You are on page 1of 40

PERKEMBANGAN ISLAM ERA KHULAFA 

AR-
RASYIDIN
Posted on Maret 17, 2008 by abbas85

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejarah dalah suatu rujukan saat kita akan membangun masa depan. Namun, kadang
orang malas untuk melihat sejarah. Sehingga orang cenderung berjalan tanpa tujuan dan
mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada dimasa lalu. Disnilah sejarah berfungsi sebagai
cerminan bahwa dimasa silam telah terjadi sebuah kisah yang patut kita pelajari untuk
merancang masa depan.
Khulafa al-Rasyidun sebagai sahabat-sahabat yang meneruskan perjuangan Nabi
Muhammad kiranya pantas untuk dijadikan sebagai rujukan saat kita akan melaksanakan sesuatu
dimasa depan. Karena peristiwa yang terjadi sungguh beragam. Dari mulai cara pengaangkatan
sebagai khalifah, sistem pemerintahan, pengelolaan administrasi, hubungan sosial kemasyaratan
dan lain sebagainya.
Dalam memahami sejarah kita dituntut untuk dapat berpikir kritis. Sebab, sejarah
bukanlah sebuah barang mati yang tidak dapat dirubah. Akan tetapi sejarah bisa saja dirubah
kisahnya oleh sang penulis sejarah. Nalar kritis kita dituntut untuk mampu membaca sejarah dan
membandingkan dengan pendapat lain. Saat kita sudah mampu untuk menyibak tabir sejarah dari
berbagai sumber, barulah kita dapat melakukan rekonstruksi sejarah.
Rekonstruksi sejarah perlu dilakukan agar kita dapat memisahkan antara peradaban Arab
dan peradaban islam. Sebab, kita sering memakan mentah-mentah peradaban yang datang dari
Arab sebab semuanya dianggap sebagai peradaban islam. Kita perlu memandang peradaban dari
berbagai aspeknya. Langkah ini agar kita tidak hanya sekedar ”bangga” dan larut dalam
historisisme yang seringkali ”menjebak” pemikiran progressif kita.
1

 
B. Pokok Bahasan

1. Bagaimana Perkembangan Politik dan Pemerintahan Pada masa Khulafa’ al-Rayidun?


2. Bagaimana Perkembangan Kebudayaan dan Peradaban Pada masa Khulafa’ al-
Rayidun?
BAB II
PEMBAHASAN
 
1. Politik dan Pemerintahan Pada masa Khulafa’ al-Rayidun 
1. Abu Bakar As-Shiddiq 11-3 H/ 632-634 M
Abu Bakar memangku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung
sangat demokratis di muktamar Tsaqifah Bani Sa’idah, memenuhi tata cara perundingan
yang dikenal dunia modern saat ini. Kaum Anshar menekankan pada persyaratan jasa
(merit), mereka mengajukan calon Sa’ad Ibn Ubadah. Kaum muhajirin menekankan pada
persyaratan kesetiaan, mereka mengajukan Abu Ubaidah Ibn Jarrah. Sementara itu Ahlul
2

bait menginginkan agar Ali Ibn Abi Thalib menjadi khalifah atas dasar kedudukannya
dalam islam, juga sebagai menantu dan karib Nabi. Hampir saja perpecahan terjadi.
Melalui perdebatan dengan beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui oleh
jama’ah kaum muslimin untuk menduduki jabatan khalifah.
Sebagai kahlifah pertama, Abu Bakar dihadapkan pada keadaan masyarakat
sepeninggal Muhammad SAW. Meski terjadi perbedaan pendapat tentang tindakan yang
akan dilakukan dalam menghadapi kesulitan yang memuncak tersebut, kelihatan
kebesaran jiwa dan ketabahan batinnya. Seraya bersumpah dengan tegas ia menyatakan
akan memerangi semua golongan yang menyimpang dari kebenaran (orang-orang yang
murtad, tidak mau membayar zakat dan mengaku diri sebagai nabi).
Kekuasaan yang dijalankan pada massa khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada
masa Rasululllah, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat
ditangan Khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan
hukum,. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar selalu
mengajak sahabat-sahabatnya bermusyawarah.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar
mengririm kekuatan ke luar Arabia. Khalid Ibn Walid dikirim ke Irak dan dapat
menguasai Al-Hiyah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi dibawah pimpinan
empat jendral yaitu Abu Ubaidah, Amr Ibn ’Ash, Yazid Ibn Abi Sufyan, dan Syurahbil.
Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun.

2. Umar Ibn Al-Khaththab 13-23 H/634-644 M


Umar Ibn Al-Khaththab diangkat dan dipilih oleh para pemuka masyarakat dan
disetujui oleh jama’ah kaum muslimin. Pada saat menderita sakit menjelang ajal tiba,
Abu Bakar melihat situasi negara masih labil dan pasukan yang sedang bertempur di
medan perang tidak boleh terpecah belah akibat perbedaan keinginan tentang siapa yang
akan menjadi calon penggantinya, ia memilih Umar Ibn Al-Khaththab. Pilihannya ini
sudah dimintakan pendapat dan persetujuan para pemuka masyarakat pada saat mereka
menengok dirinya sewaktu sakit.
Pada masa kepemimpinan Umar Ibn Al-Khaththab, wilayah islam sudah meliputi
jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir. Karena
perluasan daerah terjadi dengan begitu cepat, Umar Ibn Al-Khaththab segera mengatur
administrasi negara dengan mencontoh administrasi pemerintahan, dengan diatur menjadi
delapan wialayah propinsi : Mekah, Madinah, Syria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina,
dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan pada masanya mulai
diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan
dalam rangka memisahkan lembaga Yudikatif dengan Eksekutif. Untuk menjaga
keamanan dan ketertiban, Jawatan kepolisian dibentuk. Demikian juga jawatan pekerjaan
umum, Umar Ibn Al-Khaththab juga mendirikan Bait al-Mall. Dalam menyelesaikan
permasalahan yang berkembang dimayarakat Umar selalu berkomunikasi dengan orang-
orang yang memang dianggap mampu dibidangnya. 3

 
3. Ustman Ibn Affan 23-35 H/644-656 M
Ustman Ibn Affan dipilih dan diangkat dari enam orang calon yang diangkat oleh
khalifah Umar saat menjelang wafatnya karena pembunuhan. Keenam orang tersebut
adalah: Ali bin Abu Thalib, Utsman bin Affan, Saad bin Abu Waqqash, Abd al-Rahman
bin Auf, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, serta Abdullah bin Umar, putranya,
tetapi ”tanpa hak suara”. Umar menempuh cara sendiri yang berbeda dengan cara Abu
4

Abakar. Ia menunjukkan enam orang calon pengganti yang menurutnya dan pengamatan
mayoritas kaum muslimin memang pantas menduduki jabatan Khalifah. Oleh sejarawan
islam mereka disebut Ahl al-Hall a al’aqd pertama dalam islam., merekalah yang
bermusyawarah untuk menentukan siapa yang menjadi khalifah. Dalam pemilihan lewat
perwakilan tersebut Ustman Ibn Affan mendapatkan suaran lebih banyak, yaitu 3 suara
untuk Ali dan 4 suara untuk Ustman Ibn Affan.
Pemerintah khalifah Ustman Ibn Affan mengalami masa kemakmuran dan
berhasil dalam beberapa tahun pertama pemerintahannya. Ia melanjutkan kebijakan-
kebijakan Khalifah Umar. Pada separuh terakhir masa pemerintahannya, muncul
kekecewaaan dan ketidakpuasaan dikalangan masyarakat karena ia mulai mengambil
kebijakan yang berbeda dari sebelumnya. Ustman Ibn Affan mengangkat keluarganya
(Bani Ummayyah) pada kedudukan yang tinggi. Ia mengadakan penyempurnaan
pembagian kekuasaan pemerintahan, Ustman Ibn Affan menekankan sistem kekuasaan
pusat yang mengusaai seluruh pendapatan propinsi dan menetapkan seorang juru hitung
dari keluarganya sendiri.
 
4. Ali Ibn Abi Thalib 35-40 H/656-661 M
Ali Ibn Abi Thalib tampil memegang pucuk kepemimpinan negara di tengah-
tengah kericuhan dan huru-hara perpecahan akibat terbunuhnya Usman oleh kaum
pemberontak. Ali Ibn Abi Thalib dipilih dan diangkat oleh jamaah kaum muslimin di
madinah dalam suasana sangat kacau, dengan pertimbangan jika khalifah tidak segera
dipilih dan di angkat, maka ditakutkan keadaan semakin kacau. Ali Ibn Abi Thalib di
angkat dengan dibaiat oleh masyarakat.
Dalam masa pemerintahannya, Ali Ibn Abi Thalib mengahadapi pemberontakan
Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan mereka, Ali Ibn Abi Thalib tidak mau menghukum
para pembunuh Usman dan mereka menuntut bela’ terhadap daerah Usman yang telah
ditumpahkan secara dhalim. Perang ini dikenal dengan nama perang jamal. 5

Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali Ibn Abi Thalib juga


mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus, Muawiyah. Yang
didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan
kejayaannya. Pertempuran yang terjadi dikenal dengan perang shiffin, perang ini diakhiri
dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelsaikan maslah, bahkan
menyebabkan timbulnya golongan ketiga Al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari
barisan Ali).
6

2. Peradaban dan Kebudayaan Pada masa Khulafa’ al-Rayidun

1. Pada Masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq

Pada ini kondisi sosial mayarakat menjadi stabil dan dapat mengamankan tanah
Arab dari pembangkang dan penyelewengan seperti orang murtad, para nabi palsu dan
orang-orang yang enggan membayar zakat.
Selain itu keadaan kaum muslimin menjadi tenteram, tidak khawatir lagi
beribadah kepada Allah. Perkembangan dagang dan hubungan bersama kaum muslim
yang berada di luar Madinah keadaannya terkendali dan terjalin dengan baik. Selain itu
juga kemajuan yang dicapai adalah : Pembukuan Al-Qur’an
 
2. Pada Masa Khalifah Umar Ibn Al-Khaththab
Diantara perkembangan yang ada pada masa Khalifah Umar adalah :
 Pemberlakuan Ijtihad
 Menghapuskan zakat bagi para muallaf
 Mengahpuskan hukum mut’ah
 Lahirnya ilmu Qira’at
 Penyebaran Ilmu Hadits
 Menempa mata uang dan
 menciptakan tahun Hijriah
 
3. Pada Masa Khalifah Ustman Ibn Affan
Diantara perkembangan yang ada pada masa Khalifah Ustman adalah :
 Penaskahan Al-Qur’an
 Perluasan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram
 Didirikannya masjid Al-Atiq di utara benteng babylon
 Membangun Pengadilan
 Membnetuk Angkatan Laut
 Membentuk Departemen:
i. Dewan kemiliteran
ii. Baitrul Mall
iii. Jawatan Pajak
iv. Jawatan Pengadilan

BAB III
PENUTUP
 
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari pema\paran diatas adalah, bahwa dalam sejarah
pemerintahan islam tidak ada satu pun konsep negara islam. Sebab ssemuanya tergantgung pada
situasi dan kondisi yang ada. Seperti Abu Bakar yang diangkat dengan sistem demokrasi
lanbgsung, Umar diangkat dengan sistem kerajaan, yaitu Abu Bakar mengangkat langsung
Khalifah Umar sebagai pengganti diriny, Utsman naik menajdi Khalifah dengan sistem
perwkilan, atau sekarang lebih dikenal dengan parlemen, sedang Ali naik dengan klaim sep[ihak
dri kelompoknya yang akhirnya kaumnya terpecah belah.

 
Daftar Pustaka
 
Al-Jabiri, Mohamed Abed. 2004. Problem peradaban: penelusuran atas jejak Kebudayaan Arab,
Islam dan Timur. Yogyakarta: Belukar.
Engineer, Asghar Ali. Devolusi Negara Islam. 2000. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryam, Siti dkk (Ed.). 2004.Sejarah Peradaban Islam dari masa klasik hingga masa modern.
Yogyakarta: LESFI.
Sjadzali, Munawir. 1993. Islam dan Tata Negara ajaran, sejarah dan pemikiran. Jakarta: UI-
Press.
Yatim, Badri. 2006. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
 
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta : 1993
Ismail, Faisal. Paradigma Kebudayaan Islam. Titian Ilahi Press, Yogyakarta : 1997
Rahman, Dadang Abdur. Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern. Pustaka,.
Bandung : 2002
Thohir Adjid, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta : 2004
Madjid, Nur Cholis, Islam Doktrin Dan Peradaban, Yayasan Wakaf Paradmadina, 1992
As Siba’i, Musthofa. Islam Doktrin Dan Peradaban. Yayasan wakaf Paramadina, Jakarta : 1992
Perkembangan Komputer Analog Di Era Kejayaan Islam
Selasa, 01 Desember 2009 18:12

Tiga abad selepas wafatnya Al-Jazari, dari Kashan, Iran, muncullah seorang insinyur dan
astronom terkemuka bernama Jamshid Al- Kashi. (SuaraMedia News)

Pada era kekhalifahan teknologi komputer analog dikuasai dan dikembangkan para
insinyur Muslim. Sederet peralatan yang menggunakan prinsip komputer analog telah
ditemukan para ilmuwan Islam.Ketika peradaban Islam menggenggam dunia, para insinyur
Muslim ternyata sudah menguasai teknologi komputer. Yang pasti, teknologi yang
dikembangkan para saintis di zaman itu bukan komputer digital, melainkan komputer
analog. Istilah komputer analog, menurut Wikipedia, digunakan untuk menggambarkan alat
penghitung yang bekerja pada level analog lawan (dual) dari level digital.

Komputer analog pun kerap didefinisi - kan sebagai komputer yang mengolah da -
ta berdasarkan sinyal yang bersifat kualitatif atau sinyal analog, untuk mengukur variabel-
variabel, seperti voltase, kecepatan suara, resistansi udara, suhu, dan pengukuran gempa.
Komputer ini biasanya digunakan untuk mempresentasikan suatu keadaan,seperti untuk
termometer, radar, dan kekuatan cahaya. Cikal bakal penggunaan teknologi komputer
analog telah mulai berkembang jauh sebelum Islam datang. Menurut para ahli, Antikythera
Mechanism merupakan komputer analog pertama yang digunakan peradaban manusia. Alat
yang dikembangkan peradaban Yunani sejak 100 tahun SM itu, tak hanya digunakan untuk
memprediksi pergerakan matahari dan bulan, tetapi digunakan juga untuk merencanakan
Olimpiade.

Dengan menggunakan teknologi pemindai tiga dimensi, para ahli menemukan fakta
bahwa alat yang terdiri atas cakra angka terbuat dari kuningan dan roda penggerak itu juga
dipakai untuk menentukan tanggal Olimpiade. Pada salah satu roda penggerak alat itu,
tergores kata-kata Isthmia, Olympia, Nemea, dan Pythia bagian dari pertandingan
pendahuluan pada kompetisi Panhellic. Pada era kekhalifahan teknologi komputer analog
dikuasai dan dikembangkan para insinyur Muslim. Sederet peralatan yang menggunakan
prinsip komputer analog telah ditemukan para ilmuwan Islam. Alat-alat itu umumnya
digunakan untuk beragam kegiatan ilmiah. Di zaman keemasannya, para astronom Muslim
berhasil menemukan beragam jenis astrolabe.
Peralatan astronomi itu digunakan untuk menjawab 1001 permasalahan yang
berhubungan dengan astronomi, astrologi, horoskop, navigasi, survei, penentuan waktu,
arah kiblat, dan jadwal shalat. Menurut D De S Price (1984) dalam bukunya bertajuk, A
History of Calculating Machines, Abu Raihan Al- Biruni merupakan ilmuwan pertama
yang menemukan alat astrolabe mekanik pertama untuk menentukan kalender bulan-
matahari. Astrolabe yang menggunakan roda gigi itu ditemukan Al-Biruni pada tahun 1000
M. Tak lama kemudian, Al-Biruni pun menemukan peralatan astronomi yang
menggunakan prinsip komputer analog yang dikenal sebagai Planisphere sebuah astrolabe
peta bintang. Pada tahun 1015 M, komputer analog lainnya ditemukan ilmuwan Muslim di
Spanyol Islam bernama Abu Ishaq Ibrahim Al- Zarqali.

Arzachel, demikian orang Barat biasa menyebut Al-Zarqali, berhasil menemukan


Equatorium alat penghitung bintang. Peralatan komputer analog lainnya yang
dikembangkan A-Zarqali bernama Saphaea. Inilah astrolabe pertama universal latitude-
independent. Astrolabe itu tak bergantung pada garis lintang pengamatnya dan bisa
digunakan di manapun di seluruh dunia. Dua abad kemudian, insinyur Muslim terkemuka
bernama Al-Jazari mampu menciptakan ‘jam istana’ (castle clock) sebuah jam astronomi.
Jam yang ditemukan tahun 1206 M itu diyakini sebagai komputer analog pertama yang bisa
diprogram. Jam astronomi buatan Al- Jazari itu mampu menampilkan zodiak, orbit
matahari, dan bulan serta bentukbentuk bulan sabit.

Peralatan komputer analog lainnya berupa astrolabe juga ditemukan Abi Bakar
Isfahan pada tahun 1235 M. Peralatan astronomi yang diciptakan astronom dari Isfahan,
Iran, itu berupa komputer kalender mekanik. Ilmuwan Muslim lainnya bernama Al-Sijzi
juga tercatat berhasil menemukan peralatan astronomi yang menggunakan prinsip kerja
komputer analog. Alatnya bernama Zuraqi sebuah astrolabe heliosentris. Ibnu Samh
astronom terkemuka di abad ke-11 M juga dicatat dalam sejarah sains Islam sebagai salah
seorang penemu peralatan komputer analog berupa astrolabe mekanik. Seabad kemudian,
ilmuwan Muslim serbabisa legendaris bernama Sharaf Al-Din Al-Tusi menciptakan
astrolabe linear.

Pada abad ke-15 M, penemuan peralatan yang menggunakan prinsip kerja komputer
analog di dunia Islam terbilang makin canggih. Ilmuwan Islam bernama Al- Kashi sukses
menciptakan Plate of Conjunctions sebuah alat hitung untuk menentukan waktu dan hari
terjadinya konjungsi planet-planet. Selain itu, Al- Kashi pun juga menemukan komputer
planet: The Plate of Zones. Yakni, sebuah komputer planet mekanik yang secara nyata
mampu memecah - kan sederet masalah terkait planet. Alat yang diciptakan pada abad ke-
15 M ini juga dapat memprediksi posisi garis bujur matahari dan bulan secara tepat.

Tak cuma itu, peralatan astronomi ini juga mampu menentukan orbit planet-planet,
garis lintang matahari, bulan dan planet-planet, serta orbit matahari. Semua penemuan itu
membuktikan bahwa peradaban Islam menguasai teknologi di era kejayaannya. Padahal,
pada masa itu masyarakat Barat berada dalam keterbelakangan dan kebodohan. Tak dapat
dimungkiri lagi, jika sains dan teknologi merupakan kontribusi paling monumental yang
diberikan peradaban Islam kepada dunia modern. Berkat sains yang berkembang di dunia
Islam, peradaban Barat pun bisa keluar dari cengkeraman kebodohan. Berkembangnya
ilmu pengetahuan serta teknologi di dunia Islam telah membuat para pemikir Barat
berdecak kagum.

Pencapaian terpenting di abad pertengahan adalah terciptanya semangat


eksperimental yang dikembangkan peradaban Muslim, tutur Bapak Sejarah Sains, George
Sarton, dalam bukunya, The Introduction to the History of Science. Oliver Joseph Lodge
dalam The Pioneers of Science juga mengakui kehebatan peradaban Islam di masa
keemasan. Menurut dia, peradaban Islam yang diwakili masyarakat Arab telah berhasil
menghubungkan secara efektif antara sains yang baru dengan ilmu pengetahuan lama.
Zaman kegelapan terjadi karena terjadinya jurang kesenjangan dalam sejarah sains Eropa.
Sekitar seribu tahun tak ada aktivitas sains, kecuali di peradaban Islam, cetus Lodge.

Muhammad Iqbal dalam The Reconstruction of Religious Thought in Islam


menyatakan bahwa peradaban Islam yang berkembang di Arab berhasil mendorong
berkembangnya sains dengan begitu pesat di saat Barat dikungkung kebodohan. Pada masa
itu, umat Islam telah memperkenalkan metode eksperimental, observasi, dan pemikiran

Insinyur Perintis Komputer Analog Modern

Al-Jazari (1136 M-1206 M) Bapak Teknik Modern. Begitu insinyur Mus - lim dari abad
ke-12 M ini biasa dijuluki. Ia ada lah ilmuwan legendaris yang berhasil menemu kan
sederet peralatan teknologi yang sangat monumental di zamannya. Selain dikenal dunia
teknik modern sebagai ‘perintis robot’, Al-Jazari pun tercatat sebagai sarjana pertama yang
men ciptakan komputer analog yang bisa diprogram.

Insinyur bernama lengkap Al-Shaykh Ra’is Al- A`mal Badi`Al-Zaman Abu Al-
`Izz ibn Isma`il ibn Al-Razzaz Al-Jazari itu membuat komputer analog pertama yang bisa
diprogram dalam bentuk Jam Istana. Sederet karya penting dalam bidang teknologi yang
diciptakannya termuat dalam kitab Al-Jami `bayn al-`ilm wa ‘l- `amal al-nafi `fi sina `at al-
hiya(Ikhtisar dan Panduan Membuat Berbagai Mesin Mekanik).

Risalah ini dinilai sebagai karya yang sangat penting dalam tradisi teknik mesin di
dunia. Lewat karyanya itu, Al-Jazari juga telah meletakkan dasar kerja dalam sejarah
teknologi. Tak heran, jika kitab teknologi yang ditulisnya itu mampu `menyihir’ dan
membetot perhatian para ahli sejarah teknologi dan sejarawan seni dunia. Selain dikenal
sebagai seorang penemu dan insinyur besar, dunia juga mengenalnya sebagai seorang
seniman hebat.

Betapa tidak, dalam risalah fenomenal yang di - ciptakannya, secara gamblang dan
lugas Al-Jazari melukiskan penemuannya dengan lukisan khas bergaya Islami era
kekhalifahan. Lukisan miniatur dari karya-karya yang diciptakannya itu berisi pe - tun juk
dan tata cara untuk membuat peralatan atau teknologi yang diciptakannya. Sehingga, me -
mung kinkan setiap pembaca risalahnya untuk me - rangkai dan membuat beragam
penemuannya itu
Jamshid Al-Kashi

Tiga abad selepas wafatnya Al-Jazari, dari Kashan, Iran, muncullah seorang insinyur dan
astronom terkemuka bernama Jamshid Al- Kashi. Ia tumbuh besar ketika Timur Lenk, penguasa
Dinasti Timurid, menguasai tanah kelahirannya. Kemiskinan tak mampu mematahkan
semangatnya untuk belajar. Matematika dan astronomi adalah dua bidang studi yang sangat
menarik perhatian dan minatnya. Perekonomian di tanah kelahirannya mulai pulih ketika Dinasti
Timurid dipimpin Shah Rukh. Sang pemimpin baru itu mendukung dan mendorong
berkembangnya ekonomi, seni, dan ilmu pengetahuan.
Di kota kelahirannya, Al-Kashi dengan serius mempelajari dan mengkaji astronomi. Pada 1
Maret 1407 M, dia berhasil merampungkan penulisan risalah astronomi berjudul, Sullam Al-
Sama. Naskahnya hingga kini masih tetap eksis. Pada tahun 1410 M, ia kembali berhasil
menyelesaikan penulisan buku Compendium of the Science of Astronomy. Buku tersebut ditulis
dan didedikasikan secara khusus untuk penguasa Timurid.

Al-Kashi telah berjasa menemukan peralatan yang menggunakan prinsip kerja komputer ana -
log. Ia berhasil menciptakan Plate of Conjunc - tions sebuah alat hitung untuk menentukan waktu
dan hari terjadinya konjungsi planet-pla net. Ia juga sukses menciptkan komputer planet

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DI ERA


MODERN
Agustus 16th, 2009 | Author: rifai

PENDIDIKAN Islam adalah sebuah sarana atau pun furshoh untuk menyiapkan
masyarakat muslim yang benar-benar mengerti tentang Islam. Di sini para pendidik muslim
mempunyai satu kewajiban dan tanggung jawab untuk menyampaikan ilmu yang
dimilikinya kepada anak didiknya, baik melalui pendidikan formal maunpun non formal.

Pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan yang lain. Pendidikan Islam lebih
mengedepankan nilai-nilai keislaman dan tertuju pada terbentuknya manusia yang
berakhlakul karimah serta taat dan tunduk kepada Allah semata. Sedangkan pendidikan
selain Islam, tidak terlalu memprioritaskan pada unsur-unsur dan nilai-nilai keislaman,
yang menjadi prioritas hanyalah pemenuhan kebutuhan indrawi semata.

Indonesia adalah sebuah negara besar yang memiliki penduduk ratusan juta jiwa.
Indonesia juga adalah negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.
Menurut sebuah perhitungan manusia Muslim Indonesia adalah jumlah pemeluk agam
Islam terbesar di dunia. Jika dibanding dengan negara-negara Muslim lainnya, maka
penduduk Muslim Indonesia dari segi jumlah tidak ada yang menandingi. Jumlah yang
besar tersebut sebenarnya merupakan sumber daya manusia dan kekuatan yang sangat
besar, bila mampu dioptimalkan peran dan kualitasnya. Jumah yang sangat besar tersebut
juga mampu menjadi kekuatan sumber ekonomi yang luar biasa. Jumlah yang besar di atas
juga akan menjadi kekuatan politik yang cukup signifikan dalam percaturan nasional.
Namun realitas membuktikan lain. Jumlah manusia Muslim yang besar tersebut
ternyata tidak mamiliki kekuatan sebagaimana seharusnya yang dimiliki. Jumlah yang
sangat besar di atas belum didukung oleh kualitas dan kekompakan serta loyalitas manusia
Muslim terhadap sesama, agama, dan para fakir miskin yang sebagian besar (untuk tidak
mengatakan semuanya) adalah kaum Muslimin juga. Kualitas manusia Muslim belum
teroptimalkan secara individual apalagi secara massal. Kualitas manusia Muslim Indonesia
masih berada di tingkat menengah ke bawah. Memang ada satu atau dua orang yang
menonjol, hanya saja kemenonjolan tersebut tidak mampu menjadi lokomotif bagi
rangkaian gerbong manusia Muslim lainnya. Apalagi bila berbicara tentang kekompakan
dan loyalitas terhadap agama, sesama, dan kaum fakir miskin papa. Sebagian besar dari
manusia Muslim yang ada masih berkutat untuk memperkaya diri, kelompok, dan pengurus
partainya sendiri. Masih sangat sedikit manusia Muslim Indonesia yang berani secara
praktis-bukan hanya orasi belaka-memberikan bantuan dan pemberdayaan secara tulus
ikhlas kepada sesama umat Islam, khususnya para kaum fakir miskin papa.
Paradoksal fenomena di atas, yakni jumlah manusia Muslim Indonesia yang sangat
besar akan tetapi tidak memiliki kekuatan ideologi, kekuatan politik, kekuatan ekonomi,
kekuatan budaya, dan kekuatan gerakan adalah secara tidak langsung merupakan dari hasil
pola pendidikan Islam selama ini. Pola dan model pendidikan Islam yang dikembangkan
selama ini masih berkutat pada pemberian materi yang tidak aplikatif dan praktis. Bahkan
sebagian besar model dan proses pendidikannya terkesan “asal-asalan” atau tidak
professional. Selain itu, pendidikan Islam di Indonesia negara tercinta mulai tereduksi oleh
nilai-nilai negatif gerakan dan proyek modernisasi yang kadang-kadang atau secara nyata
bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.
Tulisan ini mencoba untuk memberikan gambaran secara global tentang
pendidikan Islam Indonesia saat ini sebagai landasan awal untuk meneropong moralitas
bangsa di masa depan. Moralitas masa depan bangsa menjadi sangat penting untuk
diteropong, karena didasarkan pada asumsi awal sebagian pakar yang berpendapat bahwa
salah satu factor penyebab atau “biang keladi” terjadi dan berlangsungnya krisis
multidimensional negara Indonesia adalah masalah moralitas bangsa yang sangat
“amburadul” dan tidak “karu-karuan”.
Kalau kita kembali kepada sejarah pendidikan Islam di Indonesia, maka kita akan
temukan bahwa pada awal munculnya pendidikan Islam tidak terlepas dari peran para
pembawa Islam ke Indonesia sendiri. Jadi sebelum pendidikan Islam ada, terlebih dahulu
Indonesia dimasuki oleh para penyebar Islam, walaupun menurut kajian sejarah bahwa para
ahli berbeda pendapat tentang waktu dan pembawanya masuknya Islam ke Indonesia. Ada
yang mengatakan pada abad ke-7 seperti yang dikatakan HAMKA dalam Seminar Sejarah
Masuknya Agama Islam di Indonesia (1963). Ada lagi yang mengatakan bahwa Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke-13. Teori ini dicetuskan oleh seorang orintalis Snouck
Hurgronje, yang belajar agama puluhan tahun di mekkah dengan tujuan untuk
menghancurkan Islam dari dalam.
Terlepas dari perbedaan tersebut, pendidikan Islam di Indonesia telah ada
semenjak Islam masuk ke Indonesia. Yaitu, melalui dakwah mereka dalam menyebarkan
Islam, walaupun bentuknya tidak formal seperti sekolah-sekolah yang ada sekarang.
Seperti, sambil berdagang mereka mendakwahkan Islam. Seiring perjalanan sejarah,
pendidikan Islam semakin tahun semakin mengalami perkembangan. Apalagi setelah
muncul dua organisasi besar Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama’ (NU). Kedua
organisasi ini bergerak dalam bidang dakwah melalui pendidikan, ada yang dengan sistem
klasik dan ada yang modern.
Misalnya, Muhammadiyah pada awal berdirinya 18 November 1912 M mendirikan
madrasah pertamanya yaitu Al-Qism Al-Arqo’. Madrasah ini didirikan oleh KH. Ahmad
Dahlan Pendiri Muhammadiyah sendiri, dan sekarang berubah nama menjadi PP.
Muallimin Muallimat Jogjakarta. Pendidikan semacam ini didirikan oleh Muhammadiyah
untuk mengimbangi pendidikan kolonial Belanda yang cenderung jauh dari nilai-nilai
keislaman, bahkan cenderung meracuni bangsa.
Sedangkan NU yang didirikan tanggal 31 Januari 1926 M, walaupun menurut
sejarah pernah masuk dan menjadi partai politik dan menjadi kontenstan dalam pemilu
1955 dan 1971, organisasi ini tetap menaruh perhatian besar terhadap pendidikan Islam.
Memang NU tidak bergerak melalui madrasah-madrasah atau sekolah umum seperti
Muhammadiyah, akan tetapi mayoritas pendidikan Islam di NU banyak berkembang di
dalam pesantren yang di gunakan sebagai tempat pengkaderan.
Walaupun jalan yang ditempuh oleh kedua organisasi ini dalam mengembangkan
pendidikan Islam berbeda, akan tetapi tetap tujuan utamanya sama, yaitu sama-sama ingin
menjadikan Islam tetap berkembang di Indonesia melalui cara-cara yang menurut masing-
masing biasa dilakukan. Sekarang kita melihat kondisi pendidikan Islam di era modern ini,
apakah metode atau jalan yang ditempuh oleh Muhammadiyah dan NU, yang dulunya
berbeda tersebut sekarang bisa mengarah pada persatuan. Dan menimbulkan kesadaran
pada masing-masing?.
Kita lihat sekarang Muhammadiyah yang pada mulanya tidak terlalu
berkecimpung dalam dunia pesantren dalam mengembangkan pendidikan Islam, akan
tetapi sekarang sudah mulai memperhatikannya bahkan sudah banyak pesantren-pesantren
yang didirikan Muahammadiyah. Kesadaran ini muncul setelah nampak di tengah-tengah
Muhammadiyah apa yang dinamakan dengan “krisis ulama’. Relevan dengan ini ialah
pendapat Karim yang dikutip oleh Khozin M.Si (2006) dalam bukunya Sejarah Pendidikan
Islam “efektivitas pendidikan dan pengajaran agama melalui pesantren juga telah disadari
oleh Muhammadiyah yang sepanjang sejarahnya menaruh perhatian pada sistem
pendidikan modern”.
Adapun NU yang pada mulanya banyak mencurahkan perhatiannya terhadap dunia
pesantren dalam mengembangkan pendidikan Islam, sekarang sudah mulai sadar akan
pentingnya dunia sekolah yang cenderung modern dan mengikuti perkembangan zaman.
Apalagi di era yang teknologinya serba canggih, Realitas saat ini Keterpurukan dan
keterbelakangan pendidikan nasional saat ini tentu mempunyai dampak yang signifikan
terhadap pendidikan Islam. Walaupun pada dasarnya secara historis saat ini pendidikan
Islam mengalami perubahan-perubahan dan perkembangan yang signifikan juga dibanding
dengan kondisi pendidikan Islam sebelumnya yang berlaku di Indonesia.
Apalagi setelah munculnya SKB 3 Mentri, yaitu Menteri Pendidikan, Menteri
Agama dan Menteri Kebudayaan. Dengan ketentuan bahwa ijazah madrasah mempunyai
nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum yang setingkat, Lulusan madrasah dapat
melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih atas, dan madrasah dapat berpindah ke
sekolah umum yang setingkat begitupun sebaliknya.
Walaupun demikian, tidak dapat dinafikan bahwa masih banyak lembaga-lembaga
Islam yang jauh tertinggal. Menurut Abd. Assegaf Pendidikan Islam di Indonesia saat ini
bisa dibilang mengalami intellectual deadlock (kebuntuan intelektual).
Indikasinya adalah minimnya upaya pembaharuan dalam pendidikan Islam, Praktik
pendidikan Islam selama ini masih memelihara budaya lama yang tidak banyak melakukan
pemikiran kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual, model pembelajaran yang
masih menekankan pada pendekatan intelektualisme verbalistik dan mengenyampingkan
urgensi interactive education and communication antara guru dan murid, orientasi
pendidikan Islam lebih menitikberatkan pada pembentukan insan sebagai abdun (hamba)
bukan pada fitrohnya sebagai kholifah di bumi.
Melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, Maka
pendidikan Islam dituntut untuk bergerak dan mengadakan inovasi-inovasi dalam
pendidikan. Mulai dari paradigma, sistem pendidikan dan metode yang digunakan. Ini
dimaksudkan agar perkembangan pendidikan Islam tidak tersendat-sendat. Sebab kalau
pendidikan Islam masih berpegang kepada tradisi lama yang tidak dapat menyesuaikan diri
dengan perkembangan IPTEK, maka pendidikan Islam akan buntu.
Menurut Rahmat Ismail (dalam Khozin, 2006) bahwa ada beberapa hal yang perlu
dibangun dan diperbaiki kembali dalam pendidikan Islam supaya dapat berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman, yaitu:
Pertama :           Rekontruksi paradigma, dengan mengganti paradigma yang lama
dengan paradigma baru, bahwa konsep pendidikan yang benar harus selalu sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Rekontruksi ini diharapkan dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi pendidikan Islam, yakni keluar dari
belenggu dikotomi ilmu pengetahuan, keluar dari sistem pendidikan yang doktrinir dan
otoriter, terlepas dari penyimpangan profesionalitas pendidik.
Kedua :           Memperkuat landasan moral. Kita melihat pengaruh dari globalisasi
yang telah menimpa Indonesia, moral barat dengan mudahnya masuk ke dalam negari ini
dan dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia, Maka sangat urgen sekali kalau moral para
praktisi pendidikan Islam dibangun dan dibentuk dengan kokoh, supaya tidak terpengaruh
dengan budaya barat tersebut.
Ketiga :           Menguasai lebih dari dua bahasa.
Keempat :           Menguasai komputer dan berbagai program dasarnya.
Kelima :           Pengembangan kompetensi kepemimpinan.

Adapun menurut hemat penulis agar pendidikan Islam terus berkembang dan selalu sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Maka perlu adanya integrasi antara
pendidikan Islam Tradisional (pesantren) yang sepanjang sejarahnya dikembangkan oleh
NU dan pendidikan Islam modern yang dikembangkan oleh Muhammadiyah. Pendidikan
Pesantren diharapkan untuk tetap dapat menjaga originilitas ulama’. Sedangkan pendidikan
Islam modern diharapkan dapat menyesuaikan dengan perkembangan IPTEK. Dalam
kaedah usul dikatakan “al-muhafadhoh ‘alal qodimis soleh wal akhdu biljadidil ashlah
(menjaga tradisi lama yang baik, dan mengambil tradisi baru yang lebih baik)”
Selain itu juga perlu adanya rekontruksi metode atau model pembelajaran yang
digunakan di dalam pendidikan Islam. Dalam hal ini pendidikan Islam dapat menggunakan
metode pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning). Ini diharapkan dapat
mengukuti tuntutan anak modern yang selalu kritis dan lebih berpikiran maju dari anak
zaman dahulu yang cenderung manut dan tunduk terhadap apa yang disampaikan guru.
Pendidikan Islam ke depan harus lebih memprioritaskan kepada ilmu terapan yang
sifatnya aplikatif, bukan saja dalam ilmu-ilmu agama akan tetapi juga dalam bidang
teknologi. Sebab selama ini Pendidikan Islam terlalu terkonsentrasikan pada pendalaman
dikotomi halal haram dan sah batal, namun terlalu mengabaikan kemajuan IPTEK yang
menjadi sarana untuk mencapai kemajuan di era modern ini.
Bila dianalisis lebih jeli selama ini, khususnya sistem pendidikan Islam seakan-
akan terkotak-kotak antara urusan duniawi dengan urusan ukhrowi. Ada pemisahan antara
keduanya. Sehingga dari paradigma yang salah itu, menyebabkan umat Islam belum mau
ikut andil atau berpasrtisipasi banyak dalam agenda-agenda yang tidak ada hubungannya
dengan agama atau sains sebaliknya. Sebagai permisalan tentang sains, sering kali umat
Islam Phobia dan merasa sains bukan urusan agama. Dalam hal ini ada pemisahan antara
urusan agama yang berorientasi akhirat dengan sains yang dianggap hanya berorientasi
dunia saja.
Sejarah telah mencatat, pada awal abad VIII umat Islam telah menorehkan tinta
emas kemajuan iptek jauh sebelum terjadinya revolusi Industri yang diagung-agungkan
bangsa Eropa. Kala itu, Ilmuwan-ilmuwan Islam dapat meletakkan dasar kemajuan iptek
yang tentu saja atas dasar agama. Diantara ilmuwan seperti, Abu Bakr Muhammad bin
Zakariya ar-Razi (Razes [864-930 M]) yang dikenal sebagai ‘dokter Muslim terbesar’, atau
pakar kedokteran Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina (Avicenna [981-1037 M])
yang hasil pemikirannya The Canon of Medicine (Al-Qanun fi At Tibb) menjadi rujukan
utama ilmu kedokteran di eropa. Al Kawarijmi Jabir Ibnu Hayyan yang meninggal tahun
803 M disebut-sebut sebagai Bapak Kimia. Algoritma yang kita kenal dalam pelajaran
matematik itu berasal dari nama seorang ahli matematik Muslim bernama Muhammad bin
Musa Al-Khwarizmi (770-840M)
Ilmuwan muslim telah diakui menjadi “jembatan” yang menghubungkan Pra-
revolusi dengan kemajuan eropa melalui revolusi industri yang sempat diklaim merubah
dunia. Lantas apa yang menyebabkan Islam dapat bersinar kala itu?. Alasannya adalah
peran Islam dalam mengembangkan iptek sangatlah luar biasa. Selain ilmuwan-ilmuwan
yang bekerja keras, ditambah pemerintahan yang mendukung dengan rela menyewa
penerjemah-penerjemah untuk menenjemahkan warisan-warisan ilmuan kuno Yunani.
Sehingga nampak bahwa Islam tidak hanya berorientasi pada agama, tetapi juga turut
mengembangkan iptek yang sebelumnya dianggap berorientasi pada dunia.
Saat ini bangsa Eropa dan Amerika sedang berada pada posisi atas, mereka
memegang peran yang signifikan dalam penguasaan seluruh tataran kehidupan di dunia.
Hal ini sesuai dengan Sunatullah yang menyebutkan bahwa, akan ada pergiliran kekuasaan
di antara manusia dan ini adalah sebuah kepastian. “Dan masa (kejayaan dan kehancuran)
itu, kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) …” Namun
pergilirian ini terjadi, selain atas izin Allah, juga bergulir sesuai dengan sunatullah yang
lain yaitu usaha keras bangsa Eropa dan Amerika dalam penguasaan berbagai macam
disiplin ilmu. Salah satunya adalah sains.
Oleh karena itu, umat Islam harus mengusahakan agar roda itu terus berputar
hingga suatu saat nanti giliran umat Islam berada pada posisi diatas dengan cara
memadukan Islam dan sains melalui sistem pendidikan. Sehingga Umat Islam dapat
menggenggam dunia dengan sistem yang lebih baik dari sekarang. Dan perlu dingat, bahwa
Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, bila kaum itu yang merubah keadaannya
sendiri.
Dan yang sampai sekarang bergolak dalam dada penulis, kapan Rifaiyah akan
melakukan rekonstruksi untuk menuju dan ikut serta menorehkan tinta emas dalam
percaturan sejarah nasional ?. Sekali lagi, sambil bergumam dalam hati sembari
memejamkan mata membangun imajinasi yang rupawan tentang Rifaiyah, penulis
mengajak semua intelektual Rifaiyah untuk bersatu dan bersama membangun warisan sang
guru ini.
PERKEMBANGAN ISLAM PADA ABAD PETENGAHAN
Posted by Bustamam Ismail on November 23, 2007

Pada tahun132 H/750 M, keturunan bani Umayyah ditumpas habis dan menandai
berkahirnya dinasti tersebut. Hanya Abdurrahman, satu-satunya keturunan bani Umayah yang
berhasil melarikan diri ke Andalusia dan mendirikan dinasti Umayyah II di daratan Eropa
tersebut. Sejalan dengan pesatnya perkembangan Islam di Asia dan Afrika, Islam juga menyebar
ke Eropa. Yaitu melalui tiga jalan sebagai berikut.
1. Jalan barat, yakni dilakukan dari Afrika Utara melalui Semenanjung Iberia di bawah pimpinan
thariq bin ziyad (711 M). Bahkan, tentara Islam dapat melewati Pegunungan Pirenia yang
akhirnya ditahan oleh tentara perancis di bawah pimpinan karel martel di kota poitiers (732
M). Akhirnya, pemerintahan Khilafah Umayyah memipmpin di semenanjung Iberia yang
dikenal dengan bani Umayah II (711 M-1492 M) dengan ibukotanya Cordoba.
2. Jalan tengah, yakni dilakukan dari Tunisia melalui Sisilia menuju sepenanjung Apenina. Islam
dapat menduduki Sisilia dan Italia selatan, tetapi dapat direbut kembali oelh bangsa Nordia
pada abad ke-11
3. Jalan timur, dimana pada tahun 1453, turki dibawah pimpinan Sultan Muhammad II berhasil
menaklukkan Byzantium dengan terlebih dahulu menyerang Konstantinopel dari arah
belakang yakni laut hitam sehingga mengejutkan tentara byzantium timur. Dari Byzantium,
tentara turki usmani terus melakukan perlawanan sampai ke kota Wina di Austria. Setelah
itu, tentara Turki Usmani mundur kembali ke Semenanjung Balkan dan menguasai daerah ini
selama kurang lebih empat abad. Baru pada abad ke-19, daerah ini berhasil melepaskan diri
dari kekuasaan Islam. Akan tetapi, kota konstantinopel masih tetap dikuasai dinasty
Umayyah dan berubah menjadi Istanbul

A. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan

Sesungguhnya Eropa banyak berhutang budi pada Islam karena banyak sekali peradaban
Islam yang mempengaruhi Eropa, seperti dari spanyol, perang salib dan sisilia. Spanyol sendiri
merupakan tempat yang paling utam bagi Eropa dalam menyerap ilmu pengetahuan dan
kebudayaan Islam, baik dalam bentuk politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Beberpa perkembangan Islam antara lain sebagai berikut.
1. Bidang politik

Terjadi balance of power karena di bagian barat terjadi permusuhan antara bani
Umayyah II di Andalusia dengan kekaisaran karoling di Perancis, sedangkan di
bagian timur terjadi perseteruan antara bani Abbasyah dengan kekaisaran
Byzantium timur di semenanjung Balkan. Bani Abbasyah juga bermusuhan
dengan Bani Umayyah II dalam perebutan kekuasaan pada tahun 750 M.
Kekaisaran Karoling bermusuhan dengan kekaisaran Byzanium timur dalam
memperebutkan Italia. Oleh karena itu terjadilah persekutuan antara Bani
Abbasyah dengan kekaisaran Karoling, sddangkan bani Umayyah II bersekutu
dengan Byzantium Timur. Persekutuan baru berakhir setelah terjadi perang salib
(1096-1291)
2. Bidang Sosial Ekonomi

Islam telah menguasai Andalusia pada tahun 711 M dan Konstantinopel pada tahun
1453 M. Keadaan ini mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan Eropa. Islam
berarti telah menguasai daerah timur tengah yang ketika itu menjadi jalur dagan dari
Asia ke Eropa. Saat itu perdagangan ditentukan oleh negara-negara Islam. Hal ini
menyebabkan mereka menemukan Asia dan Amerika

3. Bidang Kebudayaan

Melalui bangsa Arab (Islam), Eropa dapat memahami ilmu pengetahuan kuno
seperti dari Yunani dan Babilonia. Tokoh tokoh yang mempengaruhi ilmu
pengetahuan dan kebudayaan saat itu antara lain sebagai berikut. Al Farabi (780-
863M) Al Farabi mendapat gelar guru kedua (Aristoteles digelari guru pertama)
Al Farabi mengarang buku, mengumpulkan dan menerjemahkan buku-buku karya
aristoteles Ibnu Rusyd (1120-1198)
Ibnu Rusyd memiliki peran yang sangat besar sekali pengaruhnya di Eropa
sehingga menimbulkan gerakan Averoisme (di Eropa Ibnu Rusyd dipanggil
Averoes) yang menuntut kebebasan berfikir. Berawal dari Averoisme inilah lahir
roformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M di Eropa.
Buku-buku karangan Ibnu Rusyd kini hanya ada salinannya dalam bahasa latin
dan banyak dijumpai di perpustakaan-perpustakaan Eropa dan Amerika. Karya
beliau dikenal dengan Bidayatul Mujtahid dan Tahafutut Tahaful. Ibnu Sina (980-
1060 M)
Di Eropa, Ibnu Sina dikenal dengan nama Avicena. Beliau adalah seorang dokter
di kota Hamazan Persia, penulis buku-buku kedokteran dan peneliti berbagai
penyakit. Beliau juga seorang filsuf yang terkenal dengan idenya mengenai
paham serba wujud atau wahdatul wujud. Ibnu Sina juga merupakan ahli fisika
dan ilmu jiwa. Karyanya yang terkenal dan penting dalam dunia kedokteran yaitu
Al Qanun fi At Tibb yang menjadi suatu rujukan ilmu kedokteran
4. Bidang Pendidikan

Banyak pemuda Eropa yang belajar di universitas-unniversitas Islam di Spanyol


seprti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada dan Salamanca. Selama belajar di
universitas-universitas tersebut, mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya
ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah mereka pulang
ke negerinya, mereka mendirikan seklah dan universitas yang sama. Universitas
yang pertama kali berada di Eropa ialah Universitas Paris yang didirikan pada
tahun 1213 M dan pada akhir zaman pertengahan di Eropa baru berdiri 18
universitas. Pada universitas tersebut diajarkan ilmu-ilmu yang mereka peroleh
dari universitas Islam seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti dan ilmu filsafat

Banyak gambaran berkembangnya Eropa pada saat berada dalam kekuasaan


Islam, baik dalm bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi, kebudayaan, ekonomi maupun
politik. Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut
1. Seorang sarjana Eropa, petrus Alfonsi (1062 M) belajar ilmu kedokteran pada
salah satu fakultas kedokteran di Spanyol dan ketika kembali ke negerinya Inggris
ia diangkat menjadi dokter pribadi oleh Raja Henry I (1120 M). Selain menjadi
dokter, ia bekerja sama dengan Walcher menyusun mata pelajaran ilmu falak
berdasarkan pengetahuan sarjan dan ilmuwan muslim yang didapatnya dari
spanyol. Demikin juga dengan Adelard of Bath (1079-1192 M) yang pernah
belajar pula di Toledo dan setelah ia kembali ke Inggris, ia pun menjadi seorang
sarjan yang termasyhur di negaranya
2. Cordoba mempunyai perpustakaan yang berisi 400.000 buku dalam berbagai
cabang ilmu pengetahuan
3. Seorang pendeta kristen Roma dari Inggris bernama Roger Bacon (1214-1292 M)
mempelajari bahasa Arab di Paris (1240-1268 M). Melalui kemampuan bahasa
Arab dan bahasa latin yang dimilikinya, ia dapat membaca nasakah asli dan
menterjemahkannya ke dalam berbagai ilmu pengetahuan, terutama ilmu pasti.
Buku-buku asli dan terjemahan tersebut dibawanya ke Universitas Oxford Inggris.
Sayangnya, penerjemahan tersebut di akui sebagai karyanya tanpa menyebut
pengarang aslinya. Diantara bukuyang diterjemahkan antara lain adalah Al
Manzir karya Ali Al Hasan Ibnu Haitam (965-1038 M). Dalam buku itu terdapat
teori tentang mikroskop dan mesiu yang banyak dikatakan sebagai hasil karya
Roger Bacon.
4. Seorang sarjana berkebangsaan Perancis bernama Gerbert d’Aurignac (940-1003
M) dan pengikutnya, Gerard de Cremona (1114-1187 M) yang lahir di Cremona,
Lombardea, Italia Utara, pernah tinggal di Toledo, Spanyol. Dengan bantuan
sarjana muslim disana , ia berhasil menerjemahkan lebih kurang 92 buah buku
ilmiah Islam ke dalam bahasa latin. Di antara karya tersebut adalah Al Amar
karya Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria Ar Razi (866-926 M) dan sebuah buku
kedokteran karangan Qodim Az Zahrawi serta buku Abu Muhammad Al baitar
berisi tentang tumbuhan. Sarjana-sarjana muslim tersebut mengajarkan penduduk
non muslim tanpa membeda-bedakan agama yang mereka anut
5. Apabila kerajaan-kerajaan non muslim mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam,
maka yang terjadi adalah pembumihangusan kebudayaan Islam dan pembantaian
kaum muslim. Akan tetapi, apabila kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai
kerajaan non muslim, maka penduduk negeri tersebut diperlakukan dengan baik.
Agama dan kebudayaan merekapun tidak terganggu
6. Banyak sarjana-sarjana muslim yang berjasa karena telah meneliti dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan karya mereka diterjemahkan ke
dalam bahasa Eropa meskipun ironisnya diakui sebagai karya mereka sendiri.
Akibat atau pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan Islam ini menimbulkan
kajian filsafat Yunani di Eropa secara besar-besaran dan akhirnya menimbulkan gerakan
kebangkitan atau renaissans pada abad ke-14. berkembangnya pemikiran yunani ini melalui
karya-karya terjemahan berbahasa arab yang kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa
latin. Disamping itu, Islam juga membidani gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme
pada abad ke-17 M, dan aufklarung atau pencerahan pada abad ke-18 M.
Nasib kaum muslim di Spanyol sepeninggal Abu Abdullah Muhammad dihadapakan
pada beberapa pilihan antara lain masuk ke dalam kristen atau meninggalkan spanyol.
Bangunan-bangunan bersejarah yang dibangun oleh Islam diruntuhkan dan ribuan muslim mati
terbunuh secara tragis. Pada tahun 1609 M, Philip III mengeluarkan undang-undang yang berisi
pengusiran muslim secara pakasa dari spanyol. Dengan demikian, lenyaplah Islam dari bumi
Andalusia, khusunya Cordoba yang menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan di barat
sehingga hanya menjadi kenangan.

B. Hikmah Sejarah Perkembangan Islam pada Abad Pertengahan

Ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari sejarah perkembangan Islam pada
abad pertengahan, diantaranya sebagai berikut.
1. Meskipun Bani Umayyah telah dihancurkan oleh Bani Abbasyah, perluasan wilayah
Islam masih terus dilanjutkan sehingga dengan demikian kebudayaan Islam tetap
berkembang di Eropa. Hal tersebut menandakan bahwa semangat kaum muslim dalam
meraih cita-cita sangat tinggi sehingga melahirkan persatuan dan kesatuan yang sangat
dibutuhkan dalam mewujudkan hal tersebut. Hal ini terbukti dalam setiap perluasan
wilayah, kaum muslim mampu menguasai Spanyol dalam waktu sekitar delapan abad
(711-1492 M) dan menguasai Semenanjung Balkan sekitar 4 abad (1453-1918 M)
2. Niat yang tulus ketika melakukan sesuatu karena Allah sangat dibutuhkan, ketika niat
telah berubah menjadi orientasi terhadap kekuasaan atau harta, maka dengan cepat
kehancuran akan menimpa. Hal tersebut telah banyak dibuktikan pada peristiwa-peristiwa
runtuhnya daulah bani Umayyah, bani Abbasyah, dan bani Umayyah II di Andalusia serta
kerajaan atau pemerintahan lain dimanapun berada
3. Penaklukan wilayah yang demikian luas dilakukan oleh kaum muslim saat itu
berdasarkan pada permintaan penduduk suatu negara yang ditindas oleh pemimpin
mereka sendiri. Hal tersebut dikarenakan penduduknya berada dibawah pemerintahan
yang zalim atau karena kerajaan tersebut telah mengganggu wilayah-wilayah Islam. Oleh
karena itu, kaum muslim telah bertindak sebagai pembebas masyarakat suatu negara dari
tindakan pemerintah mereka yang sewenag-wenang dan bukan bertindak sebagai
penjajah atas suatu negara. Penduduk yang dibebaskan tetap diberikan keleluasan untuk
menjalankan agama atau kepercayaan mereka masing-masing meskipun upaya
penyebaran agama Islam senantiasa dilakukan.
4. Islam memiliki kontribusi yang sangat besar dalam upaya menyebarkan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi. Eropa memiliki kemajuan saat ini salah satunya disebabkan
jasa sarjana-sarjana muslim yang telah menjadi mata rantai perkembangan ilmu
pengetahuan kepada masyarakat Eropa saat itu.

C. Penghayatan terhadap Sejarah Kebudayaan Islam pada Abad Pertengahan.

Ada banyak perilaku yang pat diterapkan sebagai cerminan penghayatan terhadap
sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan yakni antara lain sebagai berikut.
1. Sejarah merupakan pelajaran bagi manusia agar di kemudian hari perilaku atau perbuatan
kaum muslim yang membuat kaum muslim dan umat manusia lainnya menderita tidqak
terulang lagi. Lemahnya persatuan umat Islam dapat dijadikan celah pihak lain untuk
memundurkan peran kaum muslim, baik dari kancah perekonomian maupun politik. Oleh
karena itu, umat Islam hendaknya mampu mengubah tata kehidupannya yang seimbang
antara kepentingan duniawi dan ukhrawinya serta senantiasa meningkatkan wawasan
keislamannya melalui rujukan Al Qur’an dan Hadis.

2. Umat Islam harus mengambil pelajaran dari negara barat. Mereka semula jauh tertinggal
dibandingkan dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat Islam, tetapi
kemudian mereka dapat mengejar kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat
Islam. Invasi Islam terhadap Eropa seperti andalusia dan Semenanjung Balkan selama
berabad-abad telah memotifasi barat untuk mempelajari ilmu pengetahuan, tekhnologi
dan kebudayaannya

3. Keberadaan cendekiawan pada masa perkembangan Islam abad pertengahan seperti Ibnu
Sina, Al Farabi, dan Ibnu Rusyd haurs menjadi inspirasi dan inovasi bagi uamt Islam
untuk terus mempelajari berbagai disiplin ilmu demi melanjutkan cita-cita perjuangan
tokoh-tokoh muslim pada abad pertengahan tersebut sehingga Islam mampu membawa
rahmat bagi seluruh dunia.

D. Pengaruh Sejarah Islam Abad Pertengahan terhadap Umat Islam Indonesia

Jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia telah memeluk agama
hindu dan budha disamping kepercayaan nenek moyang mereka yang menganut
animisme dan dinamisme. Setelah Islam masuk ke Indonesia, Islam berpengaruh besar
baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi,maupun di bidang kebudayaan yang antara
lain seperti di bawah ini.
1. Pengaruh Bahasa dan Nama
2. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab.
Bahasa Arab sudah banayk menyatu dalam kosa kata bahasa Indonesia, contohnya kata
wajib, fardu, lahir, bathin, musyawarah, surat, kabar, koran, jual, kursi dan masker.
Dalam hal nama juga banyak dipakai nama-nama yang berciri Islam (Arab) seperti
Muhammad, Abdullah, Anwar, Ahmad, Abdul, Muthalib, Muhaimin, Junaidi, Aminah,
Khadijah, Maimunah, Rahmillah, Rohani dan Rahma.
3. Pengaruh Budaya, Adat Istiadat dan Seni
4. Kebiasaan yang banyak berkembang dari budaya Islam dapat berupa ucapan salam, acara
tahlilan, syukuran, yasinan dan lain-lain. Dalam hal kesenian, banyak dijumpai seni
musik seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji dan shalawat. Kita juga melihat
pengaruh di bidang seni arsitektur rumah peribadatan atau masjid di Indonesia yang
banayak dipengaruhi oleh arsitektur masjid yang ada di wilayah Timur Tengah.
5. Pengaruh dalam Bidang Politik
6. Pengaruh inin dapat dilihat dalam sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia seperti konsep khilafah atau kesultanan yang sering kita jumpai pada kerajaan-
kerajaan seperti Aceh, Mataram. Demak, Banten dan Tidore
7. Pengaruh di bidang ekonomi
8. Daerah-daerah pesisir sering dikunjungi para pedagang Islam dari Arab, Parsi,dan
Gujarat yang menerapkan konsep jual beli secara Islam. Juga adanya kewajiban
membayar zakat atau amal jariyah yang lainnya, seperti sedekah, infak, waqaf,
menyantuni yatim, piatu, fakir dan miskin. Hal itu membuat perekonomian umat Islam
semakin berkembang

Tantangan Pendidikan Islam di Era Globalisasi

Posted on September 6, 2005. Filed under: Islam | Tags: Artikel Opini |

Teknologi modern telah memungkinkan terciptanya komunikasi bebas lintas benua, lintas
negara, menerobos berbagai pelosok perkampungan di pedesaan dan menyelusup di gang-gang
sempit di perkotaan, melalui media audio (radio) dan audio visual (televisi, internet, dan lain-
lain). Fenomena modern yang terjadi di awal milenium ketiga ini popular dengan sebutan
globalisasi.

Sebagai akibatnya, media ini, khususnya televisi, dapat dijadikan alat yang sangat ampuh di
tangan sekelompok orang atau golongan untuk menanamkan atau, sebaliknya, merusak nilai-nilai
moral, untuk mempengaruhi atau mengontrol pola fikir seseorang oleh mereka yang mempunyai
kekuasaan terhadap media tersebut. Persoalan sebenarnya terletak pada mereka yang menguasai
komunikasi global tersebut memiliki perbedaan perspektif yang ekstrim dengan Islam dalam
memberikan criteria nilai-nilai moral; antara nilai baik dan buruk, antara kebenaran sejati dan
yang artifisial.Di sisi lain era kontemporer identik dengan era sains dan teknologi, yang
pengembangannya tidak terlepas dari studi kritis dan riset yang tidak kenal henti. Dengan
semangat yang tak pernah padam ini para saintis telah memberikan kontribusi yang besar kepada
keseejahteraan umat manusia di samping kepada sains itu sendiri. Hal ini sesuai dengan
identifikasi para saintis sebagai pecinta kebenaran dan pencarian untuk kebaikan seluruh umat
manusia. Akan tetapi, sekali lagi, dengan perbedaan perspektif terhadap nilai-nilai etika dan
moralitas agama, jargon saintis sebagai pencari kebenaran tampaknya perlu dipertanyakan.
Apalagi biladilihat data-data beriktu: Di pusat riset Porton Down di Inggris para saintis memakai
binatang-binatang yang masih hidup untuk menguji coba baju anti peluru. Hewan-hewan tersebut
dimasukkan ke dalam troli yang kemudian diledakkan. Pada awalnya, monyet yang dipakai
dalam berbagai eksperimen tetapi para saintis kemudian menggantinya dengan babi. Binatang-
binatang tersebut ditembak persis di atas mata untuk meneliti efek daripada misil berkecepatan
tinggi pada jaringan otak.
Di Amerika Serikat, di akhir tahun 40-an, anak-anak remaja diberi sarapan yang dicampuri
radioaktif, ibu-ibu setengah baya disuntik dengan plutonium radioaktif dan biji kemaluan para
tahanan disuntik radiasi – semua atas nama sains, kemajuan dan keamanan. Eksperimen-
eksperimen ini diadakan sejak tahun 1940-an sampai 1970-an (Brown, 1994).
Selama tahun 1950-an, 60-an dan 70-an, menurut New York Times, wajib bagi seluruh
mahasiswa baru, laki-laki dan perempuan, di Harvard, Yale dan universitas-universitas elit lain
di Amerika, difoto telanjang untuk sebuah proyek besar yang didisain dalam rangka untuk
menunjukkan bahwa ‘tubuh seseorang’ yang diukur dan dianalisa, dapat bercerita banyak tentang
intelegensia, watak, nilai moral dan kemungkinan pencapaiannya di masa depan. Ide ini berasal
dari pendiri Darwinisime Sosial, Francis Galton, yang mengajukan foto-foto arsip tersebut untuk
dewan kependudukan Inggris. Sejak awal tujuan dari pemotretan-pemotretan ini adalah
egenetika. Data-data yang terakumulasi akan dipakai sebagai proposal untuk ‘mengontrol dan
membatasi produksi organisme dari orang-orang yang inferior dan tidak berguna’. Beberapa
organisme tipe terakhir ini akan dikenakan sangsi bila melakukan reproduksi … atau akan
disteril (Rosenbaum, 1995).
Sementara itu media televisi, sebagai hasil pencapaian teknologi modern yang paling luas
jangkauannya memiliki dampak sosio-psikologis sangat kuat pada pemirsanya. Beberapa hasil
studi berhasil menguak hubungan antara menonton televisi dengan sikap agresif (Huismon &
Eron, 1986; Wiegman, Kuttschreuter & Baarda, 1992), dengan sikap anti social (Hagell &
Newburn, 1996), dengan sikap aktifitas santai (Selnon & Reynolds, 1984), dengan
kecenderungan gaya hidup (Henry & Patrick, 1977), dengan sikap rasial (Zeckerman, Singer
&Singer, 1980), kecenderungan atas preferensi seksual (Silverman – Watkins & Sprafkin, 1983),
kesadaran akan daya tarik seksual (Tan, 1979), stereotype peran seksual (Durkin, 1985), dengan
bunuh diri (Gould & Shaffer, 1986), identifikasi diri dengan karakter-karakter di televisi
(Shaheen, 1983).
Hasil-hasil studi yang lain tentang dampak-dampak televisi menunjukkan indikasi yang
cenderung ‘agak menggembirakan’. Seperti adanya kesadaran akan segala peristiwa yang terjadi
di seluruh dunia (Cairn, 1990), kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara
(Conway, Steven & Smith, 1975), bertambhanya pengetahuan akan geografi (Earl & Pasternack,
1991), meningkatnya pengetahuan tentang masalah politik (Furnham & Gunter, 1983), bersikap
pro social (Gunter, 1984).
Tetapi perlu dicatat bahwa sejak munculnyaera televisi dibarengi dengan timbulnya berpuluh-
puluh channel dengan menawarkan berbagai acara-acara yang menarik dan bervariasi, umat
Islam hanya berperan sebagai konsumen, orang Barat-lah (baca, non-Muslim) yang memegang
kendali semua teknologi modern tak terkecuali televisi. Dari sini beberapa permasalahan,
khususnya yang berkaitan dengan pendidikan Islam, mencuat ke permukaan. Pertama, apa
langkah yang harus ditempuh oleh setiap Muslim, orang tua dan para pendidik, dalam upaya
mengantisipasi dan merespon sejak dini gejala-gejala distorsi moral yang adiakibatkan oleh
media televisi, internet dan media-media audio visual lainnya?
Kedua, bahwa Barat merupakan satu-satunya pemegang peran kunci dari seluruh media berita
baik media cetak, maupun media elektronik. Seperti dimaklumi pemberitaan-pemberitaan
tersebut banyak mengandung bias, khususnya bila ada kaitan langsung atau tidak langsung
dengan dunia Islam. Ketiga, sains dan teknologi menjadi dominasi khusus dunia Barat (Young,
1077), dengan demikian setiap Muslim yang berminat mendalami bidang-bidang ini harus
mengikuti term-term yang ditentukan oleh Barat, yang tidak jarang bertentangan dengan nilai-
nilai Islami. Sehingga dalam beberapa kasus sering terjadi para saintis Muslim, secara sadar atau
tidak, tercerabut dari akar-akar keislaman, dan menjadi pembela fanatik Barat.
Dalam tulisan berikut konsep pendidikan Islam yang ditawarkan meliputi dua tahap, jangka
pendek dan jangka panjang. Yang pertama melibatkan pertisipasi setiap individu Muslim, sedang
yang kedua mencakup keterlibatan institusi, lembaga dan bahkan negara.

Diversifikasi Konsep Pendidikan Islam

Ahmed (1990) mendefinisikan pendidikan sebagai “suatu usaha yang dilakukan individu-
individu dan masyarakat untuk mentransmisikan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan bentuk-
bentuk ideal kehidupan mereka kepada generasi muda untuk membantu mereka dalam
meneruskan aktifitas kehidupan secara efektif dan berhasil.” Khan (1986) mendefinisikan
maksud dan tujuan pendidikan Islam sebagai berikut:
a. yang jelas Memberikan pengajaran Al-Qur’an sebagai langkah pertama
pendidikan.
b. Menanamkan pengertian-pengertian berdasarkan pada ajaran-ajaran
fundamental Islam yang terwujud dalam Al-Qur’an dan Sunnah dan bahwa
ajaran-ajaran ini bersifat abadi.
c. Memberikan pengertian-pengertian dalam bentuk pengetahuan dan skill dengan
pemahaman bahwa hal-hal tersebut dapat berubah sesuai dengan perubahan-
perubahan dalam masyarakat.
d. Menanamkan pemahaman bahwa ilmu pengetahuan tanpa basis Iman dan Islam
adalah pendidikan yang tidak utuh dan pincang.
e. Menciptakan generasi muda yang memiliki kekuatan baik dalam keimanan
maupun dalam ilmu pengetahuan.
f. Mengembangkan manusia Islami yang berkualitas tinggi yang diakui secara
universal.
Pendekatan pendidikan Islam yang diajukan oleh kedua pakar pendidikan di atas tersimpul dalam
First World Conference on Muslim Education yang diadakan di Makkah pada tahun 1977:
“Tujuan daripada pendidikan (Islam) adalah menciptakan ‘manusia yang baik dan bertakwa
‘yang menyembah Allah dalam arti yang sebenarnya, yang membangun struktur pribadinya
sesuai dengan syariah Islam serta melaksanakan segenap aktifitas kesehariannya sebagai wujud
ketundukannyapadaTuhan.
Oleh karena itu jelaslah bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam di sini bukanlah dalam
arti pendidikan ilmu-ilmu agama Islam yang pada gilirannya mengarah pada lembaga-lembaga
pendidikan Islam semacam madrasah, pesantren atau UIN (dulu IAIN).1 Akan tetapi yang
dimaksud dengan pendidikan Islam di sini adalah menanamkan nilai-nilai fundamental Islam
kepada setiap Muslim terlepas dari disiplin ilmu apapun yang akan dikaji. Sehingga diharapkan
akan bermunculan “anak-anak muda enerjik yang berotak Jerman dan berhati Makkah” seperti
yang sering dikatakan oleh mantan Presiden B.J. Habibie. Kata-kata senada dan lebih
komprehensif diungkapkan oleh Al-Faruqi (1987) pendiri International Institute of Islamic
Thought, Amerika Serikat, dalam upayanya mengislamkan ilmu pengetahuan. Sengaja saya kutip
menurut teks aslinya untuk tidak mengurangi semangan universalitas Islam yang terkandung di
dalamnya:
“Islamization does not mean subordination of any body of knowledge to dogmatic principles or
arbitrary objectives, but liberation f rom such shackles. Islam regards all knowledge as critical;
i.e., as universal, necessary and rational. It wants to see every claims pass through the tests of
internal coherence correspondence with reality, and enhancement of human life and morality.
Consequently, the Islamized discipline which we hope to reach in the future will turn a new page
in the history of the human spirit, and bring it clear to the truth.”
Di sini perlu ditekankan bahwa konsep pendidikan dalam Islam adalah ‘long life education’ atau
dalam bahasa Hadits Nabi “sejak dari pangkuan ibu sampai ke liang lahat” (from the cradle to
the grave). Itu berarti pada tahap-tahap awal, khususnya sebelum memasuki bangku sekolah,
perang orang tua terutama ibu amatlah krusial dan menentukan mengingat pada usia balita inilah
pendidik, dalam hal ini orang tua, memegang peran penting di dalam menanamkan nilai-nilai
keislaman kepada anak. Sayangnya orang tua bukanlah satu-satunya pendidik di rumah, ada
pendidik lain yang kadang-kadang peranannya justru lebih dominan dari orang tua yang di Barat
disebut dengan idiot box atau televisi. Dampak lebih jauh televisi terhadap perkembangan anak
balita seperti yang dikatakan Hiesberger (1981) bisa mengarah pada “a dominant voice in our
lives dan a major agent of socialization in the lives of our children” (menjadi suara dominan
dalam kehidupan kita dan agen utama proses sosialisasi dalam kehidupan anak-anak kita).
Tentu saja peran orang tua tidak berhenti sampai di sini, keterlibatan orang tua juga diperlukan
pada fase-fase berikutnya ketika anak mulai memasuki usia sekolah, baik SD, SMP, maupun
SMU. Menjelang mas pubertas yakni pada usia antara dua belas sampai delapan belas tahun anak
menjalani episode yang sangat kritis di mana sukses atau gagalnya karir masa depan anak sangat
tergantung pada periode ini. Robert Havinghurst, pakar psikolog Amerika, menyebutkan periode
ini sebagai “developmental task” atau proses perkembangn anak menuju usia dewasa.
Apabila kita kaitkan periode developmental task ini pada aspek budaya kehidupan anak-anak
Muslim, khususnya mereka yang tinggal di negara-negara non-Muslim atau di negara Islam tapi
di kota-kota besar, dapat dibayangkan situasi yang mereka hadapi. Mereka tidak pernah atau
jarang melihat sikap positif terhadap Islam, baik dalam keluarga, di sekolah maupun di
masyarakat. Dalam situasi seperti ini tentu merupakan tanggung jawab orang tua untuk
menanamkan nilai0nilai moral, barbagi pengalaman kehidupan Islami yang pada gilirannya nanti
akan mengarah pada internalisasi misi Al-Qur’an dan Sunnah. Peran orang tua seperti ini akan
sangat membantu anak dalam memasuki kehidupan yang fungsional sebagai Muslim yang
dewasa dan sebagai anggota yang aktif dalam komunitas Islam. Apabila anak menampakkan
tanda-tanda sikap yang negatif terhadap Islam yang disebabkan oleh pengaruh dari sekolah atau
masyarakat atau karena kecerobohan dan kelengahan orang tua, maka hal ini akan
mengakibatkan penolakan anak terhadap hidup Islami dan akan gagal berintegrasi dengan
komunitas Islam.
Oleh karena itu adalah tugas orang tua, khususnya dan utamnya, untuk mengatur strategi
yangtepat dalam rangka membantu proses pembentukan pribadi anak khususnya dalam periode
developmental task tersebut.. Dalam hal ini orang tua haruslah memiliki wawasan pengetahuan
yang luas serta dasar pengetahuan agama yang mencukupi untuk menghindari kesalahan strategi
dalam mendidik anak. Kedua, mengalokasikan waktu yang cukup untuk memberikan
kesempatan bagi anak berinteraksi serta meresapi sikap-sikap Islami yang ditunjukkan oleh
orang tua dalam perilaku kesehariannya. Persoalannya adalah secara factual tidak semua orang
dapat memenuhi criteria-kriteria di atas yang disebabkan oleh hal-hal sebagai beriktu: (a) Orang
tua, terutama ibu, tidak memiliki wawasan pengetahuan yang mempuni, khususnya di bidang
pegagodi anak dan nilai-nilai dasar Islami. Dalam situasi semacam ini orang tua perlu
mengambil langkah-langkah beriktu sebagai upaya mengantra anak menuju pintu gerbang masa
depan yang cerah, sehat dan agamis.
Pertama, mendatangkan guru privat agama pada waktu usia anak di abwah dua belas tahun untuk
mengajarkan nilai-nilai dasa Islam, termasuk cara membaca Al-Qur’an dan Hadits. Pada usia tiga
belas tahun sampai dengan delapan belas tahun kandungan makna Al-Qur’an dan Hadits mulai
diajarkan dengan metode yang praktis, sistematis dan komprehensif, mengingat pada periode ini
anak sudah mulai disibukkan dengan pelajaran-pelajaran di sekolah. Dengan demikian
diharapkan ketika memasuki bangku kuliah anak sudah memiliki gambaran yang utuh dan
komprehensif tentang Islam, beserta nilai-nilai abadi yang terkandung di dalamnya. Sehingga ia
tidak akan mudah menyerah terhadap tekanan-tekanan dan pengaruh-pengaruh luar yang
bertentangan dengan nilai-nilai Islam, minimal ia akan tahu ke mana jalan untuk kembali ketika,
oleh pengaruh eksternal yang terlalu kuat, ia melakukan penyimpangan-penyimpangan dari nilai-
nilai Islam.
Kedua, menyekolahkan anak sejak dari SMP sampai SMU di lembaga-lembaga Islam semacam
pesantren modern yang saat ini sudah banyak memiliki sekolah-sekolah umum yang berkualitas.
Ketiga, memasukkan anak sejak TK sampai SMU di lembaga-lembaga pendidikan yang
memakai lebel Islam, seperti yayasan Muhammadiyah, yayasan NU, yayasan al-Azahar dan lain-
lain. Akan tetapi alternatif ketiga ini dalam pengamatan penulis tidak begitu efektif. Salah satu
sebabnya adalah karena kurang komprehensifnya kurikulum keislaman di dalamnya. Kendatipun
begitu, ini jauh lebih baik disbanding, misalnya, memasukkan anak ke sekolah-sekolah non-
Muslim. Memang menyekolahkan anak ke sekolah-sekolah non-Muslim tidak berarti anak
tersebut akan terkonversi ke agama lain, tetapi dampak minimal yang tak terhindarkan adalah
timbulnya sikap skeptis dan apatis anak terhadap Islam.
Alhasil, semakin kuat nilai-nilai agama tertanam akan semakin kokoh resistansi anak terhadap
pengaruh-pengaruh negatef dari luar. Studi kasus yang diadakan oleh Francis (1997) terhadap
20.968 anak remaja dari seratus sekolah yang tersebar diInggris dan Wales, menguatkan
pendapat ini. Reformasi Paradigma Pendidikan
Secara faktual hampir seluruh negara-negara Islam2 baru terlepas dari belenggu penjajahan Barat
di akhir abad dua puluh tepatnya sekitar 1950-an. Pada umumnya terjadinya pemindahan
kekuasaan dari penjajah ke tangan pribumi menimbulkan terjadinya perubahan politik di negara-
negara tersebut yang sebagai akibatnya tertundanya reformasi pendidikan yang dicita-citakan
sebelumnya. Rezim kekuasaan yang baru pasca kolonialisme tidak mampu memfokuskan diri
pada tugas ini. Fokus utama mereka adalah bagaimana mempertahankan kekuasaan di tengah-
tengah terjadinya kekacauan politik. Oleh karena itu pegnembangan dan reformasi pendidikan
menjadi terabaikan untuk beberapa waktu. Pendidikan hanya menjadi bagian dari retorika politik
dan rencana-rencana pengembangan pendidikan terartikulasi tanpa adanya pencapaian yang
berarti. Dewasa inipun anggaran negara yang dicangkan untuk program pendidikan di negara-
negara Islam relatif sangat rendah sehingga infrastruktur pendidikan yang mutlak diperlukan
tidak atau jarang tersedia. Sebagai contoh Malaysia, negara Islam yang relatif maju program
pendidikannya ini, menurut UNESCO (1996) hanya mengalokasikan dana U$D 82 perkapita,
sementara Indonesia sendiri cuma mengalokasikan U$D 6 perkapita.
Hal ini menimbulkan dampak-dampak yang tidak efektif, seperti pelajar yang hendak
memperdalam ilmunya terpaksa harus pergi ke luar negeri yang biayanya relatif lebih mahal
apalagi kalau tujuan belajarnya di negara-negara maju. Sementara kecenderungan belajar ke luar
negeri ini menimbulkan persoalan tersendiri khususnya bagi mereka yang secara ekonomis
kurang mampu.
Dari ribuan mahasiswa yang belajar di luar negeri – kecuali yang belajar di negara-negara maju
seperti Amerika, Eropa dan Australia yang umumnya berlatar belakang ekonomi menengah ke
atas – yang tersebar di Asia Selatan (India, Pakistan, Bangladesh) dan Timur Tengah (Mesir,
Jordan, Syria, Sudan, dan lain-lain) mayoritas adalah berlatar belakang ekonomi lemah (kaum
santri pedesaan) yang untuk biaya studi dan menunjang kehidupan sehari-hari harus banting
tulang bekerja part-time yang beraneka ragam mulai dari bekerja sebagai staf local di kedutaan-
kedutaan Indonesia setempat,3 mengajar privat, berwiraswasta (seperti yang dilakukan sebagian
mahasiswa Mesir dengan membuka warnet atau agen perjalanan), menjaga warnet, sampai
bekerja sebagai guide jamaah haji, baik travel ONH Plus maupun jamaah haji biasa yang dikenal
dengan istilah pekerja TEMUS (tenaga musim atau seasonal worker).4 Apa yang dihasilkan
mereka selama kerja part-time, termasuk guide haji, umumnya sangat pas-pasan dan tidak
seimbang dengan terbuangnya waktu dan tenaga yang mereka keluarkan.
Di samping itu, sudah bukan rahasia lagi bahwa di era Orde Baru pelajar mengalami banyak
hambatan, khususnya untuk kuliah agama, untuk dapat belajar ke luar negeri apalagi untuk
mendapatkan beasiswa. Bandingkan misalnya dengan Malaysia atau India. Para pelajarnya
bukan hanya didorong untuk belajar ke luar negeri tetapi juga mendapat tawaran-tawaran
beasiswa atau pinjaman-pinjaman jangka panjang yang menarik.5 Di era pasca Orba saat ini
praktik-praktik mempersulit pelajar yang akan studi ke luar negeri masih saja terjadi yang
dilakukan oleh berbagai pihak birokrasi yang terkait, mulai dari pengurusan paspor, permintaan
rekomendasi, dan lain-lain hampir tak dapat dilakukan tanpa adanya uang pelicin di bawah meja.
Adanya amandemen konstitusi yang mengalokasikan 20% anggaran untuk pendidikan itu sudah
bagus tapi langkah ini tentu saja belum cukup, masih dibutuhkan sejumlah langkah reformasi
lain di bidang pendidikan termasuk di antaranya menghilangkan praktik diskriminasi
pengalokasian dana antara institusi pendidikan di bawah Depdiknas dan Depag, perlunya
peningkatan apresiasi kalangan birokrat terhadap pelajar dan mahasiswa dengan cara
memberikan kemudahan – bukan malah mempersulit – segala proses yang berkaitan dengan
prosedur urusan pendidikan. Lembaga-lembaga Islam semacam pesantren perlu mendapatkan
dukungan sepenuhnya dari pemerintah, baik moril maupun finansial, karena lembaga-
lembagasemacam inilah yang berperan besar membantu program pemerintahdi dalam
melestarikan nilai-nilai dan spirit Islam di satu sisi serta pemberantasan buta huruf di sisi lain,
khususnya di daerah-daerah pedesaan yang notabene menjadi tempat mayoritas rakyat Indonesia.
Di lain pihak lembaga-lembaga Islam tradisional semacam pesantren, khususnya pesantren salaf
perlu melepaskan diri dari blue-print lamanya dan memodernisasi system dan metede
pendidikannya agar tidak tertinggal dengan perkembangan keilmuan modern yang melajubegitu
pesat. Secara histories sejak awal berdirina pada sekitar abad enam belas melewati masa
penjajahan, Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi saa ini, pesatren salaf dikenal dengan
sikapnya yang selalu menjaga jarak dengan kekuasaan (Federspiel, 1995) dan pemerintahpun
enggan mendekati pesantren kecuali saat-saat menjelang PEMILU. Di “Orde Reformasi” ini
sangat urgen adanya sikap kebersamaan antara lembaga-lembaga agama, khususnya lembaga
Islam dengan pemerintah melalui pendekatan yang bersifat mutual respect (saling menghargai),
mutual understanding (saling memahami) dan mutual need (saling membutuhkan) dengan tujuan
yang pasti yaitu untuk semakin mendorong laju pertumbuhan pendidikan demi terciptanya jutaan
pakar-pakar Iptek yang ber-imtak. Dalam hal ini sikap arogansi kekuasaan di satu pihak dan rasa
inferioritas di pihak lain, mutlak harus dihapuskan.
Sementara itu sesuai dengan latar belakang dan kecenderungan yang berbeda, para ilmuwan
terbagi dalam dua kategori yaitu, (a) ilmuwan agama, yakni ilmuwan yang mengadakan
pengkajian khusus berbagai disiplin ilmu agama dan (b) ilmuwan umum, yakni para pakar yang
mengambil spesifikasi berbagai disiplin ilmu duniawi kontemporer. Para ilmuwan umum
tentunya akan ‘menggarap’ lading yang sesuai dengan bidang-bidang yang menjadi keahlian
mereka masing-masing sementara fungsi para ilmuwan agama di sini adalah (a) sebagai meditor
antara aspirasi umat dengan para pakar iptek, (b) mengadakan hubungan yang proporsional
dengan para pakar komunikasi massa dalam rangka memanfaatkan media massa, khususnya
televisi dan internet, sebagai upayaunifikasi dan pengembangan umat dan (c) menyatukan
paradigma para pakar iptek Muslim bahwa apa yang akan, sedang dan telah diperbuat selalu
mengandung dua dimensi yaitu pengabdian kepada Allah (ibadah) dan untuk kebaikan serta
rahmat seluruh umat manusia (Nawwab, 1979). Yang pada gilirannya nanti akan mengarah pada
Islamisasi iptek sebagaimana yang dicita-citakan oleh Al-Faruqi di atas.

Penutup

Gambaran solusi Islami terhadap tantangan-tantangan pendidikan di era globalisasi di


atas, bagaimanapun, merupakan disain besar, yang oleh sebagian kalangn mungkin dianggap
terlalu romantis. Kendatipun bukan berarti mustahil dilakukan dengan melihat beberapa
fenomena paling mutakhir di berbagai dunia Islam, khususnya Indonesia meliputi (a) semakin
menipisnya dikotomi antara – meminjam istilah Clifford Geertz – Islam Santri dan Islam
Abangan, (b) semakin banyaknya pakar iptek yang berlatar belakang santri, (c) semakin tipisnya
friksi yang trjadi antara berbagai organisasi Islam yang disebabkan oleh semakin tajamnya visi
Islam mereka dalam awal milenium ini dan (d) terjadinya perubahan dahsyat dalam konstalasi
politik di Indonesia dari ‘demokrasi artifisial, menuju demokrasi yang relatif dapat diharapkan.
Untuk itu yang paling diperlukan guna mengimplementasikan blue-print di atas adalah visi yang
jauh ke depan dan political will semua pihak yang terkait yaitu: individu-individu Muslim
(termasuk orang tua), para pakar iptek dan agama, institusi-institusi pendidikan, lembaga-
lembaga Islam serta pemerintah. Tanpa adanya unifikasi political will berbagai elemen di atas,
umat Islam Indonesia akan tetap terbelakang. Dan bila demikian Indonesia tidak akan pernah
menjadi negara maju, sebagaimana yang dikatakan oleh Sayidiman Suryohadiprojo, mantan
gubernur Lemhanan (Republika, 23/09/1994).
Kandidat Doktor Islamic Studies, di Jamia Millia University, New Delhi, India dan alumni
Sidogiri
1. Institusi-institusi semacam ini disebut lembaga pendidikan Islam dalam arti bahwa ia
merupakantempat kajian ilmu-ilmu agama Islam. Asfar (1996) membagi ilmu pada dua
kategori. Pertama, ilmu agama yaitu ilmu-ilmu yang berkaitan dengan agama secara
langsung seperti ilmu Fiqh, ilmu Tauhid, ilmu Hadits, ilmu Tafsir dan sebagainya.
Kedua, ilmu duniawi yang berarti segala disiplin ilmu umum meliputi sains, teknologi
dan lainlain. Selanjutnya lembaga pendidikan Islam semacam pesantren dan lain-lain
akan disebut lembaga Islam.
2. Yang dimaksud negara Islam di sini adalah negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam. Jadi tidak hanya berkonotasi pada negara-negara yang secara konstitusi
berideologikan Islam. Istilah ini dipakai hampir oleh seluruh penulis Muslim ataupun no-
Muslim (orientalis) yang membahas tentang Islam. Lihat, misalnya Khusro (1981).
3. Kedutaan yang mempekerjakan mahasiswa Indonesia umumnya KBRI di Timur Tengah
(Mesir, Syria, Tunisia, dll), sedangkan untuk KBRI India tampak lebih menyukai staf
local yang langsung diambil dari Indonesia yang relatif kurang pengalaman, padahal
banyak mahasiswa India yang berminat. Belum jelas apa sebab di balik penolakan KBRI
India ini
4. .Dulu mahasiswa Asia Selatan dan Timur Tengah cukup mengandalkan biaya hidup dan
kuliah mereka dari bekerja jadi guide haji setiap tahun, umumnya jadi guide di ONH
Plus. Sekarang dengan turunnya peraturan pemerintah Saudi yang hanya membolehkan
haji setiap lima tahun sekali, maka rejeki dari sector ini jadi tidak bisa diharapkan lagi,
dan cuma mengharapkan bekerja sebagai guide haji biasa atau TEMUS yang tidak bisa
dilakukan setiap tahun karena adanya keterbatasan quota dari Departemen Agama untuk
setiap negara sehingga mahasiswa harus rela bergilira
5. Di Malaysia dan India prosedur untuk mendapatkan beasiswa dilakukan dan diumumkan
dengan sangat transparan yang memungkinkan siapa saja yang berkualitas akan
mendapatkannya tanpa kekuatiran akan di’kudeta’ oleh pihak-pihak tertentu.

Perkembangan Komputer Analog di Era Kejayaan Islam


Files under , Dunia Islam | Posted by Akbar Muzakki

Pada era kekhalifahan teknologi komputer analog dikuasai dan dikembangkan para insinyur
Muslim. Sederet peralatan yang menggunakan prinsip komputer analog telah ditemukan para
ilmuwan Islam.Ketika peradaban Islam menggenggam dunia, para insinyur Muslim ternyata
sudah menguasai teknologi komputer. Yang pasti, teknologi yang dikembangkan para saintis di
zaman itu bukan komputer digital, melainkan komputer analog. Istilah komputer analog, menurut
Wikipedia, digunakan untuk menggambarkan alat penghitung yang bekerja pada level analog
lawan (dual) dari level digital.

Komputer analog pun kerap didefinisi - kan sebagai komputer yang mengolah da - ta
berdasarkan sinyal yang bersifat kualitatif atau sinyal analog, untuk mengukur variabel-variabel,
seperti voltase, kecepatan suara, resistansi udara, suhu, dan pengukuran gempa. Komputer ini
biasanya digunakan untuk mempresentasikan suatu keadaan,seperti untuk termometer, radar, dan
kekuatan cahaya. Cikal bakal penggunaan teknologi komputer analog telah mulai berkembang
jauh sebelum Islam datang. Menurut para ahli, Antikythera Mechanism merupakan komputer
analog pertama yang digunakan peradaban manusia. Alat yang dikembangkan peradaban Yunani
sejak 100 tahun SM itu, tak hanya digunakan untuk memprediksi pergerakan matahari dan bulan,
tetapi digunakan juga untuk merencanakan Olimpiade.

Dengan menggunakan teknologi pemindai tiga dimensi, para ahli menemukan fakta bahwa alat
yang terdiri atas cakra angka terbuat dari kuningan dan roda penggerak itu juga dipakai untuk
menentukan tanggal Olimpiade. Pada salah satu roda penggerak alat itu, tergores kata-kata
Isthmia, Olympia, Nemea, dan Pythia bagian dari pertandingan pendahuluan pada kompetisi
Panhellic. Pada era kekhalifahan teknologi komputer analog dikuasai dan dikembangkan para
insinyur Muslim. Sederet peralatan yang menggunakan prinsip komputer analog telah ditemukan
para ilmuwan Islam. Alat-alat itu umumnya digunakan untuk beragam kegiatan ilmiah. Di zaman
keemasannya, para astronom Muslim berhasil menemukan beragam jenis astrolabe.

Peralatan astronomi itu digunakan untuk menjawab 1001 permasalahan yang berhubungan
dengan astronomi, astrologi, horoskop, navigasi, survei, penentuan waktu, arah kiblat, dan
jadwal shalat. Menurut D De S Price (1984) dalam bukunya bertajuk, A History of Calculating
Machines, Abu Raihan Al- Biruni merupakan ilmuwan pertama yang menemukan alat astrolabe
mekanik pertama untuk menentukan kalender bulan-matahari. Astrolabe yang menggunakan
roda gigi itu ditemukan Al-Biruni pada tahun 1000 M. Tak lama kemudian, Al-Biruni pun
menemukan peralatan astronomi yang menggunakan prinsip komputer analog yang dikenal
sebagai Planisphere sebuah astrolabe peta bintang. Pada tahun 1015 M, komputer analog lainnya
ditemukan ilmuwan Muslim di Spanyol Islam bernama Abu Ishaq Ibrahim Al- Zarqali.

Arzachel, demikian orang Barat biasa menyebut Al-Zarqali, berhasil menemukan Equatorium
alat penghitung bintang. Peralatan komputer analog lainnya yang dikembangkan A-Zarqali
bernama Saphaea. Inilah astrolabe pertama universal latitude-independent. Astrolabe itu tak
bergantung pada garis lintang pengamatnya dan bisa digunakan di manapun di seluruh dunia.
Dua abad kemudian, insinyur Muslim terkemuka bernama Al-Jazari mampu menciptakan ‘jam
istana’ (castle clock) sebuah jam astronomi. Jam yang ditemukan tahun 1206 M itu diyakini
sebagai komputer analog pertama yang bisa diprogram. Jam astronomi buatan Al- Jazari itu
mampu menampilkan zodiak, orbit matahari, dan bulan serta bentukbentuk bulan sabit.

Peralatan komputer analog lainnya berupa astrolabe juga ditemukan Abi Bakar Isfahan pada
tahun 1235 M. Peralatan astronomi yang diciptakan astronom dari Isfahan, Iran, itu berupa
komputer kalender mekanik. Ilmuwan Muslim lainnya bernama Al-Sijzi juga tercatat berhasil
menemukan peralatan astronomi yang menggunakan prinsip kerja komputer analog. Alatnya
bernama Zuraqi sebuah astrolabe heliosentris. Ibnu Samh astronom terkemuka di abad ke-11 M
juga dicatat dalam sejarah sains Islam sebagai salah seorang penemu peralatan komputer analog
berupa astrolabe mekanik. Seabad kemudian, ilmuwan Muslim serbabisa legendaris bernama
Sharaf Al-Din Al-Tusi menciptakan astrolabe linear.

Pada abad ke-15 M, penemuan peralatan yang menggunakan prinsip kerja komputer analog di
dunia Islam terbilang makin canggih. Ilmuwan Islam bernama Al- Kashi sukses menciptakan
Plate of Conjunctions sebuah alat hitung untuk menentukan waktu dan hari terjadinya konjungsi
planet-planet. Selain itu, Al- Kashi pun juga menemukan komputer planet: The Plate of Zones.
Yakni, sebuah komputer planet mekanik yang secara nyata mampu memecah - kan sederet
masalah terkait planet. Alat yang diciptakan pada abad ke-15 M ini juga dapat memprediksi
posisi garis bujur matahari dan bulan secara tepat.

Tak cuma itu, peralatan astronomi ini juga mampu menentukan orbit planet-planet, garis lintang
matahari, bulan dan planet-planet, serta orbit matahari. Semua penemuan itu membuktikan
bahwa peradaban Islam menguasai teknologi di era kejayaannya. Padahal, pada masa itu
masyarakat Barat berada dalam keterbelakangan dan kebodohan. Tak dapat dimungkiri lagi, jika
sains dan teknologi merupakan kontribusi paling monumental yang diberikan peradaban Islam
kepada dunia modern. Berkat sains yang berkembang di dunia Islam, peradaban Barat pun bisa
keluar dari cengkeraman kebodohan. Berkembangnya ilmu pengetahuan serta teknologi di dunia
Islam telah membuat para pemikir Barat berdecak kagum.

Pencapaian terpenting di abad pertengahan adalah terciptanya semangat eksperimental yang


dikembangkan peradaban Muslim, tutur Bapak Sejarah Sains, George Sarton, dalam bukunya,
The Introduction to the History of Science. Oliver Joseph Lodge dalam The Pioneers of Science
juga mengakui kehebatan peradaban Islam di masa keemasan. Menurut dia, peradaban Islam
yang diwakili masyarakat Arab telah berhasil menghubungkan secara efektif antara sains yang
baru dengan ilmu pengetahuan lama. Zaman kegelapan terjadi karena terjadinya jurang
kesenjangan dalam sejarah sains Eropa. Sekitar seribu tahun tak ada aktivitas sains, kecuali di
peradaban Islam, cetus Lodge.

Muhammad Iqbal dalam The Reconstruction of Religious Thought in Islam menyatakan bahwa
peradaban Islam yang berkembang di Arab berhasil mendorong berkembangnya sains dengan
begitu pesat di saat Barat dikungkung kebodohan. Pada masa itu, umat Islam telah
memperkenalkan metode eksperimental, observasi, dan pemikiran.

Insinyur Perintis Komputer Analog Modern

Al-Jazari (1136 M-1206 M) Bapak Teknik Modern. Begitu insinyur Mus - lim dari abad
ke-12 M ini biasa dijuluki. Ia ada lah ilmuwan legendaris yang berhasil menemu kan sederet
peralatan teknologi yang sangat monumental di zamannya. Selain dikenal dunia teknik modern
sebagai ‘perintis robot’, Al-Jazari pun tercatat sebagai sarjana pertama yang men ciptakan
komputer analog yang bisa diprogram.

Insinyur bernama lengkap Al-Shaykh Ra’is Al- A`mal Badi`Al-Zaman Abu Al-`Izz ibn Isma`il
ibn Al-Razzaz Al-Jazari itu membuat komputer analog pertama yang bisa diprogram dalam
bentuk Jam Istana. Sederet karya penting dalam bidang teknologi yang diciptakannya termuat
dalam kitab Al-Jami `bayn al-`ilm wa ‘l- `amal al-nafi `fi sina `at al-hiya(Ikhtisar dan Panduan
Membuat Berbagai Mesin Mekanik).

Risalah ini dinilai sebagai karya yang sangat penting dalam tradisi teknik mesin di dunia. Lewat
karyanya itu, Al-Jazari juga telah meletakkan dasar kerja dalam sejarah teknologi. Tak heran,
jika kitab teknologi yang ditulisnya itu mampu `menyihir’ dan membetot perhatian para ahli
sejarah teknologi dan sejarawan seni dunia. Selain dikenal sebagai seorang penemu dan insinyur
besar, dunia juga mengenalnya sebagai seorang seniman hebat.

Betapa tidak, dalam risalah fenomenal yang di - ciptakannya, secara gamblang dan lugas Al-
Jazari melukiskan penemuannya dengan lukisan khas bergaya Islami era kekhalifahan. Lukisan
miniatur dari karya-karya yang diciptakannya itu berisi pe - tun juk dan tata cara untuk membuat
peralatan atau teknologi yang diciptakannya. Sehingga, me - mung kinkan setiap pembaca
risalahnya untuk me - rangkai dan membuat beragam penemuannya itu.
Jamshid Al-Kashi

Tiga abad selepas wafatnya Al-Jazari, dari Kashan, Iran, muncullah seorang insinyur dan
astronom terkemuka bernama Jamshid Al- Kashi. Ia tumbuh besar ketika Timur Lenk, penguasa
Dinasti Timurid, menguasai tanah kelahirannya. Kemiskinan tak mampu mematahkan
semangatnya untuk belajar. Matematika dan astronomi adalah dua bidang studi yang sangat
menarik perhatian dan minatnya. Perekonomian di tanah kelahirannya mulai pulih ketika Dinasti
Timurid dipimpin Shah Rukh. Sang pemimpin baru itu mendukung dan mendorong
berkembangnya ekonomi, seni, dan ilmu pengetahuan.

Di kota kelahirannya, Al-Kashi dengan serius mempelajari dan mengkaji astronomi. Pada 1
Maret 1407 M, dia berhasil merampungkan penulisan risalah astronomi berjudul, Sullam Al-
Sama. Naskahnya hingga kini masih tetap eksis. Pada tahun 1410 M, ia kembali berhasil
menyelesaikan penulisan buku Compendium of the Science of Astronomy. Buku tersebut ditulis
dan didedikasikan secara khusus untuk penguasa Timurid.

Al-Kashi telah berjasa menemukan peralatan yang menggunakan prinsip kerja komputer ana -
log. Ia berhasil menciptakan Plate of Conjunc - tions sebuah alat hitung untuk menentukan waktu
dan hari terjadinya konjungsi planet-pla net. Ia juga sukses menciptkan komputer pla net: The
Plate of Zones. Yakni, sebuah kompu -ter planet mekanik yang secara nyata mampu me
mecahkan sederet masalah terkait planet. dok/rep/Desember 2008/heri ruslan
 INTERAKSI PERADABAN ISLAM DENGAN
MODERN


 BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Islam telah membawa bangsa Arab dari zaman jahiliah menjadi bangsa yang maju. Islam
dengan cepat bergerak mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang
sangat penting, artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang. Bahkan kemajuan barat pada
mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa misalnya Spanyol Islam
memang berbeda dengan agama-agama lain. H.A.R Gibb di dalam bukunya whinter islam
menyatakan, “islam is indeed muce more than a system theology, it is a complety civilation”
(islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang
sempurna)1
Kurun peradaban dan kebudayaan modern dewasa ini dalam beberapa segi dapat dibandingkan
dengan kebudayaan Arab jahiliyah pra islam. Kebudayaan jahiliah telah runtuh dan hancur
karena tidak bertumpu pada nilai-nilai moral dan agama yang kokoh. “Kebusukan peradaban”
sebagaimana yang digambarkan Lewis Mumford mengenai sosok peradaban sekarang ini
sebenarnya sudah terjadi pada masa peradaban Arab jahiliah apa yang dikenal dengan
“permissive society“ atau “permissive culture“. Dalam peradaban modern sebetulnya juga
(telah) ada kultur dan peradaban pada masa Arab jahiliyah.2

BAB II
PERMASALAHAN

II.Permasalahan

a.Apa yang disebut dengan peradaban islam ?

b.Apa yang disebut dengan peradaban modern ?

c.Bagaimana bentuk interaksi peradaban islam dengan peradaban modern ?


BAB III
PERMASALAHAN

A.Peradaban Islam

Peradaban islam adalah peradaban yang bersumber pada ajaran islam. biasanya suatu
peradaban itu terefleksi dalam seni sastra, religi, administrasi, kemajuan teknologi dan
politik. Dan peradaban merupakan kelanjutan yang mengandung kemajuan, dari hasil suatu
kebudayaan. Peradaban islam merupakan peradaban paling sempurna jika dibandingkan
dengan peradaban lainya. Karena islam agama yang bersumber pada al qur’an dan berisi
ajaran yang universal dan internal bagi seluruh umat manusia. Dan kenyataanya secara tidak
langsung islam telah mengajarkan kepada seluruh umat manusia secara global, dan tidak tahu
menjadi tahu tentang eksisitensi dirinya3.

Ciri-ciri kebudayaan islam :

1. Kebudayaan islamiyah, yaitu kebudayaan yang tidak menerima segala bentuk


keberhalaan dan kesyirikan.

2. Watak dan sasaranya yang selalu mengakar dalam prikemanusiaan, disamping


terletak pada wawasanya yang bersifat nasional dan universal.

3. Menempatkan prinsip-prinsip sebagai pondasi bagi semua system dan sub-sub


sistemnya

4. Mempercayai ilmu pengetahuan yang berdasarkan kebenaraan dan bahwa


kebudayaan iniberpusat pada akidah murni

5. Bahwa dalam ajaran islam ini dikenal toleransi keagamaan yang mengagumkan serta
menjadi pondasi kebudayaan.

B.Peradaban Modern

Peradaban dalam sejarah islam adalah peradaban yang kira-kira dimulai tahun 1800 M dan
berlangsung sampai sekarang. Di awal periode ini, kondisi islam secara politis di bawah
penetrasi kolonisalisme. Baru dalam pertengahan abad ke 20 dunia islam bangkit memerdekakan
negerinya dari penjajahan barat.
Hakekat perdaban dan kebuidayaan modern sekarang ini adalah merupakan peradaban serba
benda, atau bisa disebut dengan suatu peradaban sekuler. Ia lebih menekankan kepada urusan
dan kepentingan duniawi (sesaat) saja. Dan kurang memperhatikan dan menganggap terhadap
nilai-nilai moral dan agama. Oleh sebab itu, manusia yang hidup dalam peradaban semacam itu
mengalami kekosongan moral, spiritual, dan yang menjadi tujuan hidupnya adalah kepentingan
dunia belaka. Menurut Khursid, peradaban modern telah membelenggu manusia pada jalan
kehidupan rendah yang tidak wajar dan bahkan melemahkan jiwa4.
Dengan tibanya zaman tekhnik (zaman modern) umat manusia tidak lagi dihidupkan pada
persoalan kulturalnya sendiri secara terpisah dan berkembangn secara otonomi dari yang lain.
Tetapi terdorong menuju pada masyarakat global. Zaman modern juga harus dipandangan
sebagai kelanjutan wajar dan logis perkembangan kehidupan manusia. Ciri periode ini adalah
berlangsungnya modernisme dan tranformasi masyarakat muslim.

C.Interaksi Peradaban Islam Dengan Peradaban Modern

Perkembangan-perkembangan intelektual menghasilkan proporsi yang lebih lanjut, bahwa islam


telah menghasilkan sesuatau peradaban yang progresif dan dalam kenyataanya telah menjadi
instrumen dalam mengeluarkan abad modern dari kegelapan masa purba.
Terpisah dari wahyu qur’an, proses yang sama dilihat sebagai telah menjadi sejarah yang actual
peradaban islam baik dalam lapangan intelektual maupun ilmiah telah menganut zaman kuno
yang penuh dengan misteri dengan semangat zaman modern yang ilmiah dan berakal sehat dan
mengantarkan datanganya era modern.
Oleh karena itu, islam sebagai agama besar dituntut untuk memposisikan diri sebagai pengayom
budaya global sekaligus sebagai filter bagi dampak-dampak negative yang diakibatkan
olehbudaya globlal tersebut

.
a.Modernisasi

Modernisasi adalah usaha sadar yang dilakukan oleh suatu Negara/bangsa untuk menyesuaikan
diri dengan konstelasi dunia pada suatu kurun tertentu dimana bangsa itu hidup. Setiap hidup
usaha dan proses modernisasi itu selalu ada.
Antara abad 2 sebelum masehi sampai abad 2 M, kerajaan Romawi menentukan konstelasi
dunia. Banyak kerajaan-kerajaan dilaut mediterinian, Eropa tengah dan Eropa utara secara sadar
berusaha menyesuaikan diri dalam kehidupan ekonomi, politik dan kebudayaan.
Antara abad 4-10 M, kerajaan-kerajaan besar di Cina dan India menentukan konstelasi dunia
pada abad-abad tersebut banyak kerajaan di Asia Timur dn Asia Tenggara menyesuaikan diri
dengan kehidupan ekonomi, politik dan kebudayaan yang ada pada waktu itu.
Antara abad 7-13 M daulat islam di dunia timur menentukan konstelasi dunia yang
menyesuaikan diri dengan daulat islam. Dalam abad 20 ini kontelasi dunia ditentukan oleh
Negara-negara besar yang telah memperoleh kemajuan pesat dibidang ekonomi. Dalam
pergaulan dan interaksi sosialnya bangsa kita lebih condong ke barat.

b.Westernisasi

Westernisasi adalah mengadopsi atau mengadaptasi gaya hidup barat, meniru-niru dan
mengambil alih tata cara hidup barat. Westernisasi mempunyai pengertian lain yang tidak sama
dengan modernisasi. Walaupun menggunakan unsur-unsur kebudayaan barat tanpa mencontoh
barat/tanpa mengadaptasi dan mengambil alih cara hidup barat. Jadi modernisasi dapat dilakukan
walaupun mempergunakan unsur-unsur kebudayaan barat tanpa mengarah pada westernisasi.
c.Fundamentalisme
Media barat sering kali memberikan kesan bahwa bentuk religiusitas yang disertai kekuasaan dan
fundamentalisme adalah fenomena islam murni. Fundamentalisme adalah fakta global yang telah
muncul ke permukaan pada setiap keyakinan penting sebagai reaksi terhadap permasalahan
modernitas kita. Gerakan fundamentalisme tidak muncul dengan cepat. Sebagai reaksi yang
menyentak bagi kebangkitan modernitas barat tapi hanya terlihat jelas ketika proses modernisasi
sudah sangat maju.

Pemanfaatan unsus-unsur budaya barat

Unsur kebudayaan yang barang kali paling penting dewasa ini adalah ilmu peegetahuan
teknologi modern yang pada mulanya di kembangkan berasal dari budaya barat. Kebudayaan
yang berasal dari dunia barat dapat ditiru, diambil alih, diadaptasi atau dibeli. Akan tetapi
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi barat tidak perlu menyebabkan suatu bangsa
menjadi orang barat. Tak usah hidup seperti gaya dan cara hidup barat.
Memang sering gambaran dan paradigma modernisasi itu oleh sebagian masyarakat
diidentifikasi dengan gambaran dan cara hidup orang barat, agar diketahui modern orang meniru
pakaian barat, untuk mencapai modern, manusia tidak perlu mengambil alih cara hidup barat.

Ciri-manusia modern menuruit Inkeles Guru Besar sisologi pada universitas Harvard adalah :
1. Manusia modern siap sedia mengambil pelajaran baru dan terbuka untuk pembaharuan,
inovasi dan perubahan.
2. Manusia modern dalam orientasi terhadap berbagai pendapat yang ada bersikap
demokratis
3. Manusia modern berorientasi pada masa sekarang dan masa depan bukan masa lampau.
4. Manusia modern percaya bahwa ia dapat belajar sampai tingkat yang jauh unutk
menguasai sekelilingnya
5. Manusia modern percaya ilmu dan tekhnologi
6. Manusia modern mempunyai kesadaran terhadap martabat orang lain dan cenderung
menunjukkan respek terhadap mereka.
Walaupun ciri-ciri manusia modern diatas belum diterima secara universal, namun
dengan ciri-ciri tersebut kita mendapat gambaran dan ukuran yang dapat dijadikan
pegangan mengenai manusia modern bukan terefleksikan hanya pada gaya hidup orang
barat.

Pendirian lama terhadap masalah tersebut diatas dapat disusun sebagai berikut :
a. Islam menolak westernisasi karena banyak cara hidup orang barat yang bertentangan
dengan doktrin moral islam. Ketidaksesuainya karena pola dan cara hidupnya bersumber
pada pandangan hidup sekuler (duniawi), materialistic (serba benda) dan agama formal
nasrani.
b. Islam tidak menerima anggapa bahwa paradigma dan ukuran modern adalah tatacara
hidup orang barat. Orang islam dapat menjadi modern dengan tetap beragama islam dan
melaksanakan cara hidup islam.
c. Islam dapat menerima penggunaan unsur-unsur kebudayaan barat, tentunya unsur-unsur
kebudayaan yang baik dan bermanfaat menurut pandangan islam. Seperti ilmu
pengetahuan dan tekhnologi.
d. Islam tidak saja menerima modernisasi tetapi lebih baik dari itu, islam menyuruh dan
memerintahkan serta mendorong manusia untuk usaha-usaha modernisasi.
Tepat sekali apabila islam memperingatkan bahwa “Allah tidak akan mengubah nasib
suatu kaum (bangsa) kecuali mereka sendiri bangkit mengubah nasib baiknya sendiri”.
Islam mengajarkan keseimbangan kepentingan dunia dan akhirat. Dengan memahami
modernisasi yang harus di kesampingkan adalah westernisasi dan yang perlu dilakukan
adalah usaha-usaha modernisasi.7

IV.Kesimpulan

Peradaban islam merupakan kemajuan dan tingkat kecerdasan akan yang dihasilkan dalam suatu
kekuasaan islam mulai dari periode nabi sampai perkembangan islam sekarang
Peradaban modern diartikan sebagai sosok bangunan kebudayaan yang sudah mencapai taraf
kemajuan yang tinggi dan komplek yang di tandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dengan ciri kecanggihan dalam segala corak
Bagaimanapun modernya kehidupan dan kebudayaan sebagai hasil modernisasi, umat islam tetap
harus menjadi orang islam yang melaksanakan ajaran agama dengan cara hidup syariah.
V.Penutup

Demikian uraian makalah yang dapat penulis sajikan, apabila terdapat kesalahan baik dalam
penulisan maupun dalam pemaparan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kesempurnaan
hanya milik Allah dan kekurangan pastilah milik manusia karena itu, tidak lupa kritik dan saran
selalu kami harapkan untuk kesempurnaan makalah kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas karunianya yang telah
membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir yang dengan judul
Perkembangan Islam Era Modern, sebagai tugas yang diberikan oleh Guru mata Mata Diklat Pendidikan
Agama Islam. Tugas yang berbentuk Makalah ini dibuat sebagai penemuhan tugas akhir mata diklat
pendidikan agama islam semester 4.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada guru mata diklat pendidikan agama islam, Ibu
Nurkhalizah.S.Ag, atas bimbingan beliau dalam mengerjakan tugas akhir ini, dan membuat penulis
mengerti dalam memahami pelajarannya. Sehingga demikian makalah ini dapat disusun sebaik-baiknya
berdasarkan kemampuan yang penulis miliki. Pembahasan penulis terhadap perkembangan islam era
modern ini bertujuan untuk memberikan persepsi yang sehat bagi para pembaca mengenai pemahaman
terhadap agama islam. Hal ini ditunjukan dengan munculnya banyak agama baru.

Penulis meminta maaf kepada para pembaca jika penempatan isi makalah dan kata-katanya
terdapat kesalahan. Ini semua disebabkan karena pengetahuan penulis yang masih sangat terbatas. Karena
tiada gading yang tak retak, bila ada saran serta kritik yang membangun, saya sebagai penulis
menerimanya dengan hati dan pemikiran yang terbuka.

Bima, 25 Mei 2010

Nining sri Wardianingsih


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

PERKEMBANGAN ISLAM ERA KHULAFA AR-RASYIDIN


BAB I
PENDAHULUAN:
A.Latar Belakang Masalahan
B. Pokok Bahasan
1.Bagaimana Perkembangan Politik dan Pemerintahan Pada masa Khulafa’ al-Rayidun?

2.Bagaimana Perkembangan Kebudayaan dan Peradaban Pada masa Khulafa’ al-


Rayidun?

BAB II
PEMBAHASAN :

1. Politik dan Pemerintahan Pada masa Khulafa’ al-Rayidun 


2.Perdaban dan Kebudayaan Pada masa Khulafa’ al-Rayidun

BAB III
PENUTUP

PERKEMBANGAN KAMPUTER ANALOG DI ERA KEJAYAAN ISLAM

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DI ERA MODERN

PERKEMBANGAN ISLAM PADA ABAD PETENGAHAN

A. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan


B. Hikmah Sejarah Perkembangan Islam pada Abad Pertengahan
C. Penghayatan terhadap Sejarah Kebudayaan Islam pada Abad Pertengahan.
D. Pengaruh Sejarah Islam Abad Pertengahan terhadap Umat Islam Indonesia

Tantangan Pendidikan Islam di Era Globalisasi

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
INTERAKSI PERADABAN ISLAM DENGAN MODERN
BAB I
PENDAHULUAN :

BAB II
PEMASALAHAN:

a.Apa yang disebut dengan peradaban islam ?


b.Apa yang disebut dengan peradaban modern ?
c.Bagaimana bentuk interaksi peradaban islam dengan peradaban modern ?

BAB III
PEMBAHASAN

A.Peradaban Islam
B.Peradaban Modern
C.Interaksi Peradaban Islam Dengan Peradaban Modern

BAB IV
KESIMPULAN

BAB V
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

You might also like