Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Astrid Astari Aulia
Rizqy Qurrota Ayun A
G99152053
G99142084
Amalia Fitri Puspitasari
G99142085
Indah Purnama Sari
G99142086
Esty Jayanti
G99142087
Pembimbing:
dr. Bagus Artiko, Sp.A
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
maupun
interpretasi
EKG
panjang,
harus
bahkan
baik.
kematian.
Ditambah
Tentu
saja
keterampilan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SISTEM KONDUKSI JANTUNG
K
berurutan
(Gambar
1).
Denyut
kontraksi.
QRS
yang
menggambarkan
proses
depolarisasi
sel
otot
ventrikel. Setelahnya, gambaran EKG akan kembali ke garis datar dan segera
diikuti repolarisasi sel yang digambarkan dengan defleksi ketiga, gelombang
T. Ada kalanya setelah gelombang T dapat ditemukan gelombang U yang
merupakan gambaran fase lambat repolarisasi ventrikel.8
B. SANDAPAN ELEKTROKARDIOGRAFI
Elektrokardiogram standar telah mengalami perubahan mulai dari
rekaman 3 sandapan yang diperkenalkan oleh Einthoven sampai rekaman
dengan 15 sandapan yang digunakan saat ini pada penderita pediatrik. Secara
garis besar, sandapat yang digunakan terbagi menjadi 2 tipe: ekstremitas
(bidang frontal) dan sandapan prekordial (bidang sandapan horizontal).
S
andapan ekstremitas dapat dibagi lagi menjadi Einthovens
standard bipolar system (sandapan I, II, dan III) dan augmented variation
of Wilsons unipolar lead system (aVR, aVL, dan aVF). Sandapan Einthoven
merekam potensial listrik antara pasangan elektroda positif dan negatif
ekstremitas,
sedangkan
sandapan
di
listrik
dari satu ekstremitas terhadap terminal sentral potensial nol (zero potential
central terminal) (Gambar 5). Gelombang listrik yang bergerak mendekati
kutub positif sandapan ini akan menghasilkan gelombang positif pada EKG.
1-3
sandapan
demikian
menghasilkan
1-3,7
hubungan
anatomis
sebagai berikut: sandapan II, III, dan aVF mencerminkan keadaan permukaan
inferior jantung; sandapan V1 sampai V4 mencerminkan keadaan permukaan
anterior; sandapan I, aVL, V5, dan V6 mencerminkan keadaan permukaan
lateral; dan sandapan V1 serta aVR menggambarkan keadaan atrium kanan
7
mengoleskan jelly pada kulit yang akan disandap. Elektroda harus diletakkan
ditempat yang tepat seperti tampak pada gambar.
1-3,7
di
garis
aksilaris
anterior,
sedangkan
sandapan
V6
di
tidak
baik
kontak
dengan
baik.
Kontak
Tidak boleh ada luka pada kulit yang kontak dengan elektroda.
3. Dilakukan standardisasi alat rekam EKG sehingga tegangan 1 mV
akan
menghasilkan defleksi
10
mm.
Jika
tidak
dilakukan
merekam
atrium
peristiwa
bagian
depolarisasi
pertama
gelombang
dan
P
menyebar
sepanjang
sistem
Bagian
ventrikel
yang
pertama
kali
ventrikel
inilah
yang
menimbulkan
gelombang QRS.
4. Gelombang T merekam repolarisasi ventrikel. Repolarisasi
atrium tidak tampak dalam rekaman EKG.
atrium
sampai
dari
pada
permulaan
saat
mulainya
depolarisasi ventrikel.
b. Segmen ST merekam waktu dari akhir depolarisasi
ventrikel sampai mulainya repolarisasi ventrikel.
c. Interval QT mengukur waktu dari mulainya depolarisasi
ventrikel sampai pada akhir repolarisasi ventrikel.
E. NILAI NORMAL GELOMBANG EKG
1. Gelombang P (P Wave)
P wave merupakan suatu gelombang kecil yang
terekam sewaktu atrium mengadakan depolarisasi. (1,6)
Karena SA node terletak pada atrium kanan maka atrium
kanan akan memulai dan mengakhiri repolarisasi lebih
dulu daripada atrium kiri.
Setengah bagian pertama gelombang P mewakili
depolarisasi atrium kanan dan setengah bagian lainnya
mewakili depolarisasi atrium kiri. Setelah kedua atrium
mengalami depolarisasi, pada saat tersebut tidak ada
aktivitas bioelektrik di jantung dan EKG akan mencatat
sebuah garis lurus yang disebut garis isoelektrik.
Sesuai
dengan
depolarisasi
atrium.
Rangsangan
besarnya
arus
listrik
berhubungan
dengan
Pembesaran
antrium
dapat
meningkatkan
gelombang
P.
Disritmia
jantung
juga
dapat
depolarisasi
atrium
sampai
saat
permulaan
QRS.
Dalam
interval
ini
tercakup
juga
defleksi
membesar
positif
dari
gelombang
sadapan
yang
(3,8)
V1-V6.
semakin
Interval
QRS
jantung
takikardia
abnormal
ventrikel
juga
dari
akan
ventrikel
seperti
memperlebar
dan
atrium
terjadi
selama
QRS
tersebut
kompleks
gambaran
pemulihan
atrium
ventrikel.
akan
yang
Tetapi
menutupi
tercatatdi
elektrokardiografi.
4. Segmen ST
Segmen
berbentuk
ST
normalnya
horizontal
dan
pada
seluruh
isoelektrik
sadapan
atau
sedikit
akhir
depolarisasi
ventrikel
sampai
pada
dengan
infark.
Penggunaan
digitalis
akan
Gelombang
segmen
ini
ST.
muncul
Ada
dua
sesaat
hal
sesudah
yang
harus
pada
sadapan
I, II dan sadapan
setalol
(betapace),
dan
amidaron
(cordarone).(1)
F. SISTIMATIKA INTERPRETASI EKG
1. Irama
Pertama-tama tentukan irama sinus atau bukan.
Apabila setiap kompleks QRS didahului oleh gelombang P
berarti irama sinus, kalau tidak berarti irama asinus. (1,6)
Bukan irama sinus dapat berupa suatu aritmia yang
mungkin fibrilasi, blok AV derajat dua atau tiga, irama
jungsional, takikardia ventrikular, dan lain-lain.
2. Laju QRS (QRS Rate)
Pada irama sinus laju QRS normal berkisar antara 60
100 kali/menit, kurang dari 60 kali disebut sinus
bradikardi, sedangkan lebih dari 100 kali disebut sinus
takikardi.(1,6,11)
3. Regularitas
EKG normal selalu regular. Irama yang tidak reguler
ditemukan pada fibrilasi atrium atau pada keadaan
banyak ditemukan ekstrasistol. Regularitas ditentukan
dengan kesamaan jarak antara puncak R ke R gelombang
selanjutnya.
4. Aksis
Aksis normal selalu terdapat antara -30 sampai
+110. Lebih dari -30 disebut deviasi aksis kiri, lebih dari
+110 disebut deviasi aksis kanan, dan bila lebih dari
+180 disebut aksis superior.(1,11) Kadang aksis tidak dapat
ditentukan, maka ditulis underterminable, misalnya pada
EKG di mana defleksi porsitif dan negatif pada kompleks
QRS di semua sadapan sama besarnya.
5. Gelombang P
Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau
tidak. Normalnya 2.5 mm x 2.5 mm (2.5 kotak kecil x 2.5
kotak kecil). Perhatikan apakah kontur gelombang P
normal atau tidak. Apakah ada P pulmonal atau P-mitral.
6. Interval PR
Interval PR normal adalah kurang dari 0.2 detik.
Lebih dari 0.2 detik disebut AV blok derajat satu. Kurang
dari
0.1
detik
disertai
adanya
gelombang
delta
infarction.
Gelombang
yang
tinggi
di
bagian
jantung
sesuai
hasil
bacaan
tiap
Gelombang U
Gelombang
yang
sangat
tinggi
(>
gel.
T)
penampilan
(amplitudo,
lamanya,
Misalnya
mitrale
yang
ditandai
dengan
penampilan,
P
yang
dapat
irama
berupa
dan
kecepatan
kelainan
tunggal
pada
penyakit
jantung
koroner
(PJK),
dan
terdapat
masa
istirahat
kompensatoir.
Gel P tinggi dan lancip di II, III dan aVF : tinggi > atau
sama dengan 2,5 mm dan interval > atau sama
dengan 0,11 detik
P pulmonal
LAD.
panjang
menunjukkan
adanya
kompleks
P-QRS-T
mungkin
normal
atau
3. Kelainan gelombang Q.
Gelombang Q patologis yang lebar > 1 mm atau >
0,4 detik dan dalamnya >2 mm (lebih 1/3 dari amplitudo
QRS pada sandapan yang sama) menunjukkan adanya
miokard yang nekrosis. Adanya gelombang Q di sandapan
III dan aVR merupakan gambaran yang normal.
4. Kelainan gelombang R dan gelombang S.
Dengan
membandingkan
gelombang
dan
jantung
bawaan,
korpulmonale.
Sedangkan
bentuk,
takikardi,
nodal
yaitu
pada
takikardi,
sinus
fibrilasi
takikardi,
atrium,
atrial
takikardi
beat,
ventricular
premature
beat.
sandapan
insufisiensi
yang
koroner.
sesuai,
Adanya
menunjukkan
elevasi
adanya
segmen
S-T
Elevasi
segmen
S-T
pada
sandapan
Kelainan gelombang T.
Adanya
kelainan
gelombang
menunjukkan
menyolok.
Lebih tinggi daripada perekaman sebelumnya atau
sebaiknya
berhati-hati
dan
mempertimbangkan
disertai
segmen
S-T
konveks
keatas,
keadaan
dimana
defleksi
QRS
positif
pada
atau
lebih
rendah
dari
gelombang
di
R pendek
QRS melebar
HIPOKALEMIA
U menjadi Prominen
T makin mendatar
Deprasi ST
Interval PR memanjang
Kelainan gelombang U.
Adanya gelombang U defleksi keatas lebih tinggi
dari gelombang T pada sandapan yang sama terutama
V1-V4 menunjukkan adanya hipokalemi.(7)
BAB III
KESIMPULAN
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh
sebuah elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan
jantung dalam waktu tertentu. Elektrokardiogram (EKG) tidak
menilai kontraktilitas jantung secara langsung, namun dapat
memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunya kontraktilitas
jantung.
Irama
jantung
dipengaruhi
oleh
sistem
elektrofisiologi
oleh
EKG
dan
yang
nantinya
akan
dapat
atau
abnormalitas
beberapa
penyakit
ekg.
Pada
penyakit
yang
berkaitan
dengan
ekg
abnormal
dapat
yaitu
kelainan-kelainan
morfologi
mendeteksi
irama
jantung
umumnya
pemeriksaan
EKG
berguna
untuk
miokard,
penyakit
perikard,
gangguan
elektrolit,
kelainan
lain
seperti
penyakit
jantung
bawaan,
DAFTAR PUSTAKA
1. Pakpahan HA. Elektrokardiografi ilustratif. Jakarta : Balai
Penerbit Fakultas kedokteran Universitas Indonesia; 2012; 12
2. Surya D. Sistematika Interpretasi EKG. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2010; 3-5 12-16 19-25
3. Thaler MS. Satu-satunya buku EKG yang anda perlukan.
Jakarta : Hipokrates; 2000 ; 8-15 33-38
4. Elektrokardiografi. [cited 2016 March 21]. Available from :
http://www.scribd.com/doc/57184194/ELEKTROKARDIOGRAFI
5. Karo, Santoso, Rahajo A, dkk. Buku Panduan Kursus Bantuan
Hidup
Jantung Lanjut.
Jakarta
Perhimpunan
from
http://www.bem.fi/book/06/06.htm
10. Elektrokardiogram. [cited 2016 March 21]. Available from :
http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrokardiogram
11. EKG normal. [cited 2016 March 21]. Available from :
http://www.ecglibrary.com/norm.html