You are on page 1of 45

PROPOSAL

RANCANG BANGUN SISTEM INSTRUMENTASI UNTUK MEMBANTU

BUDIDAYA TOMAT SECARA AEROPONIK

GALIH MUSTIKO AJI

23209045

PROGRAM PASCASARJANA

SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2010
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan bidang yang sangat strategis karena menyangkut berbagai sendi

kehidupan manusia. Bagi Indonesia sebagai negara agraris, pertanian mempunyai makna yang

sangat penting karena berbagai hal. Pertama, kebutuhan dasar manusia terutama pangan dan

sandang berasal dari bidang pertanian. Bahan pangan, sayuran, buah, bahan industri makanan

hanya dapat dipenuhi dari bidang pertanian. Selain itu, berbagai bahan olahan untuk sandang,

karet, serat dan sebagainya yang dihasilkan melalui industri juga membutuhkan bahan baku dari

pertanian. Secara politis, sebenarnya negara yang tidak mempunyai basis kehidupan di bidang

pertanian mempunyai tingkat ketergantungan yang sangat besar dari negara lain karena suplai

bahan pangan dan bahan baku industri pertaniannya berasal dari negara agraris. Dengan

demikian keberadaan pertanian sangat menentukan keberlanjutan kehidupan manusia.

Goncangan terhadap sektor pertanian dapat berimbas pada sektor ekonomi, politik, bahkan sosial

budaya. Kedua, Indonesia mempunyai kekayaan plasma nutfah (sumber daya genetik) terbesar

kedua setelah Brasil, namun pemanfaatannya belum optimal. Selain itu sumber daya manusia

Indonesia sangat besar (jumlah penduduk no. 6 di dunia). Saat ini, Indonesia tercatat sebagai

produsen beras terbesar ketiga di dunia, penghasil serealia terbesar keenam di dunia, penghasil

karet no. 2 di dunia, produsen minyak sawit kedua di dunia, penghasil kopi no. 4 di dunia, dan

sebagainya. Hal ini menunjukkan potensi Indonesia sebagai produsen hasil pertanian sangat

besar. Dengan peningkatan kemampuan SDM, peluang pengembangan dan eksplorasi sumber

daya alam masih sangat terbuka. Ketiga, tingkat pertumbuhan jumlah penduduk dunia (termasuk
Indonesia) yang sangat cepat merupakan peluang pasar yang besar bagi hasil pertanian tropis

Indonesia. Dengan potensi yang dimilikinya, peluang Indonesia menguasai pasar hasil pertanian

sangat terbuka sehingga mempunyai posisi tawar (bargaining possition) yang tinggi dibanding

negara lain. Keempat, sektor pertanian telah terbukti mampu menghadapi gejolak ketika terjadi

krisis multidimensional, sementara bidang yang lain mengalami goncangan yang signifikan. Hal

ini terkait dengan sumber daya yang dibutuhkan dalam bidang pertanian sebagian berasal dari

alam sehingga keberlanjutannya relatif tinggi.

Sarana dan penggunaan teknologi serta penelitian dibidang pertanian di Indonesia masih

sangat kurang, hal ini menyebabkan hasil pertanian di Indonesia masih belum maksimal dan

selalu tertinggal oleh negara-negara agraris lainnya. Kebanyakan petani di Indonesia adalah

petani tradisional yang belum banyak memanfaatkan teknologi dalam pertanian mereka. Lahan

pertanian dimanfaatkan hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, dengan

menggunakan tanah sebagai media pertanian. Metode pertanian tradisional biasanya

membutuhkan lahan yang luas dan memakan waktu yang cukup lama. Metode-metode pertanian

modern belum banyak dimanfaatkan oleh para petani di Indonesia.

Indonesia daerah tropis yang relatif subur karena dilewati oleh sabuk api (rangkaian

Gunung Berapi) yang menyebabkan tanah Indonesia kebanyakan dibentuk dari dataran volkan.

Lahan yang luas dan subur di Indonesia merupakan potensi besar pada bidang pertanian.

Indonesia memiliki beraneka ragam jenis tanaman sayuran dan buah-buahan yang dapat tumbuh

subur baik dimusim kemarau ataupun musim hujan. Salah satunya adalah tanaman tomat,

tanaman ini tidak tergantung oleh musim. Tanaman ini juga termasuk dalam tanaman binaan

Direktorat Jenderal Hortikultura, sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia

nomor : 511/Kpts/PD.310/9/2006. Dalam kepmen tersebut, tanaman ini termasuk dalam


komoditas sayuran. Sayuran tomat banyak mengandung vitamin dan mineral, misal : karoten, vit.

C, B kompleks, zat besi dll. Sayuran tomat sangat cocok dikembangkan dalam beberapa metode

pertanian, karena sayuran tomat memiliki masa hidup yang singkat, dapat juga dikembangkan

dalam media tanah ataupun tanpa tanah. Oleh karena itu, sayuran tomat perlu dikembangkan

lebih lanjut dengan harapan metode pengembangan pertanian sayuran tomat dapat menghasilkan

metode pertanian yang lebih lebih baik atau hasil pertanian yang lebih memuaskan.

Metode-metode pertanian modern seperti kultur jaringan, hidroponik, aerofonik di

Indonesia masih sangat jarang digunakan. Metode-metode pertanian modern ini cenderung

memanfaatkan lahan semaksimal mungkin dengan menggunakan media tanah seminimal

mungkin atau diganti dengan media lain bahkan tanpa media sama sekali. Metode-metode

pertanian modern telah banyak digunakan pada tanaman-tanaman hortikultura, salah satunya

adalah sayuran tomat. Pada penelitian ini akan didesain dan dibuat sebuah sistem instrumentasi

untuk mengembangkan budidaya sayuran tomat secara aeroponik.

2.2 Rumusan dan Batasan Masalah

Pada penelitian ini akan didesain dan dibuat prototype sebuah sistem instrumentasi untuk

budidaya sayuran tomat secara aerofonik dalam sebuah chamber berukuran 50 cm x 50 cm x

50cm. Sistem instrumentasi adalah sebuah sistem elektronik yang digunakan untuk memperoleh

parameter-parameter lingkungan (chamber) dan dapat digunakan untuk mengendalikan aktuator

yang akan bekerja sesuai parameter yang didapat agar kondisi di dalam chamber tetap sesuai

dengan kebutuhan hidup dari sayuran tomat.


Sistem instrumentasi yang dirancang dan dibuat harus dapat memberikan parameter-

parameter berikut ini :

a) Suhu/Temperature.

Sistem harus dapat memberikan data tentang suhu di dalam chamber dan sistem harus

dapat mengendalikan suhu di dalam chamber agar sesuai dengan nilai setpoint.

b) Kelembaban.

Sistem harus dapat mengetahui besarnya kelembaban di dalam chamber dan sistem harus

dapat menurunkan kelembaban di dalam chamber jika kelembaban di dalam chamber

melewati batas setpoint.

c) Level bak nutrisi.

Sistem harus dapat menjaga ketinggian air di dalam bak air (nutrisi).

Pencapaian sistem instrumentasi yang dibuat harus memenuhi batasan-batasan masalah

yang disusun sebagai berikut :

1) GUI (Graphic User Interface) berupa perangkat lunak (software) yang dibuat dengan

menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 yang mampu menampilkan parameter-

parameter diatas, dan memiliki pengaturan setpoint dari parameter-parameter tersebut.

2) Sistem instrumentasi dapat berdiri sendiri tanpa bantuan komputer (stand alone),

sehingga sistem instrumentasi tidak selalu bergantung pada kerja komputer.

3) Memiliki hardware interface yang berupa LCD 2x16 dan keypad 4x4 pada sistem

instrumentasi, sehingga ketika dalam keadaan stand alone sistem instrumentasi tetap

dapat merepresentasikan keadaan pada sistem dan dapat melakukan pengaturan tentang

setpoint
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem dan teknologi

sensor program pascasarjana semester II tahun 2009/2010 Institut Teknologi Bandung. Selain itu

penelitian ini juga bertujuan untuk merancang dan membuat sistem instrumentasi untuk

membantu budidaya tanaman sayuran secara aerofonik, khususnya tanaman tomat serta membuat

ruang tumbuh aeroponik dari tanaman tomat.

1.3.2 Tujuan Khusus

◦ Memodifikasi suhu dan kelembaban ruang tumbuh tomat.

◦ Menemukan suhu dan kelembaban yang optimal dalam media tumbuh tanaman

sehingga kondusif bagi tanaman tomat.

◦ Mengendalikan dan menemukan frekuensi penyemprotan (pengkabutan) yang

optimal bagi larutan nutrisi tanaman tomat.

1.4 Metodologi Penelitian

Untuk dapat mencapai tujuan-tujuan dari penelitian ini maka disusunlah langkah-langkah

kerja dalam pembuatan prototype sistem instrumentasi untuk budidaya tanaman tomat secara

aerofonik sebagai berikut:

 Membuat desain chamber

 Membuat desain sistem instrumentasi

 Integrasi sistem (mikro dgn aktuator), sensor dan interfacing input dan output (baik

perangkat lunak maupun hardware interface).

 Pengujian sistem instrumentasi


 Implementasi sistem didalam media tumbuh (chamber)

 Pengujian waktu dan frekuensi penyemprotan (pengkabutan) termasuk suhu dan

kelembaban yang optimal bagi pertumbuhan tomat


BAB II

DASAR TEORI

2.1 Tomat (Solanun Lycopersicum)

Tanaman tomat termasuk dalam komoditi tanaman sayuran. Tanaman ini sangat cocok

dikembangkan dalam beberapa metode penanaman dan media tanam pada sistem pertanian.

Tanaman tomat cocok dengan iklim kering, dimana media (tanah) banyak mengandung zat-zat

organik dengan besarnya pH antara 6 – 7. Tanaman tomat dapat tumbuh subur pada suhu yang

berkisar antara 7oC – 20oC.

Bibit tanaman tomat yang dipilih untuk dapat dibudidayakan dengan metode pertanian

modern biasanya harus memperhatikan beberapa kriteria berikut :

 Bibit berusia 3 minggu

 Panjang bibit sekitar ± 10 cm

 Akar-akarnya tidak rusak atau putus

Pada media tanah, lahan tanaman tomat harus dipilih dan dipersiapkan dengan baik. Jarak

antar tanaman tomat tidak boleh terlalu rapat. Tanaman tomat harus diberi jarak antar tanaman

sekitar 40 x 50 cm atau 50 x 60 cm. Jika tanaman terlalu rapat akan menyebabkan buah yang

dihasilkan akan menjadi kerdil. Lahan yang dipersiapkan harus diberikan tongkat lanjaran

setinggi 15 cm – 20 cm yang digunakan untuk menopang batang tomat sehingga tanaman tomat

tidak jatuh dan buah yang dihasilkan tidak membusuk karena menyentuh tanah.

Pemeliharaan tanaman tomat sebenarnya tidak terlalu sulit, seperti pemberian nutrisi dan

penyiraman hendaknya diusahakan jangan mengenai daun dan buah. Tanaman diusahakan harus

tetap lembab dan gembur. Akar tanaman tomat harus dijaga agar akar tanaman tidak terlalu
basah. Pemangkasan cabang dan batang dilakukan sekali-dua kali dalam sebulan. Untuk

pemupukan, diperlukan pemupukan dengan pupuk N dengan perbandingan 1 : 2 : 2.

2.2 Sistem Aerofonik

Sistem aerofonik adalah sebuah proses penumbuhan tanaman dalam suatu lingkungan

udara atau kabut tanpa penggunaan medium tanah. Prinsip dasarnya adalah penumbuhan

tanaman dalam lingkungan tertutup atau semi-tertutup dengan menyemprotkan akar tanaman

dengan larutan yang kaya nutrisi.

Gambar 2.1 Sistem pertanian Aerofonik

Salah satu teknik untuk meningkatkan produksi tanaman sayuran yang akhir-akhir ini

dikembangkan secara intensif oleh para peneliti di dunia adalah sistem aerofonik. Sistem ini

menunjukkan sejumlah kelebihan dan prospek yang lebih bagus dalam mendorong produksi

secara lebih efisien, contoh yang telah dikembangkan adalah pada tanaman kentang. Sistem

aerofonik berpotensi mengungguli metode vegetatif, khususnya pada produksi benih yang
kemudian dilanjutkan dengan pengembangbiakkan benih di ladang. Teknik ini akan menekan

biaya produksi dan meningkatkan kualitas kesehatan tanaman.

Sistem aerofonik memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan beberapa sistem

pertanian lainnya. Dibandingkan dengan sistem pertanian yang menggunakan suatu medium,

sistem aerofonik jelas lebih unggul karena lingkungan dapat dijaga hampir bebas dari hama dan

penyakit sehingga tanaman dapat tumbuh lebih sehat dan lebih cepat dibandingkan tanaman yang

tumbuh pada suatu medium. Sistem pertanian aerofonik juga lebih unggul dibandingkan dengan

sistem pertanian modern lain seperti hidroponik. Kelebihan sistem aerofonik dibandingkan

metode hidrofonik karena penyemprotan kandungan udara yang tinggi dalam larutan nutrisi

memberikan oksigen yang banyak ke akar tanaman, merangsang pertumbuhan dan membantu

mencegah pembentukan senyawa patogen.

2.3 Mikrokontroller AT89S51

2.3.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

AT89S51 merupakan salah satu produk mikrokontroler yang dikeluarkan oleh Atmel.

Mikrokontroler AT89S51 terbentuk dari perpaduan arsitektur perangkat keras keluarga

mikrokontroler MCS 51 dari Intel dan tambahan teknologi Flash Memory, sehingga AT89S51

terbentuk sebagai mikrokontroler dengan fasilitas timer, port serial, 32 kaki I/O, RAM dan Flash

Memory yang digunakan untuk keperluan penyimpanan program. Dengan demikian, desain

elektronika menjadi ringkas, praktis dan ekonomis karena dimungkinkan untuk membuat suatu

sistem hanya dalam satu single chip saja. Gambar 2.2 merupakan konfigurasi pin mikrokontroler

AT89S51.
Gambar 2.2. Konfigurasi Pin AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 terdiri dari beberapa bagian yang berfungsi untuk mendukung

pengendaliannya, bagian-bagian tersebut adalah :

1. Kapasitas memori internal 4 Kbyte (Flash 4 Kbytes)

2. 8 x 128 byte RAM (Random Acces Memory)

3. 32 jalur I / O yang dapat diprogram

4. 2 buah (6-bit pewaktu / pencacah (timer / counter)

5. Serial Port Full Dupleks

6. Chip oscillator dan clock

7. 6 buah sumber interupsi

Diagram blok arsitektur AT89S51 dapat dilihat pada gambar 2.2. Pada diagram blok

tersebut dijelaskan bahwa untuk aplikasi yang tidak membutuhkan adanya RAM dan atau ROM

dengan skala besar, maka AT89S51 telah dapat dipergunakan dalam konfigurasi single chip.
Fasilitas Parallel Port yang dimiliki dapat dipergunakan untuk mengendalikan peralatan

eksternal atau memasukkan data yang diperlukan. Port Serial dapat dipergunakan untuk

mengakses sistem komunikasi data dengan dunia luar. Timer / counter yang ada dapat

dipergunakan untuk mencacah pulsa, menghitung lama pulsa atau sebagai pewaktu umum.

Sedangkan sistem interrupt membuat AT89S51 dapat dipakai pada aplikasi-aplikasi yang

mendekati sistem dengan proses real-time.

Gambar 2.3. Diagram Blok Arsitektur AT89S51


2.3.2 Deskripsi Pin AT89S51

1. Vcc (pin 40)

Suplai tegangan

2. Ground (pin 20)

Pentanahan

3. Port 0.0 – 0.7 (pin 32 – 39)

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, dan dapat menerima kode byte pada saat

Flash Programming. Sebagai port output, port ini dapat memberikan output sink ke

delapan buah TTL input. Pada saat logika ‘1’ dialamatkan pada kaki-kaki Port 0, maka

Port 0 dapat digunakan sebagai masukan berimpedansi tinggi. Port 0 yang merupakan

saluran I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat

rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program eksternal. Saat proses

pemrograman dan verifikasi, Port 0 digunakan sebagai saluran data. Pull up eksternal

diperlukan selama proses verifikasi.

4. Port 1.0 – 1.7 (pin 1 – 8)

Port 1 berfungsi sebagai I/O biasa atau menerima low order address bytes selama

Flash Programming. Port ini memiliki internal pull up dan dapat berfungsi sebagai input

dengan memberikan logika ‘1’ yang dialamatkan pada kaki-kaki Port 1. Sehingga output

port ini dapat memberikan output sink ke empat buah input TTL. Port ini juga dapat

digunakan sebagai saluran alamat saat pemrograman dan verifikasi. Port 1 dipetakan pada

alamat 90H dan dapat berfungsi sebagai berikut.


Tabel 2.1. Fungsi Alternatif Port 1 AT89S51

Pin Fungsi Alternatif


Port
P1.0 TI2 (Timer / Counter 2 eksternal input)
P1.1 TO2 (Timer / Counter 2 eksternal output)
P1.2 T2EA (Timer / Counter 2 Capsture Reload Trigger)
P1.3 SSI (Slave Port Slave Input)
P1.4 SSO (Slave Port Slave Output)
P1.5 MOSI (Master Data Output, slave data input pin untuk SPI)
P1.6 MISO (Master Data Input, slave data output pin untuk SPI)
P1.7 SCK (Master Clock Input, slave data input pin untuk SPI)

5. Port 2.0 – 2.7 ( Pin 21 – 28)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, saat mengakses memori

secara 16 bit (Movx @DPTR). Sebagai output, port ini dapat memberikan output sink

pada ke empat buah input TTL, sedangkan untuk memfungsikan sebagai port input

dilakukan dengan memberikan logika 1 yang dialamatkan pada kaki-kaki Port 2. Port ini

memiliki internal pull up.

6. Port 3.0 – 3.7 (pin 10 – 17)

Memiliki sifat yang sama dengan Port 1 dan Port 2 yaitu sebagai port I/O 8 bit

dengan internal pull up yang memiliki fungsi pengganti. Bila fungsi pengganti tidak

dipakai maka dapat digunakan sebagai port paralel 8 bit serba guna. Selain itu, sebagian

Port 3 dapat berfungsi sebagai sinyal kontrol saat proses pemrograman dan verifikasi.

Adapun fungsi dari Port 3 adalah sebagai berikut.


Tabel 2.2. Fungsi Alternatif Port 3 AT89S51

Pin Port Fungsi Alternatif


P3.0 RDX (Port untuk masukan serial)
P3.1 TDX (Port untuk keluaran serial)
P3.2 INT0 (untuk melayani interupsi eksternal 0)
P3.3 INT1 (untuk melayani interupsi eksternal 1)
P3.4 T0 (untuk masukan eksternal timer 1)
P3.5 T1 (untuk masukan eksternal timer 0)
P3.6 WR (Eksternal Data Memory Write Strobe)
P3.7 RD (Eksternal Data Memory Read Strobe)

7. Reset (Pin 9)

Reset input. Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle. Pulsa

transisi dari rendah ke tinggi akan mereset mikrokontroler.

8. ALE (Pin 30)

Pin ini berfungsi sebagai Address Latch Enable (ALE) yang me-latch low byte

address pada saat mengakses memori eksternal. ALE hanya akan aktif saat mengakses

memori eksternal (movx dan movc).

8. PSEN (Pin29)

Program Store Enable (PSEN), pin ini berfungsi pada saat mengakses program

yang terletak pada memori eksternal.

9. EA (Pin 31)

External Access Enable (EA) merupakan sinyal kontrol untuk pembacaan memori

program. Pada kondisi low pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan

menjalankan program yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset.
Sedangkan jika berkondisi high, pin akan berfungsi menjalankan program yang ada

pada memori internal pada saat Flash Programming, pin ini akan mendapat tegangan 12

volt.

10. XTAL 1 (Pin 19)

Input osilator.

11. XTAL 2 (Pin18)

Output osilator.

2.3.3. Struktur Memori Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 memiliki struktur memori sebagai berikut :

1. RAM internal

Memiliki alamat dari 00H hingga 7FH dengan memori sebesar 128 byte yang

biasanya digunakan untuk menyimpan data.

RAM internal terdiri atas:

a. Register Banks yang berjumlah 8 buah dari R0 hingga R7, yang terletak pada alamat

00H hingga 07H pada setiap kali sistem mengalami reset.

b. Bit Addressale RAM yang terletak pada alamat 20H hingga 2FH yang dapat diakses

dengan pengalamatan bit.

c. RAM keperluan umum yang dimulai dari alamat 30H hingga 7FH dan memiliki sifat

dapat diakses dengan pengalamatan langsung maupun tak langsung.

2. Special Function Register

SFR merupakan memori yang berisi register-register yang memiliki fungsi-fungsi

khusus yang merupakan fasilitas yang disediakan mikrokontroler tersebut meliputi port-

port, pewaktu, control peripheral dan lain sebagainya.


2.3.3.1 Register Fungsi Khusus

SFR (Register Fungsi Khusus) merupakan memori yang berisi register-register yang

memiliki fungsi-fungsi khusus yang merupakan fasilitas yang disediakan oleh mikrokontroler

tersebut, mencakup port-port, pewaktu (timer), kontrol peripheral dan lain sebagainya.

Sementara SFR terdiri dari :

a. Akumulator

ACC menempati alamat E0H dan digunakan untuk menyimpan data sementara dari

hampir semua operasi aritmatik dan operasi logika. Instruksinya sendiri mengacu pada

register A.

b. Register B

Register ini menempati lokasi F0H digunakan selama operasi perkalian dan

pembagian walaupun juga dapat difungsikan sebagai register biasa. Pengalamatanya

sendiri dapat dilakukan dengan bit addressable.

c. Program Status Word (PSW)

Register PSW (D0H) mengandung infomasi status program yang berkaitan dengan

CPU pada saat itu.

Status yang tersimpan pada PSW meliputi :

1. Flag Carry berfungsi mendeteksi apabila terjadi aksi lebih pada proses

penjumlahan / aksi pinjam pada pengurangan. Bit carry juga berfungsi sebagai

akumulator pada operasi Boolean sebesar 1 bit.

2. Bit RSO dan RSI berfungsi untuk memilih satu dari 4 bank register.

3. Flag Overflow akan diset bila pada operasi aritmatik menghasilkan bilangan yang

lebih besar dari 128 atau lebih kecil dari -128.


4. Bit paritas berfungsi untuk menentukan cacah logika ‘1’ dalam akumulator. Jika

cacah logika ’1’ ganjil maka bit paritasnya sama dengan 1 (P=1) dan sebaliknya. Bit

paritas ini juga dapat digunakan untuk proses yang berhubungan dengan serial port

yaitu sebagai check sum.

d. Stack Pointer

Register SP (lokasi 81 H) merupakan register dengan panjang 8 bit. Isi dari SP

sendiri merupakan data yang disimpan distack. Proses yang berhubungan dengan stack

ini biasa dilakukan dengan instruksi-instruksi Push, Pop, acall, lcall.

e. Data pointer

DPTR merupakan register 16 bit dan terletak pada alamat 82 H untuk 1 DPL (byte

rendah) dan 83 H untuk DPH (byte tinggi). DPTR ini biasanya digunakan untuk

mengakses source code ataupun data yang tersimpan pada memori eksternal.

f. Port

AT89S51 memiliki 4 buah port, yaitu Port 0, Port 1, Port 2, Port 3 yang menempati

alamat 80H, 90H, A0H, B0H. Namun jika digunakan eksternal memori ataupun fungsi-

fugsi spesial, seperti External Interrupt, Serial ataupun External Timer, Port 0, Port 1,

Port 2, Port 3 tidak dapat digunakan sebagai port dengan fungsi umum.

Semua Port ini dapat diakses dengan pengalamatan secara bit sehingga dapat

dilakukan perubahan output pada tiap-tiap pin dari port ini tanpa mempengaruhi pin-pin

lainnya.
g. Register Port Serial

AT89S51 mempunyai sebuah on chip serial port yang dapat digunakan untuk

berkomunikasi dengan peralatan lain yang menggunakan serial port seperti modem, shift

register dan lain-lain.

Buffer (penyangga) untuk proses pengiriman maupun pengambilan data terletak

pada Register SBUF, yaitu pada alamat 99H. Sedangkan untuk mengatur mode serial

dapat dilakukan dengan mengubah isi dari SCON yang terletak pada alamat 98H.

h. Register Timer

AT89S51 mempunyai dua buah 16 bit Timer / counter, yaitu Timer 0 dan Timer 1.

Timer 0 terletak dialamat 8AH untuk TL0 dan 8CH untuk TH0 dan Timer 1 terletak

dialamat 8BH untuk TL1 dan 8DH untuk TH1.

i. Register Interrupt

AT89S51 mempunyai lima buah interupsi dengan dua level prioritas interupsi.

Interupsi akan selalu nonaktif setiap kali sistem direset. Register-register yang terhubung

dengan interrupt adalah Interrupt Enable Register (IE) atau Register keaktifan tiap-tiap

interupsi dan Interrupt Priority Register (IP) atau Register Prioritas Interupsi pada alamat

B8H.

j. Register Control Power

Register ini terdiri atas SMOD yang digunakan untuk melipat dua baud rate dari

port serial, dua buah bit untuk flag fungsi umum pada bit ketiga dan bit kedua, Power

Down (PD) bit dan Idle (IDL) bit.


2.3.3.2 Flash PEROM

Mikrokontroler AT89S51 memiliki 4 Kb Flash PEROM (Programable and Erasabele

Memory) yaitu ROM yang dapat ditulis ulang atau dihapus menggunakan sebuah alat

pemrogram. Jenis Flash yang digunakan adalah Atmel’s High-Density Non Volatile Technology

yang memiliki kemampuan untuk ditulis ulang hingga 1000 kali dan berisi fungsi standar MCS

51.

Mikrokontroler AT89S51 memiliki kode pengalamatan yang sama dengan

mikrokontroler MCS 51. Mode pengalamatan ini berkaitan erat dengan operand dalam

pemrograman mikrokontroler. Operand sendiri merupakan data yang tersimpan didalam memori,

register, dan I/O. Operand-operand ini dijalankan melalui instruksi-instruksi. Dibawah ini

merupakan mode-mode pegalamatan MCS 51 / AT89S51 :

a. Mode Pengalamatan Register

Pengalamatan yang melibatkan register R0–R7 bisa diseleksi dengan register PSW,

ada dimana register R0–R7 berada. Instruksi pengalamatan yang melibatkan register ini

sangat efisien, karena opcode seperti perintah.

b. Mode Pengalamatan langsung

Pengalamatan langsung melibatkan register, port dan akumulator A yang berada

dalam chip (tidak dapat mengakses memori diluar chip).

c. Mode Pengalamatan tidak langsung

Pengalamatan tidak langsung ditandai dengan tanda @, artinya disitu terdapat data

alamat yang harus dibaca datanya lebih dahulu.

d. Mode Pengalamatan segera


Menyangkut operasi-operasi dengan suatu nilai konstanta (yang sudah tetap),

perintah ini ditandai dengan tanda #.

e. Pengalamatan Relatif

Pengalamatan relatif ada pada instruksi sjmp (short jump). Karena besar lompat

relatif (dari tempat semula), hanya 8 bit (total 256 langkah), maka sjmp hanya dapat

lompat kedelapan sejauh +127 langkah (lokasi memori) atau mundur -128 langkah.

f. Pengalamatan berindek

Pengalamatan berindek menggunakan register 16 bit program counter (PC) atau

data pointer (DPTR) sebagai tempat informasi alamat, untuk mengakses hingga 64 K

lokasi memori.

2.4 Antar Muka RS-232

Komunikasi atau transfer data antara mikrokontroler dengan memori atau piranti lain

dapat dilakukan secara serial dan paralel. Transmisi serial berarti mengirimkan data satu bit

dalam satu satuan waktu melewati satu jalur berlawanan dengan pengiriman secara paralel yang

mengirimkan sejumlah bit sekaligus dalam satu satuan waktu sehingga memerlukan banyak

jalur.

Transmisi data serial hanya memakai sebuah jalur untuk pengiriman data artinya

pengiriman data dilakukan dengan mengirimkan satu persatu bit dalam satu satuan waktu.

Sedangkan dalam transmisi paralel, beberapa buah bit dikirimkan sekaligus dalam satu satuan

waktu. Hal ini akan mempercepat proses pengiriman data atau menaikkan baud rate pengiriman.

Keuntungan pengiriman data secara serial adalah jumlah kabel yang digunakan lebih

sedikit, jika komunikasi paralel minimal memerlukan delapan kabel dan ground. Komunikasi
serial hanya butuh dua kabel dan ground, selain itu jangkauan panjang kabel lebih jauh

dibandingkan paralel karena port serial mengirimkan logika 1 dengan kisaran tegangan -3 volt

hingga -15 volt dan logika 0 sebagai +3 volt hingga +15 volt, sehingga kehilangan daya karena

panjangnya kabel bukan masalah utama. Sebagai perbandingan, bila digunakan port paralel yang

menggunakan level TTL yang berkisar dari 0 volt untuk logika 0 dan +5 volt untuk logika 1.

Kerugian dari pengiriman data secara serial adalah kecepatan pengiriman data relatif lebih

lambat dan port serial lebih sulit ditangani karena peralatan yang dihubungkan ke port serial

harus berkomunikasi menggunakan transmisi serial sedangkan data di komputer diolah secara

paralel.

2.4.1 Standar RS-232

RS 232 merupakan antar muka peralatan terminal data dengan peralatan komunikasi data

menggunakan data biner secara serial. Peralatan terminal data (Data Terminal Equipment / DTE)

merupakan komputer, sedangkan peralatan komunikasi data (Data Communication Equipment /

DCE) merupakan modem. Antara komputer dengan modem level sinyal data yang disalurkan

pada kabelnya adalah level RS-232.

Pada perkembangannya DCE tidak hanya berupa modem atau perangkat komunikasi,

tetapi bisa berupa instrumentasi seperti pH meter, timbangan dan sebagainya. Prinsip pengiriman

data secara serial adalah data yang dikirim suatu terminal akan diterima oleh terminal lain

demikian juga sebaliknya. Gambar 2.4 merupakan konfigurasi konektor DB-9 pada komunikasi

serial.
5
9
4
8
3
7
2
6
1

Gambar 2.4. Konektor DB-9

Tabel 2.3 menerangkan kegunaan pin konektor DB-9 dalam proses komunikasi data

secara serial.

Tabel 2.3. Konfigurasi Pin Serial

Pin DB9 Nama Kepanjangan


3 TD Transmit Data
2 RD Receive Data
7 RTS Request To Send
8 CTS Clear To Send
6 DSR Data Set Ready
5 SG Signal Ground
1 CD Carrier Detect
4 DTR Data Terminal Ready
9 RI Ring Indicator

2.4.2 Pengkonversi Level Tegangan TTL ke RS-232

Untuk mengkonversi level tegangan TTL ke level tegangan RS-232 digunakakan IC

MAX 232. Tegangan tingkat RS-232 sangat jauh berbeda dengan tingkat TTL. Jika TTL bekerja

dengan tegangan antara 0 sampai 5 volt, dengan tegangan sekitar 0 volt dianggap sebagai logika

‘0’ dan tegangan disekitar 5 volt sebagai logika ‘1’, sedangkan untuk tingkat RS232 tegangan
kerjanya antara -15 sampai +15 volt dan cara menerjemahkan logika ‘0’ dan ‘1’ –nya yang

sangat berbeda.

Untuk itu diperlukan piranti khusus yang digunakan untuk melakukan konversi tingkat

tegangan TTL dan RS-232. IC MAX 232 ini dapat digunakan dalam dua arah konversi tegangan

yaitu dari level tegangan RS-232 ke level tegangan TTL atau sebaliknya. Gambar 2.5

memperlihatkan konfigurasi pin dari IC MAX 232.

Gambar 2.5. Susunan Pin IC MAX 232

2.5 Microsoft Visual Basic 6.0

Microsoft Visual Basic 6.0 merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk menyusun

program aplikasi yang bekerja dalam lingkungan sistem operasi Microsoft Windows. Kata

“Visual” menunjukkan cara yang dibuat untuk membuat Graphical User Interface (GUI).

Dengan cara ini tidak lagi menuliskan instruksi pemrograman dalam kode-kode baris, tetapi

secara mudah akan lebih fokus dan terstruktur pada usaha pencapaian objek-objek yang

digunakan.
Sedangkan kata “Basic” merupakan bagian bahasa BASIC (Beginners All Purpose

Symbolic Instruction Code), yaitu sebuah bahasa pemrograman yang dalam sejarahnya sudah

banyak digunakan oleh para programmer untuk menyusun aplikasi. Sehingga Visual Basic

merupakan sebuah teknik pemrograman BASIC (terstruktur) yang terfokus pada OOP (Object-

Oriented Programming) atau pemrograman yang berorientasi objek.

2.6 Sensor Suhu dan Kelembaban SHT11

Sensor SHT11 adalah sebuah modul sensor yang dirancang untuk dapat mengukur suhu

udara dan kelembaban udara. Modul sensor ini sudah memiliki keluaran digital dan sudah

terkalibrasi, jadi pada penggunaannya tidak perlu lagi melakukan konversi A/D ataupun kalibrasi

data sensor. Antarmuka modul ini adalah serial 2-wire (bukan I²C) sehingga sangat menghemat

jalur I/O kontroler.

Secara umum SHT11 bekerja pada kelembaban antara 0 % - 100 % dengan nilai akurasi

sebesar ± 3% RH. Karakteristik akurasi kelembaban dari SHT11 dapat dilihat pada gambar 2.6

berikut.

Gambar 2.6 Karakteristik akurasi RH SHT11


Suhu yang dapat dibaca dengan menggunakan sensor SHT11 adalah pada range -40oC

sampai dengan 100oC. Karakteristik dan nilai akurasi pembacaannya dapat dilihat pada gambar

2.7 berikut.

Gambar 2.7 Karakteristik akurasi suhu SHT11

Komunikasi yang digunakan pada SHT11 adalah serial bi-directional yang berarti data

dapat dikirimkan dan diterima dengan menggunakan satu pin saja. Kecepatan pembacaan dan

pengiriman data ke atau dari SHT11 bergantung pada serial clock yang dimasukan melalui pin

SCK. Konfigurasi pin dari SHT11 dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut.

Gambar 2.8 Konfigurasi pin SHT11


Resolusi pembacaan nilai temperature dan nilai kelembaban SHT11 secara default adalah

14 bit temperature dan 12 bit kelembaban. Nilai ini dapat direduksi menjadi 12 bit data

temperature dan 8 bit data kelembaban. Besarnya nilai resolusi pembacaan dari SHT11

mengindikasikan bahwa nilai ketelitian data yang mampu dibaca oleh sensor sangat tinggi.

2.7 LCD 16 X 2 BARIS (M1632)

Suatu alat akan lebih mudah digunakan bila dalam alat terdebut terdapat tampilan sebagai

media penampil hasil (Output). Bentuk tampilan memiliki banyak macam, mulai dari yang

menggunakan LED, seven segment, ataupun yang lebih kompleks dengan menggunakan LCD

(Liquid Cristal Display). Dalam alat ini LCD digunakan sebagai penampil dari hasil pengukuran.

LCD selain lebih kompleks, hasil keluarannya juga lebih mudah diamati dan dipahami.

Gambar 2. 9 LCD M1632

2.7.1 Spesifikasi Modul LCD

Jenis LCD yang dipakai adalah jenis M 1632 produksi Seiko Instrument Inc. Modul ini

merupakan modul LCD dot matriks dengan konsumsi daya yang rendah, namun mempunyai

tampilan yang lebar. Kelebihan-kelebihan lain dari LCD ini adalah :


a) Memuat sampai dengan 16 karakter yang terdiri dari 2 baris dengan komposisi

dot matriks 5 x 7.

b) Perbandingan kerja/rasio duty-nya 1/16.

c) CG ROM-nya mampu membangkitkan 192 karakter.

d) Mempunyai karakter dalam CG RAM-nya sebanyak 8 macam karakter (yang

dilakukan dengan mengeset program).

e) Mudah diaplikasikan dengan mikroprosesor baik yang 8 bit ataupun 4 bit.

f) Data tampilan yang ada pada DD RAM-nya sebanyak 80 x 8 bit (maksimum

memuat 80 karakter).

g) RAM karakter dan tampilan sangat mudah dibaca oleh mikroproesor.

h) Mempunyai berbagai macam fungsi perintah.

i) Rangkaian osilator sudah built- in (di dalamnya).

j) Catu daya tunggal hanya +5 volt.

k) Terdapat rangkaian power on reset didalam power on.

l) Proses yang terjadi menggunakan prinsip CMOS.

Rangakain LCD 1632ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 2. 10 Blok diagram LCD


Fungsi-fungsi terminal/pin yang ada :

1) DB0 - DB3 merupakan bus data untuk ke-4 bit data yang rendah. Data ini ini

dituliskan ke mikroprosesor dari modul atau ditulis dari modul ke mikroprosesor

dengan menggunakan bus ini.

2) DB4 - DB7 merupakan bus data untuk ke-4 bit data yang sangat tinggi. Elain

untuk membaca dan menulis ke atau dari modul ke mikroprosesor, melalui bus ini

juga mempunyai fungsi sebagai busy flag.

3) E merupakan sinyal Start beropersi, sinyal ini mengaktifkan data untuk dibaca dan

ditulis.

4) R/W sinyal membaca (R) atau menulis (W).

0 : sedang menulis

1 : sedang membaca

5) RS merupakan sinyal pemilih Register.

0 : untuk Register perintah (menulis), busy flag, dan juga Register adrress

Counter (membaca).

1 : untuk Register data (membaca dan menulis).

6) VLC merupakan terminal powersupply untuk menyalakan LCD. Terang gelap dari

LCD juga dipengaruhi oleh besarnya nilai ini.

7) VDD khusus untuk +5 VDC power supply.

8) VSS merupakan terminal untuk ground 0 V.


2.8 Keypad Matrix 4x4

Keypad Matrix 4x4 merupakan input device dengan 4 baris x 4 kolom yang dapat

diaplikasikan dengan mikrokontroller atau mikroprosessor. Keypad Matrix 4x4 dilengkapi

dengan 16 buah tombol yang dapat digunakan sesuai dengan aplikasi. Konfigurasi keypad

Matrix 4x4 ini terdiri dari 4 baris input scanning dan 4 kolom output scanning. Keypad matrix

4x4 dapat dilihat pada gambar 2.11 berikut.

Gambar 2.11 Konfigurasi Keypad Matrix 4x4


BAB III

DESAIN SISTEM

3.1 Gambaran Umum Sistem

Sistem yang dibuat adalah sebuah prototype dari sistem aerofonik yang digunakan untuk

budidaya tanaman tomat. Perancangan sistem ini diharapkan dapat mengendalikan parameter-

parameter yang merupakan syarat tumbuh dan pemeliharaan tanaman tomat sehingga parameter-

parameter tersebut sesuai dengan setpoint yang diberikan.

Sistem pertanian tanaman tomat terdiri dari dua bagian utama yaitu chamber dan sistem

instrumentasi. Chamber digunakan sebagai ruang tumbuh tanaman dimana parameter-parameter

yang merupakan syarat tumbuh tanaman akan dikendalikan oleh sistem instrumentasi, sehingga

sistem akan bekerja secara otomatis menjaga kondisi tanaman tomat agar tetap pada syarat hidup

dan tumbuhnya.

3.2 Desain Chamber

Chamber digunakan sebagai ruang tumbuh tanaman tomat. Syarat tumbuh tanaman tomat

dan teknik pemeliharaan tanaman tomat merupakan faktor utama dalam membuat desain

chamber. Chamber didesain agar pengkabutan yang terjadi tidak akan sampai ke daun dan buah.

Diberikan tongkat lanjaran yang berfungsi untuk menopang batang tanaman. Chamber didesain

dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Ilustrasi desain chamber yang dibutuhkan diperlihatkan

pada gambar 3.1 dan gambar 3.2 berikut.


Tongkat Lanjaran

Pipa saluran kabut

FAN

Pipa saluran pembuangan

Pipa saluran pengisian bak

Gambar 3.1 Desain Chamber tampak samping

Gambar 3.2 Desain chamber tampak keseluruhan


Pipa saluran pembuangan digunakan untuk mengendalikan level air di dalam bak air,

sehingga level air pada bak selalu terjaga. FAN digunakan untuk mengarahkan kabut agar kabut

dapat masuk kedalam chamber melalui pipa saluran kabut, sedangkan FAN yang lain digunakan

untuk menjaga kelembaban di dalam chamber.

3.3 Perancangan Sistem Instrumentasi

Perancangan sistem instrumentasi dari sistem pertanian aerofonik tanaman tomat

merupakan penurunan dari kebutuhan akan sensor dan aktuator yang harus ada dalam chamber,

serta aliran data dan proses kerjanya. Diagram blok pada gambar 3.3 menggambarkan aliran data

dan proses kerja dari sistem.

Personal
FAN Komputer

FAN 2

uC MCS51 LCD

Mistmaker

Sensor Suhu dan


Pompa Air Kelembaban
SHT11 Keypad 4x4

Gambar 3.3 Blok diagram sistem aerofonik tanaman tomat


Sistem instrumentasi terbagi menjadi beberapa bagian utama diantaranya sub sistem

kendali, sub sistem Input dan Output (I/O), sub sistem sensing, dan sub sistem aktuator. Sub

sistem kendali dilakukan oleh mikrokontroller MCS51 dimana seluruh sub sistem akan

terhubung ke mikrokontroller. Sub sistem kendali merupakan sub sistem utama dari sistem

pertanian tomat yang dibuat, karena sub sistem kendali bekerja mengambil parameter-parameter

dari sistem dan merepresentasikan parameter-parameter tersebut menjadi aksi dari sub sistem

yang lain.

Sub sistem Input dan Output terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah PC (personal

komputer) beserta perangkat lunak yang berupa GUI dari sistem pertanian tomat. Perangkat ini

digunakan untuk menampilkan parameter-parameter dari sistem pertanian tomat dan juga

digunakan sebagai media input mikrokontroller dalam pengaturan setpoint. Perangkat personal

komputer beserta GUI (perangkat lunak) merupakan opsi dari I/O pada sistem pertanian tomat,

yang berarti setiap saat perangkat ini dapat dilepas dan dipasang sesuai dengan kebutuhan.

Bagian kedua dari sub sistem I/O adalah keypad matrix 4x4 dan LCD 16x2 yang merupakan

hardware interface. Perangkat ini digunakan ketika perangkat komputer tidak sedang digunakan

(tidak terhubung). Fungsi perangkat ini sama dengan komputer yaitu menampilkan parameter-

parameter pada sistem dan melakukan pengaturan setpoint.

Sub sistem sensing yang digunakan adalah sensor suhu dan kelembaban SHT11. Sub

sistem ini digunakan untuk mengindera suhu dan kelembaban di dalam chamber. Sub sistem

akan ini akan mengirimkan parameter-parameter suhu dan kelembaban ke mikrokontroler. Sub

sistem sensing berkomunikasi bi-directional dengan mikrokontroller MCS51, komunikasi ini

akan menghasilkan parameter kelembaban dengan resolusi 8 bit dan parameter suhu dengan

resolusi 12 bit.
Sub sistem aktuator terdiri dari relay board, dua buah FAN, mistmaker, dan pompa air.

Relay board digunakan oleh mikrokontroller sebagai driver untuk menghidupkan atau

mematikan FAN, pompa air dan mistmaker. FAN digunakan untuk mengarah kabut agar masuk

ke dalam chamber melalui pipa saluran kabut, sedangkan FAN lainnya digunakan untuk

mengurangi kelembaban di dalam chamber. Mistmaker digunakan untuk membuat proses

pengkabutan di dalam bak air (nutrisi). Sedangkan pompa air digunakan untuk mengisi bak air

(nutrisi).

Proses aliran data yang terjadi pada sistem pertanian tomat ini dapat dijelaskan pada

diagram alir pada gambar 3.4 di bawah ini.

Gambar 3.4 Diagram alir sistem aerofonik tanaman tomat

Diagram alir diatas menggambarkan proses yang terjadi pada sistem instrumentasi

budidaya tanaman tomat secara aerofonik. Mula-mula sensor suhu dan kelembaban SHT11 akan
mengambil data suhu dan kelembaban, data suhu yang didapatkan akan dibandingkan dengan

nilai setpoint. Perancangan awal suhu diset pada 7 oC sampai dengan 20oC, dimana jika suhu di

dalam chamber kurang dari 7oC maka mistmaker dan FAN akan menyala 2 menit, jika suhu

diantara 7oC sampai 20oC maka mistmaker dan FAN akan menyala 5 menit, dan jika suhu lebih

dari 20oC maka mistmaker dan FAN akan menyala lebih lama yakni 8 menit. Setelah menyala

maka mistmaker dan FAN akan mati selama 5 menit.

Proses kemudian berlanjut dengan mengecek kelembaban di dalam chamber, jika nilai

kelembaban yang didapat melebihi 80% maka FAN2 akan dihidupkan terus menerus sampai

nilai kelembaban yang didapatkan kurang dari 80%.

3.4 Perancangan Perangkat Keras (Hardware)

Perancangan hardware untuk sistem instrumentasi budidaya tanaman tomat terdiri dari :

perancangan rangkaian sistem mikrokontroller, perancangan rangkaian relay board dan

perancangan hardaware interface.

3.4.1 Perancangan Rangkaian Sistem Mikrokontroller

Rangkaian sistem mikrokontroller terdiri dari rangkaian minimum mikrokontroller

AT89S51 yang terdiri dari rangkaian power on reset dan rangkaian osilator ditambahkan dengan

rangkaian antarmuka serial atau rangkaian RS-232 yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

PC. Gambar 3.5 menunjukkan rangkaian minimum mikrokontroller.


Vcc

U 16

1 40
AT89S51
3 9 2 1
P 0 .0 /A D 0 P 2 .0 /A 8

VC C
3 8 2 2
3 7 P 0 .1 /A D 1 P 2 .1 /A 9 2 3
3 6 P 0 .2 /A D 2 P2 .2 /A 1 0 2 4
3 5 P 0 .3 /A D 3 P2 .3 /A 1 1 2 5
3 4 P 0 .4 /A D 4 P2 .4 /A 1 2 2 6
3 3 P 0 .5 /A D 5 P2 .5 /A 1 3 2 7
3 2 P 0 .6 /A D 6 P2 .6 /A 1 4 2 8
P 0 .7 /A D 7 P2 .7 /A 1 5
1 1 0
2 P 1 .0 P 3 .0 /R XD 1 1
3 P 1 .1 P 3 .1 /T XD 1 2
4 P 1 .2 P 3 .2 /IN T O 1 3
5 P 1 .3 P 3 .3 /IN T 1 1 4
6 P 1 .4 P 3 .4 /T O 1 5
7 P 1 .5 P 3 .5 /T 1 1 6
8 P 1 .6 P 3 .6 /W R 1 7
P 1 .7 P 3 .7 /R D
1 1 .0 5 9 M H z 19 29
18 XTA L1 PSEN
33pF 9 XTA L2 30
R ST A L E /P R O G

G N D
31
E A /V P P
33pF

20
+ 10K
10uF
1

Vcc

Gambar 3.5 Rangkaian minimum mikrokontroller AT89S51

Komunikasi serial mikrokontroller standar RS232 digunakan IC MAX232. Didalam IC

ini terdapat Change Pump yang akan membangkitkan +10 volt dan -10 volt dari sumber +5 volt

tunggal. Dalam IC DIP (Dual In Line Package) 16 pin (8 pin x 2 baris) ini terdapat dua buah

transmitter dan dua buah receiver. Gambar 3.6 merupakan rangkaian antarmuka mikrokontroler

ke PC.
Vcc D B -9

5
9

16
M A X232 4
1 13 12 8
R 1 IN R 1 O U T

VC C
8 9 3
11 R 2 IN R 2 O U T 14 7
10 T 1 IN T1 O U T 7 2
+ T 2 IN T2 O U T 6
1 1
10uF 3 C +
4 C 1-
5 C 2+
C 2-
+ 2
V + A T89S 51

G N D
6
V -
10uF 11
10uF
10uF + 1

15
2
+
10

Gambar 3.6 Rangkaian antarmuka mikrokontroller ke PC

3.4.2 Rangkaian Relay Board

Mengaktifkan relay membutuhkan arus yang besar, oleh karena itu dibutuhkan sebuah

driver arus untuk mengaktifkan relay. Perancangan ini menggunakan L293D yang dapat

digunakan sebagai driver relay. L293D memiliki 4 buah input dan 4 buah output, serta

dilengkapi dengan pengaturan PWM (jika diperlukan). Gambar 3.7 merupakan rangkaian relay

board secara keseluruhan.


K1
I n p u t A C 2 2 0 V o lt 5
3
4
1
VC C + 6 V o lt 2

R ELAY SPD T
K2
O ut uC 5

16
3

8
U 1
2 3 4
1 1 A 1 Y 1

VC C 1

VC C 2
7 6 1
2 10 2 A 2 Y 11 2 2
3 15 3 A 3 Y 14 3
4 4 A 4 Y 4
R ELAY SPD T
VC C 1 K3 R e la y O u t ( N O )
1 ,2 E N
D
D
D
9 D 5
N
N
N
N
3 ,4 E N 3
G
G
G
G

L293D 4
1
13
12
4
5

R ELAY SPD T
K4
5
3
4
1
2

R ELAY SPD T

Gambar 3.7 Rangkaian relay board

3.5 Perancangan Hardware Interface

Hardware interface merupakan input dan output dari mikrokontroller yang dapat

digunakan oleh user. Hardware interface digunakan ketika komunikasi antara mikrokontroler

dengan komputer terputus atau komputer tidak sedang digunakan. Hardware interface terdiri

dari LCD 16x2 dan keypad matrix 4x4 yang langsung terhubung ke mikrokontroller. Rangkaian

LCD 16x2 menggunakan komunikasi 8 bit. Gambar 3.8 menunjukkan rangkaian LCD 16x2 (a).

Rangkaian keypad matrix 4x4 dihubungkan langsung ke mikrokontroller dengan menggunakan 8

pin pada mikrokontroller, sehingga pembacaan rangkaian keypad matrix 4x4 dengan

menggunakan metode 4 baris input scanning dan 4 kolom output scanning. Rangkaian keypad

matrix 4x4 yang dirancang ditunjukkan pada gambar 3.8 (b).


(a)

SW 1 SW 2 SW 3 SW 4

J1 1 2 1 2 1 2 1 2
1
2
3
4 SW 5 SW 6 SW 7 SW 8
5
6 1 2 1 2 1 2 1 2
7
8
uC M C S51

SW 9 SW 10 SW 11 SW 12

1 2 1 2 1 2 1 2

SW 13 SW 14 SW 15 SW 16

1 2 1 2 1 2 1 2

(b)

Gambar 3.8 (a). Rangkaian LCD 16x2 (b). Rangkaian keypad matrix 4x4

Dari gambar rangkaian keypad matrix 4x4 diketahui bahwa untuk membaca tombol yang

ditekan maka mikrokontroler akan melakukan pengecekan satu persatu pada setiap pin pada

keypad. Mikrokontroller akan mengirimkan sinyal LOW pada salah satu pin kolom dan

membaca baris mana yang juga berlogika LOW, jika pada salah satu baris didapat sinyal LOW

maka pada kolom dan baris tersebut tombol keypad sedang ditekan. Konfigurasi nilai kolom dan

baris dari pembacaan keypad matrix 4x4 ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.
Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4
Baris 1 1 2 3 A
Baris 2 4 5 6 B
Baris 3 7 8 9 C
Baris 4 * 0 # D

Tabel 3.1 Konfigurasi nilai baris dan kolom keypad 4x4

3.6 Perancangan Perangkat Lunak (Software)

Perangkat lunak menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0.

Perangkat lunak ini dirancang agar dapat menunjukkan besarnya suhu dan kelembaban dan

memiliki pengaturan nilai-nilai setpoint yang dapat diubah-ubah sewaktu-waktu. Gambar 3.9

merupakan rancangan awal perangkat lunak yang akan dibangun.

Gambar 3.9 Rancangan perangkat lunak


Perancangan perangkat lunak ini memiliki beberapa menu yang dapat diakses oleh user

diantaranya :

 Parameter suhu di dalam chamber yang ditampilkan dalam satuan oC (derajat Celcius).

 Parameter kelembaban di dalam chamber yang ditampilkan dalam satuan % (percent).

 Pengaturan penetapan range suhu minimum dan maksimum dari suhu hidup tanaman

tomat ( dalam satuan oC).

 Pengaturan waktu hidup mistmaker dan FAN jika suhu dibawah suhu minimum (dalam

satuan menit).

 Pengaturan waktu hidup mistmaker dan FAN jika suhu diantara atau sama dengan suhu

minimum dan suhu maksimum (dalam satuan menit).

 Pengaturan waktu hidup mistmaker dan FAN jika suhu lebih dari suhu maksimum (dalam

satuan menit).

 Pengaturan waktu OFF/mati dari mistmaker dan FAN (dalam satuan menit).

 Pengaturan batas suhu maksimum yang diperbolehkan (dalam oC).

 Pengaturan batas maksimum kelembaban yang diperbolehkan di dalam chamber (dalam

satuan %).

BAB IV
WAKTU DAN KELUARAN KEGIATAN

4.1 Waktu Kegiatan

Perancangan dan pembuatan sistem pertanian tomat secara aeroponik ini akan dilakukan

selama masa perkuliahan semester genap tahun ajaran 2009/2010. Dimana waktu efektif

pengerjaannya adalah kurang dari 2 (dua) bulan antara bulan april 2010 sampai dengan bulan

mei 2010. Dengan agenda kegiatan yang seperti pada tabel 4.1.

Bulan & Minggu April Mei


I & II III & IV I & II III & IV
Kegiatan
Perancangan dan Pembuatan Hardware

dan chamber
Perancangan dan Pembuatan Graphic

User Interface.
Pemrograman mikrokontroller
Pengujian dan perbaikan sistem

instrumentasi
Pengujian sistem pada tanaman tomat

untuk mencari nilai setpoint yang terbaik

Tabel 4.1 Agenda waktu pelaksanaan kegiatan

4.2 Keluaran Kegiatan

Keluaran dari penelitian ini akan menghasilkan sebuah prototype sistem budidaya

tanaman tomat dengan teknik aerofonik. Prototype ini diharapkan akan mendapatkan parameter-

parameter seperti suhu, kelembaban dan waktu pengkabutan yang optimal untuk aerofonik
tanaman tomat. Sensor, aktuator dan pengendali bagi pemantauan dan pengendalian ruang

tumbuh terhadap parameter suhu, kelembaban, dan frekuensi penyemprotan (pengkabutan)

larutan nutrisi.

DAFTAR PUSTAKA

Putra, Agfianto Eko. 2004. Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 (Teori dan Aplikasi).

Yogyakarta : Gava Media.


Prasetia, Retna. 2004. Interfacing Port Paralel dan Port Serial Komputer dengan Visual Basic

6.0. Yogyakarta : Andi Offset.

Winoto, Ardi. Belajar Mikrokontroler Atmel AVR ATtiny2313 Step by Step. Yogyakarta : Gava

Media.

You might also like