You are on page 1of 13

Makalah Ilmu Gizi Dasar

Gizi Dan Pertanian

Disusun Oleh :
Liyasda Amalis Sahr

(J410140090)

Rima Alvionita Septi

(J410140093)

Heti Kustrini

(J410140106)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarokatuh Alhamdulilaahirobbil alamin, atas


Rahmat Allah Subhanahu wa taalaa.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada-NYA yang telah memperkenankan
kami menyusun makalah ini. Shalawat serta salam kami curahkan kepada Nabiullaah
Rasulullah Shallalaahu alaihi wa sallam.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang GIZI DAN PERTANIAN. Makalah ini
sebagaimana dibuat untuk menyelesaikan tugas kelompok ILMU GIZI DASAR
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu,
saran dan sumbangan ide yang bersifat membangun kami harapkan sehingga dapat
meningkatkan mutu makalah ini di masa yang akan datang.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu dan yang telah memberi dorongan khususnya kepada Ibu Dosen pada mata kuliah
ini yang telah memberikan pengetahuannya kepada penulis.

Surakarta, 08 Oktober 2015

KELOMPOK 10

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara
miskin, negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan
masalah gizi kurang dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih. Saat ini
di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan,
indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang
yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan,
kurang baiknya kualitas lingkungan.
Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam
menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan
pertumbuhan anak sebagai bagian dari keluarga dengan asupan gizi dan perawatan
yang baik. Dengan lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi menular
ataupun penyakit masyarakat lainnya dapat dihindari.
Produksi pangan di Indonesia tiap tahun selalu mengalami peningkatan.
Walaupun demikian, masih sangat banyak masyarakat indonesia yang belum
memperoleh pangan yang cukup untuk kehidupannya. Padahal makanan adalah
kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Tanpa makanan manusia tidak mempunyai
cukup energi untuk sistem metabolisme dalam hidupnya. Jika sistem metabolisme
terhambat lama kelamaan manusia akan mati.
Kekurangan pangan memang bukanlah masalah baru. Masalah baru yang
muncul adalah ketika lahan pertanian yang digunakan untuk menanam tanaman
pangan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat jumlahnya semakin menurun. Tidak
hanya itu saja jumlah petani akhir akhir ini juga semakin sedikit. Sedangkan jumlah
penduduk meningkat begitu cepat. Ditambah lagi pertambahan penduduk yang sangat
besar itu tidak disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Disamping itu,
karena indonesia adalah negara kepulauan pendistribusian pangan yang baik sangat
dibutuhkan, namun seringkali terjadi pendistribusian pangan yang tidak merata
sehingga jumlah angka kelaparan dan kurang gizi di Indonesia semakin meningkat.
Sedangkan keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh
pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya
manusia. Indikator yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya kualitas sumber
daya manusia antara lain indeks pembangunan manusia (IPM) dan indeks kemiskinan
manusia (IKM). Pada umumnya ipm dan ikm mempunyai komponen yang sama,
yaitu angka harapan hidup (tingkat kesehatan), penguasaan ilmu pengetahuan (tingkat

pendidikan) dan standar kehidupan yang layak (tingkat ekonomi). Pada IPM, standar
hidup layak dihitung dari pendapatan per kapita, sementara ikm diukur dengan
persentase penduduk tanpa akses terhadap air bersih, fasilitas kesehatan, dan balita
kurang gizi.
Salah satu prioritas pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah upaya
perbaikan gizi yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal.
Kurang gizi akan berdampak pada penurunan kualitas sdm yang lebih lanjut dapat
berakibat pada kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan,
menurunkan produktivitas, meningkatkan kesakitan serta kematian.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi gizi ?
2. Apakah definisi pertanian ?
3. Bagaimana hubungan gizi dengan pertanian ?
4. Contoh kasus gizi yang berhubungan dengan pertanian ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Gizi
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan. Dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi

atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Lebih luas, gizi diartikan sebagai suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses
pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat
gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh
serta untuk menghasilkan tenaga (Irianto, 2007).
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan metabolism
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi, (Supriadi
dkk, 2014). Pengertian gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang yaitu : 1. Secara
klasik :
1. Gizi Klasik
Gizi hanya di hubungkan dengan kesehatan tubuh (menyediakan energi,
membangun, memelihara jaringan tubuh dan mengatur proses-proses jaringan
tubuh).
2. Gizi Moderen
Selain untuk kesehatan, juga di kaitkan dengan potensi ekonomi sesorang
karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan
produktivitas kerja.
B. Definisi Pertanian
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi,
serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya
hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya
tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran
hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan
mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan
keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau
eksploitasi hutan (Hariadi,2011)
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga
memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha,
pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk,
pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani

memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai


keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive farming).
Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program
dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal
sebagai intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu menerapkan pertanian
intensif,keduanya sering kali disamakan .Sisi yang berseberangan dengan pertanian
industrial adalah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) (Hariadi.2011).
Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti pertanian
organik atau permakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun
lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan
efisiensinya. Akibatnya, pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang
lebih

rendah

daripada

pertanian

industrial

(Hariadi.2011).

Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian komponen dari


kedua kutub "ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain keduanya, dikenal
pula bentuk pertanian ekstensif (pertanian masukan rendah) yang dalam bentuk paling
ekstrem dan tradisional akan berbentuk pertanian subsisten, yaitu hanya dilakukan
tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau
komunitasnya (Hariadi,2011).
C. Hubungan Gizi dengan Pertanian
Menurut Serman (2008) Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi merupakan salah satu
indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Faktor faktor yang
mempengaruhi status gizi masyarakat adalah:
a. Pendapatan
b. Penggunaan pangan,
c. Pendidikan
d. Ketersediaan pangan.
Pertanian berpegaruh terutama terhadap status gizi masyarakat melalui
produksi pangan untuk pemenuhan kebutuhan manusia dan distribusi hasil tanaman,
ternak dan jenis jenis pangan lain. Pertanian berpengaruh terutama terhadap gizi
melalui produksi pangan untuk keperluan rumah tangga. Kinerja produksi pangan
akan mempengaruhi pangan yang tersedia di masyarakat. Jika pangan diproduksi
dalam jumlah dan ragam yang cukup kemudian bahan pangan tadi tersedia ditingkat
masyarakat dan kalau keluarga memiliki cukup uang untuk membeli keperluan

pangan yang tidak ditanam ditempatnya, maka masyarakat tidak akan banyak terjadi
kurang gizi. Bila pangan cukup tersedia maka orang akan cenderung mengkonsumsi
makanan yang sehat.
Faktor yang mempengaruhi ketersediaan pangan didunia adalah :
a. Beralihnya petani yang menanam tanaman pangan ke tanaman perdagangan
Persoalan baru tengan kekurangan pangan adalah berupa kecenderungan
petani di Negara-negara bukan industri beralih ke tanaman perdagangan padahal
penduduk terus bertambah. Petani yang khusus memproduksi bahan pangan seperti
beras, ubi jalar lebih banyak dijual daripada dikonsumsi untuk keluarga sendiri.
Banyak petani yang tidak memiliki cukup lahan untuk mengusahakan pangan
dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga. Selain itu juga
tidak punya banyak uang untuk membeli bahan makanan. Pertambahan penduduk
tidak sebanding dengan pertambahan produksi bahan pangan.
b. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan laju peningkatan
produksi pangan
Pertambahan penduduk akan berakibat pada ketersediaan sumber daya dan
kelestarian lingkungan, ketersediaan pangan, kesehatan masyarakat, kesempatan
memeperoleh pendidikan dan kesempatan mendapat kerja. Pertumbuhan penduduk
yang tinggi meningkatkan kompetisi pemanfaatan lahan pertanian yang subur.

c.Beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi tempat pemukiman


Perkembangan perkotaan yang demikian pesat menyebabkan lahan-lahan
pertanian yang ada disekitarnya digunakan untuk pembangunan pusat-pusat
perkantoran, pemukiman dan pusat pembelanjaan. Akibatnya lahan pertanian akan
semakin sempit sedangkan pembukaan lahan pertanian yang baru banyak mendapat
kendala.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan status gizi masyarakat
dalam kaitannya dengan ketersediaan pangan dan pola konsumsi diantaranya:
1. Memperluas Lahan Pertanian dan sektor sektor lain yang mampu menunjang

produksi pangan Indonesia (Peternakan, perikanan).

2. Memperbanyak Jumlah Petani, peternak dan tenaga ahli di bidang pangan dan

gizi.
3. Memperbaiki Pola konsumsi masyarakat.
4. Pemerintah harus mampu menyediakan pangan yang bergizi dan mudah
dijangkau, baik secara fisik maupun ekonomis.
5. Distribusi pangan yang baik.

6. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi.

D. Contoh Kasus Gizi yang Berhubungan dengan Pertanian atau Ketersediaan


Pangan
1. Kasus 1:
Sumber:
Jurnal Gizi dan Pangan, November 2008 3(3): 132 138 132
KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI SAWAH DI
WILAYAH Enclave TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN
(Food Security of Wet Land Farmer Household in Enclave Region of Bukit
Barisan Selatan National Park)
Oleh:
Amirian1, Yayuk Farida Baliwati2, dan Lilik Kustiyah2
Kecamatan Suoh merupakan sentra produksi padi di Kabupaten Lampung
Barat. Terdapat sawah seluas 5139 ha dengan produksi GKP sebesar 21518 ton/th
atau setara dengan 2754 kkal/kap/hari. Namun belum seluruh penduduk

Kecamatan Suoh terbebas dari keku- rangan pangan dan gizi. Data BPS
Lampung Barat tahun 2007, menunjukkan dari 12843 rumah tangga, terdapat
5135 (41.14%) rumah tangga miskin, sehingga potensial mengalami kekurangan
pangan dan gizi.
Kecamatan Suoh relatif terisolir, karena berada di wilayah enclave
kawasan konservasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Untuk
membangun jalan melintasi kawasan TNBBS masih terkendala peraturan
dibidang kehutanan. Akibatnya, distribusi pangan dan non pangan dari dan ke
Kecamatan Suoh belum lancar. Disisi lain TNBBS sebagai sumberdaya hutan
merupakan sumberdaya strategis dan modal pembangunan nasional, sehingga
keberadaannya

harus

diurus,

dikelola,

dilindungi,

dan

dimanfaatkan

berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat, baik generasi sekarang dan


akan datang (UU RI No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan). Salah satu upaya
untuk melindungi keberadaan hutan adalah dengan membatasi kemudahan akses
ke dalam kawasan hutan.

2. Kasus 2 :
Sumber:
Jurnal pertanian dan ketahanan pangan Vol. 1, No. 1., Juli 2013 (25-39)
ALIH

FUNGSI

LAHAN,

PEMBANGUNAN

PERTANIAN

DAN

KETAHANAN PANGAN
Oleh:
Iswan Kaputra
Saat ini alih fungsi lahan pangan telah, sedang dan akan terus terjadi di
Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai). Kendati belum begitu mengkhawatirkan
terhadap ketersediaan pangan, tetapi upaya antisipasi mulai perlu dilakukan.
Sekarang ini Kabupaten Sergai dengan luas sekitar 190.000 hektar memiliki lebih
kurang 41.000 hektar sawah, sekitar 1.600 hektar tidak beririgasi. Dari luas
persawahan ini, data BPS mencatat bahwa kabupaten ini masih surplus beras
sebanyak 149.861 ton di tahun 2012.
Meski demikian, data Portal Nasional mencatat hingga tahun 2008, di
Kabupaten Sergai telah terjadi alih fungsi lahan pangan sebesar 2.300 hektar.
Angka ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan Kabupaten Asahan (6.800
hektar), dan Nias (6.700 hektar). Tetapi karena kecenderungan alih fungsi lahan

terus meningkat Pemkab Sergai harus segera mengambil langkah-langkah


antisipatif agar laju alih fungsi lahan dapat diminimalisasi.
3. Kasus 3 :
Sumber:
Jurnal Gizi dan Pangan, November 2008 3(3): 198 204
ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN BASAH PERTANIAN PANGAN
DALAM

PEMENUHAN

KEBUTUHAN

KABUPATEN LAMPUNG BARAT

PANGAN

PENDUDUK

(Food Agriculture Wet Land Size

Requirement Analysis in Fulfilling Food Requirement of Population in West


Lampung District)
Oleh:
Sumarlin, Yayuk Farida Baliwati, dan Ernan Rustiadi
Produksi komoditas pangan utama Indo nesia (padi, jagung, dan kedelai)
tahun 1995- 2000 cenderung menurun, sedangkan permin taan meningkat
terutama sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk. Sekitar 80% pro duksi
padi dihasilkan dari lahan sawah beririgasi baik di Jawa (60%) maupun luar Jawa
(20%). Selama tahun 1982-2000, terjadi perluasan areal tanam menyeluruh di
Indonesia. Di Jawa perluasan areal tanam terutama disebabkan oleh
meningkatnya intensitas tanam, sedangkan di luar Jawa tahun 1980-1990 karena
perluasan areal baku sawah dan tahun 1990- 2000 karena peningkatan intensitas
tanam yang menandakan sulitnya dilakukan perluasan areal (Pasandaran et al.,
2004).
Kabupaten Lampung Barat dengan laju pertumbuhan penduduk tahun
2002-2007 sebe- sar 1683% lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yaitu 1.49%
menyebabkan tekanan terhadap kemampuan memproduksi secara mandiri
kebutuhan pangan penduduk Kabupaten Lampung Barat. Keterbatasan lahan
budi daya pertanian yang hanya 23.22% (114 947.63 ha) dari luas wilayah yang
dimiliki termasuk untuk pemanfaatan pemukiman dan infrastruktur (BPS, 2008)
merupakan

faktor

pembatas

bagi

Kabupaten

Lampung

Barat

dalam

meningkatkan ke- tersediaan pangan melalui produksi dalam dae rah sebagai
upaya terwujudnya kemandirian pangan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan. Gizi
adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan metabolism dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi. Gizi
terbagi menjadi 2 pengertian yaitu gizi klasik dan gizi modern. Gizi klasik hanya
berfokus pada kesehatan sedangkan gizi modern berfokus pada kesehatan dan juga
ekonomi.
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi,
serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Semua usaha pertanian pada dasarnya
adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama
akan

pengelolaan

tempat

usaha,

pemilihan

benih/bibit,

metode

budidaya,

pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan


pemasaran. Pertanian terbagi menjadi 3 jenis yaitu pertanian industrial (intensif),
pertanian berkelanjutan dan pertanian modern. Pertanian industrial (intensif) bercocok
tanam hanya untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Pertanian berkelanjutan

bercocok tanam dengan memperhitungkan berbagai faktor misalnya lingkungan


sekitarnya. Sedangkan pertanian modern bercock tanam hanya untuk memenuhi
kebutuhan sendiri atau kelompoknya.
Pertanian berpegaruh terutama terhadap status gizi masyarakat melalui
produksi pangan untuk pemenuhan kebutuhan manusia dan distribusi hasil tanaman,
ternak dan jenis jenis pangan lain. Faktor yang mempengaruhi ketersedian pangan
didunia adalah Beralihnya petani yang menanam tanaman pangan ke tanaman
perdagangan, laju pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan laju
peningkatan produksi pangan, Beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi tempat
pemukiman.

B. Saran
Adapun saran yang bisa di berikan adalah sebaiknya kita
lebih
memperhatikan masalah ketahanan pangan yang ada di Indonesia. Karena masih
banyak masyarakat yang belum memahami bagaimana cara atau strategi yang baik
guna menjaga ketahanan pangan mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Amirian I,dkk.2008.Ketahanan Pangn Rumah Tangga Petani Sawah di Wilayah
Enclave Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.Vol3
Hariadi,Purwiyatno.2011.Pertanian dan Pangan.Bogor: Yayasan Omar Taraki
Irianto,Pekik.2007.Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.Jakarta:Andi
Publisher
Kaputra,Iswan.2013.Alih Fungsi Lahan,Pembangunan Pertanian dan Ketahanan
Pangan.Vol 1
Mikolause,Serman.2008.Dasar Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian.Jakarta:Udana
Pers
Sumarlin.2008.Analisis Kebutuhan Luas Lahan Basah Pertanian Pangan Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Pangan Penduduk Kabupaten Lampung Barat.Vol 3
Supriyadi.2014.Statistik Kesehatan.Jakarta:Salemba Medika

You might also like