Professional Documents
Culture Documents
Airway : Tidak ada gangguan jalan nafas. Tidak terdapat tanda cidera servikal
Disability : GCS 15 E4 V5 M6
Alergi (-)
DM (-)
Hipertensi (-)
SECONDARY SURVEY > Head to Toe
Mata:
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Leher:
KGB tidak membesar
JVP tidak meningkat
Thoraks:
Bentuk dan Gerak Simetris
Cor: Bunyi jantung dalam batas normal, murmur (-)
Pulmo: Vesicular Breathing Sound kanan=kiri, Wheezing -/- Rhonki -/- Vokal Fremitus
kanan=kiri
Abdomen:
Inspeksi: Perut datar
Auskultasi: Bising usus(+) dalam batas normal
Ekstrimitas:
Status Lokalis : Regio cruris dextra
Objektif Presentasi:
Kelimuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Wanita 28 tahun, keluhan nyeri pada kedua kaki. Selain nyeri pasien juga tidak bisa
menggerakan kedua kakinya
Tujuan: Mengatasi kegawatdaruratan pada patah tulang terbuka dan mempersiapkan pasien
untuk tatalaksana definitifnya.
Bahan Bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen kruris
bilateral mendukung diagnosis open fraktur kruris bilateral. Pada pasien fraktur golds standar
penegakkan diagnosis didapat dari hasil foto rontgen. Pada pasien ini foto rontgen menunjukkan
terdapat patah tulang terbuka pada kedua kruris
Dasar Hukum
Isi
1.
2.
3.
4.
5.
ahli lainnya.
Setiap orang yang diminta pendapatnya
sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan
keterangan ahli demi keadilan.
6.
pemeriksaan penunjang,
tindakan medis yang dilakukan,
riwayat perjalanan penyakit selama perawatan, dan keadaan akhir saat pengobatan
selesai.
Gejala yang dapat dibuktikan secara objektif dapat dimasukan ke dalam pemberitaan
(sesak nafas, nyeri tekan, nyeli lepas, dsb).
Gejala subjektif yang tidak dapat dibuktikan tidak dimasukan dalam ver (sakit kepala,
pusing, mual)
Assessment:
Pemeriksaan Lokal
Inspeksi (Look): pembengkakan, memar, dan deformitas mungkin dapat terlihat namun,
hal yang sangat penting adalah apakah kulit pada daerah tersebut intak atau tidak. Apabila
kulit tersebut tidak intak maka fraktur tersebut memiliki hubungan dengan dunia luar
Pergerakan (Movement): Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih
penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi di bagian
distal cedera. Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif
dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada penderita
dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan
tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.
Pemeriksaan Penunjang
Sinar X
Pemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan. Dengan ketentuan Rules of Two :
A. Dua pandangan
Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X tunggal dan sekurangkurangnya harus dilakukan 2 sudut pandang (AP & Lateral/Oblique).
B. Dua sendi
Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami fraktur atau angulasi. Tetapi
angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang lain juga patah, atau suatu sendi
mengalami dislokasi. Sendi-sendi diatas dan di bawah fraktur keduanya harus disertakan
dalam foto sinar-X.
C. Dua tungkai
Pada sinar-X anak-anak epifise dapat mengacaukan diagnosis fraktur. Foto pada tungkai
yang tidak cedera akan bermanfaat.
D. Dua cedera
Kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari 1 tingkat. Karena itu bila
ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil foto sinar-X pada pelvis dan tulang
belakang.
E. Dua kesempatan
Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat, kalau ragu-ragu, sebagai akibat
resorbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari kemudian dapat memudahkan diagnosis.
Plan:
Penatalaksanaan
mengancam jiwa .
3. Berikan antibiotika yang sesuai dan adekuat .
4. Lakukan debridement dan irigasi luka .
5. Lakukan stabilisaasi fraktur .
6. Lakukan rehabilitasi ektremitas
Tahap-Tahap Penanganan Fraktur Terbuka
1. pembersihan luka
pembersihan luka dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara mekanis
untuk mengeluarkan benda asing yang melekat.
2. eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridemen)
semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat pembenihan bakteri
sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit, jaringan subkutaneus, lemak, fascia, otot
dan fragmen2 yang lepas
3. pengobatan fraktur itu sendiri
fraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu fraksi skeletal atau reduksi terbuka dengan
fiksasi eksterna tulang. fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan fiksasi eksterna.
4. penutupan kulit
apabila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai dari terjadinya
kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. hal ini dilakukan apabila penutupan membuat kulit
sangat tegang. dapat dilakukan split thickness skin-graft serta pemasangan drainase isap untuk
mencegah akumulasi darah dan serum pada luka yang dalam. luka dapat dibiarkan terbuka
setelah beberapa hari tapi tidak lebih dari 10 hari. kulit dapat ditutup kembali disebut delayed
primary closure. yang perlu mendapat perhatian adalah penutupan kulit tidak dipaksakan yang
mengakibatkan sehingga kulit menjadi tegang.
5. pemberian antibiotic
pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi. antibiotik diberikan dalam dosis yang
adekuat sebelum, pada saat dan sesuadah tindakan operasi. Pada pasien ini diberikan ceftriaxone
1x2 gr
6. pencegahan tetanus
semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. pada penderita yang
telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid tapi bagi yang belum, dapat
diberikan 1500 unit tetanus imunoglobulin (manusia).