You are on page 1of 28

Laporan Kasus

G3P2A0 HAMIL 33-34 MINGGU DENGAN PARTUS


PREMATURUS IMMINENS, JANIN TUNGGAL HIDUP
PRESENTASI KEPALA

Anggrian Iba, S.Ked


70 2010 050

Pembimbing:
Dr. Aryani Aziz, Sp.OG, MARS

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2015

HALAMAN PENGESAHAN
1

Presentasi Kasus dengan judul

PARTUS PREMATURUS IMMINENS

Pembimbing :
dr. Aryani Aziz, Sp.OG, MARS

Telah dipresentasikan dan diterima sebagai salah satu tugas sebagai dokter muda di RS
Muhammadyah Palembang.

Palembang,

Februari 2015

Pembimbing

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
G3P2A0 hamil 33-34 minggu dengan Partus Prematurus Imminents, sebagai salah
satu tugas di Bagian Ilmu Obstetri dan Gynekologi di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan
pertimbangan perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan saran dari berbagai pihak, baik diberikan secara lisan maupun tulisan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat kepada dr. Aryani
Aziz, Sp.OG, MARS yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan referat
ini.
Penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amiiin.

Palembang, Februari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................

Daftar Isi ........................................................................................................

BAB I.
1.1

Pendahuluan

Latar Belakang .............................................................................................4


BAB II

Tinjauan Pustaka
II.1 Definisi.................................................................................

II.2 Epidemiologi........................................................................

II.3 Etiologi.................................................................................

II.4 Diagnosis dan Gambaran Klinis...........................................

10

II.5 Diagnosis Banding...............................................................

15

II.6 Pengobatan...........................................................................

15

BAB III Status Pasien.................................................................................

16

BAB IV Pembahasan..................................................................................

23

BAB V

26

Kesimpulan...................................................................................

Daftar Pustaka

.........................................................................................

BAB I
4

27

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Persalinan/partus adalah suatu proses yang terdiri dari kontraksi uterus yang
efektif dan teratur sehingga sehingga menyebabkan pembukaan dan pendataran
serviks. Dari proses ini akan menyebabkan keluarnya hasil konsepsi berupa janin dan
plasenta dari uterus secara pervaginam.1
Persalinan ditandai dengan tanda-tanda inpartu, yaitu adanya his sebanyak dua
kali dalam 10 menit, keluarnya lendir dan darah. Persalinan biasanya terjadi pada usia
aterm sekitar 37-42minggu, namun dapat juga terjadi pada usia kehamilan post term
(>42 minggu) atau juga pada usia kehamilan pre term (20-37 minggu).2
Persalinan bisa dilakukan sebelum waktunya jika ada indikasi-indikasi yang
dipertimbangkan dapat membahayakan ibunya, janinnya atau kedua-duanya. Partus
prematurus Iminens (PPI). Persalinan prematur merupakan penyebab utama yaitu 6080% morbiditas dan mortalitas neonatal di seluruh dunia. Indonesia memiliki angka
kejadian prematur sekitar 19% dan merupakan penyebab utama kematian perinatal.
Kelahiran di Indonesia diperkirakan sebesar 5.000.000 orang per tahun, maka dapat
diperhitungkan kematian bayi 56/1000 KH, menjadi sekitar 280.000 per tahun yang
artinya sekitar 2,2-2,6 menit bayi meninggal. Penyebab kematian tersebut antara lain
asfiksia (49-60%), infeksi (24-34%), BBLR (15-20%), trauma persalinan (2-7%), dan
cacat bawaan (1-3%).3
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui derajat kesehatan di suatu negara seluruh dunia. AKB di Indonesia masih
sangat tinggi, menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) bahwa
AKB di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 31/1000 KH (kelahiran hidup). Apabila
dibandingkan dengan target dalam Millenium Development Goals (MDGs) ke-4
tahun 2015 yaitu 17/1000 KH, ternyata AKB di Indonesia masih sangat tinggi.
Penyebab kematian bayi tersebut antara lain BBLR (34%), asfiksia (24%), infeksi
(23%), prematur (11%), dan lain-lain (8%). Penyebab persalinan prematur yaitu
iatrogenik (20%), infeksi (30%), ketuban pecah dini saat preterm (20-25%), dan
persalinan preterm spontan (20-25%).4 Secara teoritis faktor risiko premature dibagi
menjadi 4 faktor, yaitu faktor iatrogenik, faktor maternal, faktor janin, dan faktor
perilaku. Faktor iatrogenik merupakan faktor dari kesehatan medis. Faktor maternal
meliputi riwayat prematur sebelumnya, umur ibu, paritas ibu, plasenta previa,
kelainan serviks (serviks inkompetensi), hidramnion, infeksi intra-amnion, hipertensi
dan trauma. Faktor janin meliputi kehamilan kembar (gemelli), janin mati (IUFD),
dan cacat bawaan (kelainan kongenital). Faktor perilaku meliputi ibu yang merokok
dan minum alkohol.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan
Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram. Persalinan prematur merupakan hal
yang berbahaya karena berpotensi meningkatkan kematian perinatal sebesar 70%.
Pada persalinan ini, seringkali bayi prematur mengalami gangguan tumbuh kembang
organ-organ vital yang menyebabkan ia masih belum mampu untuk hidup di luar
kandungan, sehingga sering mengalami kegagalan adaptasi yang dapat menimbulkan
morbiditas bahkan mortalitas yang tinggi.1
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan prematur tidak diketahui.
Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan preterm,
seperti: solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus, polihidramnion, kelainan
kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain. Penyebab persalinan preterm
bukan tunggal tetapi multikompleks, antara lain karena infeksi. Infeksi pada
kehamilan akan menyebabkan suatu respon imunologik spesifik melalui aktifasi sel
limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-zat yang menginisiasi kontraksi uterus.
Terdapat makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa mungkin sepertiga kasus
persalinan preterm berkaitan dengan infeksi membran korioamnion. Dari penelitian
Lettieri dkk.(1993), didapati 38% persalinan preterm disebabkan akibat infeksi
korioamnion. Knox dan Hoerner (1950) telah mengetahui hubungan antara infeksi
jalan lahir dengan kelahiran prematur.1,2
B.FaktorRisikoPrematuritas

Mayor3
1.Kehamilanmultipel
2.Hidramnion
3.Anomaliuterus
4.Serviksterbukalebihdari1cmpadakehamilan32minggu

5.Serviksmendatar/memendekkurangdari1cmpadakehamilan32minggu
6.RiwayatabortuspadatrimesterIIlebihdari1kali
7.Riwayatpersalinanpretermsebelumnya
8.Operasiabdominalpadakehamilanpreterm
9.Riwayatoperasikonisasi
10.Iritabilitasuterus

Minor3
1.Penyakityangdisertaidemam
2.Perdarahanpervaginamsetelahkehamilan12minggu
3.Riwayatpielonefritis
4.Merokoklebihdari10batangperhari
5.RiwayatabortuspadatrimesterII
6.RiwayatabortuspadatrimesterIlebihdari2kali.
Pasientergolongrisikotinggibiladijumpaisatuataulebihfaktorrisikomayor;
atauduaataulebihfaktorrisikominor;ataukeduanya.

C.KriteriaDiagnosis3

1.

Usiakehamilanantara20dan37minggulengkapatauantara140dan259hari

2. Sebelumpersalinanberlangsungdapatdirasakantandasebagaiberikut:

nyeripinggangbelakang

rasatertekanpadaperutbagianbawah

terdapatkontraksiirregulersejaksekitar2448jam

terdapatpembawatandasepertibertambahnyacairanvaginaatauterdapat

lendirbercampurdarah.

Jikaprosespersalinanprematurberkelanjutan,terjadigejalakliniksbb:
8

1. kontraksiuterus4x/20menitatau8x/60menit
2. terjadiperubahanprogresifserviks:

pembukaanlebihdari1cm

perlunakansekitar7580%

penipisanserviks

D.Pemeriksaanpenunjang3,4
1.Laboratorium

Pemeriksaankultururine

PemeriksaangasdanpHdarahjanin

Pemeriksaandarahtepiibu

Jumlahlekosit
Creactiveprotein .CRPadapadaserumpenderitayangmenderitainfeksi
akutdandideteksiberdasarkankemampuannyauntukmempresipitasifraksi
polisakaridasomatiknonspesifikkumanPneumococcusyangdisebutfraksiC.
CRPdibentukdihepatositsebagaireaksiterhadapIL1,IL6,TNF.

2.Pemeriksaanultrasonografi
Penipisanserviks:Iamsdkk.(1994)mendapatibilaketebalanseviks<3cm
(USG) , dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. Sonografi serviks
transperineal lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi intravagina
terutamapadakasuskasusKPDdanplasentaprevia.

E.Penatalaksanaan3,4,5

Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm dan yang
mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama untuk
meningkatkankeluaranneonatal.
1.Akselerasipematanganfungsiparu
Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg im. 2 x
selang 24 jam. Atau dexamethasone 5 mg tiap 12 jam (im) sampai 4 dosis .
Thyrotropin releasing hormone 400 ug iv, akan meningkatkan kadar tri
iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi surfaktan. Suplemen inositol
jugamerupakanpilihankarenainositolmerupakankomponenmembranfosfolipid
yangberperandalampembentukansurfaktan.
2.Pemberiantokolitik

Indeks tokolitik > 8 menunjukkan kontraindikasi pemberian tokolitik


Kontraksi
Ketuban
pecah
Perdarahan
Pembukaan

0
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

1
Irregular
-

2
Regular
Tinggi/tidak

3
-

4
Rendah/pecah

Spotting
1 cm

jelas
Perdarahan
2 cm

3 cm

4 cm

Nifedipin10mgdiulangtiap30menit,maksimum40mg/6jam.Umumnya
hanyadiperlukan20mgdandosisperawatan3x10mg.

Golonganbetamimetik

Salbutamol Perinfus : 2050 g/menit Per oral : 4 mg, 24 kali/hari


(maintenance)atau:

Terbutalin Per infuse : 10-15 g/menit, Subkutan: 250 g setiap 6 jam. Per
oral : 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance)
Efek samping : Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi
miokardial, edema paru

10

3. Magnesium sulfat
Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit, infus 2-4gr/jam
(maintenance)
Efek samping : Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada ibu
dan bayi)
F. Kontraindikasi penundaan persalinan3,4,5
Mutlak
Gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak.
Relatif
Gestosis; diabetes mellitus (beta-mimetik), pertumbuhan janin terhambat,
pembukaan serviks lebih dari 4 cm.
G. Cara persalinan3,4,5
1. Janin presentasi kepala : pervaginam dengan episiotomi lebar dan perlindungan
forseps terutama pada bayi < 35 minggu.
2. Indikasi seksio sesarea :

Janin sungsang

Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)

Gawat janin, bila syarat pervaginam tidak terpenuhi

Infeksi intrapartum dengan takikardi janin, gerakan janin melemah,


ologohidramnion, dan cairan amnion berbau. bila syarat pervaginam tidak
terpenuhi

Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa, dan


sebagainya).

Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37 C ( rawat intensif di
bagian NICU ), perlu dibahas dengan dokter bagian anak.

11

Bila bayi ternyata tidak mempunyai kesulitan (minum, nafas, tanpa cacat) maka
perawatan cara kangguru dapat diberikan agar lama perawatan di rumah sakit
berkurang.
H. Penyulit5
1.

Sindroma gawat nafas (RDS)

2.

Perdarahan intrakranial

3.

Trauma persalinan

4.

Paten duktus arteriosus

5.

Sepsis

6.

Gangguan neurologi

I. Komplikasi5
1.

Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi
mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Bayi-bayi
preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi; Morales (1987)
menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki
risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan risiko distres pernafasan, sepsis
neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih
besar.

2.

Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin).


Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa bernafas
dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat terisi oleh udara
dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena adanya suatu bahan yang
disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-paru dan berfungsi menurunkan
tegangan permukaan. Bayi prematur seringkali tidak menghasilkan surfaktan
dalam jumlah yang memadai, sehingga alveolinya tidak tetap terbuka.
Diantara saat-saat bernafas, paru-paru benar-benar mengempis, akibatnya
terjadi Sindroma Distres Pernafasan. Sindroma ini bisa menyebabkan kelainan
12

lainnya dan pada beberapa kasus bisa berakibat fatal. Kepada bayi diberikan
oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin mereka perlu ditempatkan dalam
sebuah ventilator dan diberikan obat surfaktan (bisa diteteskan secara langsung
melalui sebuah selang yang dihubungkan dengan trakea bayi).
3.

Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks


menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau
serangan apneu. Selain paru-paru yang belum berkembang, seorang bayi
prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal ini bisa
menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di otak mungkin
belum matang. Untuk mengurangi mengurangi frekuensi serangan apneu bisa
digunakan obat-obatan. Jika oksigen maupun aliran darahnya terganggu. otak
yang sangat tidak matang sangat rentan terhadap perdarahan (perdarahan
intraventrikuler) atau cedera .

4.

Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian


makanan. Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan
membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu
yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah. Pada awalnya, lambung
yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan yang
diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan
bayi muntah.

5.

Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia retrolental)

6.

Displasia bronkopulmoner.

7.

Penyakit jantung.

8.

Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal untuk
membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah merah)
dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur,
memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat (yang bersifat sementara), yang
dapat menyebabkan sakit kuning (jaundice).
13

Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang dan karena
kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih belum sempurna.
Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan
perbaikan fungsi pencernaan bayi.
9.

Infeksi atau septikemia.

10.

Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna. Mereka


belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya melewati plasenta.
Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur lebih tinggi.
Bayi

prematur

juga

lebih

rentan

terhadap

enterokolitis

nekrotisasi

(peradangan pada usus).


11.

Anemia .

12.

Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah, bisa
tinggi (hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).

13.

Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.

14.

Keterbelakangan mental dan motorik.

14

BAB III
STATUS PASIEN

Nama

: Ny. J

Jenis kelamin : Perempuan


Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Lorong Palang Merah

MRS

: 2 2 2015 pukul 11.00 WIB

Riwayat Perjalanan Penyakit:


Satu hari sebelum mrs, os merasakan perutnya mulas menjalar ke pinggang
makin lama makin sering sejak sore hari. Os merasa sangat tidak enak saat itu namun
belum ada cairan yang keluar. Pukul 02.00 WIB tanggal 22 September, os langsung
ke IGD RSMP karena keluar air-air cuma 1 kali namun banyak. Os masih merasakan
mules sejak dari sore kemarin. Os merasa gelisah dengan keadaannya.
Ini merupakan kehamilan pertama os. selama kehamilan os mengaku tidak
pernah memeriksaakan kehamilannya. HPHT pada tanggal 18 Januari 2014, taksiran
partus pada 25 Oktober 2014. Siklus Haid teratur setiap 28 hari dan dalam satu hari
menghabiskan kurang lebih dua pembalut. Riwayat penyakit sistemik disangkal,
riwayat penyakit dalam keluarga disangkal. Riwayat perut diurut disangkal, riwayat

15

trauma disangkal, riwayat post coitus (-), riwayat keputihan (-). Pergerakan janin
masih dirasakan.
Riwayat Perkawinan : 1 x lamanya 1 tahun.
Riwayat Reproduksi : Menarche umur 12 tahun, haid teratur, siklus 28 hari,
lamanya 7 hari.
Riwayat Obstetri

: Primigravida

Riwayat sosial ekonomi

: Sedang

Riwayat gizi

: Nafsu makan baik dan tidak ada gangguan pada miksi


maupun defekasi.

Riwayat penyakit yang pernah diderita :


R/ DM disangkal.
R/ Hipertensi disangkal.
R/ Penyakit jantung disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan umum

: Sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 80 x/menit

Pernafasan

: 20 x/menit

Suhu

: 36,3oC

Anemia

: -/-

Gizi

: Sedang

Jantung

: HR 80x/m,Bunyi jantung I dan II normal, Reguler, Murmur

(-), gallop (-)

16

Paru

: Vesikuler (+) Normal, Wheezing (-), Ronkhi (-)

Hati/limfa

: Sulit dinilai

Refleks fisiologis

: +/+

Refleks patologis

: -/-

BAK

: Biasa

BAB

: Biasa

Turgor kulit

: Biasa

Mata cekung

: -/-

Edema pretibial

: -/-

TFU

: 3 jari di bawah proccessus xyphoideus

Status Obstetri (22 September 2014)


Hari pertama haid terakhir (HPHT) 18 Januari 2014.
Pemeriksaan luar:
Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah proccessus xyphoideus, detak jantung janin 139
kali/menit teratur, letak janin memanjang, punggung kiri, terbawah kepala, His
2x/10/35.
Pemeriksaan Dalam:
VT

: portio lunak, anterior, pembukaan kuncup, pendataran belum dapat

dinilai, ketuban (+), terbawah kepala, penurunan floating, penunjuk belum dapat
dinilai.
Pemeriksaan panggul:
Tidak dilakukan
DIAGNOSIS KERJA
Multigravida hamil 33 minggu dengan partus prematurus imminens, janin tunggal
hidup presentasi kepala.
PROGNOSIS
Ibu dan janin: dubia ad bonam.
17

Terapi

IVFD D5 drip MgSO4 40% gtt XXX/menit


Inj. Dexametason 1x 3 amp selama 2 hari
Parasetamol 3 x 1 tab.
Amoxicillin 3 x 1 tab
Histolan 2 x tab

G. EVALUASI
Follow up:
23 September 2014:
TD

: 110/70 mmHg

RR

: 23x/menit

: 36,70C

Nadi

: 81x/menit

Hasil USG

: kesan cairan amnion minim, Amnion Fluid Indeks 4 kuadran 2,89

18

Keluhan : mulas berkurang


Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar:
Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah proccessus xyphoideus, detak jantung janin 143
kali/menit teratur, letak janin memanjang, punggung kiri, terbawah kepala, his
1x/10/30.
Hasil USG :

Tampak JTH preskep

Biometri : BPD ~ AC 36 minggu; FL ~ 36 minggu

Ketuban kesan oligohidramnion

Plasenta letak normal

19

Hasil pemeriksaan laboratorium:


Darah rutin :

Hb

Eritrosit

: 4.3jt/mm3

Leukosit

: 13700/mm3

Hematokrit : 32 %

Hitung jenis : 1/0/1/79/13/6

LED

: 11 gr%

: 76mm/jam

Urin rutin :
Protein (-)
Glukosa (-)
Keton (-)
Leukosit (++)
Eritrosit (-)
Epitel (+)
Diagnosis:
Primigravida

hamil

36

minggu

dengan

partus

prematurus

imminens

oligohidramnion, janin tunggal hidup presentasi kepala


Terapi:

Rencana terminasi pro sc


Pematangan paru dahulu selama 2 hari dengan inj. Dexametason 3x1 amp
Amoxicillin 3x1 tab
Histolan 2x tab
IVFD D5 drip MgSO4 40% gtt XV/mnt

20

24 September 2014
S: Os. mengaku nyeri perut, dan mulas.
O:

KU

: Baik

TD

: 120/80 mmHg

Nadi

: 84x/menit

RR

: 21x/menit

Kontraksi

: (-)

Bloodsign

: (-)

discharge

: keluar air-air sedikit

DJJ

: 140x/menit

Status obstetrikus:
Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah proccessus xyphoideus, detak jantung janin 140
kali/menit teratur, letak janin memanjang, punggung kiri, terbawah kepala, his
3x/20/45.
VT

: portio lunak, anterior, pembukaan 2, pendataran 50%, ketuban (+),

terbawah kepala.
Diagnosis:
Primigravida hamil 36 minggu dengan partus prematurus imminens, janin tunggal
hidup presentasi kepala.
Terapi:
1. IVFD D5% gtt XV/menit
2. Injeksi Dexamethasone 3 x 1 amp IV hari ke-2.
3. Amoxicilin 3 x 1 tablet peroral.
4. Histolan 2x tablet per oral.

21

25 September 2014
Persiapan SC dilakukan
Pemasangan urine catheter menetap
S: os merasa gelisah, mulas masih ada
O:

TD

: 110/60 mmHg

Nadi

: 87x/menit

RR

: 83x/menit

DJJ

: 128x/menit

Pemeriksaan dalam tidak dilakukan.


26 September 2014
SC dilakukan pukul 10.00WIB
Bayi lahir pukul 10.15 WIB, perempuan dengan berat 2900 gram dan panjang badan
48 cm. bayi langsung dirujuk karena masuk kriteria tersangka infeksi.
Tindakan selesai pukul 11.10 WIB
Post SC:
TD

: 100/50 mmHg

: 36,30c

Nadi

: 86x/m

RR

: 21x/m

Nyeri luka opersai (+)


Terapi post SC:

22

IVFD RL gtt xx/m


Metronidazole IV
Inj Ketorolac
Inj Kloneks
Induksin drip RL
Boleh makan dan minum
Imobilisasi 24 jam

BAB IV
PEMBAHASAN

1. Apakah diagnosis pada kasus ini sudah tepat?


Pasien seorang wanita, tahun, datang ke RS Muhammadyah Palembang pada
tanggal 22 September 2014, dengan keluhan perut mulas dengan hamil kurang bulan,
makin lama makin sering. Pada anamnesis os mengaku saat ini adalah kehamilannya
yang pertama, HPHT tanggal 18 Januari 2014 dan pemeriksaan fisik didapatkan
tinggi fundus uteri setinggi 3 jari di bawah proccessus xyphoideus. Kehamilan sudah
berusia 36 minggu. Dari hasil pemeriksaan his 3x/20/45, pendataran 50% serta
pembukaan pada serviks 2 cm. Detak jantung janin 128 kali/menit teratur. Letak janin
memanjang, punggung kiri, terbawah kepala. Berdasarkan anamnesis dan
23

pemeriksaan fisik, pasien ini memenuhi kriteria diagnosis persalinan preterm yaitu
usia gestasi 22 37 minggu (pada pasien usia gestasi 36 minggu), his 1x/10/30
(pada pasien his 3x/20/45), dilatasi 2 cm atau perubahan dilatasi dalam waktu 1
jam (pada pasien pembukaan 2 cm), pendataran 50-80% (pada pasien pendataran
50%). Sehingga diagnosis pasien Primigravida hamil 36 minggu dengan partus
prematurus iminens + oligohidramnion, janin tunggal hidup presentasi kepala.
Namun, saat bayi pasien lahir berat badan bayi > 2500 gram (bayi pasien beratnya
2900 gram) sehingga perlu ditinjau kembali adakah kesalahan pada anamnesis atau
tidak karena berat badan bayi harus <2500 gram agar bisa dikatakan partus
prematurus iminens.

2. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?


Dalam menghadapi kasus PPI ada 3 kemungkinan, yaitu :

Mempertahankan kehamilan sehingga janin dapat lahir se-aterm mungkin.

Menunda persalinan 2-3 hari untuk dapat memberikan obat pematangan paru
janin

Membiarkan terjadi persalinan

Pada pasien ini diambil penatalaksanaan untuk mempertahankan kehamilan


seaterm mungkin, melalui cara batasi aktivitas / tirah baring, menghambat proses
persalinan preterm dengan tokolitik, pematangan surfaktan paru janin dengan
kortikosteroid, serta pemberian antibiotik bila perlu utntuk pencegahan terhadap
infeksi. Pemberian tokolitik pada pasien ini dilakukan berdasarkan indeks tokolitik
(pada pasien skor 3)
Kontraksi
Ketuban
pecah
Perdarahan
Pembukaan

0
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

1
Irregular
-

2
Regular
Tinggi/tidak

3
-

4
Rendah/pecah

Spotting
1 cm

jelas
Perdarahan
2 cm

3 cm

4 cm

24

Pada pasien tokolitik yang diberikan yaitu MgSO4 karena memenuhi indikasi
(partus prematurus imminens, usia kehamilan 20-37 minggu, tafsiran berat janin <
2500 gram) dan syarat pemberiannya (pembukaan < 3 cm, ketuban +/-, ketuban tidak
menonjol keluar serviks, janin hidup, his minimal 1x/10, indeks tokolitik < 8). Cara
pemberiannya yaitu dosis awal 4 gram MgSO4 40% IV bolus pelan dalam waktu 2030 menit dilanjutkan dengan dosis maintenance MgSO4 40% 10 gram dalam D5%
500 cc gtt XXV/menit sampai kontraksi berhenti atau selama 24 jam. Tokolitik oral
sudah diberikan sebelum tokolitik dengan MgSO4 selesai, pada pasien diberikan
histolan 2 x tablet peroral tetapi atas saran dari dokter Sp.OG.
Pematangan surfaktan paru janin perlu diberikan bila usia kehamilan < 35
minggu (pada pasien usia kehamilan 32 minggu) untuk menurunkan insidensi
respiratory distress syndrome, mencegah perdarahan intraventrikular sehingga pada
pasien diberikan deksametason 3 x 1 ampul dengan jarak pemberian 8 jam selama 2
hari.
Sectio Caesaria (SC) dilakukan bila ada indikasi. Indikasi untuk dilakukan SC
ada dua, yaitu indikasi absolut dan indikasi relatif. Indikasi dilakukan bila:

Adanya kelainan plasenta

Disproporsi sefalo-pelvik

Panggul sempit

Ruptura uteri mengancam

Partus lama

Partus tak maju

Distosia serviks

Malpresentasi janin

Gmeli

Keselamatan ibu terancam

25

Gawat janin

Pada pasien dilakukan tindakan SC, namun dari hasil follow up tidak ditemukan
indikasi yang cukup mendukung untuk dilakukannya tindakan.

BAB V
KESIMPULAN
1.

Diagnosis pada kasus ini sudah tepat

2.

Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat, namun untuk terminasi


kehamilannya kurang tepat karena tidak ada indikasi yang cukup kuat untuk
dilakukan SC.

26

27

DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham M.D, et all. 2005. Preterm Birth. In: Williams Obstetrics. 23 nd
ed.McGraw- Hill.
2. Goepfert A.R. 2001. Preterm Delivery. In: Obstetrics and Gynecology Principle
for Practise. McGraw-Hill.
3. Iams J.D. 2004. Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine. 5th
ed.Saunders.
4. Jafferson

Rompas.

2004.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/145-

11Persalinanpreterm.pdf/145.30
5. Medlinux. 2007.http://medlinux.blogspot.com/2007/11/ruptur membran - prepersalinan.html

28

You might also like