Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Nurlina Puspita
10/305024/KG/8777
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. drg. Haryo Mustiko Dipoyono, M.S., Sp.Pros(K)
BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu Prosthodonsia adalah cabang dari Ilmu Kedokteran Gigi yang
mempelajari cara penggantian gigi yang hilang dengan suatu gigi tiruan (dental
prosthesis). Dental prosthesis berdasarkan jumlah gigi yang hilang dan diganti
dengan gigi palsu (artificial teeth) dibagi menjadi: Gigi Tiruan Lengkap (full
denture), Gigi Tiruan Sebagian (partial denture).
Tujuan dari segi Ilmu Kedokteran Gigi adalah perawatan, perbaikan atau
pemulihan dari segi fungsi normal (maintenance of correction and restoration to
normal function). Fungsi abnormal disebabkan oleh berbagai hal, misalnya oleh:
kelahiran, kecelakaan, pertumbuhan terganggu dan kehilangan geligi karena
faktor umur.
Kehilangan gigi-gigi dapat menyebabkan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Terganggunya fungsi pengunyahan
2. Terganggunya fungsi bicara
3. Terganggunya fungsi estetis
4. Kesehatan jaringan lunak mulut terganggu
5. Dapat menimbulkan rasa sakit maupun penyakit
Ilmu Prosthodonsia meliputi :
1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan.
2. Gigi Tiruan Sebagian Cekat.
3. Gigi Tiruan Lengkap.
Gigi Tiruan Lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk
mengganti semua gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang. Tujuan
pembuatan GTL adalah:
1. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau
mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis, dan psikis.
2.
3.
dan
material
yang
hampir
sama
dengan
kondisi
mulut
(biocompatible).
Jaringan yang tidak bergerak di dalam mulut akan dijadikan landasan
bagi gigi tiruan lengkap. Batas antara jaringan yang bergerak dan tidak bergerak
disebut mucobuccal fold (fornix). Batas ini harus diteliti dengan seksama untuk
mengetahui batas yang tepat dari gigi tiruan lengkap yang akan dibuat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan lengkap adalah suatu penggantian gigi-gigi asli dalam suatu
lengkung dan menggabungkan bagian-bagiannya dengan penggantian gigi
artifisial (The Academy of Prosthodontic, 1994). Soelarko dan Wachijati,
memakai istilah full denture atau complete denture yang artinya suatu gigi tiruan
yang menggantikan seluruh gigi pada suatu lengkung rahang, sehingga ada istilah:
-
Upper Full Denture yaitu geligi tiruan penuh rahang atas dan
2.
3.
4.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI PASIEN
Nama
: Agus Maryanto
Umur
: 48 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
: Pengangguran
Alamat
: Jetisharjo 10 RT 15
: 072140
PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan subyektif
Motivasi
Pasien datang atas kemauan sendiri untuk membuatkan gigi tiruan.
Chief Complain
Ingin dibuatkan gigi tiruan lengkap karena gigi tiruan sebelumnya patah.
Present Illness
Tidak ada keluhan sakit pada gigi ataupun gusi
Past Medical History
Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
Past Dental History
Pasien pernah mencabutkan gigi belakang rahang atas dan rahang bawah
serta gigi depan rahang atas 5 tahun yang lalu dan pernah dibuatkan gigi tiruan
lengkap 3 tahun yang lalu.
Family History
Ayah : sehat, tidak dicurigai mempunyai kelainan sistemik.
Ibu
2.
Pemeriksaan obyektif
General
a. Jasmani : sehat
b. Rohani : komunikatif dan kooperatif
Lokal
i.
ii.
Ekstra oral
Muka
Pipi
Bibir
Limfonodi
: tidak teraba
Otot-otot bibir
: normal
Otot-otot pipi
: normal
Intra oral
mukosa
palatum
lidah
: fissured tongue
gingiva
Torus palatinus
: tidak ada
Bentuk palatum
: U, normal
: tidak bergigi
b. Rahang bawah
: bergigi 4 3 2 1 1 2
: Anterior
: tinggi
Posterior ka-ki
: tinggi
: Posterior ka-ki
: sedang
BAB IV
RENCANA PERAWATAN
Gambar Batas-Batas Anatomis dari RA dan RB :
Rahang Atas :
1. Frenulum labii superior
2. Ruggae palatina
3. Frenulum buccalis
4. Tuberositas maxilla
5. Pterygomaxillaris notch
6. Vibrating line
7. Median palatina
8. Daerah Post dam
Rahang Bawah :
1. Frenulum labii inferior
2. Frenulum buccalis
3. Vestibulum lingualis
4. Retromolar pad
5. Frenulum lingualis
6. Processus alveolaris
7. Mylohyoid line
10
KUNJUNGAN I
Tahap Klinis :
a)
b)
a. Sendok cetak
b. Bahan cetak
11
Relief area : tercakup semua baik rahang atas maupun rahang bawah
b) Membuat cetakan model kerja
1.
2.
Bahan cetak
3.
Metode mencetak
4.
Cara mencetak :
: Elastomer (Exaflex)
: mukodinamik
ah
pada
batas
tersebut
dengan
pensil
tinta
kemudian
12
Tahap Laboratoris
Membuat base plate
Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan gips stone.
Setelah diperoleh model kerja, ditentukan batas tepi, memperhatikan daerah
mukosa yang bergerak dan tidak bergerak, kemudian ditentukan relief area.
Pada relief area dibuat postdam, ditentukan pula posterior palatal seal dan
membuat seal. Kemudian menurut batas-batas tersebut dibuat base plate dari
wax yang kemudian diganti dengan akrilik. Base plate harus benar-benar
menempel pada work model. Base plate yang diperoleh dihaluskan dan di
atasnya dibuat bite rim dari wax.
Batas tepi untuk rahang bawah adalah peripheral seal dibatasi fornik,
posterior seal dibatasi oleh 2/3 bagian trigonum retromolar dan media/lingua
dibatasi oleh linea mylohyoidea. Sedangkan untuk rahang atas adalah :
peripheral seal dibatasi fornik dan posterior seal dibatasi vibrating line dan
hamular notch.
KUNJUNGAN III
Mencoba base plate permanen pada pasien, setelah pas, diatas base plate
permanen dibuat bite rim yang disesuaikan dengan bentuk lengkung rahang.
Buat lempengan malam seperti tapal kuda dengan ukuran RA anterior (I-P)
tinggi 12 mm, lebar 4 mm ; posterior (P-M) tinggi 10-11 mm, lebar 6 mm.
Bagian posterior pada oclusal ridge dibagi oleh garis puncak ridge menjadi 4
mm bagian bukal dan 2 mm bagian palatinal. Untuk RB ukurannya sama
dengan RA, hanya pada oklusal bagian bite rim dibagi oleh garis puncak ridge
menjadi 3 mm bagian bukal dan lingual.
Melakukan pengukuran MMR (Maxillo Mandibular Relationship),
caranya :
Dataran bite rim RA dibuat sejajar dengan garis champer pada bagian
posterior dan garis pupil pada bagian anterior
13
untuk menentukan garis tengah yang memisahkan insisivus kanan dan kiri
Garis kaninus, tepat dalam sudut mulut dalam keadaan rest position.
Garis ketawa,yaitu pada saat tertawa gusi tidak terlihat.
Median line, garis kaninus, upper lip line, lower lip line ditentukan
kemudian dicek dengan cara pasien disuruh membuka dan menutup mulut,
dilihat apakah garis tersebut sudah tepat dan tetap kedudukannya dalam
relasi sentrik. RA dan RB difiksasi dengan double V groove shape,
caranya:
Garis tengah bite rim dan model RA berhimpit dengan garis tengah
mounting table.
Tepi luar bite rim RA menyinggung garis incisal edge dari mounting table.
14
Jarum horizontal incisal guide pin ujungnya menyentuh tepi luar anterior
bite rim RA dan tepat pada garis tengah bite rim.
Oklusal bite rim RA difiksasi dengan menuang adonan gips pada bagian
atas model kerja. Mounting table dilepas dari articulator. Selanjutnya bite rim
RB dipasang dan dipaskan dengan bite rim RA, dikareti dan kemudian
difiksasi dengan dituangi adonan gips plaster.
Incisal guide ditentukan setelah pemasangan gigi anterior atas dan bawah
dan telah memenuhi nilai estetis. Pada pemasangan gigi anterior harus diingat
high lip line, median line, dan caninus line. Gigi anterior bawah menyesuaikan
yang atas.
KUNJUNGAN IV
Pemasangan gigi anterior rahang atas:
1 1
2 2
3 3
Garis kaninus (pada saat posisi istirahat terletak pada sudut mulut)
Garis ketawa (batas servikal gigi atas, gusi tidak terlihat saat ketawa)
15
KUNJUNGAN V
Dilanjutkan pemasangan gigi posterior rahang atas
Urutan pemasangannya pertama-tama RA kemudian RB.
4 4 : - axis tegak lurus bite rim RB
- tonjol bukal menyentuh bite rim RB, tonjol palatinalnya menggantung
5 5 : - axis tegak lurus bite rim RB
- tonjol mesio palatinal menyentuh bite rim, tonjol-tonjol lainnya
menggantung
6 6 : - axis tegak lurus
- semua tonjol menggantung
Untuk pemasangan gigi-gigi posterior RA ini harap diperhatikan:
a.
dataran orientasi, jika dilihat dari sagital harus membentuk kurva Monson
b. dataran orientasi jika dilihat dari lateral harus membentuk kurva Von Spee
Gigi posterior RB yang dipasang pertama adalah gigi 6
6.
6 6
: tonjol bukal terletak antara tonjol bukal gigi 3 dan 4 rahang atas
ujung tonjol berkontak dengan marginal ridge gigi 3 dan 4 rahang atas
tonjol bukal berada diatas lingir rahang
Setelah pemasangan gigi posterior, dilakukan try in. Perhatikan inklinasinya dan
kontur gigi tiruannya. Perlu juga dilakukan pengamatan terhadap:
1. Oklusi
2. Stabilisasi gaya working dan balancing side
3. Estetis dengan melihat garis kaninus
16
dengan
menggunakan
hukum
BULL dan
MUDL
(pengurangan pada permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan
pengurangan permukaan lingual dan distal pada rahang bawah).
- Artikulasi
Fungsi fonetik, mengucapkan huruf s, r, m, v, p, d, f, t.
- Kemudian dilakukan pengecekan terhadap MMR, apakah ada perubahan
atau tidak. Bila sudah tidak ada perubahan, dilakukan remounting.
Cara: lakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah dengan gigi tiruan masih
terpasang pada mulut pasien. Pada waktu mengambil cetakan, GTL ikut terambil.
Kemudian diisi dengan stone gips. Hasil cetakan kemudian dipasang pada
articulator untuk mengecek kedudukan gigi tiruan terhadap gigi dan jaringan
pendukung gigi. Tujuan dari remounting adalah:
17
Instruksi pasien:
1. Pasien dianjurkan agar dibiasakan dengan protesanya tersebut.
2. Pada waktu tidur protesa dilepas agar jaringan mulut istirahat lalu protesa
direndam dalam air dingin.
3. Protesa dibersihkan sesudah makan.
4. Bila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil pasien dianjurkan
untuk dikemukakan pada waktu kontrol.
KUNJUNGAN VII
Pasien datang untuk kontrol setelah pemakaian selama seminggu. Kontrol
pasien dilakukan untuk mengoreksi atau memperbaiki kesalahan yang
mungkin terjadi. Pada saat kontrol dilakukan pemeriksaan:
a.
Subyektif
ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak
ditanyakan apakah ada gangguan atau tidak
ditanyakan apakah ada rasa sakit
b.
Obyektif
dilihat keadaan mukosa mulut apakah ada peradangan atau perlukaan
diperiksa retensi dan stabilisasi GTL
diperiksa posisi GTL terhadap jaringan mulut.
18
BAB VI
DISKUSI
Pasien berumur 48 tahun, jenis kelamin laki-laki, datang ke RSGM FKG
untuk membuatkan gigi tiruan lengkap karena gigi tiruan sebelumnya patah.
Kondisi pasien dan juga jaringan mulutnya baik, sehingga memungkinkan untuk
dilakukan perawatan dengan menggunakan GTL. Keadaan residual ridge RA dan
RB baik sehingga dalam pembuatan GTL dapat diperoleh retensi dan stabilisasi
yang baik.
Pada kasus ini diketahui bahwa processus alveolaris pada rahang atas
masih baik yaitu pada sisi anterior tinggi dan sisi posterior kanan dan kiri tinggi.
Pada rahang bawah juga sisi posterior kanan dan kiri tinggi.
Pembuatan
gigi
tiruan
lengkap
perlu
mempertimbangkan
serta
19
Dimensi vertikal juga merupakan hal yang penting dalam pembuatan GTL.
Apabila dimensi vertikal kurang, maka gigi-geligi tidak tampak dan bila terlalu
tinggi maka gigi-geligi terlihat panjang dan tidak baik.
BAB VII
PROGNOSA
Pada kasus ini, didapati bahwa pasien dapat dibuatkan gigi tiruan
lengkap dengan prognosa baik, karena :
1. pasien kooperatif dan komunikatif
2. kesehatan umum baik
3. kesehatan dan kebersihan mulut baik.
4. jaringan pendukung sehat.
BAB VIII
KESIMPULAN
Pembuatan GTL harus melalui tahap-tahapan pekerjaan seperti yang telah
ditentukan, sehingga GTL yang dibuat dapat dirasakan lebih menyenangkan
pasien karena dapat mengembalikan fungsi gigi asli yang telah hilang seoptimal
mungkin walau tak sebaik gigi asli.
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka pasien dapat dibuatkan
GTL dan prognosa baik karena processus alveolaris RA dan RB masih baik,
kesehatan dan kebersihan mulut baik, kooperatif dan komunikatif, serta keinginan
pasien yang kuat untuk memiliki gigi tiruan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Boucher, C. O., 1964, Swensons complete denture, ed. V, The C. V. Mosby
Company, St.Louis.
Devlin, H., 2002, Complete Dentures : A Clinical Manual for The General Dental
Practitioner, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, Germany.
Gehl, D. H., Dressen. O. M., 1959, Complete Denture Prosthesis, ed. IV, W. B.
Saunders Co., Philadelphia, London.
Itjiningsih, 1980, Dental Teknologi, FKG Universitas Trisakti, Cetakan I, Jakarta.
Soelarko, Wachiyati, 1980, Diktat Prosthodonsia Full Denture, FKG Universitas
Padjajaran, Bandung.
21