Professional Documents
Culture Documents
Outline:
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Ruang Lingkup
1.4. Landasan Hukum
2. RAD-GRK
2.1. Pengertian
2.2. Kriteria dan Cakupan Kegiatan RAD-GRK
3. Hibah ke Daerah untuk Urusan RAD-GRK
3.1. Perbandingan Peraturan terkait Mekanisme Hibah dari Pemerintah
Pusat ke Pemerintah Daerah
3.2.
Stakeholders Terkait
3.3. Tindak Lanjut
4. Penutup
4.1. Simpulan
4.2. Rekomendasi
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia telah menyatakan komitmennya terkait mitigasi perubahan
iklim. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi
Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK), Pemerintah Indonesia
menyatakan akan mengurangi emisi GRK sebesar 26% dengan usaha sendiri (business
as usual/BAU) atau sebesar 41% dengan bantuan internasional di tahun 2020.
Beberapa penyesuaian telah dilakukan atas target dan komitmen pemerintah agar tetap
relevan dengan perkembangan sektor-sektor yang berkontribusi dalam pelepasan emisi
GRK. Dalam dokumen INDC (Intended Nationally Determined Contribution) yang
diajukan di tahun 2015, Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan emisi GRK
sebesar 29% di tahun 2030 dengan BAU.
RAN-GRK menerapkan aksi mitigasi di lima bidang prioritas, yakni pertanian,
kehutanan dan lahan gambut, energi dan transportasi, industri, pengelolaan limbah,
serta kegiatan pendukung lainnya. Kegiatan RAN-GRK juga telah diarusutamakan
dalam RPJMN untuk mendukung terwujudkan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan.
Tiap-tiap pemerintah provinsi harus menyusun RAD-GRK sebagai bentuk
implementasi RAN-GRK dan kontribusi pemerintah daerah dalam mencapai target
penurunan emisi GRK secara nasional. Pemerintah daerah memiliki potensi dan sumber
emisi lokal serta kewenangan penuh secara administratif maupun teknis, seperti
misalnya menyusun BAU Baseline, skenario mitigasi, dan usulan-usulan opsi mitigasi
yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing daerah.
Sebagaimana diamanatkan dalam Perpres No. 61 tahun 2011, pendanaan RANGRK dan RAD-GRK dapat bersumber dari APBN, APBD dan sumber-sumber lain yang
sah dan tidak mengikat. Mengingat keterbatasan kemampuan keuangan pemerintah
daerah, perumusan mekanisme transfer ke daerah yang tepat dapat mendukung
terselenggaranya kegiatan mitigasi yang telah diajukan pemerintah daerah di masingmasing RAD-GRK.
Kementerian Keuangan telah menyusun kajian mengenai Desain Instrumen
Transfer Fiskal untuk Pendanaan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah
Kaca (RAD-GRK) untuk mendesain mekanisme dan menyusun peraturan yang
diperlukan sebagai landasan hukum untuk mengalokasikan dana transfer ke daerah
dalam rangka mendukung implementasi RAD-GRK. Berdasarkan kajian tersebut, hibah
daerah merupakan alternatif yang dapat segera diadopsi dalam jangka pendek,
sedangkan alternatifyang dapat dipertimbangkan dalam jangka menengah adalah Dana
Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Insentif Daerah (DID) karena masih memerlukan
perubahan peraturan perundang-undangan.
1.2.
1.3.
1.4.
Tujuan
Ruang Lingkup
Landasan Hukum
Beberapa landasan hukum terkait hibah ke pemerintah daerah adalah sebagai
berikut.
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-undang ini mengamanatkan bahwa selain kewajiban alokasi dana
perimbangan, Pemerintah dapat memberikan pinjaman dan/atau hibah kepada
Pemerintah Daerah atau sebaliknya. Hal ini dilaksanakan dalam kerangka
hubungan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah.