Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2013 dipekirakan
terjadi 300.000 kasus kematian ibu saat melahirkan di seluruh dunia, dimana 98% dari kasus
terjadi di Negara-negara berkembang. Jika dirata-ratakan terjadi 230 kejadian per 100.000
kelahiran setiap tahunnya di Negara-negara berkembang. Persalinan yang terhambat adalah
penyebab utamanya dan biasanya merupakan akibat dari persalinan lama (prolonged labour).
Prolonged labour yang terjadi bisa menyebabkan perdarahan pasca persaalinan (hemoraghic
post partum), dehidrasi pada ibu, rupture uteri dan fistula. Partograf sebagai alat bantu yang
digunakan untuk memantau kemajuan persalinan, sangat direkomendasikan untuk memantau
kala satu persalinan untuk membantu mengidentifikasi proses persalinan yang lama dan
mencegah prolonged labour dan komplikasinya.
Pada awalnya partograf dikenal sebagai kurva Friedman, yang didesain Friedman
pada tahun 1954 setelah meneliti banyak persalinan di Amerika. Kemudian, dikembangkan
oleh Philpott dan Castle yang memperkenalkan garis waspada dan garis bertindak saat
persalinan. Setelah itu partograf dikembangkan di berbagai Negara untuk menyesuaikan
kebutuhan tiap daerah.
Partograf sebagai alat bantu yang ekonomis didesain untuk memberikan ikhtisan
pengamatan yang berkelanjutan agar persalinan dapat diawasi dan dikelola dengan baik.
Komposisi dari partograf telah dievaluasi di banyak pusat penelitian di berbagai daerah yang
melibatkan 35.484 wanita. Hasil dari penggunaannya menunjukan adanya penurunan
setengah dari angka kejadian dari prolonged labour (6,4% menjadi 3,4% persalinan),
dehidrasi ibu (20,7 menjadi 9,1%), seksio sesarean emergensi menurun dari 9,9% menjadi
8,3% dan kematian janin intrapartum menurun dari 0,5% menjadi 0,3%.
Partograf modifikasi WHO yang dipergunakan sekarang pertama kali diperkenalkan
pada tahun 2000. Partograf ini tidak memiliki fase laten dan fase aktif dimulai dari
pembukaan serviks 4 cm. Komposisi partograf yang digunakan di Ghana pada tahun 1989
adalah bagian dari keterampilan inisiasi penyelamatan kesehatan ibu dan menjadi
pengawasan dalam kesehatan persalinan. Beberapa studi juga meneliti penggunaanya dengan
kesehatan ibu dan kesehatan bayi yang baru lahir pada sebuah Rumah Sakit Pendidikan.
Didapatkan hasil bahwa tenaga kesehatan yang menangani persalinan membutuhkan
pembelajaran tentang pentingnya penggunaan partograf dan cara pengisian partograf yang
benar. Hal tersebut dijelaskan karena penggunaan partograf yang sesuai dapat memprediksi
1
adanya penyulit dalam kelahiran sehingga tenanga kesehatan yang membantu persalinan
dapat dengan tepat dan cepat memberikan rencana tindakan klinis bagi ibu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PARTOGRAF
2.1.1 Definisi Partograf
Definisi Partograf menurut Sumapraja adalah catatan grafik mengenai kemajuan
persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin, untuk menentukan adanya persalinan
abnormal yang menjadi petunjuk untuk tindakan bedah kebidanan dan menemukan
disproporsi kepala panggul (CPD) jauh sebelum persalinan menjadi macet (Sumapraja,1993).
Sedangkan menurut (WHO,1994) partograf merupakan suatu sistem yang tepat untuk
memantau keadaan ibu dan janin dari yang dikandung selama dalam persalinan waktu ke
waktu.
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik yang digunakan selama persalinan. Partograf
terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:
1. Kondisi
Friedman (1954) adalah ahli kebidanan yang pertama kali mengidentifikasi secara
grafis 4 fase dari dialtasi serviks, diiteliti dari 100 wanita dalam kehamilan pertamanya. Fase
laten, fase akselerasi, fase dilatasi maksimum dan fase deselerasi. Kemudian grafik yang
mencatat pertambahan dilatasi serviks tersebut dikenal sebagai servikograf. Philpott dan
Castle (1972) mengembangkan servikograf ini dengan mengikutsertakan informasi
intrapartum lainnya, seperti, presentasi janin dan kontraksi uterus yang kemudian dikenal
sebagai partograf pertama. Setelah itu keduanya memperkenalkan garis waspada dan
bertindak sebagai upaya untuk mengelola persalinan disaat tidak tersedianya dokter fasilitas
kesehatan tersebut.
saat kelahiran. Hanya sedikit penelitian serupa yang juga dilakukan, termasuk di dalamnya
adalah penelitian yang dilakukan di Afrika (Philpott, 1972;Kwast & Rogerson 1973). Hasil
yang didapatkan sama dengan penelitian yang dilakukan oleh WHO dimana menunjukan
pentingnya penggunaan partograf dalam proses kelahiran. Tetapi karena sampel yang
digunakan tidak acak maka timbul pertanyaan apakanh partograf dapat digunakan secara luas.
Oleh karena kurangnya bukti dari penggunaan dan penelitian yang dilakukan dengan sapel
yang luas (Lavender, Hart dan Smyth 2008) melakukan konsensus yang umum dan berskala
besar dimana disebutkan bahwa partograf adalah alat bantu yang sangat berguna untuk
menurunkan angka kejadian persalinan lama. Salah satu maksud dari publikasi partograf yang
dikeluarkan oleh WHO adalah mempromosikan model partograf yang lebih sama digunakan
diseluruh dunia. Pada akhirnya promosi penggunaan partograf yang dilakukan oleh WHO
memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menilai apakah pembelajaran tentang penggunaan partograf oleh tenaga
kesehatan sudah dilakukan dengan benar
2. Untuk menentukan efek dari pengenalan partograf di daerah-daerah terpencil dengan
kejadian persalinan lama sehingga dapat dilakukan penangan klinis yang sesuai
3. Untuk menentukan efek dari pengenalan partograf terhadap angka kejadian persalinan
lama dan persalinan dengan seksio sesarean.
4. Untuk menentukan apakah intervensi sesuai yang berdasarkan partograf yang
digunakan dapat menurunkan komplikasi dari persalinan
Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) telah memodifikasi partograf
agar penggunaannya lebih sederhana dan mudah. Fase laten ditiadakan dan pencatatan
dimulai dari fase aktif di saat pembukaan serviks telah mencapai 4 cm. Fase normal dari
persalinan adalah termasuk 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif dari dilatasi serviks, yang
pertama kali di dokumentasikan pada grafik di tahun 1950. Pada tahun 1960-an dan 1970-an,
penelitian yang lebih modern melakukan penelitian untuk membantu mendokumentasikan
dan menemukan alat bantu sebagai dasar untuk melakukan intervensi yang dapat mencegah
terjadinya persalian lama. Model awal dari partograf ini lah yang menjadi dasar partograf
modifikasi yang dikembangkan oleh WHO, yang dikembangkan sebagai sebuah standar pada
tahun 1988 sejalan dengan usaha peningkatan keselamatan dan kesehatan ibu.
Pada awalnya partograf dikenal sebagai kurva Friedman, yang didesain Friedman
pada tahun 1954 setelah meneliti banyak persalinan di Amerika. Kemudian, dikembangkan
oleh Philpott dan Castle yang memperkenalkan garis waspada dan garis bertindak saat
5
persalinan. Pada tahun 1990-1991, untuk mengevaluasi hasil dari penggunaan partograf yang
dikembangkan, WHO melakukan beberapa penelitian di beberapa daerah termasuk Indonesia,
Malaysia, dan Thailand. Penelitian tersebut menunjukan bahwa penggunaan partograf dalam
praktek klinis persalinan meningkatkan secara pesat keselamatan dan kesehatan ibu setelah
persalinan. Penggunaannya menurunkan angka kejadian persalinan lama ( kejadian yang
lebih lama dari 18 jam), kebutuhan pemberian oksitosin dalam persalinan, rasio seksio
sesarea, dan insidensi infeksi salam persalinan. Sebagai hasil dari penelitian ini, WHO
merekomendasikan menggunaan partograf sebagai alat untuk mengawasi semua persalinan,
untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas dalam kemajuan persalinan dan juga
mengidentifikasi perlunya intervensi lebih jauh.
Partograf Lama
Partograf Baru
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam
2. Mendeteksi apakah persalinan berjalan dengan normal. Dengan demikian dapat
dilaksanakan deteksi dini akan kemungkinan terjadinya partus lama.
3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan klinikdan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medis ibu bersalin dan
bayi baru lahir.
2.1.4 Manfaat Penggunaan Partograf
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan
untuk mencatat:
1.
2.
3.
4.
kemajuan persalinan,
kondisi ibu dan janin,
asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran,
menggunakan informasi yang tercatat, sehingga dapat mengidentifikasi secara dini
adanya penyulit persalinan, dan membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat.
Penggunaan partograf dapat memastikan ibu dan janin mendapatkan asuhan persalinan
yang aman dan tepat waktu. Selain itu dapat mencegah terjadinya penyulit yang dapat
mengancam keselamatan jiwa ibu dan janin.
2.1.5 Bagian-Bagian Partograf
1. Halaman depan, yang terdiri atas:
a. Informasi tentang ibu
b. Waktu pecahnya ketuban
c. Kondisi janin
d. Kemajuan persalinan
e. Jam dan Waktu
f. Kontraksi uterus
g. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
h. Kondisi ibu
i. Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya.
2. Halaman belakang (catatan persalinan)
Halaman Depan
Halaman Belakang
5.
6.
7.
8.
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai warnanya jika
selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang tersedia di bawah
kolom DJJ. Gunakan lambing berikut:
U
: ketuban utuh (belum pecah)
J
: ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M
: ketuban sudah pecah dan bercampur dengan meconium
D
: ketuban sudah pecah dan bercampur dengan darah
K
: ketuban sudah pecah dan tidak adaa lagi air ketuban (kering)
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu merupakan gawat janin. Jika terdapat
berikut:
0
: tulang-tulang janin kepala terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1
: tulang-tulang janin kepala janin saling bersentuhan
2
: tulang-tulang janin kepala janin tumpang tindih, tapi masih bisa dipisahkan
3
: tulang-tulang janin kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahklan
3. Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10
pada tepi kiri kolom adalah besarnya dilatasi serviks. Tiap angka mempunyailajur dan kotak
yang lain dengan kotak diatasnya, menunjukan menambahan dilatasi serviks sebesar 1 c,
skala angka 1-5 juga menunjukan seberapa jauh penurunan janin. Tiap kotak di bagian ini
menyatakan waktu 30 menit.
Pembukaan serviks
Penilaian dan pencatatan dilakuakns etiap 4 jam (dilakukan lebih sering jika ada
tanda-tanda penyulit). Pencatatan dilakukan dengan tanda X pada garis yang sesuai,
lalu hubungkan dengan garis tidak terputus.
10
11
Setiap kotak menunjukan waktu satu jam sejak dimulainya waktu persalinan.
Waktu actual saat pemeriksaan dilakukan
Dibawah lajur kotak waktu mulainya fase aktif , tertera kotak untuk mencatat waktu
actual saat pemeriksan dilakukan. Satu kotak penuh menunjukan waktu satu jam dan
dipisahkan 2 kotak kecil menunjukan waktu 30 menit. Saat ibu memasuki fase aktif
catat pembukaan serviks di garis waspada kemudian catat waktu actual pemeriksaan
Catatan:
Periksa frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan setiap
13
Oksitosin
Dokumentasi dilakukan setiap 30 menit, jumlah oksitosin yang diberikan pervolume
cairan IV dan dalam satuan teteasan permenit.
Obat-obatan lain dan cairan IV
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang
Catatan:
pada catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara terpisah atau pada kartu KMS
Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm
biasanya selama fase aktif, terjadi pembukaan setidaknya 1 cm/jam
14
Jika ibu datang pada fase aktif persalinan, pencatatan kemajuan pembukaan serviks
Data dasar
Kala I
Kala II
Kala III
Bayi baru lahir
Kala IV
15
Bagian ini terdiri atas pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat sudah melewati garis
waspada, masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil dari penatalaksanaan
tersebut. Untuk pertanyaan nomor 9, lingkari jawaban yang sesuai, pertanyaan lain hanya
diisi jika ada masalah lainnya.
3. Kala II
Bagian ini terdiri dari episiotomi, gawat janin, distosia bahu, masalah penyertanya,
penatalaksanaan dan hasilnya. Berikan tanda pada kotak jawaban. Untuk pertanyaan
nomor 13 jika jawabannya Ya, tulis indikasinya, sedangkan untuk nomor 15, 16 isi jenis
tindakan yang diberikan. Untuk nomor 14 jawaban bisa lebih dari satu. Sedangkan untuk
masalah lain hanya diisi jika ada masalah dalam persalinan.
4. Kala III
Bagian ini terdiri atas lama Kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat
terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi,
atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban
pada tempat yang disediakan dan berikan tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
Untuk nomor 25, 26, dan 28 lingkari jawaban yang benar.
5. Bayi Baru Lahir
Bagian ini berisi informasi tentang berat dan panjang bayi, jenis kelamin, penilaian
kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, tatalaksana terpilih dan hasilnya.
Pengisian dengan pemberian tanda pada kotak jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor
36 dan 37 lingkari jawabn yang sesuai, sedangkan untuk nomor 38 jawaban bisa lebih dari
satu.
6. Kala IV
Bagian ini berisi tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus,
kandung kemih, dan perdarahan. Pemantauan ini sangatbpenting untuk mendeteksi penyulit
pasca persalinan terutama perdarahan pasca persalinan. Pengisian dilakukan setiap 15 menit
pada satu jam pertama dan 30 menit pada satu jam berikutnya.
2.1.7 Contoh Kasus
Contoh 1: Partograf Persalinan Normal
16
Ibu Shanti, 27 tahun, G2P1-1, datang pada jam 3 sore, tanggal 5 Mei 2001 dengan kontraksi
sejak 5 jam lalu dan ketuban belum pecah. Pada pemeriksaan: kontraksi 3 kali dalam 10
menit, selama 40 detik, penurunan kepala 3/5, DJJ 140/menit, TD 120/80 mmHg, suhu 37 C,
nadi 88x/menit. Pembukaan serviks 6 cm, tidak ada penyusupan (Molase) tulang kepala.
Tidak ditemukan edema, Hb kunjungan antenatal terakhir 11 gr/dl, protein urine negative.
Selanjutnya pengamatan Djj, kontraksi dan nadi tiap 30 menit adalahs ebagai berikut:
Waktu
15.30
16.00
16.30
17.00
DJJ
140/mnt
135/mnt
144/mnt
150/mnt
Kontraksi
3 x/10mnt; 40
3 x/10mnt; 40
4 x/10mnt; 40
4 x/10mnt; 45
Nadi
88 /mnt
88/mnt
88/mnt
84/mnt
Keterangan
Ibu makan
Ibu minum teh
manis dan berkemih
17.30
156/mnt
4 x/10mnt; 45
88/mnt
Sekitar pukul 18.00 ibu memeberi tahu bidan bahwa tidak dapat menahan dorongan untuk
mengejan, dan keluar cairan berwarna jernih. Bidan segera melakuka pemeriksaan; kontraksi
5x/menit dalam 10 menit, dan berlangsung 45 detik, Djj 144/menit, penurunan kepala 1/5,
pembukaan lengkap, tidak ada penyusupan.
Bidan memimpin ibu mengejan dan lahir seorang bayi laki-laki spontansekitar pukul 18.30.
dilakukan manajemen aktif Kala III, plasenta lahir lengkap 5 menit setelah bayi lahir.
Perineum utuh. BB bayi 2800 gram, panjang 46 cm, jumlah perdarahan 150 cc.
17
Contoh 2: Partograf
Menunjukan suatu contoh kemacetan dilatasi serviks dan penurunan kepala janin pada fase
aktif persalinan. Terjadi gawat janin dan molase tingkat 3, dengan kontraksi uterus tidak
adekuat.
Seorang wanita MRS pada fase aktif persalinan pada pukul 10.00 pagi
o Palpasi kepala janin 3/5;
o Dilatasi serviks 4 cm;
o Kontraksi 3x dalam sepuluh menit berlangsung 20-40 detik;
o Cairan ketuban jernih
Pada pukul 14.00
o Palpasi kepala tetap 3/5;
o Dilatasi serviks 6 cm dan disebelah kanan garis waspada;
o Kontraksi sedikit membaik 3x berlangsung 40 detik;
o Molase tingkat 3
Pada pukul 17.00
o Palpasi kepala janin tetap 3/5
18
o Dilatasi serviks 6 cm
o Molase tingkat 3
o Detak jantung janin 92 per menit
Dilakukan seksi sesarea pada pukul 17.30
19
Secara klinis dapaat dikatakan partus dimulai apabila timbul his dan wanita tersebut
mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini
berasal dari kanalis servikalis yang mulai membuka dan mendatar. Proses pembukaan
serviks sebagai akibat his dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a. Fase laten
: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lamban
sampai pembukaan mencapai 3 cm.
b. Fase aktif
: dibagi menjadi 3 fase, yakni:
i. Fase akselerasi
: dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm berlambah
menjadi pembukaan 4 cm.
ii. Fase dilatasi maksimal
e. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudia kepala janin akan tampak pada
vulva pada waktu his.
Dengan his dan kekuatan mengedan yang maksimal kepala janin akan dilahirkan
dengan suboksipital di bawah simfisis lalu diikuti oleh dahi, muka, dan dagu. Setelah
istirahat sejenak, hisa timbul kembali untuk mengeluarkan tubuh dan anggota gerak.
Pada primigravida kala II berlangsung kurang lebih 1 jam dan pada multipara
kurang lebih jam.
3. Kala III (Kala pengeluaran plasenta)
Terdiri dari 2 fase, yaitu:
a. Fase pelepasan plasenta
b. Fase pengeluaran plasenta
Setelah janin dilahirkan his akan berhenti sejenak, lalu timbul lagi setelah beberapa
menit. His ini dinamakan his pelepasan plasenta, sehingga terletak pada segmen bawah
uterus. Pada masa ini, uterus akan teraba sebagai tumor yang keras segmen atas melebar
karena mengandung plasenta, dan fundus uteri teraba sedikit dibawah pusat.
Jika plasenta sudah lepas, bentuk plasenta menjadi bundar, sehingga tanda ini dapat
diartikan sebagai tanda pelepasan plasenta. Jika keadaan ini dibiarkan, setelah plasenta
lepas, fundus uteri naik, sehingga setinggi pusat atau lebih, bagian tali pusat di luar vulva
akan semakin panjang.
Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh dalam segmen bawah Rahim
bagian atas vagina sehingga mengangkat uterus yang berkontraksi. Seiring lepasnya
plasenta, dengan sendirinya bagian tali pusat yang lahir menjadi panjang. Lamanya kala
ini kurang lebih 8 menit, dan pelepasan plasenta hanya memakan waktu 2-3 menit.
Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah sebagai berikut:
a. Uterus menjadi bundar
b. Perdarahan, terutama perdarahan yang tiba-tiba dan banyak (250 cc)
c. Memanjangnya bagian tali pusat yang lahir
d. Naik fundus uteri karena naiknya Rahim sehingga lebih mudah digerakan.
4. Kala IV (Kala Observasi)
Merupakan kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan pasca perslinan. Tujuh hal
penting yang harus diperhatikan pada kala IV adalah sebagai berikut:
a. Kontraksi uterus harus baik
b. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
c. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
d. Kandung kencing harus kosong
e. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
f. Resume keadaan umum bayi
g. Resume keadaan umum ibu
21
(Sistem Station).
Bidang Hodge IV : ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I, II, dan III,
terletak setinggi koksigis.
Sistem Perlimaan
2.2.3 His
His timbul dari kontraksi otot-otot uterus, yang tersusun dari 3 lapisan otot dalam
myometrium. Otot-otot tersebut tersusun secara longitudinal, transversal dan oblik.
Dibandingkan dengan otot lain, otot-otot ini lebih besar, tenaganya dapat disebar ke segala
arah dank arena susunannya tidak terorganisir secara memanjang hal ini memudahkan
pemendekan, meningkatkan tekanan dan menyebabkan kontraksi tidak dipengaruhi letak dan
presentasi janin.
His sempurna bila terdapat (a) kontraksi simetris, (b) kontraksi terkuat didominasi
fundus uteri dan (c) terdapat relaksasi setelahnya. Tiap his dimulai dari sudut uterus tempat
tuba masuk. Yang disebut sebagai pace maker. Gelombang bergerak kea rah dalam dan bawah
22
dengan kecepatan 2 cm per detik. His paling besar terjadi di fundus karena ototnya paling
tebal, setelah itu terjadi pemendekan atau retraksi yang menyebabkan otot serviks dan bagian
bawah uterus tertarik dan melebar.
Aktifitas myometrium dimulai saat kehamilan. His sesudah kehamilan melewati 30
mimggu terasa lebih kuat dan sering. Saat Kala I dimulai kontraksi menjadi lebih kuat dan
sering disbanding pada kehamilan awal yang hanya 5 mmHg. Amplitude naik terus hingga 60
mmHg pada akhir Kala I dan frekuensi menjadi 2-4 kali per 10 menit. Durasinya juga
meningkat dari hanya 20 detik mencapai 60-90 detik pada akhir Kala I hingga Kala II.
Interval tiap his adalah 2-4 menit. His ini menyebabkan pembukaan dan penipisan serviks
disamping memberikan tekanan kepada air ketuban dan mendorong kepala bayi sehingga
menekan serviks dan menyebabkan pembukaan lengkap. Pengukuran terhadap his dilakukan
dengan meraba fundus, lalu menghitung, durasi, interval dan frekuensinya.
2.2.3 Denyut Jantung Janin (DJJ)
Frekuensi DJJ rat-rata sekitar 140 denyut per menit (dpm) dengan variasi normal 20
dpm diatas dan dibawah nilai tersebut. Jadi nilai normalnya adalah 120-160 (beberapa penulis
menganut nilai normal 120-150). Disebut takhikardia jika DJJ > 160 dpm, dan sebaliknya
bradikardia terjadi saat DJJ > 120 dpm.
Takhikardia terjadi pada keadaan:
-
23
BAB III
KESIMPULAN
Partograf adalah alat bantu yang digunakan untuk mengawasi proses persalinan dan
menjadi data bagi seorang penolong persalinan untuk menentukan tindakan klinis yang sesuai
dan tepat untuk persalinan yang sedang ditolong. Partograf yang pertama kali dikembangkan
pada tahin 1950an, kini telah dimodifikasi dan disederhanakan oleh WHO.
WHO mempublikasikan partograf sebagai alat bantu yang sangat penting untuk
digunakan pada proses persalinan. Publikasi tersebut ditujukan untuk mengidentifikasi
adanya penyulit dalam suatu proses persalinan. Dimana identifikasi tersebut dapat
menurunkan insidensi persalinan lama, kedaruratan seksio sesaria dan adanya kematian pada
kelahiran.
Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan penggunaan partograf dapat
menurunkan insidensi dari komplikasi-komplikasi tersebut setengah dari jumlah insidensi
sebelumnya. Tetapi kegunaannya ini tidak diimbangi dengan pengetahuan dan kebiasaan
dalam penggunaan partograf yang tepat dan sesuai dengan standar. Oleh karena itu,
penggunaan partograf sangatlah penting untuk dilakukan dan edukasi tentang penggunaanya
dengan tepat dan benar harus pula dilakukan.
24
DAFTAR PUSTAKA
25