Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena hanya dengan kuasa- Nya kami dapat
menyelesaikan buku berjudul Budidaya Ikan Koan di Karamba ini tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Ir. H. Muhammad Arief, M.Kes.
selaku dosen mata kuliah Manajemen Akuakultur Tawar yang telah membimbing kami dalam
penyusunan buku ini. Tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada segenap pihak yang
telah membantu penyusunan buku ini yang tidak dapat kami sampaikan satu-persatu.
Kami selaku penyusun sadar bahwa manusia tidak pernah luput dari kesalahan. Masih
banyak kekurangan yang terdapat pada buku ini. Oleh karena itu kami berharap kritik serta
saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan penyusunan karya tulis selanjutya.
Penyusun berharap dengan adanya karya tulis ini dapat menjadi sarana bagi kita
semua untuk membantu dalam pengetahuan tentang manajemen akuakultur tawar dan
semoga karya tulis ini menjadi media pembelajaran yang bermanfaat serta membantu dalam
penanganan permasalahan yang kami angkat dalam karya tulis ini. Akhir kata kami ucapkan
terima kasih atas perhatiannya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
A. Kesiapan Modal
B. Pemilihan Lahan
14
D. Konstruksi Karamba
15
E. Konstruksi Fence
28
30
A. Pembenihan
30
B. Pendederan
34
C. Pembesaran
37
39
42
47
iii
DAFTAR GAMBAR
2.
16
3.
17
22
5. Jenis Jangkar
24
iv
DAFTAR TABEL
11
13
22
24
27
41
I
Mengenal Ikan Koan Si Ikan
Kambing Air
II
Perencanaan dan Persiapan
Perencanaan dan persiapan yang matang merupakan
kunci sukses usaha budidaya ikan koan. Usaha
budidaya ini relatif mudah dilakukan, untuk
mengoptimalkan hasil yang diperoleh, perlu
perencanaan dan kesiapan yang matang. Mulai dari
kesiapan modal, pemilihan lahan, proyeksi pasar,
riset mengenai teknik pemeliharaan, hingga perlunya
melakukan analisis usaha untuk memprediksi tingkat
keuntungan yang bisa diperoleh dari usaha budidaya
ikan koan.
Berikut ini penjelasan mengenai hal hal yang harus
diperhatikan atau dilakukan sebelum menjalani usaha
budidaya ikan koan.
A. Kesiapan Modal
Kesiapan modal merupakan hal yang penting jika
ingin melakukan usaha budidaya ikan koan.
Besarnya modal yang harus disiapkan tergantung
pada rencana kolam yang dibuat dan jumlah benih
yang akan ditebarkan. Kedua hal tersebut yang dapat
Kualitas air
Kualitas air menyebabkan ikan mudah terserang
penyakit. Kualitas air meliputi sifat kimia air dan
sifat fisika air. Sifat kimia air adalah kandungan
oksigen (O2), karbondioksida (CO2), pH, dan zat-zat
beracun dan kekeruhan air. Sedangkan sifat fisika air
adalah sushu, kekeruhan dan warna. Ikan koan
termasuk salah satu jenis ikan yang tahan terhadap
kekurangan oksigen di dalam air dan apabila air
kekurangan oksigen ikan koan dapat mengambil
oksigen dari udara. Pada budidaya intensif
kandungan oksigen yang diperlukan adalah minimal
4mg/liter air, sedangkan kandungan karbondioksida
kurang dari 5 mg/liter air. Alat yang digunakan untuk
mengukur kandungan oksigen dan karbondioksida
adalah water quality test kit atau alat pengukur
kualitas air. Nilai pH yang normal bagi kehidupan
ikan koan adalah 7, namun karena pH air meningkat
pada siang hari dan menurun pada malam hari akibat
berlangsungnya fotosintesa maka derajat keasaman
yang baik untuk ikan koan adalah antara 5-9.
Zat beracun yang berbahaya pada kehidupan ikan
koan adalah amoniak yang biasa muncul apabila
fitoplankton banyak yang mati diikuti dengan
10
Kedalaman Air
(Cm)
1 25
Kesimpulan
Kuantitas air
Debit air yang dibutuhkan untuk pemeliharaan ikan
koan berbeda- beda untuk budidaya pembenihan,
pendederan dan pembesaran. Pengetahuan tentang
debit air akan memberikan keuntungan karena dapat
11
12
No Kriteria
1 Fisika
Suhu
Total padatan terlarut
maksimum
Kecerahan
2
Kimia
pH
Oksigen Terlarut
Karbondioksida bebas
Amoniak
Nitrit
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Nilai Batas
20 0 300 C
2000 mg/liter
>45 cm
6-9
Maksimum 8 jam/hari, minimal 3 mg/l
Maksimum 15 mg/l
Maksimum 0,016 mg/l
Maksimum 0,2 mg/l
Maksimum 0,02 mg/l
Maksimum 0,02 mg/l
Mercuri (Hg)
Maksimum 0,002 mg/l
Timbal (Pb)
Maksimum 0,3 mg/l
Klorin bebas (Cl2)
Maksimum 0,003 mg/l
Fenol
Maksimum 0,001 mg/l
Sulfida
Maksimum 0,002 mg/l
Kadmium (Cd)
Maksimum 0,01 mg/l
Fluorida
Maksimum 1,5 mg/l
Arsenikum (As)
Maksimum 1 mg/l
Selenium (Se)
Maksimum 0,05 mg/l
Krom heksavalen (Cr + 6)Maksimum 0,05 mg/l
Sianida (Cn)
Maksimum 0,02 mg/l
Minyak dan lemak
Maksimum 1 mg/l
13
14
15
16
17
18
4. Kualitas air.
Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat
diartikan sebagai setiap perubahan (variabel) yang
mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup dan
produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan
yang dipilih harus berkualitas air yang memenuhi
persyaratan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan
19
a. Kerangka
Kerangka (bingkai) jaring terapung dapat dibuat dari
bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi bahan anti
karat (cat besi). Memilih bahan untuk kerangka,
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan bahan
dilokasi budidaya dan nilai ekonomis dari bahan
tersebut.
Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih
murah dibandingkan dengan besi anti karat, tetapi
jika dilihat dari masa pakai dengan menggunakan
kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya)
hanya 1,52 tahun. Sesudah 1,5-2 tahun masa pakai,
kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini
sudah tidak layak pakai dan harus direnovasi
kembali. Jika akan memakai besi anti karat sebagai
20
21
No.
1.
2.
3.
Jenis
pelampung
Lama
pemakaian(bulan)
Drum besi
Styrofoam
Fiberglass
12 15
36 75
50 75
22
c. Pengikat
Tali pengikat sebaiknya terbuat
dari bahan yang kuat, seperti
tambang plastik, kawat ukuran 5
mm, besi beton ukuran 8 mm atau 10 mm.
Tali pengikat ini digunakan untuk mengikat kerangka
jaring terapung, pelampung atau jaring.
d. Jangkar
Jangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung
agar rakit jaring terapung tidak hanyut terbawa oleh
arus air dan angin yang kencang. Jangkar terbuat dari
bahan batu, semen atau besi. Pemberat diberi tali
pemberat/ tali jangkar yang terbuat dari tambang
plastik yang berdiameter sekitar 10 mm 15mm.
Jumlah pemberat untuk satu unit jaring terapung
empat petak/ kantong adalah sebanyak 4 buah.
Pemberat diikatkan pada masing- masing sudut dari
kerangka jaring terapung. Berat jangkar berkisar
antara 5075kg. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 5
23
0,5 cm
1,0 cm
2,5 cm
> 2,5 cm
1 2 cm
5 10 cm
20 30 cm
> 30 cm
24
25
i
1. L = ----------1-S
2. d = D 2S S
Keterangan :
S
: Hang In Ratio
L
: Panjang jaring sebelum Hang In atau
dalam keadaan tertarik
i
: Panjang tali ris
d
: dalam kantong jaring
(jumlah mata jaring dikalikan ukuran
mata jaring dalam keadaan tertarik)
D
: dalam kantong jaring sesudah.
26
Ukuran kantong
jaring (p X l X t)
(meter)
Ukuran mata
jaring (inch)
2 X 2 X2
1
2
3X3X2
1
2
4X4X2
1
2
5X5X2
1
2
6X6X2
1
2
7X7X2
1
2
8X8X2
1
2
9X9X2
1
2
10 X 10 X 2
1
2
27
f. Konstruksi Fence
Fence dalam bahasa inggris mempunyai arti pagar, jadi sistem
fence ialah budidaya ikan koan dalam suatu tempat yang
sekelilingnya dibatasi dengan pagar. Ukuran luas satu unit adalah
lebar 5 meter, panjang 10 12 meter dan tinggi 5 meter.
Konstruksi fence terdirir dari pagar keliling, pondok (rumah jaga)
dan perahu. Sistem fence yang telah siap pakai belum ada di
pasaran, sehingga harus dirancang dan dibuat sendiri kecuali
anyaman bambu untuk pagar dan perahu.
Bahan bahan yang diperlukan untuk membuat pagar tersedia di
sekitar kita yaitu :
- Bambu bulat ukuran panjang 11 meter.
- Bambu anyaman ukuran panjang 5 meter tinggi 3 4 meter
dan ukuran panjang 5 meter tinggi 1,5 2 meter.
- Kayu pelawan ukuran panjang 6 7 meter dan tali nilon
ukuran 4 mm (tali nilon bisa diganti tali plastik atau
trapping band).
Fungsi dari bahan - bahan diatas ialah
1. Kayu palawan sebagai tiang yang ditancapkan ke dasar
sungai dengan jarak antara 30 50 cm.
2. Bambu anyaman ukuran 5x3 meter untuk pagar bagian
bawah (dalam air)
3. Bambu anyaman ukuran 5x2 meter sebagai pagar bagian
atas yang diikat dengan nilon pada masing masing tiang
pancang
Rancangan tinggi pagar harus memperhitungkan tinggi air pada
musim hujan, untuk menghindari kemungkinan air di dalam
fence melibibihi tinggi pagar. Apabila banjir, bambu anyaman
bagian atas dapat ditambah lagi.
Budidaya Ikan Koan di Kolam Terpal
28
29
III
Teknologi Budidaya
Ikan koan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat di perairan
beriklim tropis seperti Indonesia yang memiliki beriklim tropis.
Berdasarkan penelitian dan jurnal yang diteliti oleh ahli perikanan
Indonesia bahwa ikan koan dapat dipelihara lebih baik jika pada
suhu air hangat (280 - 360 ). Penyebab cepatnya pertumbuhan ikan
koan disebabkan karena adanya sistem metabolisme ikan koan
yang menjadi lebih cepat pada suhu tersebut. Ikan koan sangat sulit
hidup di perairan dengan oksigen terlarut yang rendah. Ini
disebakan ikan koan memerlukan kandungan oksigen terlarut >
5ppm. Selain itu ikan koan tidak suka air tenang, sehingga hanya
ikan tumbuh baik dikolam yang airnya mengalir. Serta ikan koan
dapat hidup diperairan yang agak payau dengan kadar garam 7 0/00
A. Pembenihan
Teknologi dan informasi budidaya ikan koan sekarang sudah dapat
dikuasai dengan baik oleh para peternak ikan. Ikan ini tidak bisa
memijah secara alami. Oleh sebab itu, pembenihan masih
mengutamakan pembenihan buatan (induceed breeding atau
induceed spawning) yang menggunakan kelenjar hipofisa sebagai
hormon perangsang. Pembenihan dimulai dengan persiapan kolam
untuk memelihara induk ikan koan dengan ukuran 10 50 m2
dengan kedalaman air kolam pembenihan sekitar 1 meter.
Ukuran induk yang dipijahkan baik jantan dan betina memiliki
bobot tubuh masing masing 1 Kg. Selama pemeliharaan, indukan
Budidaya Ikan Koan di Kolam Terpal
30
ikan koan diberi pakan pelet sebanyak 3% dari total berat bobot
badan perhari dengan frekuensi pemberian makan sebanyak 3 kali
yaitu pagi, siang, dan malam hari. Namun pada saat sehari sebelum
penyuntikan pemberian pkan pada ikan koan diberhentikan.
Donor yang digunakan untuk hipofisasi adalah ikan mass dengan
dosis 1:1 .penyuntikan dilakukan dua kali dengan selang waktu
penyuntikan pertama dengan peenyuntiksn kedua empat jam.Dosis
masing masing penyuntikan 1:1 dan 1:1,5. Selaain itu,
penyuntikan juga dapat dilakukan menggunakan hormon ovaprim
dengan perlakuan dan dosis yang sama dengan penyuntikan
kelenjar hipofisa ikan mas. Setelah penyuntikan, induk jantan dan
betina ditempatkan bersama daalam satu happa berukuran 2 x 1 x 1
meter.Perbandingan jumlah induk jantan dan betina dalan happa
adalah 2:1, yakni dua induk jantan satu induk betina.
Pemijahan akan berlangsung dengan sendirinya di dalam happa 6-8
jam setelah penyuntikan. Telur yang sudah dibuahi sel sperma
jantan akan mengendap di dasar happa. Setelah itu , telur diangkat
dan dipindahkan ke dalaam baskom dan dimasukan ke dalam
corong penetasan berdiameter 50 cm dan tinggi 30 cm. Telur ini
akan menetas dalam waktu 48 jam kemudian.
Pemeliharaan Induk
Induk-induk dipelihara di kolam dengan kepadatan 0,2 s/d 0,3
kg/m2. Selain diberi pakan tumbuhan air atau rumput-rumputan
juga diberi pakan buatan berupa pellet sebanyak 1% dari berat total
populasi dengan berat frekuensi pemberian sebanyak 2 kali per
hari.
Budidaya Ikan Koan di Kolam Terpal
31
Induced breeding
Pemijahan secara Induced breeding yaitu dengan menyuntikan
hormon perangsang yang berasal dari kelenjar hipofisa ikan donor
atau menggunakan hormon LHRH-a atau ovaprim.
Induk betina disuntik 2 kali dengan selang waktu 4 s/d 6 jam,
apabila menggunakan kelenjar hipofisa 2 dosis tetapi apabila
menggunakan ovaprim dengan dosis 0,5 ml/kg. Penyuntikan
pertama 1/3 bagian dan penyuntikan kedua 2/3 bagian.
Induk jantan disuntik cukup sekali, menggunakan kelenjar hipofisa
1 dosis, bila menggunakan ovaprim 0,15 ml/kg dan dilakukan
bersamaan dengan penyuntikan kedua pada induk betina.
Kedua induk ikan setelah disuntik dimasukan ke dalam bak
pemijahan yang dilengkapi dengan hapa, setelah 6 jam dari
penyuntikan pertama induki betina diperiksa kesiapan ovulasinya
setiap 1 jam sekali, dengan cara diurut secara perlahan.
Ikan yang akan memijah biasanya ditandai dengan saling kejar,
Budidaya Ikan Koan di Kolam Terpal
32
perut besar dan lunak, keluar cairan kuning dari lubang kelamin.
Setelah tanda-tanda tersebut, induk jantan dan betina diangkat
untuk dilakukan stripping (pengurutan) yaitu dengan mengurut
bagian perut ke arah lubang kelamin. Telurnya ditampung dalam
wadah/baki plastik dan pada saat bersamaan induk jantan distripping dan spermanya ditampung dalam wadah yang lain
kemudian diencerkan dengan cairan fisiologis (NaCl 0,9 %) atau
cairan Sodium Klorida.
Sperma yang telah diencerkan dituangkan kedalam wadah telur
secara perlahan-lahan serta diaduk dengan menggunakan bulu
ayam. Tambahkan air bersih dan diaduk secara merata sehingga
pembuahan berlangsung dengan baik. Untuk mencuci telur dari
darah dan kotoran serta sisa sperma, tambahkan lagi air bersih
kemudian airnya dibuang, lakukan beberapa kali sampai
bersih, setelah bersih telur dipindahkan kedalam wadah yang lebih
besar dan berisi air serta diberi aerasi, biarkan selama kurang lebih
1 jam sampai mengembang secara maksimal.
Induced spawning
Pemijahan secara Induced spawning perlakuannya sama seperti
pemijahan Induced breeding, hanya setelah induk jantan dan betina
disuntik, dimasukan ke dalam bak pemijahan dan dibiarkan sampai
terjadi pemijahan secara alami.
Setelah memijah maka induk jantan dan betina dikeluarkan dari
bak pemijahan dan telur yang sudah dibuahi ditampung dalam
wadah yang berisi air serta diaerasi dan dibiarkan sampai
mengembang secara maksimal.
Penetasan Telur
Penetasan dilakukan di dalam hapa corong berdiameter 40 cm dan
tinggi 40 cm dengan mengalirkan air dari bawah untuk memutar air
yang berisi telur agar tidak menumpuk. Padat penebaran telur
Budidaya Ikan Koan di Kolam Terpal
33
34
35
Pendederan Pertama
Persiapan kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum
penebaran larva yang meliputi : pengeringan, perbaikan
pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kelamir.
Kolam yang digunakan luasnya 500 s/d 1.000 m2.
Budidaya Ikan Koan di Kolam Terpal
36
Pendederan Kedua
Persiapan kolam pada pendederan kedua dilakukan sama
seperti pendederan pertama. Padat penebaran larva 50 s/d
100 ekor/m2. Larva setiap hari diberi pakan tambahan
berupa pellet sebanyak 10 % dari biomassa dengan
frekuensi pemberian pakan 3 kali per hari. Lama
pemeliharaan pada pendederan kedua selama 28 hari.
C. Pembesaran
Teknik pembesaran ikan koan tidak berbeda jauh dengan teknik
pembesaran ikan mas. Sebagai masukan,media pemeliharaan yang
digunakaan untuk pembesaran ikan koan sebaiknya berupa kolam
tanah. Pasalnya , iakan ini terkenal sangat sensitif (sering kaget) ,
37
38
VI
Hama dan Penyakit Ikan Koan
Penyakit yang sering menyerang ikan koan terdiri dari dua
golongan yaitu penyakit infeksi yang timbul karena gangguan
organisme patogen dan penyakit non infeksi yang timbul karena
organisme lain. Penyebab penyakit infeksi adalah parasit, bakteri
dan jamur yang dapat menular. Sedangkan penyebab penyakit non
infeksi adalah keracunan dan kekurangan gizi.
Penyakit parasit adalah penyakit seperti bintik putih (White Spot),
yang terjadi akibat infeksi Ichtyophthirius multifilis yang biasanya
menyerang benih berumur 1-6 minggu. Gejala serangan dicirikan
dengan adanya bintik bintik putih di lapisan lendir kulit, sirip dan
lapisan insang dan berenangnya tidak normal. Penanggulangannya
dengan menggunakan formalin yang mengandung Malachite Green
Oxalate (FMGO) sebanyak 4 gram/liter air. Pencegahan pada ikan
yang berukuran lebih besar adalah dengan perendaman selama 24
jam dalam FMGO dengan dosis 10 ml/m3 air seminggu sekali.
Bakteri yang menyerang ikan koan adalah Aeromonas sp. dan
Pseudomonas sp. serangan terjadi pada bagian perut,dada dan pangkal
sirip disertai pendarahan. Gejalanya lendir ditubuh ikan berkurang dan
tubuhnya terasa kasar saat diraba. Pencegahannya adalah dengan
memusnahkan ikan yang mendapat serangan cukup parah agar tidak
menulari ikan yang lain. Jika serangan belum parah dapat dilakukan
pengobatan dengan cara perendaman menggunakan larutan Kalium
permanganat (KMnO4) sebanyak 10 20 ppm selama 30 60 menit.
Budidaya Ikan Koan di Kolam Terpal
39
40
NO
JENIS
PARASIT
METODA
BAHAN
KIMIA/OBAT
Protozoa
Pengolesan
Formalin
Perendaman
pada bak
NaCl,
KMnO4
25 %
100 ppm
Perendaman
pada kolam
Pengolesan
Rivanol
Formalin
Formalin
Rivanol
NaCl
KMnO4
NH4OH
Formalin
NH4Cl
Malachite
green
Ekstrak
biji teh
Formalin
100 ppm
20 ppm
0,1 %
100 ppm
20 %
0,01 ppm
0,25 ppm
50 ppm
1-1,5%,15
0,15 ppm
Tetrasiklin
1 kapsul
tiap 10 Kg
makanan
Cacing,
crustacea
tingkat rendah Perendaman
dan jamur
pada bak
Perendaman
pada kolam
Aeromonas sp Perendaman
dan
pada kolam
Pseudomonas
Pemberian
sp
antibiotic
pada
makanan
Oxytetrac
yclin
DOSIS
100 ppm
200 kg/ha
100 ppm
50 mg/kg
Makanan
selama 7 10
hari
41
V
Peluang Pasar dan Analisis Usaha
Sebagaimana kelompok ikan kaper,koan memiliki peluang pasar
yang sama baiknya. Peluang pasar yang paling menjanjikan adalah
permintaan benih. Pasalnya,pemenuhan benih koan sepenuhnya
baru dihasilkan oleh instansi pemerintahan, dalam hal ini balai
benih ikan (BBI). Jadi boleh dikatakan belum ada unit pembenihan
rakyat ( masyarakat ) yang dapat menyuplai kebutuhan benih.
Bahkan, pada waktu-waktu sebelumnya,benih ikan ini masih di
import dari beberapa negara, seperti Taiwan dan Thailand.
Analisis Usaha Pembenihan
Asumsi
1. Pembenihan dilakukan di bak dan kolam seluas 1.000 m2.
Kolam menggunakan sitem sewa selama 1 periode
2. Pemeliharaan dari pemeliharaan induk hingga penetasan larva
membutuhkan waktu selama 60 hari.
3. Selain kolam di butuhkan juga bak penetasan untuk tempat
telur hingga menjadi larva. Namun,satu minggu kemudian
larva sudah bisa dipindahkan ke dalam kolam.
4. Induk grasscrap yang digunakan hanya sepasang , yakni betina
dengan berat 4,5 kg dan jantan seberat 3 kg, pemijahan
dilakukan dengan sistem suntik menggunakan ovaprim.
5. Pakan yang diberikan untuk induk berupa pelet sebanyak 3%
per hari dari berat total induk. Biaya tetap setiap kompoonen
dihitung dengan cara sebagai berikut . biaya investasi setiap
Budidaya Ikan Koan di Kolam Terpal
42
43
No
1.
Uraian
Biaya Investasi
Sewa kolam
Induk Jantan
Induk Betina
Bak penesan
Alat perikanan
Biaya tetap
Penyusutan induk
jantan
Penyusutan induk
betina
Penyusutan bak
penetasan
Alat alat
perikanan
Biaya variabel
Pembelian obat
perangsang
(ovarium)
Pakan benih
tepung
Obat obatan
Tenaga kerja
Satuan
Total (Rp)
1.000 m2
3 kg
4,5 kg
1 unit
1 set
500.000
40.000
50.000
500.000
200.000
Total
500.000
120.000
225.000
500.000
200.000
1.545.000
2 tahun
150
8.000
2 tahum
275
15.000
1 tahun
1.200
78.000
1 tahun
450
32.000
Total
133.000
1 ampul
350.000
350.000
20 kg
10.000
200.000
1 set
60 hari
300.000
Total
300.000
800.000
1.650.000
150
5.250.000
Pendapatan / Produksi
Total
35.000 ekor
44
45
46
VI
Daftar Pustaka
Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air. Bagi Pengelolaan
Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Effendi.M.I. 1997. Biologi Perikanan.Yayasan Pustaka
Nusatama.Yogyakarta.
Fujaya. Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Tek
nik Perikanan.Rineka Cipta. Jakarta
Kurniastuty, dkk., 2004. Hama dan Penyakit Ikan. Balai
budidaya Laut Lampung. Lampung
Sumantadinata, K.,1983. Pengembangbiakan Ikan ikan Peliharaan
Indonesia. Sastra Hudaya.
Wahyuni, W.W. ,2001.Pertumbuhan Ikan Koan
(Ctenopharyngodon idella CV) Pada Karamba Jaring Apung di
Waduk Cirata, Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertainan Bogor. Bogor.
47
48
Biodata Penulis
Faisal setiawan adalah mahasiswa
Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga. Ia masuk menjadi Ksatria
Airlangga pada tahun 2012 melalui
tes SNMPTN. Sebelum belajar di
Universitas Airlangga, faisal
bersekolah di SMA Negeri 13 surabaya pada tahun 2009 2012. Alasannya masuk ke Fakultas Perikanan dan Kelautan
adalah tertarik untuk mempelajari dunia perikanan yang ada di
Indonesia dan ingin mengeskploitasi sumber daya tersebut
untuk meningkatkan perekonomian bangsa Indonesia. Beliau
sekarang aktif di perkumpulan mahasiswa perikanan
KAKEMA di Universitas Airlangga dan sebagai pengajar
Ekskul IT Community di SMAN 13 Surabaya. Buku ini
adalah hasil karya pertama beliau dalam eksplorasi perikanan
Indonesia dan pengetahuannya tentang perikanan .
Diharapkan buku ini menjadi acuan dan bahan diskusi
kedepannya dalam eksplorasi perikanan di Indonesia