You are on page 1of 5

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN

NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003


TENTANG
PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN
DENGAN KENDARAAN UMUM
20. Mobil Penumpang, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak- banyaknya
8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa
perlengkapan pengangkutan bagasi.
Bagian Ketiga
Angkutan Sewa
Pasal 30
(1)

Pelayanan angkutan sewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf b,


merupakan pelayanan angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi yang tidak
terbatas.
(2)
Pelayanan angkutan sewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan
dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. pelayanan angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi yang tidak dibatasi oleh
wilayah administratif;
b. dilayani dengan mobil penumpang umum;
c. tarif angkutan ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara pengguna jasa dengan
penyedia jasa;
d. tidak berjadwal.

(3)

Mobil penumpang umum yang


memenuhi persyaratan sebagai berikut :

dioperasikan

untuk

angkutan

sewa

harus

a.

dilengkapi tanda nomor kendaraan dengan warna dasar plat hitam dengan
tulisan putih dan diberi kode khusus;
b.
dilengkapi dokumen perjalanan yang sah, berupa surat tanda nomor kendaraan, buku
uji dan kartu pengawasan.

Pasal 76
(1) Izin operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64, diberikan oleh :
a. Direktur Jenderal, untuk :
1) angkutan taksi yang melayani khusus untuk pelayanan ke dan dari tempat
tertentu yang memerlukan tingkat pelayanan tinggi seperti bandara, dan
wilayah operasinya lebih dari satu daerah Propinsi;
2) angkutan pariwisata;
b. Gubernur, untuk :
1) angkutan taksi yang melayani khusus untuk pelayanan ke dan dari tempat
tertentu yang memerlukan tingkat pelayanan tinggi seperti bandara, dan
wilayah operasinya lebih dari satu daerah Kabupaten / Kota dalam satu
Propinsi;
2) angkutan sewa sesuai penetapan kebutuhan angkutan dari Direktur Jenderal
sebagai tugas dekonsentrasi;
c. Gubernur DKI Jakarta, untuk angkutan taksi yang melayani wilayah operasi lebih dari
satu Propinsi kecuali sebagaimana dimaksud dalam huruf a butir 1) sesuai

penetapan kebutuhan angkutan dari Direktur Jenderal sebagai tugas dekonsentrasi;

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR PM 32 TAHUN
2016
TENTANG PENYELENGGARAANANGKUTANORANG
DENGAN KENDARAAN
BERMOTOR UMUM TIDAK
DALAMTRAYEK
16. Angkutan

Orang

Angkutan

orang

Dengan

Tujuan

tidak

Tertentu
dalam

dengan menggunakan Mobil Penumpang


Mobil Bus umum
pelayanan

untuk

antara lain angkutan antar


karyawan,

Trayek
umum

keperluan

taksi, pariwisata,

dan

jemput,

angkutan permukiman,

adalah
atau
selain

kawasan

tertentu

an gku tan
angkutan carter,

dan angkutan sewa.

Pasal 11
Pelayanan

Angkutan

Orang

Dengan

Tujuan

Tertentu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b merupakan


Angkutan yang melayani:
a. angkutan antar jemput;
b. angkutan permukiman;
c. angkutan karyawan;
d. angkutan carter; dan
e. angkutan sewa.

Angkutan Sewa

Pasal 18
(1)

Pelayanan

Angkutan

Sewa

sebagaimana

dalam Pasal 11 huruf e merupakan


dari

(2)

pintu

ke

pintu

yang

pelayanan

disediakan

menyewa kendaraan

dengan atau

Pelayanan Angkutan

Sewa sebagaimana

ayat

(1) wajib memenuhi

angkutan

dengan

cara

tanpa pengemudi.

pelayanan

a. wilayah operasi pelayanan

dimaksud

dimaksud

pada

sebagai berikut:

tidak dibatasi

oleh wilayah

administratif;
b. tidak terjadwal;
c. pembayaran

tarif

pengguna jasa
d. penggunaan
atau

e. tujuan

dengan

dan perusahaan
kendaraan

perjanjian,

langsung

sesuai

perjanjian

an tara

angkutan;

harus

tidak menaikkan

melalui

pemesanan

penumpang

secara

di jalan;
perjalanan

ditentukan

oleh

penyewa

kendaraan;

f. wajib memenuhi
ditetapkan;

Standar

Pelayanan

Minimal yang

dan

g. menggunakan

kendaraan

mobil penumpang

minimal 1300 cc (seribu tiga ratus centimeter

umum

cubic).

(3)

Kendaraan

yang

dipergunakan

untuk

pelayanan

Angkutan Sewa sebagaimana dimaksud pada ayat

(2)

huruf g wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:


a. dilengkapi tanda
dasar plat

nomor kendaraan

hitam dengan tulisan

dengan

warna

putih yang diberi

kode khusus;
b. dilengkapi dengan tanda khusus berupa stiker;
c. dilengkapi dokumen

perjalanan

yang sah,

berupa

surat tanda nomor kendaraan atas nama perusahaan,


kartu uji dan kartu pengawasan;
d. dilengkapi nomor pengaduan

masyarakat

di dalam

kendaraan.

Pasa128
Izin penyelenggaraan Angkutan orang tidak dalam Trayek
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 diberikan oleh:
a.

Direktur

Jenderal,

untuk

penyelenggaraan

Angkutan

orang yang melayani:


1. Angkutan taksi yang wilayah operasinya melampaui

1 (satu) daerah provinsi;


2. Angkutan pariwisata; dan
3. Angkutan dengan tujuan tertentu meliputi angkutan
antar

jemput

angkutan

antar

carter,

provinsi,
kecuali

angkutan

angkutan

sewa,
kawasan

tertentu, dan angkutan karyawan yang dalam hal ini


diberikan

tugas

dekonsentrasi

kepada

Gubernur

untuk memberikan 12m sesuai domisili


perusahaan angkutan umum.
b.

Kepala

Badan

Pengelola Transportasi

Jabodetabek,

untuk Angkutan taksi dan Angkutan Permukiman


yang wilayah
1

operasinya

melampaui

lebih

(satu) daerah Provinsi di wilayah Jakarta,

dari
Bogor,

Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek);


c.

Gubernur,

untuk

wilayah operasmya
(satu)

Angkutan
melampaui

daerah kabupatenjkota

taksi
lebih

yang
dari

dalam 1 (satu)

provinsi dan angkutan antar jemput antar kota dalam


provinsi;
d.

Gubernur

Daerah

untuk Angkutan

Khusus
taksi

dan

Ibukota

Jakarta,

Angkutan

kawasan

tertentu

yang wilayah operasinya

berada

dalam

wilayah

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; dan

e.
Bupatijwalikota, untuk taksi dan Angkutan kawasan tertentu yang
wilayah operasinya berada dalam wilayah kabupaten j kota.

You might also like