembangunan harus memasukkan
pertimbangan akan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat dalam semua
kebijakan pembangunannya. Program pembangunan yang berdampak negatif
terhadap kesehatan masyarakat seyogyanya tidak diselenggarakan. Untuk itu,
seluruh elemen jajaran kesehatan harus berperan aktif sebagai penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan.2
Masalah kesehatan dalam dunia kedokteran bertambah dengan meningkatnya
berbagai penyakit khususnya kelainan hidung.3

Rinitis adalah iritasi dan peradangan pada bagian dalam hidung. Gejala dapat
ditemukan beragam seperti bersin, hidung tersumbat, gatal, post nasal drip
(sensasi adanya mukus yang jatuh dari hidung ke tenggorok). Ini disebabkan oleh
adanya proses inflamasi akut ataupun kronik pada membran mukosa hidung yang
diakibatkan oleh virus, bakteri, dan bahan iritan. Rinitis tidak hanya berdampak
pada hidung, tenggorok, dan mata. tetapi bisa pula berdampak pada gangguan
tidur, keluhan telinga. dan gangguan belajar. Rinitis bisa disebabkan oleh adanya
peningkatan histamin. Peningkatan ini terjadi akibat alergen. Alergen dapat
mempengaruhi hidung seseorang, tenggorok, mata, dan bisa pula meningkatkan
produksi cairan di daerah tersebut.3,4
Hampir semua orang pernah menderita rinitis dalam hidupnya. Paling sering
akibat infeksi virus pada saluran pernapasan. Penyebab rinitis kronik paling sering
oleh alergi, tapi bisa juga karena penggunaan obat tertentu secara berlebihan,
beberapa kondisi medis, dan faktor lainnya yang penyebabnya tidak diketahui
secara pasti.3
Rinitis selalu berulang untuk sebagian orang. Padahal, gejala rinitis ini sering
bisa

dikontrol

dengan

kombinasi

antara

lingkungan,

obat-obatan,

dan

imunoterapi.3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah :
1.

Bagaimanakah gambaran distribusi dan frekuensi penderita rinitis di Rumah

2.

Sakit Umum Pusat DR. Wahidin Sudirohusodo?


Bagaimanakah gambaran distribusi dan frekuensi penderita rinitis di Rumah
Sakit Umum Pusat DR. Wahidin Sudirohusodo berdasarkan umur, jenis
kelamin, pekerjaan, ada tidaknya sinusitis, dan tipe rinitis?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui informasi mengenai karakteristik penderita rinitis
yang berobat di Rumah Sakit Umum Pusat DR. Wahidin Sudirohusodo periode
Januari - Maret 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik penderita rinitis menurut umur
2. Untuk mengetahui karakteristik penderita rinitis menurut jenis kelamin
3. Untuk mengetahui karakteristik penderita rinitis menurut pekerjaan
4. Untuk mengetahui karakteristik penderita rinitis menurut ada tidaknya
sinusitis
5. Untuk mengetahui karakteristik penderita rinitis menurut tipe rinitis

1.4 Manfaat Penelitian


1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang
karakteristik penyakit rinitis.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
diagnosis dini dan penanganan penyakit rinitis di rumah sakit
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi
atau sumber bacaan dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi peneliti sendiri penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga
dalam memperluas wawasan dan pengetahuan khususnya tentang rinitis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Rinitis merupakan masalah kesehatan berupa inflamasi pada bagian mukosa
hidung.5,6
2.2 Etiologi
Beberapa hal yang pada umumnya menjadi penyebab rinitis antara lain:5,6

Reaksi makanan

Emosional

Pekerjaan

Hormon

Kelainan anatomi

Penyakit imunodefisiensi

Interaksi dengan hewan

2.3 Insiden dan Epidemiologi


Rinitis tersebar di seluruh dunia, baik bersifat endemis maupun muncul
sebagai KLB. Di daerah beriklim sedang, insidens penyakit ini meningkat di
musim gugur, musim dingin, dan musim semi. Di daerah tropis, insidens penyakit,
tinggi pada musim hujan. Sebagian besar orang, kecuali mereka yang tinggal di
daerah dengan jumlah penduduk sedikit dan terisolasi, bisa terserang satu hingga

6 kali setiap tahunnya. Insidens penyakit tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun
dan akan menurun secara bertahap sesuai dengan bertambahnya umur.6
Rinitis merupakan salah satu penyakit paling umum yang terdapat di Amerika
Serikat, mempengaruhi lebih dari 50 juta orang. Keadaan ini sering berhubungan
dengan kelainan pernapasan lainnya, seperti asma. Rinitis memberikan pengaruh
signifikan pada kualitas hidup. Pada beberapa kasus. dapat menyebabkan kondisi
lainnya seperti masalah pada sinus, masalah pada telinga, gangguan tidur. dan
gangguan untuk belajar. Pada pasien dengan asma, rinitis yg tidak terkontrol dapat
memperburuk kondisi asmanya.6,7

2.4 Tipe Rinitis


Rinitis dibagi atas 2 kategori, yaitu:5,6,8

Rinitis Alergi

Rinitis Non Alergi

2.4.1. Rinitis Alergi


Rinitis alergi adalah kelainan hidung

yang disebabkan oleh proses

inflamasi mukosa hidung yang dimediasi oleh hipersensitifitas / alergi tipe I,


dengan gejala karakteristik berupa hidung gatal, bersin-bersin, rinore dan hidung
tersumbat yang bersifat reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan.6,9
Sekitar 40 % anak pernah mengalami rinitis alergi sampai usianya 6 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa 10% dari populasi pernah mengalami rinitis
alergi. 6

Hubungan antara rinitis-sinusitis-asma telah lama diketahui sehingga dalam


penanganannnya pun selalu dikaitkan antara ketiganya. Pada pasien asma sering
sekali timbul gejala rinitis seperti pilek (keluarnya cairan dari hidung). gatal,
kadang-kadang tersumbat, dan terasa panas pada hidung.10

Klasifikasi
Dua tipe rinitis alergi yaitu:8

Musiman
Di Indonesia tidak dikenal rinitis alergi musiman, hanya ada di negara yang
mempunyai 4 musim. Alergen penyebabnya spesifik, yaitu tepungsari (pollen)
dan spora jamur. Oleh karena itu nama yang tepat ialah polinosis atau rino
konjungtivitis karena gejala klinik yang tampak ialah gejala pada hidung dan
mata (mata merah, gatal disertai lakrimasi). Penyakit ini timbulnya periodik,
sesuai dengan musim, pada waktu terdapat konsentrasi alergen terbanyak
di udara. Dapat mengenai semua golongan umur dan biasanya mulai timbul
pada anak-anak dan dewasa muda. Berat ringannya gejala penyakit
bervariasi dari tahun ke tahun, tergantung pada banyaknya alergen di udara.
Faktor herediter sangat berperan pada penyakit ini.8

Perenial
Gejala pada penyakit ini timbul intermitten atau terus-menerus, tanpa variasi
musim, jadi dapat ditemukan sepanjang tahun. Penyebab yang paling sering
ialah alergen inhalan. Alergen inhalan utama adalah dalam rumah (indoor) dan

alergen di luar rumah (outdoor). Alergen inhalan dalam rumah terdapat di


kasur kapuk, tutup tempat tidur, selimut, karpet, dapur, tumpukan baju dan
buku-buku, serta sofa. Komponen alergennya terutama berasal dari serpihan
kulit dan fases tungau D. Pteronyssinus, D. Farinae dan Blomia tropicalis,
kecoa, dan bulu binatang peliharaan (anjing, kucing, burung). Alergen inhalan
di luar rumah berupa polen dan jamur. Alergen ingestan sering merupakan
penyebab pada anak-anak dan biasanya disertai dengan gejala alergi yang lain,
seperti urtikaria, gangguan pencernaan. Gangguan fisiologik pada golongan
perenial lebih ringan dibandingkan dengan golongan musiman tetapi karena
lebih persisten maka komplikasinya lebih sering ditemukan.8
Namun, klasifikasi rinitis alergi yang didasarkan atas waktu paparan dan
jenis alergen menjadi rinitis alergi musiman/ seasonal dan rinitis alergi sepanjang
tahun/ perennial sekarang dianggap tidak memuaskan. Hal ini didasarkan atas
beberapa pertimbangan sebagai berikut :6,7
-

Ada beberapa daerah dimana pollen dan mould terdapat sepanjang tahun

Simptom rinitis alergi perenial tidak terjadi sepanjang tahun

Kebanyakan penderita tersensitisasi terhadap banyak alergen yang berbeda,


Oleh karena itu simptomnya dapat terjadi sepanjang tahun.

Sebagian kasus rinitis perenial mengalami eksaserbasi ketika terpapar pollen

Banyak penderita alergi terhadap pollen juga alergi terhadap mite

Efek priming pada mukosa hidung oleh

pollen konsentrasi rendah dan

inflamasi minimal persisten pada penderita rinitis.

Oleh karena itu pembagian rinitis alergi, selain berdasarkan atas seasonal
dan perennial diusulkan suatu perubahan dalam klasifikasi rinitis alergi sebagai
berikut :6

Berdasarkan terdapatnya simptom :


1. Rinitis Alergi Intermiten, bila simptom terdapat :
kurang dari 4 hari/ minggu, atau bila kurang dari 4 minggu
2. Rinitis Alergi Persisten, bila simptom terdapat :
lebih dari 4 hari/minggu, dan bila lebih dari 4 minggu

Berdasarkan beratnya gejala :


1. Ringan, berarti tidak terdapat salah satu dari hal-hal sebagai berikut :
gangguan tidur, gangguan aktifitas sehari-hari/ malas/ olah raga, gangguan
pekerjaan atau sekolah, simptom dirasakan mengganggu.
2. Sedang-berat, berarti didapatkan satu atau lebih hal-hal sebagai berikut:
gangguan tidur, gangguan aktifitas sehari-hari/ malas/ olah raga, gangguan
pekerjaan atau sekolah, simptom dirasakan mengganggu
Diagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan pemeriksaan sistematik
termasuk anamnesis secara teliti, serta sebagian atau semua hal-hal berikut ini :
pemeriksaan hidung, uji kulit dan regimen eliminasi.5,8
Rinitis alergi biasanya ditandai oleh bersin, kongesti hidung, dan rinore
encer dan banyak. Tidak ada demam dan secret, biasanya tidak mengental ataupun
menjadi purulen. Awitan gejala timbul cepat setelah paparan alergen, dapat berupa

mata atau palatum yang gatal berair. Biasanya dapat terungkap suatu pola
musiman, kaitan dengan bulu binatang, debu, asap atau inhalan lain. Gejala
penyerta seperti mual, bersendawa, kembung, diare, somnolen atau insomnia
dapat juga memberi kesan suatu alergen yang ditelan, serta bisa membedakan
penderita lain yang disebabkan oleh virus. Perbedaan penting lainnya adalah
rinitis alergi umumnya berlangsung lama. Pada rinitis alergi, sering kali terdapat
riwayat alergi atau asma dalam keluarga.5,9
Tujuan pengobatan rinitis alergi adalah :6
1. Mengurangi gejala akibat paparan alergen, hiperreaktifitas nonspesifik dan
inflamasi.
2. Perbaikan kualitas hidup penderita sehingga dapat menjalankan aktifitas
sehari-hari.
3. Mengurangi efek samping pengobatan
4. Edukasi penderita untuk meningkatkan

ketaatan

berobat dan

kewaspadaan terhadap penyakitnya


5. Merubah jalannya penyakit/ pengobatan kausal
Untuk mencapai tujuan pengobatan rinitis alergi, dapat ditempuh langkah-langkah
berikut :6,9
1. Antihistamin
Histamin (H1) merupakan mediator utama penyebab timbulnya gejala rinitis
alergi, oleh karena itu sampai saat ini antihistamin merupakan pilihan pertama
untuk

pengobatan rinitis alergi.

Antihistamin bekerja dengan cara

menghambat efek mediator histamin pada tingkat reseptor histamin. Obat ini

10

sangat efektif untuk mengurangi

gejala rinitis (hidung gatal, bersin dan

rinore), meskipun kurang efektif untuk gejala hidung tersumbat.5,6,7


2. Dekongestan hidung
Obat-obat dekongestan hidung menyebabkan vasokonstriksi karena efeknya
pada reseptor alfa-adrenergik6,7
3. Glukokortikoid
Glukokortikoid sistemik mempunyai kerja anti-inflamasi yang luas dan efektif
untuk hampir semua gejala rinitis, terutama sumbatan hidung. Pemakaian
topikal glukokortikoid berhasil setelah ditemukan sediaan

topikal yang

mempunyai eefek anti-inflamasi kuat dan mempunyai afinitas tinggi pada


reseptornya serta bila mencapai hati akan di-deaktifasi dengan cepat, sehingga
tidak mencapai sirkulasi sistemik. Dengan demikian sediaan topikal ini tepat
untuk pengobatan rinitis alergi karena dapat dicapai konsentrasi yang tinggi
pada reseptornya di mukosa hidung dengan resiko efek sistemik minimal.6
4. Golongan kromolin
Pada rinitis alergi, golongan kromolin adalah
sodium nedocromil.

disodium kromoglikat dan

Efeknya untuk menstabilkan sel mast

dari proses

degranulasi/ pelepasan mediator. Gejala bersin, rinore lebih baik dari pada
terhadap hidung tersumbat.6
5. Imunoterapi
Imunoterapi spesifik adalah memberikan allergen yang sesuai dengan hasil
tes kulit, dosisnya secara bertahap dinaikan sampai dosis maksimal yang tidak
menimbulkan serangan/ gejala alergi. Tujuannya supaya penderita berkurang
simptomnya pada

paparan alergen penyebab. Secara klinik imunoterapi

pada rinitis alergi terbukti efektif.6,7

11

Penanganan yang baik pada rinitis alergi akan menurunkan gejala pada
sinusitis dan asma.10
2.4.2. Rinitis Non Alergi
Rinitis Non Alergi merupakan istilah untuk semua penyakit

hidung

dengan gambaran obstruksi dan hiperiritasi. Dengan demikian tidak termasuk


infeksi hidung akut baik karena virus maupun bakteri.5,7
Definisi tidak jelas mengakibatkan sangat sulit untuk mendapatkan data
epidemiologis. Demikian pula tidak ada data mengenai distribusi dari berbagai
macam rinitis non alergi di antara populasi penderita rinitis non alergi.7
Penderita yang didiagnosis Rinitis non alergi,

70% di antara mereka

penyakitnya terjadi sesudah mereka dewasa, sedangkan rinitis alergi perenial


sekitar 31% timbul sesudah dewasa dan rinitis seasonal sebesar 26,7%. Rinitis
non allergi dapat diketahui penyebabnya, seperti hipotiroidi, granuloma dan
penyakit autoimun, sedangkan tumor agak jarang. Keadaan lain seperti kelainan
anatomis, rinitis gravidarum, relatif lebih sering. Gejala rinitis
ditemukan sebagai efek samping

pengobatan farmakologis

juga dapat
seperti obat

antihipertensi, kontrasepsi oral, dan esterogen lain, serta berbagai macam


antidepresan. 7
Beberapa orang yang menderita rinitis non alergi mengalami inflamasi pada
daerah hidung dan sinusnya. Pada beberapa kasus seperti ini yang sudah parah,
ditemukan adanya polip yang tumbuh dari membran mukosa yang akan
menghambat udara mengalir keluar masuk hidung. Penderita dengan kasus seperti
ini juga sering kehilangan sensasi penghidunya. Bentuk lain dari rinitis non alergi

12

ini, adalah ditemukannya sedikit inflamasi pada hidung dengan gejala dipicu oleh
aroma yang kuat, seperti polusi, asap, dan iritan lainnya.5,7,9
Beberapa yang termasuk rinitis non alergi antara lain: rinitis hormonal,
rinitis vasomotor, rinitis non alergi dengan eosinofilia, rinitis akibat lingkungan
kerja, rinitis karena pemakaian obat, rinitis gustatory, dan rinitis atropi.5,7

1. Rinitis hormonal
Penyebabnya meliputi hypotiroidi (myxedema), naiknya hormon estrogen
pada kehamilan,

pemakaian kontrasepsi oral dan

siklus menstruasi. Kadar

estrogen tinggi menghambat aktifitas acetyl cholinesterase dan akan memacu


produksi

acetyl cholin

pd ganglion parasympatis, sehingga mengakibatkan

edema, hipersekresi dan pembengkakan vaskuler

mukosa hidung.

Rinitis

pregnancy terdapat pada 20% kehamilan yang sering mulai timbul pada trimester
II kehamilan. Tanda khas berupa konka edem, dan pucat. Sebaiknya dibedakan
dengan RA dan hipotoroidi dengan cara mencari gejala hipotiroidi lain dan
riwayat alergi lain dan tes alergi.6,7

2. Rinitis vasomotor ( RV) .


RV disebut pula rinitis perenial nonalergi, rinitis idiopatik, rinitis non
alergi tanpa eosinofilia. Gejala utama kongesti hidung dan rinore, biasanya tanpa
rasa gatal dan bersin. Pada penderita tidak dijumpai eosinofil pada mukosa
hidungnya dan tes alergi dengan hasil negatif.6,7

13

Patogenesis belum jelas. Salah satu teori adalah disebabkan oleh input
parasimpatis terhadap konka

dan septum nasi yang tidak berfungsi normal.

Parasimpatis tersebut berasal dari hypotalamus, berjalan bersama N V dan N


VII.

Jalur

kolinergik berakhir pada pembuluh darah mukosa sehingga

mengakibatkan mukosa edem pada dinding lateral, septum dan konka. Pada
sebagian besar penderita gejala klinik timbul

karena merespon

kondisi

lingkungan yang meliputi udara dingin, kelembapan tinggi, stres dan iritan
seperti alkohol, polusi dan asap. Penyakit ini mungkin didapatkan pd perokok
yang

refrakter terhadap pengobatan.

Pengobatan operatif untuk mengurangi

besarnya konka.6,7

3. Rinitis non alergi dengan eosinofilia.


Secara klinis sangat serupa dengan rinitis alergi tetapi tidak terdapat
perubahan patologis yg berhubungan dengan IgE.

Gejalanya berupa rinore

kronik, hidung gatal dan bersin. Biasanya terdapat pada umur pertengahan, pada
pemeriksaan swab mukosa hidung ditemukan eosinofil.

Tes alergi hasilnya

negatif. Penyebab diduga berhubungan dengan intoleransi aspirin6,7.

4. Rinitis akibat lingkungan kerja.


Rinitis ini dapat didiagnosis sebagai rinitis alergi dan rinitis vasomotor.
Gejalanya berupa rinore dan hidung tersumbat yang disebabkan oleh terpapar
bahan yang ada diudara lingkungan bekerja. Secara patologis bisa oleh karena
alergi dan non alergi. Tergantung

polusinya.

Untuk rinitis alergi diagnosis

14

ditegakan dengan tes kulit. Meskipun formaldehide diduga merupakan penyebab


tetapi buktinya belum pasti.6,7

5. Rinitis akibat pemakaian obat ( drug induced rinitis )


Rinitis yang disebabkan pemakaian obat sistemik yang paling sering adalah
obat antihipertensi. Obat tersebut adalah : reserpin, guanethidin, pentholamin,
metyldhopa, przosin,

chlorpromazin,

serta obat Beta bloker dan obat

angiotensin-converting enzim. Sedangkan obat-obat topikal adalah cocain, nasal


dekongestan.6,7
Rinitis
berkepanjangan

medikamentosa,

disebabkan

oleh

pemakaian

obat

yang

yaitu obat vasokonstriktor, seperti cocain, oxymethazolin

hydrohlorid, phenyleprin hydrohlorida, dan derivat sympatomimetik amin dan


imidazoles.6,7
Tachyphylaksis

yaitu berkurangnya efek obat

dengan cepat setelah

pemberian beberapa dosis dapat menyebabkan penderita meningkatkan

obat

vasokonstriktor untuk waktu yang lebih lama. Hal ini dapat mengakibatkan efek
rebound disebabkan oleh down regulation reseptor alfa adrenergik mukosa
hidung. Rinitis medikamentosa disebabkan oleh vasodilatasi refrakter pembuluh
darah mukosa atau edem mukosa yang berlebihan.6,7
Rinitis medikamentosa dapat menutupi keadaan patologis primernya yang
mengakibatkan pemakaian vasokonstriktor yang lama. Pengobatan RMM adalah
menghentikan kondisi refrakter sekunder dan mencari faktor primernya seperti
RA,

konka hipertropi, septum deviasi, sinusitis dan

terapi dengan baik.

15

Vasokonstriktor topikal diganti dengan larutan saline fisiologis dan penyakit


primer diobati dengan obat-obat peroral.6,7 .

6. Rinitis Gustatory
Makanan dapat menyebabkan reaksi alergi, tetapi kasus ini jarang
ditemukan.

Minuman beralkohol dapat menyebabkan rinitis mungkin karena

efek langsung dilatasi pembuluh darah hidung. Makanan yang pedas dapat
mengakibatkan rinore profus melalui mekanisme vagal.6,7

7. Rinitis Atopi
Rinitis atopi atau rinitis sicca ditandai adanya
konka, dinding lateral rongga hidung.

atropi mukosa septum,

Rinitis atopi dapat dibedakan atas

primer dan sekunder. Rinitis atopi dengan ozaena ditandai adanya krusta yg tebal
berbau.7
Rinitis atopi sering mengeluh hidung tersumbat yang dapat disebabkan
oleh adanya krusta.

Jika tak ada krusta, rasa tersumbat disebabakan oleh

berkurangnya sensasi aliran udara atau memang terjadi aliran udara yang lambat
karena adanya turbulensi. Rinitis atopi sering menyebabakn sinusitis dan sakit
kepala, sehingga diagnosisnya membingungkan7.

16

BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti


Berdasarkan argumentasi ilmiah yang telah kami susun pada tinjauan pustaka
terdapat beberapa karakteristik penderita rinitis yaitu : umur, jenis kelamin. tempat
tinggal. pekerjaan, tingkat pendidikan, status gizi, cuaca, asma, sinusitis, riwayat
penyakit yang sama dalam keluarga, serta tipe dari rinitis itu sendiri. Diantara
bebarapa karakteristik diatas, hanya ada enam faktor yang mudah diidentifikasi,
yakni sebagai berikut:
1. Umur
Dalam hal ini akan dilihat umur berapa yang paling banyak menderita rinitis.
2. Jenis kelamin
Dalam hal ini akan dilihat jenis kelamin apa yang paling banyak menderita
rinitis.
3. Pekerjaan
Jenis pekerjaan apa saja yang digeluti oleh penderita rinitis karena ada
beberapa macam pekerjaan terutama yang sering kontak dengan bahan-bahan
iritan dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya rinitis.
4. Sinusitis
Merupakan faktor endogen yang menjadi faktor predisposisi terjadinya rinitis.
6. Tipe dari rinitis itu sendiri

17

Ingin dilihat tipe atau jenis rinitis apa saja yang terbanyak ditemukan pada
penderita yang berobat di RSUP Wahidin Sudirohusodo periode Januari Maret 2012.

3.2 Bagan Pola Pikir Variabel Yang Diteliti


Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan maka hubungan variable tersebut
dapat dirumuskan secara skematis dalam bentuk bagan sebagai berikut :
Umur
Jenis Kelamin
FAKTOR
ENDOGEN

Status gizi
Asma
Sinusitis
Riwayat Keluarga
TIPE RINITIS

Pekerjaan
FAKTOR
EKSOGEN

Cuaca

= variabel yang diteliti


= variabel yang tidak diteliti
Diagram 1. Kerangka konsep penelitian
18

3.3 Definisi Operasional Variabel yang Diteliti


1. Rinitis
Definisi: Rinitis pada penelitian ini merupakan Rinitis berdasarkan diagnosis
yang tercantum dalam status di RSUP Wahidin Sudirohusodo periode Januari Maret 2012 berdasarkan data rekam medik pasien.
2. Umur penderita
Definisi: Umur adalah lamanya penderita hidup sejak dilahirkan sampai umur
terakhir penderita saat pertama kali berobat yang tercatat pada rekam medik
penderita atau saat penelitian dilakukan. Kriteria objektif kelompok umur ini
antara lain :
0-9tahun
10-19tahun
20-29tahun
30-39tahun
40-49tahun
>50tahun
3. Jenis Kelamin
Definisi: Jenis kelamin adalah pembagian manusia sesuai dengan sifat
biologis atau anatomi tubuh manusia sesuai dengan yang tercantum dalam
status atau rekam medik penderita. Kriteria objektifnya antara lain :
Laki-laki
Perempuan
4. Pekerjaan
Definisi: Aktivitas keseharian sesuai yang tercantum dalam rekam medik
penderita. Kriteria objektifnya antara lain:

Pegawai Negeri Sipil

Pegawai swasta

19

Petani

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Pelajar/mahasiswa

Tidak ada pekerjaan

Tidak jelas, jika tidak ada keterangan yang jelas mengenai pekerjaan
penderita

5. Sinusitis
Definisi: Suatu peradangan pada mukosa sinus paranasal. Kriteria objektifnya
antara lain:

Ada, jika ada keterangan jelas yang menyatakan penderita mempunyai

sinusitis berdasarkan pemeriksaan fisis dan radiologis.


Tidak ada, jika ada keterangan jelas yang menyatakan penderita tidak

mempunyai sinusitis.
6. Tipe rinitis
Definisi: Tipe rinitis berdasarkan diagnosis klinis yang tercantum dalam rekam
medik penderita

20

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah studi epidemiologi deskriptif dengan
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data rekam medik. Penelitian
deskriptif ini bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi, frekuensi. dan
mengidentifikasi kemungkinan faktor predisposisi rinitis.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah Rumah Sakit Umum Pusat DR. Wahidin
Sudirohusodo Makassar mulai tanggal 30 Juli 12 Agustus 2012. Alasan
pemilihan lokasi ini adalah :

Rumah Sakit Umum Pusat DR. Wahidin Sudirohusodo ini adalah rumah sakit
yang merupakan tempat rujukan yang mempunyai fasilitas pengobatan untuk

penderita rinitis.
Rumah Sakit Umum Pusat DR. Wahidin Sudirohusodo merupakan rumah sakit

pendidikan di daerah Makassar


Rumah Sakit Umum Pusat DR. Wahidin Sudirohusodo mempunyai dokumen
medik yang memadai sehingga data-data penderita dapat dicatat dengan baik

21

4.3 Populasi dan Sampel


4.3.1. Populasi
Semua pasien yang pernah berobat dengan diagnosis rinitis di Rumah Sakit
Umum Pusat DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada periode Januari - Maret
2012.
4.3.2. Sampel
Pasien dengan diagnosis rinitis yang pernah berobat di rumah sakit tersebut
pada periode Januari - Maret 2012.
4.3.3 Besar sampel
Besar sampel yang digunakan sama dengan jumlah populasi penelitian.

4.4 Pengumpulan Data


Data yang diambil berupa data sekunder yang diperoleh dari dokumen medik
penderita rinitis yang berobat di Rumah Sakit Umum Pusat DR. Wahidin
Sudirohusodo Makassar periode Januari - Maret 2012
.
4.5 Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan komputer memakai program
SPSS (Statistical Package for Social Science) 15 dan program Microsoft Excel
2007

22

4.6 Etika Penelitian


Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dari
rekam medik dengan tidak menuliskan nama pasien tetapi hanya berupa

inisial.
Sebelum melakukan penelitian ini maka peneliti akan meminta izin
pada beberapa institusi terkait antara lain Sub Bagian Kesatuan Bangsa
Pemcrintah Daerah Tk.I Sulsel, Direktur Utama RSUP Wahidin
Sudirohusodo dan Kepala Instansi Rekam Medik RSUP Wahidin
Sudirohusodo.

23

You might also like