You are on page 1of 9

Teori Kecerdasan Menurut Jean Piaget

The National for the Educational of Young Children (NAEYC) mendefinisikan pendidikan anak usia dini
adalah pendidikan yang melayani anak usia lahir hingga 8 tahun untuk kegiatan setengah hari maupun
penuh baik di rumah ataupun institusi luar. Asosiasi para pendidik yang berpusat diAmerika tersebut
mendefinisikan rentang usia berdasarkan perkembangan hasil penelitian di bidang psikologi
perkembangan anak yang mengindikasikan bahwa terdapat pola umum yang dapat diprediksi menyangkut
perkembangan yang terjadi selama 8 tahun pertama kehidupan anak. NAEYC juga berperan sebagai
lembaga yang memberikan panduan dalam menjaga mutu program pendidikan anak usia dini yang
berkualitas yaitu program yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan keunikan individu.Pembagian
rentang usia berdasarkan keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya di Indonesia,
tercantum dalam buku kurikulum dan hasil belajar anak usia dini yang terbagi ke dalam rentang tahapan
berikut: (1) Masa bayi berusia lahir – 12 bulan; (2) Masa “toddler” atau balita usia 1-3 tahun; (3) Masa
prasekolah usia 3-6 tahun; (4) Masa kelas B TK usia 4-5/6 tahun

Teori perkembangan Piaget dengan konsep kecerdasan seperti halnya sistem biologi membangun struktur
untuk berfungsi, pertumbuhan kecerdasan ini dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial, kematangan
dan ekuilibrasi. Semua organisme dilahirkan dengan kecenderungan untuk beradaptasi (menyesuaikan
diri) dengan lingkungannya. Cara beradaptasi berbeda bagi setiap individu, begitu juga proses dari tahap
yang satu ke tahap yang lain dalam satu individu. Adaptasi terjadi dalam proses asimilasi dan akomodasi.
Kita merespon dunia dengan menghubungkan pengalaman yang diterima dengan pengalaman masa lalu
kita (asimilasi), sedangkan setiap pengalaman itu berisi aspek yang mungkin saja baru sama sekali. Aspek
yang baru inilah yang menyebabkan terjadinya dalam struktur kognitif (akomodasi).Asimilasi adalah
proses merespon pada lingkungan yang sesuai dengan struktur kognitif seseorang. Tetapi proses
pertumbuhan intelektual tidak akan ada apabila pengalaman yang ditangkap tidak berbeda dengan
skemata yang ada oleh sebab itu diperlukan proses akomodasi, yaitu proses yang merubah struktur
kognitif. Bagi Piaget proses akomodasi tersebut dapat disamakan dengan belajar. Konsep ini mejelaskan
tentang perlunya guru memilih dan menyesuaikan materi berpijak dari ide dasar yang diketahui anak,
untuk kemudian dikembangkan dengan stimulasi lebih luas misalnyadalam bentuk

pertanyaan sehingga kemampuan anak meningkat dalam menghadapi pengalaman yang lebih kompleks.
 

Piaget selain meneliti tentang proses berpikir di dalam diri seseorang ia juga dikenal dengan konsep
bahwa pembangunan struktur berfikir melalui beberapa tahapan. Piaget membagi tahap perkembangan
kognitif anak menjadi empat tahap: (1) Tahap sensori motor (lahir-2 tahun); (2) Tahap praoperasi (usia 2-
7 tahun); (3) Tahap operasi konkrit (usia 7-11 tahun); (4) Tahap operasi formal (usia 11-15 tahun).
Tahapan-tahapan ini sudah baku dan saling berkaitan. Urutan tahapan Tidak dapat ditukar atau dibalik
karena tahap sesudahnya melandasi Terbentuknya tahap sebelumnya. Akan tetapi terbentuknya tahap
tersebut dapat berubah-ubah menurut situasi sesorang. Perbedaaan antara tahap sangat besar. Karena ada
perbedaan kualitas pemikiran yang lain. Meskipun demikian unsur dari perkembangan sebelumnya tetap
tidak dibuang. Jadi ada kesinambungan dari tahap ke tahap, walaupun ada juga perbedaan yang sangat
mencolok.
Teori Kecerdasan Menurut Vigotsky
 Vigotsky memandang bahwa sistem sosial sangat penting dalam perkembangan kognitif anak. Orangtua,
guru dan teman berinteraksi dengan anak dan berkolaborasi untuk mengembangkan suatu pengertian. Jadi
belajar terjadi dalam konteks sosial, dan muncul suatu istilah zona Perkembangan Proksimal (ZPD). ZPD
diartikan sebagai daerah potensial seorang anak untuk belajar, atau suatu tahap dimana kemampuan anak
dapat ditingkatkan dengan bantuan orang yang lebih ahli. Daerah ini merupakan jarak antara tahap
perkembanan aktual anak yaitu ditandai dengan kemampuan mengatasi permasalahan sendiri batas tahap
perkembangan potensial dimana kemampuan pemecahan masalah harus melalui bantuan orang lain yang
mampu.Sebagi contoh anak usia 5 tahun belajar menggambar dengan bantuan pengarahan dari Orang tua
atau guru bagimana caranya secara bertahap, sedikit demi sedikit bantuan akan berkurang sampai ZPD
berubah menjadi tahap perkembangan aktual saat anak dapat menggambar sendiri. Oleh karena itu dalam
mengembangkan setiap kemampuan anak diperlukan scaffolding atau bantuan arahan agar anak pada
akhirnya menguasai keterampilan tersebut secara independen. Dalam mengajar guru perlu menjadi
mediator atau fasilitator di mana pendidik berada disana ketika anak-anak membutuhkan bantuan mereka.
Mediatoring ini merupakan bagian dari scaffolding. Jadi walaupun anak sebagai pebelajar yang aktif dan
ingin tahu hampir segala hal, tetapi dengan bantuan yang tepat untuk belajar lebih banyak perlu terus
distimuluasi sehingga proses belajar menjadi lebih efektif.

Vigotsky meyakini bahwa pikiran anak berkembang melalui: (1) Mengambil bagian dalam dialog yang
kooperatif dengan lawan yang terampil dalam tugas di luar zone proximal Development; (2)
Menggunakan apa yang dikatakan pendidik yang ahli dengan apa Yang dilakukan. Berbeda dengan Piaget
yang memfokuskan pada perkembangan berfikir dalam diri anak (intrinsik), Vigotsky menekankan bahwa
perkembangan kognitif seorang anak sangat dipengaruhi oleh sosial dan budaya anak tersebut tinggal.
Setiap budaya memberikan pengaruh pada pembentukan keyakinan, nilai, norma kesopanan serta metode
dalam memecahkan masalah sebagai alat dalam beradaptasi secara intelektual. Budayalah yang mengajari
anak untuk berfikir dan apa yang seharusnya dilakukan.
Teori Kecerdasan Menurut Gardner

Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence atau MI) merupakan istilah yang relatif baru yang
dikenalkan oleh Howard Gardner. Jasmine (2007: 5) menjelaskan bahwa “Teori tentang Kecerdasan
Majemuk (KM) adalah salah satu perkembangan paling penting dan paling menjanjikan dalam
pendidikan dewasa ini”. Teori KM didasarkan atas karya Howard Gardner, pakar psikologi
perkembangan, yang berupaya menciptakan teori baru tentang pengetahuan sebagai bagian dari karyanya
di Universitas Harvard. Gardner berkenaan dengan teori tersebut, yaitu Frame of Mind (1983)
menjelaskan ada delapan macam [sekarang sembilan] kecerdasan manusia yang meliputi bahasa
(linguistic), musik (musical), logika-matematika (logical-mathematical), spasial (spatial), kinestetis-tubuh
(bodily-kinesthetic), intrapersonal (intrapersonal), interpersonal (interpersonal), dan naturalis (naturalits).
Berikut ini dijelaskan secara ringkas satu persatu dari bentuk-bentuk kecerdasan yang dimaksud oleh
Gardner.

1) Kecerdasan Bahasa (Linguistic Intelligence)

Kecerdasan bahasa erat hubungannya dengan keterampilan orang dalam menguasai bahasa tulisan dan
lisan. Shearer (2004: 4) menjelaskan bahwa “Ciri utama dari kecerdasan bahasa meliputi kemampuan
menggunakan kata-kata secara efektif dalam membaca, menulis, dan berbicara. Keterampilan berbahasa
penting sekali untuk memberikan berbagai penjelasan, deskripsi, dan ungkapan ekspresif”. Banyak orang
dengan kecerdasan bahasa yang menonjol mempunyai kemampuan dalam bersyair, atau gaya menulis
yang kaya ekspresi (Gardner, 2003). Gardner percaya para penyair dan penulis berbakat mempunyai
pemahaman yang kuat tentang semantik (arti kata-kata), fonologi (bunyi bahasa), pragmatik (penggunaan
bahasa), dan sintaksis (kaidah bahasa) dalam menggunakan kata-kata dan gagasan uniknya.

Komponen lain dari kecerdasan bahasa adalah memori lisan (verbal memory). Gardner (2003)
menjelaskan bahwa “Kemampuan untuk mengingat informasi seperti daftar-daftar lisan yang panjang
merupakan bentuk lain dari kecerdasan bahasa”. Oleh karena kekuatan memori lisan, maka mengingat
dan mengulangi kata-kata yang panjang menjadi mudah bagi orang dengan kecerdasan bahasa yang
menonjol. Bagi orang yang kuat memori lisannya maka gagasan mengalir dengan konstan hal ini
disebabkan mereka mempunyai banyak kata-kata di dalam memori lisannya. Tanpa menghiraukan bagian
khusus dari kekuatan memori lisan, penekanan terjadi baik pada bahasa tulis maupun bahasa lisan dalam
kecerdasan bahasa (Gardner, 2003).
2) Kecerdasan Musik (Musical Intelligence)

Kecerdasan yang muncul lebih awal pada manusia dibanding kecerdasan lain adalah bakat musik. Shearer
(2004 : 4) menjelaskan bahwa “Kecerdasan musikal meliputi kepekaan terhadap tangga nada, irama, dan
warna bunyi (kualitas suara) serta aspek emosional akan bunyi yang berhubungan dengan bagian
fungsional dari apresiasi musik, bernyanyi, dan memainkan alat musik”. Agar dapat dikatakan menonjol
pada kecerdasan musik maka seseorang harus mempunyai kemampuan auditorial dengan baik (Gardner,
2003). Kemampuan auditorial tidak hanya menjadikan seseorang mampu mendengar dan merangkai
musik saja, juga seseorang mampu mengingat pengalaman bermusik. Gardner (2003 : 102) juga
menjelaskan bahwa “Kemampuan bermusik berhubungan dengan memori suara. Sekian persen dari apa
yang didengar seseorang akan masuk dalam alam bawah sadarnya dan menjadi bagian pokok dari daya
ingatnya”. Musik sering dimasukkan dalam ranah kecerdasan karena merupakan komponen memori.
Pesinetron dan pengarang lagu adalah contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan musik yang
menonjol.

3) Kecerdasan Logika-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence)

Bentuk lain dari kecerdasan manusia adalah kecerdasan logika-matematika. Shearer (2004: 4)
menyatakan bahwa “Kecerdasan logika-matematika meliputi keterampilan berhitung juga berpikir logis
dan keterampilan pemecahan masalah”. Matematikawan bukanlah satu-satunya ciri orang yang menonjol
dalam kecerdasan logika-matematika. Siapapun yang dapat menunjukkan kemampuan berhitung dengan
cepat, menaksir, melengkapi permasalahan aritmetika, memahami atau membuat alasan tentang
hubungan-hubungan antar angka, menyelesaikan pola atau melengkapi irama bilangan, dan membaca
penanggalan atau sistem notasi lain sudah merupakan ciri menonjol dari kecerdasan logika-matematika
(Gardner, 2003).

4) Kecerdasan Visual-Spasial (Visual-Spatial Intelligence)

Kecerdasan ruang kadang-kadang disebut juga dengan kecerdasan visual-spasial. Kecerdasan ini meliputi
kemampuan-kemampuan untuk merepresentasikan dunia melalui gambaran-gambaran mental dan
ungkapan artistik (Shearer, 2004). Gardner (2003 : 173) mengakui bahwa “Pusat bagi kecerdasan ruang
adalah kapasitas untuk merasakan dunia visual secara akurat, untuk melakukan transformasi dan
modifikasi terhadap persepsi awal atas pengelihatan, dan mampu menciptakan kembali aspek dari
pengalaman visual, bahkan sampai pada ketidakhadiran dari stimulus fisik yang berhubungan dengan
pengalaman visualnya”. Ada banyak profesi atau ciri orang yang memerlukan kecerdasan ruang seperti,
seorang pelaut memerlukan kemampuan untuk mengemudikan perahunya dengan bantuan peta; seorang
arsitek dapat memanfaatkan sepetak ruang untuk membuat bangunan, dan seorang gelandang harus
mampu memperkirakan seberapa jauh penyerang dapat menerima operan bola (Checkley, 1997).
Kecerdasan visual-spasial berhubungan dengan objek dan ruang yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari.

5) Kecerdasan Kinestetik-Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)

Suatu kecerdasan yang sangat aktif yang dianugrahkan pada manusia adalah kecerdasan kinestetik-tubuh.
Shearer (2004: 5) menjelaskan bahwa “Kecerdasan kinestetik menyoroti kemampuan untuk menggunakan
seluruh badan (atau bagian dari badan) dalam membedakan berbagai cara baik untuk ekspresi gerak
(tarian, akting) maupun aktivitas bertujuan (atletik)”. Penari dan perenang merupakan contoh dalam
mengembangkan penguasaan gerak badan mereka sesuai gerakan khusus. Ada juga kemampuan
menggerakkan objek dengan gerakan kompleks, seperti pemain basebal dan pemain musik. Semua orang
dengan kecerdasan kinestetik-tubuh yang menonjol mampu menggunakan otot-ototnya untuk
mengendalikan gerak badannya, memiliki koordinasi tangan-mata, dan mampu menggerakkan objek
untuk melengkapi sejumlah gerak kompleks atau mengatur sebuah pesan (Gardner, 1983).

6) Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)

Ada dua kecerdasan yang berhubungan dengan perasaan diri sendiri. Pertama kecerdasan pribadi yang
berhubungan dengan aspek internal dari seseorang. Hal itu disebut dengan kecerdasan intrapersonal.
Shearer (2004: 6) menjelaskan bahwa “Fungsi penting dari kecerdasan intrapersonal ialah meliputi
penilaian-diri yang akurat, penentuan tujuan, memahami-diri atau instropeksi, dan mengatur emosi diri.
Jika seseorang sudah memiliki kecerdasan intrapersonal yang kuat maka ia mampu memahami dirinya
sebagai pribadi, apakah menyangkut potensi dirinya, bagaimana ia mereaksi terhadap berbagai hal, dan
apa yang menjadi cita-citanya (Checkley, 1997). Dengan kecerdasan intrapersonal yang baik diharapkan
setiap orang mampu membuat keputusan dan menentukan perilakunya tanpa harus selalu diarahkan dari
orang lain.

7) Kecerdasan Interpesonal (Interpersonal Intelligence)

Kecerdasan kedua yang berhubungan dengan orang dan pemahaman terhadap diri sendiri merupakan
hubungan interpersonal. Kecerdasan interpersonal, sebagai sisi lain dari kecerdasan intrapersonal, sangat
berhubungan dengan kemampuan untuk memahami orang lain. Shearer (2004: 6) menyatakan bahwa
“Kecerdasan interpersonal mendorong keberhasilan seseorang dalam mengatur hubungan antar individu.
Dua keterampilan pokok itu merupakan kemampuan untuk mengenali dan menerima perbedaan antar
individu dan kemampuan untuk mengenali emosi, suasana hati, perspektif, dan motivasi orang”. Contoh
profesi yang pekerjaan sehari-harinya berhadapan dengan orang, seperti guru, dokter, polisi, atau
pedagang perlu lebih trampil dalam kecerdasan interpersonal supaya lebih berhasil di tempat kerja
(Checkley, 1997). Namun hal itu jauh lebih sulit bagi beberapa orang yang bekerja bersama orang lain di
mana mereka tidak bisa memahami atau dengan siapa mereka tidak bisa berhubungan.

Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence)

Lama sekali setelah Gardner menulis bukunya, Frames of Mind, ia menemukan bentuk kecerdasan yang
lain. Bentuk kecerdasan kedelapan yang dimaksud oleh Gardner adalah kecerdasan naturalis. Shearer
(2004: 6) menjelaskan bahwa “Orang yang menonjol dalam kecerdasan naturalis menunjukkan rasa
empati, pengenalan, dan pemahaman tentang kehidupan dan alam (tanaman, hewan, geologi)”. Ada
banyak bidang pekerjaan yang menghendaki bakat naturalis, seperti petani, ilmuwan, ahli tanah, dan
orang yang berciri khas mengamati perilaku alam (Shearer, 2004). Walaupun ada banyak bidang
pekerjaan yang memerlukan kekuatan kecerdasan naturalis, banyak orang dapat memiliki kekuatan
kecerdasan naturalis dengan pemahaman sederhana dan memahami hakikat alam.

Sejak buku Gardner diterbitkan tahun 1983, para pendidik telah mendiskusikan dengan antusias cara
mempertimbangkan pengunaan berbagai KM di dalam kelas (Osburg, 1995). Dengan mengadopsi
penggunaan dari KM di dalam kelas, dan guru memiliki perspektif KM pada materi pelajaran, maka guru
dapat melihat adanya satu perbedaan dalam gaya mengajar mereka, kurikulum sebagai suatu keseluruhan,
dan organisasi kelas (Shearer, 2004). Ketika guru dapat benar-benar memandang perbedaan dalam
intelektual manusia, mereka akan mempunyai cara-cara efektif untuk mendidik para siswa di dalam kelas
(Gardner, 2003). Menggunakan KM dalam pembelajaran merupakan satu alat efektif yang dapat
membantu mencapai tujuan pendidikan (Hopper dan Hurray, 2000). Karena ada delapan kompetensi
intelektual di dalam otak, maka guru dapat menyertakan beberapa cara baru dan berbeda tentang
pendekatan tugas yang menggunakan satu atau lebih dari kombinasi KM.

Gardner menetapkan syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap kecerdasan agar dapat dimasukkan
dalam teorinya; Empat diantaranya adalah;
1.    Setiap kecerdasan dapat dilambangkan: misal matematika jelas ada
lambang, Musik ada lambing (not dll), kinestetik ada lambing atau irama gerak
dst, lambaian tangan, untuk selamat tinggal atau mau tidur dll.

2.    Setiap Kecerdasan mempunyai riwayat perkembangan: artinya tidak


seperti IQ yang meyakini bahwa kecerdasan itu mutlak tetap dan sudah
ditetapkan saat kelahiran atau tidak berubah, MI (Multiple Intelligences) percaya bahwa kecerdasan itu
muncul pada titik tertentu dimasa kanak-kanan, mempunyai periode yang berpotensi untuk berkembang
selama rentang hidup, dan berisikan pola unik yang secara berlahan atau cepat semakin merosot seiring
dengan menuanya seseorang. Kecerdasan paling awal muncul adalah Musik lalu Logis-Matematis.

3.    Setiap Kecerdasan rawan terhadap cacat akibat kerusakan atau cedera
pada wilayah otak tertentu. missal orang dengan kerusakan pada Lobus
Frontal pada belahan otak kiri, tidak mampu berbicara atau Penulis dengan
mudah,namun tanpa kesulitan dapat menyanyi,melukis dan menari. Orang yang
lobus Temporalnya kanan yang rusak, mungkin mengalami kesulitan dibidang
music tetapi dengan mudah mampu bicara, membaca dan menulis. Pasien
dengan kerusakan pada Lobus oksipital belahan otak kanan mengkin mengalami kesulitan dalam
mengenali wajah, membayangkan atau mengamati detail visual. (Thomas Amstrong, 1999, hal
8).Kecerdasan linguistic ada pada belahan otak kiri, sementara music, spatial dan antarpribadi cenderung
di belahan otak kanan. Kinestetik-jasmani menyangkut kortek motor, ganglia basal, dan serebellum (otak
kecil). Lobus frontal mengambil peran penting pada kecerdasan intrapribadi (intrapersonal).

4.    Setiap kecerdasan mempunyai keadaan akhir berdasar nilai budaya. Artinya tidak harus
matematis-logis yang penting atau Spatial atau Musik atau…atau tergantung budaya masing-masing
missal ada kemampun naik kuda, melacak jejak dll dalam budaya tertentu itu sangat-sangat penting dst.
Inilah empat syarat yang diberikan oleh Howard Gardner, makanya teorinya berkembang dari 7
Kecerdasan (Linguistik, Logis-Matematis, Musik, Spatial-Visual, Kenestetik, Intrerpersonal dan
intrapersonal) Menjadi 9 (tambahan 2 yaitu; Naturalis dan terbaru Eksistensialis).

Adalah menarik sebagai contoh; bagaimana anda menghafal nomor telpon? Apakah anda
mengulang-ngulang nomor tadi sebelum menelpon (ini berarti anda menggunakan teknik
Liguistik) atau anda menbayangkan pola tombol yang harus anda tekan dalam pola peletakan
tombol angka-angka (menggunakan metode Spatial-Visual) atau malah anda mengingat-ingat
nada khas tiap-tiap angka (strategi Musikal).

You might also like