You are on page 1of 42

MAKALAH SOSIOLOGI HUBUNGAN ANTARA RELIGI

DENGAN KESEHATAN

MAKALAH SOSIOLOGI
HUBUNGAN ANTARA RELIGI
DENGAN KESEHATAN
DAFTAR ISI

Kata pengantar .......................................................................................................................


Daftar Isi................................................................................................................................
BAB I Pendahuluan ...............................................................................................................
I.1. Latar Belakang................................................................................................................
I.2. Rumusan Masalah ...........................................................................................................
I.3. Tujuan ..............................................................................................................................
BAB II Landasan Teori .........................................................................................................
BAB III Pembahasan.............................................................................................................
III.1. Pengertian Agama ..................................................................................................................
III.2. Pengertian Kesehatan .............................................................................................................
III.3. Hubungan antara Agama dan Kesehatan...............................................................................
BAB IV Ulasan Materi ........................................................................................................
IV.1. Pola yang berhubungan antara Agama dan Kesehatan ..................................................
IV.2.Aspek aspek yang berhubungan antara Agama dan Kesehatan ..................................
IV.3. Pengaruh Agama dalam Kesehatan ...............................................................................
IV.4. Fungsi Agama bagi Kesehatan......................................................................................
BAB V Penutup...................................................................................................................
V.1. Kesimpulan ..................................................................................................................
V.2. Saran.............................................................................................................................

Daftar Pustaka.....................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Agama adalah suatu ajaran dimana setiap pemeluknya dianjurkan untuk
selalu berbuat baik. Untuk itu semua penganut agama yang mempercayai ajaran
dan melaksanakan ajarannya mereka akan senantiasa melaksanakan segala hal
yang ada dalam ajaran tersebut. Manusia tidak bisa dilepaskan dengan agama,
ketika manusia jauh dari agama maka akan ada kekosongan dalam jiwanya.
Walaupun mungkin kebutuhan materialnya mereka terpenuhi. Akan tetapi
kebutuhan batin mereka tidak, sehingga mereka akan mudah terkena penyakit
hati.
Penyakit hati yang melanda manusia yang tidak beragama akan senantiasa
menghantui mereka sehingga mereka akan mudah putus asa. Oleh karena itu
orang yang tidak beragama ketika mendapatkan persolan hidup mereka akan
mudah putus asa dan akhirnya mereka akan melakukan penyimpangan atau
tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma atau ajaran agama.
Banyak penyakit karena emosi-emosi buruk itu, yang tidak mungkin dapat
disembuhkan oleh obat. Penyakit-penyakit sejenis ini dinamakan penyakit
psikosomatik. Krisis akhlak pun mempunyai sebab-sebab dalam emosi tercela
yang sedang merajalela. Karena emosi itu merupakan kenyataan yang dapat
disaksikan pada tubuh manusia dan dapat dibagi dalam emosi yang negatif dan
positif, sedangkan yang positif dapat melenyapkan atau menetralkan yang negatif
dan menjadi peserta dalam insting religius, lantas akan menjadi bukti nyata bahwa
religi itu anasir yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jadi, religi bukan
obat bius atau racun. Bahkan, sebaliknya religi menjadi obat mujarab bagi
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gangguan emosi negatif.

Pintu gerbang ke neraka ada tiga buah, yang merusak jiwa, yakni keinginan
(syahwat), marah, dan serakah. Dalam ilmu kedokteran baru yang dinamai
psikosomatik, yang sedang marak dipelajari di Eropa dan Amerika oleh Dr J.L.C.
Wortman, dikatakan bahwa ilmu psikosomatik, ilmu kedokteran, agama, dan
filsafat berjabatan tangan. Hal itu benar-benar akan menjadi pembuka jalan ke
arah dunia baru, yang sejak lama kita nanti-nantikan dan yang akan menjamin
kehidupan bahagia bagi seluruh umat manusia, lahir dan batin.
Ilmu kedokteran psikosomatik -oleh ilmuwan Belanda Prof V. Rijnberk- dinamai
juga ilmu kedokteran kesusilaan. Alasannya, bila seseorang sakit, seluruh jasmani
dan rohaninya sakit. Bukan sebagian atau hanya jasmaninya yang sakit. Pendapat
baru ini mungkin dapat digunakan sebagai pembuka jalan ke arah dunia
kedokteran baru.
Ilmu kedokteran menjadi pembuka tabir rahasia seperti yang terbukti dalam
kehidupan manusia. Alexis Carel, Freud, Jung, dan Robert, misalnya, adalah
nama-nama ahli ilmu kedokteran yang memecahkan masalah-masalah yang tidak
mungkin dapat diperoleh oleh ahli-ahli di lapangan ilmu pengetahuan lain.
Dengan pendapat baru itu, ilmu kedokteranlah yang pertama mengerti bahwa di
antara ilmu kedokteran, filsafat, dan agama, ada tali hubungan. Dengan tali-tali
hubungan itu, kita dapat mengerti kesatuan berupa makhluk hidup yang dinamai
manusia sebagai keseluruhan, bukan sebagai reduksi.
Terutama agama, yang sejak masa kesombongan ilmu pengetahuan, menjelma
sebagai positivisme akibat diperolehnya hasil-hasil yang menyilaukan, mula-mula
diejek, kemudian diingkari, tapi sekarang diakui oleh ilmu psikosomatik sebagai
anasir yang sangat penting di dalam kehidupan tiap-tiap orang yang ingin
memperoleh kebahagiaan.
Pada zaman dahulu penyakit yang diderita oleh manusia sering dihubungkan
dengan gejala-gejala spiritual. Ketika ada salah seorang dari mereka ada yang
sakit, maka dengan spontanitas mereka akan mengkaitkan penyakit tersebut
karena adanya gangguan dari makhluk halus. Oleh karena itu pada zaman dahulu
ketika ada orang yang menderita penyakit selalu berkaitan dengan para dukun
yang dipercaya mampu untuk berkomunikasi dengan makhluk tersebut sehingga

diharapkan sang dukun dapat mengobati penyakitnya atau menahan


gangguannya.
Ketika pemikiran manusia mengalami perkembangan, maka hal yang demikian
tidak berlaku lagi di tengah-tengah masyarakat kita yang sudah mengenal
modernisasi. Segala macam bentuk penyakit yang di derita oleh manusia akan
selalu mereka hubungkan dengan keadaan sang penderita dan untuk mengobati
penyakit tersebut mereka akan selalu pergi kepada seorang dokter yang sesuai
dengan bidangnya masing-masing. Kepercayaan ini memang sebagian besar dapat
dibuktikan oleh keberhasilan pengobatan dengan menggunakan peralatan dan
pengobatan hasil temuan di bidang kedokteran modern.
I.2. Rumusan Masalah
Identifikasi perumusan masalah ini didasari materi yang dipelajari yaitu
hubungan antara Religi dan Ilmu Kesehatan terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.

Jelaskan hubungan antara Religi dan ilmu kesehatan!


Bagaimana perkembangan mengenai ilmu kesehatan?
Apa aspek yang berhubungan dengan Religi dan ilmu kesehatan?
Jelaskan pola hubungan dari Religi dan Kesehatan!
Bagaimana pandangan dari segi agama tentang ilmu kesehatan yang semakin

modern?
6. Apa fungsi agama untuk kesehatan itu sendiri?
I.3. Tujuan
Pembuatan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi


Untuk mengetahui hubungan antara Religi dan Kesehatan.
Untuk mengetahui perkembangan mengenai ilmu kesehatan.
Mengetahui aspek aspek yang terdapat pada religi dan kesehatan
5. Mampu mengidentifikasi pola yang terkandung pada religi dan kesehatan
6. Untuk mengetahui segi pandangan dari ajaran agama tentang perkembangan ilmu
7.

kesehatan.
Untuk mengetahui ungsi dari agama bagi kesehatan.

BAB II
LANDASAN TEORI
Teori sebab akibat secara umum adalah bahwa setiap akibat ada
penyebabnya. Terdapat banyak kesamaan dan sedikit pertentangan tentang toeri
sebab akibat. Manifestasi teori sebab akibat pada bidang agama dan kesehatan
menunjukkan realitas akan komprehansif dan keterkaitan antara bidang agama
dan kesehatan.
Agama dan kesehatan memiliki asosiasi yang timbal balik. Mengacu pada
teori sebab akibat bahwa setiap akibat ada penyebabnya, maka setiap penyakit ada
penyebab dan juga ada obatnya sehingga diperlukan kesadaran untuk menjaga dan
meningkatkan kesehatan. Artikel ini mendeskripsikan tentang teori sebab akibat
dan aplikasinya dalam bidang agama dan kesehatan. Aspek-aspek yang diuraikan
dalam tulisan ini mencakup pandangan filsafat teori sebab akibat dari beberapa
filosof, teori sebab akibat (kausalitas) secara umum, definisi dan prinsip-prinsip
teori sebab akibat serta aplikasinya pada bidang agama dan kesehatan.
Teori sebab akibat secara umum adalah bahwa setiap akibat ada
penyebabnya. Terdapat banyak kesamaan dan sedikit pertentangan tentang toeri
sebab akibat. Manifestasi teori sebab akibat pada bidang agama dan kesehatan
menunjukkan realitas akan komprehansif dan keterkaitan antara bidang agama
dan kesehatan.
Agama dan kesehatan memiliki asosiasi yang timbal balik. Mengacu pada
teori sebab akibat bahwa setiap akibat ada penyebabnya, maka setiap penyakit ada
penyebab dan juga ada obatnya sehingga diperlukan kesadaran untuk menjaga dan
meningkatkan kesehatan.

BAB III
PEMBAHASAN

III.1. Pengertian Agama


Agama merupakan salah satu struktur institusional penting yang
melengkapi keseluruhan sistem sosial, bahkan kemasalah tentang kesehatan.
Agama adalah seperangkat aturan dan peraturan yang menata hubungan manusia
dengan Tuhannya,manusia dengan manusia lain dan manusia dengan
lingkungannya. Aturan aturan tersebut penuh dengan muatan sistem nilai,
karena pada dasarnya aturan aturan bersumber pada etos dan pandangan hidup.
Dengan demikian, sistem religi yang mendapat pengakuan resmi dari suatu
Negara disebut Agama.
Koentjaraningrat (1974: 137 138) mengemukakan pendapatnya dan
membagi sistem religi dalam komponen komponen sebagai berikut:
1. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menjadi religius
2. Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan bayangan
manusia tentang sifat sifat Tuhan serta tentang wujud dari alam ghaib
(supranatural)
3. Sistem upacara yang bertujuan mencari hubungan hubungan dengan Tuhan.
Dewa dewi atau makhluk makhluk yang mendiami alam ghaib.
4. Kelompok kelompok religius atau kesatuan kesatuan sosial yang menganut
sistem kepercayaan tersebut dan yang melakukan sistem upacara religius
tersebut.
Keempat komponen tersebut terjalin erat satu sama lain menjadi satu
sistem yang terintegrasi secara bulat. Adapun komponen utama yakni emosi

keagamaan dikatakan bahwa hal itu terjadi karena adanya getaran dari Tuhan. Dan
religi merupakan suatu sistem bagian dari kebudayaan.
Agama adalah suatu ajaran dimana setiap pemeluknya dianjurkan untuk selalu
berbuat baik. Untuk itu semua penganut agama yang mempercayai ajaran dan
melaksanakan ajarannya mereka akan senantiasa melaksanakan segala hal yang
ada dalam ajaran tersebut. Manusia tidak bisa dilepaskan dengan agama, ketika
manusia jauh dari agama maka akan ada kekosongan dalam jiwanya. Walaupun
mungkin kebutuhan materialnya mereka terpenuhi. Akan tetapi kebutuhan batin
mereka tidak, sehingga mereka akan mudah terkena penyakit hati.
Penyakit hati yang melanda manusia yang tidak beragama akan senantiasa
menghantui mereka sehingga mereka akan mudah putus asa. Oleh karena itu
orang yang tidak beragama ketika mendapatkan persolan hidup mereka akan
mudah putus asa dan akhirnya mereka akan melakukan penyimpangan atau
tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma atau ajaran agama.
Banyak penyakit karena emosi-emosi buruk itu, yang tidak mungkin dapat
disembuhkan oleh obat. Penyakit-penyakit sejenis ini dinamakan penyakit
psikosomatik. Krisis akhlak pun mempunyai sebab-sebab dalam emosi tercela
yang sedang merajalela. Karena emosi itu merupakan kenyataan yang dapat
disaksikan pada tubuh manusia dan dapat dibagi dalam emosi yang negatif dan
positif, sedangkan yang positif dapat melenyapkan atau menetralkan yang negatif
dan menjadi peserta dalam insting religius, lantas akan menjadi bukti nyata bahwa
religi itu anasir yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jadi, religi bukan
obat bius atau racun. Bahkan, sebaliknya religi menjadi obat mujarab bagi
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gangguan emosi negatif.
III.2. Pengertian Kesehatan
Menurut wikipedia, Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Namun, secara umum pengertian kesehatan yaitu suatu kondisi atau
keadaan secara umum seseorang dari segi semua aspek. Dalam pengertian
kesehatan ini dimaksudkan yaitu tingkat keefisienan dari fungsional dengan atau
tanpa metabolisme dari suatu organisme dan juga termasuk manusia.

Pengertian kesehatan juga diungkapkan ketika WHO atau yang kita kenal
sebagai Organisasi Kesehatan Dunia di dirikan yaitu pada tahun 1948. Yang mana
pengertian kesehatan merupakan sesuatu yang tidak hanya dimaksudkan sebagai
suatu kelemahan atau ketiadaan suatu penyakit melainkan juga merupakan
keadaan mental dan fisik serta juga kesejahteraan sosial.
Pemfokusan pada definisi kesehatan dan evolusi selama enam dekade
pertama hanya pada segelintir publikasi saja. Sebagian dari mereka memfokuskan
pada kekurangan nilai operasional serta juga permasalahan yang timbul pada
pemakaian kata lengkap tersebut.
Kemudian yang lainnya mengungkapkan tentang definisi kesehatan yang
masih belum diubah dari semenjak tahun 1948 yaitu kalimat hanya yang buruk.
Pengertian kesehatan kemudian diungkapkan lagi oleh Organisasi
Kesehatan Dunia atau WHO pada Piagam Ottawa yang didedikasikan untuk
promosi kesehatan pada tahun 1986. Pada saat itu, Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) tersebut menyatakan bahwa kesehatan bukan tujuan dari hidup melainkan
sumber daya untuk hidup sehari-hari. Selain itu, kesehatan dikatakan juga sebagai
suatu konsep yang positif dan terfokus pada kemampuan fisik dan juga
sumberdaya sosial.
Kemudian pengertian kesehatan juga merupakan suatu keadaan atau
kondisi dari jiwa dan raga serta juga sosial yang dapat menjadikan seseorang
dengan kehidupannya yang produktif baik dari segi ekonomi maupun dari segi
kehidupan sosialnya.
III.3. Hubungan antara Religi dan Kesehatan
Pergeseran zaman dan kemajuan tekhnologi tidak dapat terelakkan lagi,
saat ini penyakit sudah dapat dilihat dan diobati dengan obat-obatan yang bagus
dengan menggunakan metode pengolahan canggih, perkembangan ilmu
pengetahuan dapat lebih menspesifikkan penyakit-penyakit tersebut. Ada penyakit
yang bersumber dari virus, bakteri atau baksil-baksil sehingga untuk
mengobatinya membutuhkan obat-obatan medis, tetapi ada juga penyakit yang

bersumber dari jiwa atau hati suatu individu, jadi secara fisik individu tersebut
tidak terkena virus, bakteri atau baksil-baksil, namun pada kenyataannya individu
sakit.
Dengan demikian, berkembanglah ilmu kesehatan yang dapat mengurangi
atau malah dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Salah satunya dengan
operasi, menurut sebagian orang operasi itu bisa mengurangi atau menyembuhkan
penyakit. Pada zaman dahulu, pengobatan modern seperti yang kita saksikan saat
ini belum sempurna, peralatannya pun masih sederhana, misalnya dengan
tanaman tanaman yang di sekitar kita (herbal), kita juga menggunakan alat yang
sederhana pula, seperti untuk menutup luka hanya menggunakan kain seadanya.
Namun, kita juga belum bisa menghubungkan mana yang berdasarkan
ajaran agama atau tidak. Semisal, pengobatan dengan cara bekam, bekam
merupakan pengobatan yang dibawa Rasulullah SAW, berarti ini dapat kita
amalkan kepada orang lain. Disamping itu, bekam juga dapat meringankan
penyakit penyakit tertentu, seperti halnya pada orang yang mengalami pegal
pegal pada bunggung,tengkung dan bagian tubuh yang lain dengan cara
mengeluarkan darah kotor yang dapat menyumbat sirkulasi darah pada jaringan
tertentu.
Ada pula pengobatan yang haram bagi ajaran agama, terutama agama
Islam, seperti terapi urine yang sudah terbukti mengurangi resiko diabetes
mellitus dengan cara meminum air kencing yang pertama kali keluar saat pagi
hari. Dari pandangan agama, itu sangat diharamkan, karena seperti halnya minum
alkohol ataupun makan bangkai, air kencing merupakan zat sisa dari metabolism
tubuh yang mengandung racun (toksik) , dan apabila terlalu sering dikonsumsi
maka akan terjadi kerusakan pada hati dan organ lainnya.

BAB IV
ULASAN MATERI

IV.1. Pola Pola yang Berhubungan antara Religi dan Kesehatan


Secara teoritis ada empat kemungkinan pola hubungan antara agama dan
kesehatan, yaitu:
1. Saling berlawanan
Pola hubungan ini adalah tidak mendukungnya antara segi ilmu kesehatan
dengan pandangan ajaran agama. Agama dan kesehatan potensial muncul sebagai
dua bidang kehidupan yang saling berlawanan atau setidaknya tema kesehatan
tersebut masih menjadi wacana prokontra.
Dalam batasan tertentu, hal ini menunjukkan bahwa apa yang dianjurkan
dalam bidang kesehatan tidak selaras dengan apa yang dianjurkan dalam agama.
Misalnya mengenai terapi dengan urine, pengobatan dengan hal yang
memabukkan atau transplantasi organ.
Dalam konteks ini, ajaran agama Islam melarang penggunaan najis untuk
obat.memang pada segi medis terbuktinya perusahaan farmasi dan kosmetik yang
terdapat di Amerika selalu memburu penelitian ilmiah tentang khasiat urine untuk

dijadikan bahan baku produk urine. Layaknya, Dr. Dr. Iwan T Budiarso
menjelaskan 95% kandungan urine terdiri air. Sementara 2/5% lainnya
mengandung mineral vitamin, asam amino, antibodi, antigen, garam, hormon dan
enzim. Zat-zat ini sangat dibutuhkan tubuh manusia. Urine hanya mengandung
zat-zat makanan dan hasil metabolisme tubuh. Sementara bahan-bahan yang
meracuni tubuh, disaring dan dikeluarkan melalui hati dan pernafasan. Karena itu,
kandungannnya steril.
Tawaran pengobatan urine begitu menggiurkan, terutama bagi masyarakat
kelas menengah ke bawah, yang tidak bisa mengeluarkan terlalu banyak biaya ke
dokter, karena persoalan ekonomi yang menghimpit. Ternyata air seni yang
dianggap menjijikkan, berbau pesing, dan kotor ini, malah membuat tubuh sehat,
segar bugar dan sembuh dari sakit. Terapi urine digunakan untuk menyembuhkan
hampir setiap yang didera si pasien seperti ginjal, kanker, diabetes, jantung,
psoasiasis, eksim, sampai penyakit terganas saat ini, AIDS. Jika parah, terutama
bagi penderita penyakit kanker, jantung dan AIDS, minimal 5 gelas (1000 cc)
sehari. Atau, kalau si pasien menginginkan kesegaran tubuh dan kecantikan kulit
cukup dengan 1-2 gelas perhari. Caranya cukup yang diminum harus urinenya
sendiri.
Akan tetapi, berbeda pula jika dipandang pada sudut Hukum Islam. Di dalam
ajaran Islam masih kita kenal dengan membedakan, mana yang najis, mana yang
tidak najis. Mana yang berhak di makan atau di minum. Mana yang haram dan
mana yang halal. Oleh karena itu, makna dari kemashlahatan dan kemafsadatan
kerap saling tarik menarik (legitimasi) demi menemukan titik kejelasan (benang
merah) yang tertuang (terlampir) di dalam ajaran Islam (syri); al-Quran, alHadits, dan Fiqh. Pada kaidah rukhsah (dispensasi) yang memberikan
kelonggaran dan keringanan bagi orang yang sakit gawat dengan ketentuan.
sebagaimana dikemukakan Dr. Yusuf Al-Qardlawi yaitu sebagai berikut:
pertama, benar benar dalam kondisi gawat darurat bila seorang penderita
penyakit tidak mengkonsumsi barang yang haram, seperti air kencing (air seni)
ini.

Kedua, tidak ada obat alternatif yang halal sebagai pengganti barang haram ini.
Ketiga, menurut resep dokter muslim yang berkompeten dan memiliki moral dan
agama.
Keempat, terbukti secara medis dan analisis ilmiah di samping pengalaman
empiris yang membuktikan bahwa sesuatu yang haram tersebut dapat
menyembuhkan atau bahkan dapat membahayakan.

Bukan yang kotor dan membawa penyakit. Di dalam al-Quran disebutkan:


Baik dan buruk itu ditentukan oleh syri, karena dialah yang mengetahui segala
sesuatunya. Dia punya hak otoritas untuk menentukan halal dan haram. Bukan
akal tabiat manusia.
Seperti haramnya riba. Syara dan akal sama-sama berperan dalam menetukan
baik dan buruk. Yang menjadi standar adalah pengakuan dari syara dan sesuai
dengan tabiat manusia. Apa yang tersurat baik oleh syara, mesti di dukung
penuh akal sehat bahwa itu betul-betul baik. Sebab, tidak semua kehendak
perasaan itu sesuai dengan keinginan syara. Perasaan berfungsi untuk mengetahui
apa yang sebetulnya diingini syara. Menyangkut Hukum Terapi obat urine,
Rasulullah menegur dengan hadits tentang ketidakbolehan mengkonsumsi
konsumsi urine, dikarenakan terdapat barang najis.
Berdasarkan hadits Nabi: Bersihkanlah (tubuh) kalian dari kencing. Karena
siksaan kubur pada umumnya gara-gara air seni. Di dalam al-Quran, Allah
berfirman: sesungguhnya Allah tidak akan menjadikan obat (buat) kamu sekalian
barang barang yang diharamkan (termasuk najis) bagi kalian.

Lain halnya, kebolehkan memakai terapi urine, manakala terserang penyakit


ganas; kanker ganas, jantung dan AIDS yang sampai detik ini belum ditemukan
obatnya wajib minum air seni demi kelangsungan hidup manusia. Terutama,
ketika lagi tidak ada uang, serta sulit mencari dana untuk berobat.

Dicontoh yang lain, seperti transplantasi organ tubuh manusia. Transplantasi


adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat
ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan
dan kondisi tertentu. Pada segi medis, transplantasi organ diperbolehkan, Menurut
Zamzam Saleh (dalam artikel Syariah Project, 2009) juga menjelaskan bahwa
tujuan dari transplantasi adalah sebagai pengobatan dari penyakit karenan islam
sendiri memerintahkan manusia agar setiap penyakit diobati, karena membiarkan
penyakit bersarang dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian, sedangkan
membiarkan diri terjerumus dalam kematian (tanpa ikhtiyar) adalah perbuatan
terlarang.
Namun disisi lain, transplantasi organ pada orang yang masih hidup itu tidak
boleh (haram). Meskipun pendonoran tersebut untuk keperluan medis
(pengobatan) bahkan sekalipun telah sampai kondisi darurat. Firman Allah SWT
dan janganlah kamu jatuhkan dirimu dalam kebinasaan dan berbuat baiklah
sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang berbuat baik(Q.S.AlBaqarah:2:195).
Dimaksudkan adalah bahwa Allah SWT melarang manusia untuk membunuh
dirinya atau melakukan perbuatan yang membawa kepada kehancuran dan
kebinasaan. Sedangkan orang yang mendonorkan salah satu organ tubuhnya
secara tidak langsung telah melakukan perbuatan yang membawa pada
kehancuran. Padahal manusia disuruh berbuat demikian, manusia hanya disuruh
menjaganya.

2. Saling mendukung
Agama dan ilmu pengetahuan kesehatan memiliki potensi saling
mendukung.seperti halnya tradisi puasa dan khitan (sirkumsisi).
Tradisi puasa atau diet merupakan salah satu terapi yang telah diakui oleh
kalangan medis dalam meningkatkan kesehatan. Itu ajaran agama sejatinya

memiliki potensi untuk memberikan dukungan terhadap kesehatan. Berikut


manfaat dari berpuasa:
1. Dengan berpuasa, tubuh dan sistem pencernaan mendapatkan waktu untuk
beristirahat. Dengan begitu, organ pencernaan seperti kerongkongan,
lambung serta usus bisa bekerja lebih baik dan maksimal ketika bekerja
mengolah makanan kembali pada saat sahur atau berbuka.
2. Puasa membantu meredakan rasa nyeri pada persendian. Sebuah penelitian
menunjukkan, adanya hubungan antara membaiknya radang sendi dan
peningkatan kemampuan sel netrofil dalam membasmi bakteri. Netrofil,
atau sel penetral merupakan unsur yang mampu menetralkan racun
maupun bakteri penyebab radang sendi.
3. Puasa membantu menghilangkan racun-racun yang berbahaya dalam
tubuh. Oleh karena itu, puasa sering dijadikan sebagai metode untuk
detoksifikasi tubuh secara alami. Hal ini karena, kondisi lambung yang
kosong saat puasa akan bekerja lebih optimal saat berbuka. Ketika
lambung kosong, penyerapan nutrisi akan berjalan lebih efektif sehingga
mengurangi risiko penimbunan sisa makanan atau nutrisi yang tidak
berhasil terserap sempurna oleh tubuh. Sehingga tubuh pun tidak lagi
menyimpan tumpukan sisa makanan yang bisa membusuk.
4. Puasa bisa mengatasi tekanan darah tinggi tanpa pengobatan medis. Selain
itu juga menurunkan kadar gula dalam darah dan kolesterol. Saat
berpuasa, otomatis kita akan lebih sedikit mengonsumsi makanan terutama
yang mengandung lemak, gula dan kolesterol tinggi. Hal ini yang
kemudian berdampak pada penurunan kolesterol dan gula darah. Jika
disertai dengan diet makanan sehat saat sahur dan buka puasa, manfaatnya
akan didapatkan dengan lebih optimal.
5. Pengurangan konsumsi air selama puasa, bisa membantu mengatasi
akumulasi cairan yang berlebihan pada tubuh. Proses pengeringan ini

akan mengatasi pembengkakan pada perut, kaki dan lutut yang sering
dialami saat seseorang mengalami menstruasi.
6. Meskipun tidak terlalu signifikan, puasa juga bermanfaat bagi Anda yang
ingin menurunkan berat badan berlebih. Dengan berpuasa, otomatis kita
akan menahan keinginan untuk ngemil dan frekuensi makan juga
berkurang. Tapi ingat, proses penurunan berat badan saat berpuasa sulit
terjadi jika saat berbuka, Anda lebih banyak mengonsumsi makanan tinggi
gula dan kalori dibandingkan sayuran dan buah.
Khitan merupakan proses dipotongnya kulit kulup (foreskin) yang
menutupi kepala penis (glands). Khitan dilakukan biasanya karena alasan medis
dan agama. Pada artikel ini akan dibahas manfaat dari berkhitan dilihat dari aspek
medis dan agama.
Manfaat khitan secara medis antara lain adalah sbb :
1. Mudah dalam menjaga kebersihan penis, terutama bagian kepala penis (glands)
dimana jika tidak dikhitan maka kotoran dan bau yang tidak sedap bersarang di
tempat itu.
2. Mengurangi resiko infeksi saluran kencing, karena dengan terbukanya kepala
penis maka air kencing (urine) tidak terhalang untuk keluar.
3. Dapat mencegah inflamasi/bengkak di kepala penis dan kulit kulup
4. Dapat mencegah timbulnya bekas luka pada kulit kepala penis, yang mungkin
disebabkan oleh phimosis (ketidakmampuan untuk menarik masuk kulup) dan
paraphimosis
(kemampuan untuk menarik kulit kulup hingga kepala penis terlihat, tetapi tidak
dapat kembali lagi ke bentuk semula).
5. Dapat mengurangi resiko terkenanya infeksi yang ditularkan dari kegiatan
seksual,seperti syphilis
6. Khitan dapat mengurangi resiko terkena human immunodeficiency virus (HIV)
7. Dapat mengurangi resiko terkena kanker penile
8. Khitan dapat mengurangi resiko terkena kanker cervix (leher rahim) pada
pasangan anda.

Manfaat khitan dari aspek agama:


Khitan itu sendiri berasal dari bahasa Arab dari kata kerja khatana alghulama wa al-jariyata, yakhtinuhuma, khitnan. bentuk kata benda adalah
khitan dan khitanah, yang artinya memotong dari kulit kemaluan, baik laki-laki
atau perempuan. Manfaat khitan ditinjau dari aspek agama sudah jelas, yaitu
bahwa dengan melaksanakan khitan berarti menjalankan perintah dalam agama
khususnya agama islam yang mewajibkan khitan bagi laki-laki yang telah dewasa
(akhil baliqh) dan suatu anjuran, keutamaan dan kemuliaan bagi perempuan.
Pada laki-laki jika kulupnya tidak dikhitan, maka air kencing yang bersifat
najis tersebut akan menempel di kulit penis, sehingga orang tersebut sama dengan
membawa najis pada badannya jika melaksanakan sholat, sebagai ibdah yang
wajib dan utama, maka sholatnya menjadi tidak sah karena salah satu syarat
sahnya sholat adalah suci dari najis.
3. Saling melengkapi
yaitu adanya peran dari agama untuk mengoreksi praktik kesehatan/ ilmu
kesehatan yg mengoreksi praktik(kesehatan) keagamaan.
Islam memberikan ajaran bahwa buka puasa akan lebih baik dengan cara
memakan makanan yang manis manis. Perintah ini dianggap oleh para
penganutnya sebagai sesuatu hal yang dianjurkan, namun sesungguhnya secara
kesehatan buka puasa dengan yang manis-manis bukan dimaksudkan sebagai
sesuatu hal yang menyehatkan, namun lebih ditujukan untuk memulihkan kondisi
tubuh sehingga tidak kaget ketika akan menerima asupan yang lebih banyak lagi.
Saat berbuka puasa, diperlukan makanan yang menghasilkan energi dan zat
besi agar tubuh kita tidak drop, seperti meminum dan makan yang mengandung
manis, sebagai netralisir air mineral sebagai pengembali ion tubuh yang hilang
setelah seharian berpuasa.
pada posting kali ini! berikut adalah makanan yang harus di konsumsi saat
berbuka puasa. Misalnya adalah buah kurma selain rasanya yang manis serta
teksturnya yang lembut ternyata juga sangat kaya dengan unsur kalsium dan zat
besi. Kadar zat besi dan kalsium yang dikandung buah kurma menggantikan

tenaga yang berkurang banyak saat berpuasa. juga Buah kurma kaya dengan zat
garam mineral seperti kalsium dan potasium yang dapat menetralisasi zat asam
yang ada pada perut. Dan buah kurma mengandung Vitamin A yang dapat
memlihara kelembaban mata dan menguatkan penglihatan.
Selain itu buah kurma juga dapat menguatkan sel sel usus dan dapat
membantu melancarkan saluran pencernaan karena mengandung serabut serabut
yang bertugas mengontrol laju gerak usus. Makanan yang cocok untuk memulai
berbuka puasa, Seperti nabi Muhammad S.A.W yang mengawali berbuka puasa
dengan memakan 3 Kurma dan meminum air mineral.
4. Saling terpisah dan bergerak dalam kewenangannya masing masing.
Dalam konteks ini, ilmu kesehatan dan agama berjalan dalam jalannya sendiri
sediri. Tanpa berhubungan satu dengan yang lain.
VI.2. Aspek Aspek yang berhubungan antara Kesehatan dan Agama
Ada 2 aspek yang berhubungan dan saling timbale balik antara kesehatan
dan agama . sebagai berikut:
1. Aspek Agama dalam Kesehatan
Di dalam proses pelaksanaan pelayanan kesehatan, tenaga medis tidak boleh
melakukan diskriminasi terhadap pasien terutama dalam hal keagamaan. Setiap
pasien memiliki pandangan sendiri yang tergantung ajaran agama yang dianut.
Sebagai tenaga kerja perlu memperhatikan hal tersebut, untuk menjaga
kepercayaaan pasien terhadap tim kesehatan. terlebih kepentingan pasien harus
lebih di utamakan.
Contoh dalam sejarah praktik kesehatan, ada seorang dokter digugat oleh
seorang pasien yang telah ditolongnya dari ancaman kematian. Penyebab awal
dari kejadian ini bermula dari sikap dokter yang memberikan transfusi darah
kepada pasien yang penganut ajaran yahudi konserfatif. Merujuk pada kasus
diatas, ada 2 catatan penting yang perlu dipahami oleh para tenaga kesehatan :

a. Penerapan teori kebutuhan dalam pertolongan kesehatan, yaitu tindakan terbaik


untuk kepentingan pasien bukan berdasarkan pandangan dokter, melainkan
berdasarkan kepentingan atau pandangan klien.
b. Setiap tenaga kesehatan (khususnya dokter) memiliki kewajiban untuk menghargai
hak pasien untuk memegang teguh ajaran agama.

2. Aspek Kesehatan dalam Agama


Didalam kesehatan, agama memiliki pengaruh yang sangat penting terutama
bagi kesembuhan seorang pasien. Bukan hanya untuk pasien, tetapi untuk semua
tenaga kesehatan, Agama sangat berpengaruh untuk kelancaran kerjanya. Ada 2
hal yg perlu diperhatikan untuk tenaga kesehatan, sebagai berikut:
a.

Ajaran agama secara normatif


Agama memberikan ajaran atau panduan tentang pentingnya menjaga
kesehatan. Dalam pandangan agama, kesehatan merupakan kemaslahatan duniawi
yang harus dijaga selagi tidak bertentangan dengan kemaslahatan ukhrawi atau
kemaslahatan yang lebih besar. Kesehatan, kedokteran dan semacamnya sudah
menyangkut kepentingan umum yang dalam pandangan Islam merupakan
kewajiban kolektif (fardu kifayah) bagi kaum Muslimin.
Sebagai gejala jasmani murni, sehat dan sakit, boleh dibilang tidak secara
langsung berkaitan dengan agama. Dalam pandangan agama, sehat belum tentu
lebih baik daripada sakit, begitu pula sebaliknya. Sehat dan sakit merupakan dua
kondisi yang sama-sama memiliki potensi untuk mendapat label baik atau buruk.
Jika manusia bisa mendapat pahala atau dosa dari kondisi sehatnya, maka ia juga
bisa mendapatkan pahala atau dosa dari kondisi sakitnya. Di situlah sebetulnya
fokus pandangan agama mengenai sehat dan sakit. Selebihnya dari itu, merupakan
pengembangan dari prinsip-prinsip moral seperti telah disebutkan di atas.
Pada dasarnya, agama sangat menganjurkan kesehatan, sebab apa yang bisa
dilakukan oleh seseorang dalam keadaan sehat lebih banyak daripada yang apa
yang bisa dilakukannya dalam keadaan sakit. Manusia bisa beribadah, berjihad,
berdakwah dan membangun peradaban dengan baik, jika faktor fisik berada dalam

kondisi yang kondusif. Jadi, kesehatan fisik, secara tidak langsung, merupakan
faktor yang cukup menentukan bagi tegaknya kebenaran dan terwujudnya
kebaikan.
Namun demikian, posisi kesehatan tetap sebagai sarana, bukan tujuan. Tujuan
agama adalah tegaknya kebenaran dan terwujudnya kebaikan itu sendiri. Maka,
oleh karena itu, dalam sabda-sabda Rasulullah dapat dengan mudah kita temukan
janji-janji manis untuk orang-orang yang sakit: bahwa penyakit merupakan
penghapus dosa dan mesin pahala yang besar.
b. Ada perilaku keagamaan yg riil atau tampak dan dilakukan oleh masyarakat
Dari sisi perilaku nyata ada penganut agama yg tidak memerhatikan aspek
kesehatan. Contoh yang paling dekat dengan kita pengaturan pola makan,
larangan makanan yang haram, seperti halnya darah, urine (air kencing), bangkai
binatang darat. Pelarangan makanan yang berlebihan, karena dapat menyebabkan
obesietas dan penyakit yang lain seperti diabetes melitus dan gagal jantung, serta
anjuran minum madu , karena madu manfaat madu untuk kesehatan begitu banyak
sekali. Salah satunya yakni bisa menambah stamina tubuh kita. Untuk mengobati
luka, memperkuat sel darah putih, menstabilkan tekanan darah, mencegah
osteoporosis, menjaga kesehatan mata, mengobati anemia dan masih banyak lagi.
Contoh lain aspek kesehatan dalam tata aturan makan menurut ajaran agama.
Lagu spiritual monophonic misalnya tahlil atau zikir mengandung hikmah
sebagai terapi musik. Ini terbukti, Ayat Al-Quran yang merupakan wahyu kepada
kita umat manusia, jelas diterangkan Allah SWT sebagai obat bagi kita juga dan
bila digunakan untuk therapi penyakit stroke, maka penderita akan mengalami
penurunan depresi, ketenangan jiwa dan semangat ibadah serta hidup yang lebih
baik dan besar dari pada penderita yang tidak di therapi ayat SuciAl-Qur-an.
Setelah beberpa bulan setelah serangan stroke, memori verbal meningkat
sebanyak 60 persen bagi pendengar lantunanayat suci Al - Qur'an. Hal ini senanda
dengan yang telah dilakukan oleh Teppo Sarkamo, penyusun utama kajian itu dan
seorang pakar syaraf dari Universitas Helsinki.
IV.3. Pengaruh Agama terhadap Kesehatan

Psikologi agama secara khusus mengkaji tentang proses kejiwaan


seseorang terhadap tingkah laku dalam kehidupannya sehari-hari. Untuk itu dalam
psikologi agama dikenal adanya istilah kesadaran agama (religious consciousness)
dan pengalaman agama (religious experience). Menurut Zakiah Darajat kesadaran
agama itu adalah bagian atau hadir (terasa) dalam pikiran dan dapat diuji melalui
introspeksi atau disebut juga dengan aspek mental dan aktivitas agama.
Sedangkan yang dimaksud pengalaman agama adalah unsur perasaan dan
kesadaran agama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang
dihasilkan oleh tindakannya.
Dalam dua dekade terakhir, penelitian tentang efek agama mengalami
berkembangan pesat. Secara gamblang, banyak penelitian dalam bidang psikologi,
psikiatri, medis, kesehatan masyarakat, sosiologi dan epidemiologi yang
membuktikan efek positif dari keterlibatan agama dalam kesehatan fisik dan
mental manusia. Penelitian tersebut juga menunjukkan pentingnya aspek
keagamaan dalam kehidupan manusia. Penelitian itu menggunakan beberapa
unsur psikologis yang terkait dengan agama, yaitu: kepercayaan akan adanya
Tuhan yang mempengaruhi kehidupan; tingkat kualitas dalam melakukan aktivitas
agama (contoh: frekuensi berdoa, penghayatan dalam berdoa); dan tingkat
komitmen dalam beragama.
Beberapa penelitian telah dilakukan di Amerika Serikat, Denmark,
Finlandia, dan Taiwan yang bertujuan untuk melihat hubungan antara agama serta
kesehatan mental dan fisik manusia. Dari penelitian tersebut, diperoleh hasil
bahwa 25-30% individu yang aktif dalam menjalankan kegiatan agama memiliki
usia lebih panjang dibandingkan dengan yang tidak. Tingkat keaktifan beragama
diukur dengan berbagai cara, antara lain dengan mengukur tingkat kepercayaan
pada agama, maupun frekuensi kunjungan dan keikutsertaan dalam kegiatan
ibadah (salat, berdoa, dan atau membaca kitab suci). Selain itu, individu remaja
atau dewasa (dengan latar belakang berbagai agama) dengan tingkat religiusitas
tinggi lebih tidak menyukai minum minuman keras atau rokok dan hal-hal tidak
baik lainnya, mereka pun lebih sering menaati peraturan dan makan dengan pola
makan yang baik sehingga berimplikasi pada kondisi kesehatan mereka secara

fisik. Diasumsikan bahwa individu dengan tingkat religiusitas tinggi memiliki selregulation tinggi sehingga ia mampu mengontrol diri untuk menjauhi hal-hal yang
tidak baik tersebut yang memberi efek buruk bagi kesehatan mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Larson menunjukkan bahwa agama dan
spiritualitas mampu member efek positif pada kesehatan fisik. Beberapa efek yang
telah diukur oleh Larson yaitu:
1. Menurunnya tekanan darah sistol, tekanan darah diastole, kadar kolesterol, dan
stress yang diakibatkan oleh pembedahan.
2. Menurunnya rasio penyakit jantung, sirosis, efisema, myocardial infarction,
stroke, gagal ginjal, kematian akibat kanker, kematian dalam pembedahan
jantung, dan kematian yang diakibatkan oleh penyakit secara umum.
3. Meningkatnya gaya hidup sehat dan usia hidup. (see Larson et al., 1998; Levin &
Vanderpool, 1992).
Selain berdampak positif pada kesehatan fisik, agama dan religiusitas juga
berpengaruh pada kesehatan mental. Hasil penelitian selama dua dekade terakhir
menyimpulkan bahwa agama memiliki kaitan dengan kesejahteraan psikologis.
Individu dengan konsep agama yang positif memiliki kemungkinan lebih kecil
untuk mengalami depresi. Selain itu, individu juga akan merasa bahagia dalam
menjalani kehidupan sehari-harinya. Penjelasan lain juga mengungkapkan bahwa
dengan berdoa, keadaan psikologis dari seseorang akan menjadi lebih tenang,
sehingga tubuh menjadi lebih rileks. Hal itu pun berakibat pada berkurangnya
tingkat kecemasan dan selanjutnya juga member efek positif pada fisik, seperti
lancarnya proses pernafasan dan pencernaan.
Tingkat religiusitas juga berpengaruh pada ketahanan individu untuk
menghadapi kondisi yang mungkin member pengaruh buruk bagi mental, seperti
diungkapkan oleh Braam et al. (2004) bahwa religion may offer a frame of
reference toward questions of life, suffering and death, and may help to accept a
decrease in physical functioning in light of religious and spiritual values (p.
485). Secara umum, kesehatan mental dan fisik akan saling mempengaruhi,
sehingga individu yang memiliki religiusitas tinggi akan memiliki kondisi mental
dan fisik yang baik.

Namun perlu diketahui bahwa efek dari agama dan tingkat religiusitas
sangat dipengaruhi oleh bagaimana individu menerapkan agama yang mereka
anut. Jika individu menganut suatu agama secara sangat patuh tanpa memikirkan
kondisi sosialnya, hal itu dapat bersifat psikopatologis. Hal yang sama juga
berlaku jika individu menjalankan agama secara parsial maupun semaunya.
Karena agama memiliki efek yang sangat baik jika diterapkan secara bijak,
sudah seharusnya kita menerapkan ajaran agama kita dengan sepenuh hati. Jika
dilakukan dengan terpaksa, efek yang diakibatkannya pun akan berbeda. Selain
itu, pengetahuan tentang agama harus terus dikaji lebih dalam agar tidak terjebak
dalam kesalahan pada penerapan ajaran agama yang justru memberi efek negatif.
IV.4. Fungsi Agama bagi Kesehatan
1. Sebagai sumber moral
Agama memiliki fungsi yang strategis untuk menjadi sumber kekuatan moral
baik bagi pasien dalam proses penyembuhan maupun tenaga kesehatan. Misalnya
bagi seorang yg beragama, sehat/ sakit adalah bagian dari perilaku Tuhan terhadap
hambanya dan sakit adalah karena takdir Tuhan serta hanya Tuhan jugalah yang
memiliki kemampuan menyembuhkan. Dengan keyakinan seperti ini, seorang
pasien dapat memiliki semangat hidup yang lebih baik dan optimis.
Selain menjadi motivasi, ajaran agama pun menjadi bagian dari sumber etika bagi
penyelenggaraan layanan kesehatan.
suatu kewajiban moral bagi perawat, dalam menemukan kepastian tentang
dua sistem pendekatan etika yang dilakukan yaitu pendekatan berdasarkan prinsip
dan asuhan. Perawat atau yang memiliki komitmen tinggi dalam mempraktekkan
keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu mengingat hal-hal sebagai
berikut:
a. Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega agar tetap memegang teguh komitmen
utamanya terhadap pasien.
b. Berikan prioritas utama terhadap pasen dan masyarakat pada umumnya.
c. Kepedulian mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi
dalam kesembuhan pasien.
Posisi perawat yang mempunyai jam kerja 8 sampai 10 atau 12 jam
memungkinkannya mempunyai banyak waktu untuk mengadakan hubungan baik

dan mengetahui keunikan klien sebagai manusia holistik sehingga berposisi


sebagai advokat klien (curtin, 1986).
2. Sebagai sumber keilmuan
Dalam konteks Islam, Al-Quran dan Hadist merupakan sumberi inspirasi
pengembangan ilmu kesehatan mental. Agama menjadi sumber informasi untuk
pengembangan ilmu kesehatan gizi (nutrisi) atau farmakoterapi herbal. Praktik praktik keagamaan menjadi bagian dari sumber ilmu dalam mengembangkan
terapi kesehatan, misalnya meditasi,yoga, bekam, dan tenaga prana adalah
beberapa ilmu agama yg dikonversikan menjadi bagian dari terapi kesehatan. kita
ambil contoh bekam.
Bekam adalah satu teknik pengobatan menggunakan sarana gelas, tabung,
atau bambu yang prosesnya di awali dengan melakukan pengekopan (membuat
tekanan negatif dalam gelas, tabung, atau bambu) sehingga menimbulkan
bendungan lokal di permukaan kulit dengan tujuan agar sirkulasi energi Qi dan
Xue meningkat, menimbulkan efek analgetik, anti bengkak, mengusir patogen
angin dingin maupun angin lembap, mengeluarkan racun, serta oxidant dalam
tubuh. Pada teknik bekam basah, setelah terjadi bendungan lokal, terapis lanjutkan
prosesnya dengan penyayatan permukaan kulit memakai pisau bedah atau
penusukan jarum bekam agar darah kotor bisa dikeluarkan.
Berbekam merupakan metode pengobatan klasik yang telah digunakan
dalam mengobati berbagai kelainan penyakit seperti hemophilia, hipertensi, gout,
reumatik arthritis, sciatica, back pain (sakit punggung), migraine, vertigo, anxietas
(kecemasan) serta penyakit umum lainnya baik bersifat fisik maupun mental.
Bekam merupakan pengobatan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW, sebagaimana dijelaskan dalam hadist Bukhari : Dari Ibnu Abbas r.a.
Rasulullah bersabda : "Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga hal: dengan minum
madu, pisau hijamah (bekam), dan dengan besi panas. Dan aku melarang
ummatku dengan besi panas." (Hadist Bukhari).
3. Sebagi amalan kesehatan
Puasa dan sholat dalam ajaran Islam merupakan salah satu contoh amal agama
yang relevan dengan aktivitas kesehatan jasmaniah.Sedangkan penekanan pada

hukum makanan yangharus memuat syarat halal dan bersih merupakan amal
agama yang terkait dengan nutrisi.Sementara pembiasaan berpikir positif
merupakan bagian dari upaya membangun jiwa yang sehat.
Untuk contoh, kami ambil dari gerakan sholat dan manfaatnya bagi kesehatan
a.

untuk kita.
Takbiratul ikhram
Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di
depan perut atau dada bagian bawah.
Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening (limfe) dan
kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah
mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu
meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua
tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini
menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian
atas.

b. Rukuk
Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila
diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala
lurus dengan tulang belakang. Manfaatnya Postur ini menjaga kesempurnaan
posisi dan fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan
pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada
tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otototot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk
mencegah gangguan prostat.
c.

Itidal
Postur tubuh kita bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat
kedua tangan setinggi telinga. Manfaatnya Itidal adalah variasi postur setelah
rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan
pencernaan yang baik. Organ organ pencernaan di dalam perut mengalami
pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih
lancar.

d. Sujud
Postur tubuh kita yaitu menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung
kaki, dan dahi pada lantai. Manfaatnya Aliran getah bening dipompa ke bagian
leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa
mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang.
Karena itu, lakukan sujud dengan tumaninah, jangan tergesa gesa agar darah
mencukupi kapasitasnya di otak.
Masih banyak gerakan sholat yang lainyang memiliki banyak manfaat
bagi tubuh kita. Namun kita jarang menyadari hal seperti itu.

BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Agama dan kesehatan saling berhubungan, polanya pun sangan beragam
yaitu saling melawan, saling mendukung, saling melengkapi dan saling berjalan
pada kewenangannya sendiri. Namun, kita juga belum bisa menghubungkan
mana yang berdasarkan ajaran agama atau tidak. Semisal, pengobatan dengan cara
bekam, bekam merupakan pengobatan yang dibawa Rasulullah SAW, berarti ini
dapat kita amalkan kepada orang lain. Ada pula pengobatan yang haram bagi
ajaran agama, terutama agama Islam, seperti terapi urine.
Aspek agama itu sendi juga termasuk dalam kesehatan dan sebaliknya
kesehatan juga ada pada agama. Seperti halnya, di dalam proses pelaksanaan
pelayanan kesehatan, tenaga medis tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap
pasien terutama dalam hal keagamaan. Ada 2 hal yg perlu diperhatikan yaitu
ajaran agama secara normatif dan ada perilaku keagamaan yg riil atau tampak dan
dilakukan oleh masyarakat. Fungsi dari agama sangat berpengaruh bagi kesehatan
yaitu sebagai moral, sebagai sumber keilmuan, sebagai amal kesehatan.
V.2. Saran

Dengan tujuan penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan sebaikbaiknnya dan menyelesaikan tugas dari dosen pembimbing mata kuliah sosiologi,
maka tersusunlah makalah ini yang berjudul Hubungan antara Religi dan
Kesehatan.
Penulis beharap makalah ini dapat menjadi pengetahuan yang berguna
bagi para pembaca dan dapat menjadi pelajaran dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup kita sesama manusia yang dilaksnakan melalui proses yang
disebut interaksi sosial.
Akhir kata, penulis mengucapkan mohon maaf apabila terdapat banyak
kekurangan pada makalah ini yang kurang berkenan. Penulis sebagai mahasiswa
yang masih membutuhkan kritik dan saran untuk memperbaiki kekurangan pada
makalah ini.

Daftar Pustaka

Al-jauiziyah, Ibn Al-qayim.1999. Terapi Penyakit Dengan Alquran dan As-sunah.


Jakarta: Pustaka Amani
Lomenta, Benjamin. 1989. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan. Bandung : EGC
Daniel G,.( 1999). Emotional Intelligence, Jakarta.: gramedia, Pustaka Utama
Ariyanto, N. (2010). Psikologi, Agama, dan Kesehatan. Diambil pada 31
September 2011, dari http://ruangpsikologi.com/psikologi-agama-dan-kesehatan
http://www.An-Naba.com//
http://www.gizikia.depkes.go.id/

http://dwicheeprutezz.blogspot.com/2013/07/makalah-sosiologihubungan-antara.html

makalah sosiologi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Sebelum kita memahami Lembaga Keagamaan terlebih dahulu kita harus


mengetahui Penjelasan adanya tentang agama. Agama merupakan suatu
kepercayaan tertentu yang dianut sebagian besar masyarakat yang merupakan
tuntunan hidup. Agama, yang menyangkut kepercayaan-kepercayaan serta
berbagai prakteknya, benar-benar merupakan masalah sosial dan pada saat ini
senantiasa ditemukan dalam setiap masyarakat manusia.

Karena itu lahir pertanyaan tentang bagaimana seharusnya dari sudut pandang
sosiologis. Dalam pandangan sosiologi, perhatian utama terhadap agama adalah
pada fungsinya terhadap masyarakat. Istilah fungsi seperti kita ketahui, menunjuk
kepada sumbangan yang diberikan agama, atau lembaga sosial yang lain, untuk
mempertahankan (keutuhan) masyarakat sebagai usaha-usaha yang aktif dan
berjalan terus-menerus.

Agama menurut kamus besar bahasa indonesia adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang mahakuasa serta tata
kaidah yang. Menurut prof dr yusuf alqaradawi dan dr. hussein shahatah, zakat
gaji dan pendapatan diistilahkan sebagai zakat mal almustafad yaitu zakat yang
bersumberkan gaji. Agama dengan agama hidup itu terarah, dengan seni hidup itu
indah, dengan ilmu hidup itu mudah ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa
ilmu adalah lumpuh pengertian lembaga agama.

1.2.

Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang dibahas yaitu mengetahui tentang pengertian lembaga


agama, pandangan lembaga agama dalam sosiologi serta pengaruh dalam
kehidupan masyarakat.

1.3.

Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui tentang lembaga agama
dalam kaintannya dengan lembaga sosial yang ada dalam masyarakat serta
pandangannya dalam sosiologi dalam penerapannya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Lembaga Agama

Agama merupakan suatu kepercayaan tertentu yang dianut sebgaian besar


masyarakat yang merupakan tuntunan hidup. Agama, yang menyangkut
kepercayaan kepercayaan serta berbagai prakteknya, benar-benar merupakan
masalah sosial dan pada saat ini senantiasa ditemukan dalam setiap masyarakat
manusia. Akan tetapi, Agama menurut kamus besar bahasa indonesia adalah
sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan
yang mahakuasa serta tata kaidah yang.
Menurut Prof Dr. Yusuf Alqaradawi dan Dr. Hussein Shahatah, zakat gaji dan
pendapatan diistilahkan sebagai zakat mal almustafad iaitu zakat yang
bersumberkan gaji. Agama dengan agama hidup itu terarah, dengan seni hidup itu
indah, dengan ilmu hidup itu mudah ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa
ilmu adalah lumpuh pengertian lembaga agama.
Sehingga perbincangan tentang agama dan masyarakat memang tidak akan pernah
selesai, seiring dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Baik secara teologis
maupun sosiologis, agama dapat dipandang sebagai instrument untuk memahami
dunia. Dalam konteks itu, hampir-hampir tak ada kesulitan bagi agama apapun
untuk menerima premis tersebut.
Secara teologis hal itu dikarenakan oleh watak omnipresent agama. Yaitu, agama,
baik melalui simbol-simbol atau nilai-nilai yang dikandungnya hadir dimana-

mana, ikut mempengaruhi, bahkan membentuk struktur sosial, budaya , ekonomi


dan politik serta kebijakan publik. Dengan ciri ini, dipahami bahwa dimanapun
suatu agama berada, ia diharapkan dapat memberi panduan nilai bagi seluruh
diskursus kegiatan manusia, baik yang bersifat sosial-budaya, ekonomi maupun
politik. Sementara itu, secara sosiologis tak jarang agama menjadi faktor penentu
dalam proses transformasi dan modernisasi.
Kehadiran agama-agama didunia memang mampu memberikan warna-warni
terhadap kehidupan dunia. Karena agama secara umum kehadirannya disertai
dua muka (janus face). Pada satu sisi , secara inherent agama memiliki idensitas
yang bersifat exclusive, particularist, dan primordial. Akan tetapi, pada
waktu yang sama, agama juga kaya akan identitas yang bersifat inclusive,
universalist, dan transcending.
2.2

Lembaga Agama Dalam Sudut Pandang

Dalam pandangan sosiologi, perhatian utama terhadap agama adalah pada


fungsinya terhadap masyarakat. Istilah fungsi seperti kita ketahui, menunjuk
kepada sumbangan yang diberikan agama, atau lembaga sosial yang lain, untuk
mempertahankan (keutuhan) masyarakat sebagai usaha-usaha yang aktif dan
berjalan terus-menerus. Dengan demikian perhatian kita adalah peranan yang
telah ada dan yang masih dimainkan.
Menurut Emile Durkheim sebagai sosiolog besar telah memberikan gambaran
tentang fungsi agama dalam masyarakat. Dia berkesimpulan bahwa sarana-sarana
keagamaan adalah lambang-lambang masyarakat, kesakralan bersumber pada
kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh masyarakat secara keseluruhan bagi setiap
anggotanya, dan fungsinya adalah mempertahankan dan memperkuat rasa
solidaritas dan kewajiban sosial.
Agama telah dicirikan sebagai pemersatu aspirasi manusia yang paling sublime,
sebagai sejumlah besar moralitas, sumber tatanan masyarakat dan perdamaian
batin individu, sebagai sesuatu yang memuliakan dan yang membuat manusia
beradab. Sebenarnya lembaga keagamaan adalah menyangkut hal yang
mengandung arti penting tertentu, menyangkut masalah aspek kehidupan
manusia, yang dalam transendensinya, mencakup sesuatu yang mempunyai arti
penting dan menonjol bagi manusia. Bahkan sejarah menunjukkan bahwa
lembaga-lembaga keagamaan merupakan bentuk asosiasi manusia yang paling
mungkin untuk terus bertahan.

Dalam kaitannya dengan lembaga sosial yang ada dalam masyarakat, hendaknya
cara berpikir sosiologis dipusatkan pada lembaga-lembaga kecil dan besar, serta
gabungan lembaga-lembaga yang merupakan sub-sub sistem dalam masyarakat.
Para sosiolog cenderung untuk memperhatikan paling sedikit
Kelompok lembaga-lembaga yang penting (yang dapat dijabarkan ke dalam
kategori-kategori yang lebih kecil dan khusus), yakni:
1. Lembaga-lembaga poitik yang ruang lingkupnya adalag
kekuasaan dan monopoli pada penggunaan kekuasaan secara
sah.
2. Lembaga-lembaga ekonomi yang mencakup produksi dan
distribusi barang atau jasa
3. Lembaga-lembaga integrative-ekspresif .

4. Lembaga-lembaga kekerabatan mencakup kaedah-kaedah yang mengatur


hubungan seksual serta pengarahan terhadap golongan muda.
Walaupun tampaknya, suatu lembaga memusatkan perhatian terhadap suatu aspek
kemasyarakatan tertentu, namun di dalam kenyataan lembaga-lembaga tersebut
saling berkaitan secara fungsional. Setiap lembaga berpartisipasi dan memberikan
kontribusi dengan cara-cara tertentu pada kehidupan masyarakat setempat
(community).

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa


lembaga agama merupakan suatu lembaga yang sangat penting untuk pemersatu
aspirasi manusia yang paling sublime dimana saling berkaitan dengan lembagalembaga sosial lainnya yang mempunyai pandangan sosiologi yang luas untuk di
kembangkan dalam kehidupan bermasyarakat.

3.2

Saran

Dari pembahasan diatas penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan


makalah ini dimana penjelasan dan pandangan lembaga sosial sangatlah luas
untuk dibahas untuk itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

https://nimandotcom.wordpress.com/makalah-sosiologi/
\KALAH SOSIOLOGI AGAMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Agama merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang
perlu dipelajari oleh antropolog ataupun para ilmuan social lainnya. Di dalam
kehidupan masyarakat, agama muncul karena sifat ketauhidan masyarakat
tersebut. Oleh karena itu agama perlu dipelajari dan dihayati oleh manusia karena
kebutuhan manusia terhadap sang maha pencipta. Di dalam agama dijumpai
ungkapan materi dan budaya dalam tabiat manusia serta dalam system nilai,
moral, etika, kajian, agama, khususunya agama islam merupakan kebutuhan hidup
bagi masyarakat Indonesia, khususnya mayoritas. Oleh karena itu, kajian agama
seperti Islam, Budha, Hindu, tidak hanya sebatas konsep saja, teori dan aspekaspek kehidupan manusia beserta hukumnya. Tapi harus dihayati dan direnungi
untuk diamalkan dalam kehidupan manusia. Ide-ide keagamaan dan konsepkonsep keagamaan itu tidak dipaksa oleh hal-hal yang bersifat fisik tapi bersifat
rohani. Karenanya agama merupakan suatu institusi ajaran yang menyajikan
lapangan ekspresi dan implikasi yang begitu hukum ataupun undang-undang yang
dibuat oleh masyarakat. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah kali ini :
1. Apa pengertian sosiologi menurut para ahli ? 2. Apa pengertian agama menurut
pandangan sebagian ulama ? 3. Apa pengertian masyarakat menurut beberapa
ahli ? 4. Bagaimanakah kajian agama yang bagi masyarakat berskala kecil ? C.
Tujuan Penulisan : Ingin mengetahui pengertian sosiologi menurut para ahli

Ingin mengetahui pengertian agama menurut pandangan sebagian ulama Ingin


mengetahui pengertian masyarakat menurut beberapa ahli Ingin mengetahui
kajian agama bagi masyarakat berskala kecil D. Manfaat Penulisan : Memberi
pengetahuan kepada setiap Individu, mengenai pengertian sosiologi menurut para
ahli, pengertian agama menurut pandangan sebagian ulama, pengertian
masyarakat menurut beberapa ahli dan kajian agama bagi masyarakat berskala
kecil. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian sosiologi Berikut ini definisidefinisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli : 1. Emile Durkheim Sosiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta social, yakni fakta yang
mengandung cara bertindak, berfikir, berperasan yang berada diluar individu
dimana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu. 2.
Selo Sumardjandan Soelaeman Soemardi Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan
yang mempelajari struktur social dan proses-proses sosial termasuk perubahan
social. 3. Soerjono Soekanto Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian
pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk
mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat. Sosiologi secara umum
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat secara empiris untuk
mencapai hukum kemasyarakatan yang seumum-umumnya. Sosiologi juga dapat
diartikan sebagai ilmu tentang perilaku social ditinjau dari kecenderungan
individu dengan individu lain, dengan memperhatikan simbol-simbol interaksi.
Manfaat yang bisa dipetik bila kita mempelajari Sosiologi: Sosiologi secara
sakartik sering juga dikatakan oleh sebagian orang sebagai suatu usaha
mengumpulkan apa yang diketahui setiap orang dan menuliskannya kedalam katakata yang tidak bisa dipahami siapapun. Sudah menjadi rahasia umum, dimata
sebagian orang hasil-hasil kajian sosiologi kebanyakan hanya dipahami berupa
buku laporan yang sangat tebal, penuh dengan terminologi-terminologi yang
membingungkan, dan karena itu bagi sebagian birokrat buku itu kemudian hanya
disimpan dirak-rak lemari tanpa terlebih dahulu mau membacanya secara sah
sesama. Sosiologi pada hakikatnya bukanlah semata-mata ilmu murni (pure
science) yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi
usaha peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, namun sosiologi bisa juga menjadi
ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan
pengetahuan ilmiahnya guna memecahkan masalah praktis atau masalah social
yang perlu ditanggulangi. (Horton dan Hunt,1987:41)[1] B. Pengertian agama
Agama menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah system atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama dewa atau nama
lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut. Kata Agama berasal dari bahasa Sangsekerta agama yang
berarti Tradisi. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah realigi
yang berasal dari bahasa latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang

berarti Mengikat kembali. Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat


dirinya kepada Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata
Agama. Agama adalah bentuk hubungan pribadi antar manusia dengan Allah.
Beragama menyangkut aspek hubungan vertical dan horizontal. Vertical Dimana
manusia dalam hubungannya dengan sang pencipta. Harus hormat, tunduk, patuh
pada hukum dan perintahnya. Melaksanakan perintah Allah dengan kesungguhan.
Itulah ibadah manusia. Horizontal Dimana manusia dalam hubungannya dengan
manusia lain sebagai ciptaan Allah. Manusia waji bersahabat, saling menyayangi,
saling menghargai bekerja sama dengan orang lain dalam usaha mencintai
kebahagiaan besama disurga.[2] Namun akan sedikit sulit mendefinisikan
pengertian agama itu sendiri. Hal tersebut diakui sendiri oleh Mukti Ali, salah
seorang pakar ilmu perbandingan agama di Indonesia yang mengatakan;
Barangkali tak ada kata yang paling sulit diberikan pengertian dan definisinya
selain dari kata Agama. Menurut Mukti Ali, terdapat tiga argumentasi yang dapat
dijadikan alasan dalam menanggapi statemen tersebut. Pertama karena
pengalaman agama adalah soal batin dan subjektif. Kedua barangkali tidak ada
orang yang begitu semangat dan emosional dari pada membicarakan agama.
Karena itu, membahas arti agama selalu dengan emosi yang kuat. Ketiga konsep
tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian
agama. Mohammad Natsir pernah mengatakan agama adalah hal yang disebut
sebagai problem of ultimate concern, suatu problem kepentingan mutlak, yang
berarti jika seseorang membicarakan soal agamanya maka ia tidak dapat tawar
menawar. Namun begitu bukan berarti agama tidak dapat diberikan pengertian
secara umum. Dalam memberikan definisi tersebut, para ahli menempuh beberapa
cara; a) Dengan menggunakan analisis etimologis, yaitu yang menganalisis
konsep bawaan dari kata agama atau kata lainnya yang digunakan dalam arti yang
sama. b) Analisis deskriptif, yang menganalisis gejala atau fenomena kehidupan
manusia secara nyata. Berbicara mengenai agama maka terdapat tiga padanan kata
yang semakna dengannya yaitu, religi, al-din dan agama. Walaupun sebagian
pendapat ada yang mengatakan bahwa ketiganya berbeda satu sama lainnya
seperti pendapat Sidi Gazalba dan Zainal Arifin Abbas yang mengatakan al-din
lebih luas pengertiannya dari pada religi dan agama. Agama dan religi hanya
berisi hubungan manusia dengan tuhan saja sedangkan al-din berisi hubungan
manusia dengan tuhan dan hubungan manusia dengan manusia. Sedangkan
menurut Zainal Arifin Abbas, kata al-din (memakai awalan al-tarif) hanya
ditujukan pada islam saja. Sedangkan pendapat yang mengatakan ketiga kata
diatas mempunyai makna yang sama seperti Endang Saifuddin Anshari dan Faisal
Ismail. Perbedaannya hanya terletak pada segi bahasanya saja. Kemudian secara
etimologis agama berasal dari bahasa sangsekerta, masuk dalam perbendaharaan
bahasa melayu (Nusantara) dibawa oleh agama Hindu dan Budha. Pendapat yang

lebih ilmiah, agama berarti jalan. Maksudnya jalan hidup atau jalan yang harus
ditempuh oleh manusia sepanjang hidupnya atau jalan yang menghubungkan
antara sumber dan tujuan hidup manusia, atau jalan yang menunjukan darimana,
bagaimana dan hendak kemana manusia didunia ini. Religi berasal dari kata
religie (bahasa belanda) atau religion (bahasa inggris), masuk dalam
perbendaharaan bahasa Indonesia dibawa oleh orang-orang barat yang menjajah
bangsa Indonesia. Religi mempunyai pengertian sebagai keyakinan akan adanya
kekuatan gaib yang suci, menentukan jalan hidup dan mempengaruhi kehidupan
manusia yang dihadapi secara hati-hati dan diikuti jalan dan aturan serta normanormanya dengan ketat agar tidak sampai menyimpang atau lepas dari kehendak
jalan yang telah ditetapkan oleh kekuatan gaib suci tersebut. Din berasal dari
bahasa arab yang berarti undang-undang atau hukum yang harus di tunaikan oleh
manusia dan mengabaikannya berarti hutang yang akan dituntut untuk ditunaikan
dan akan mendapatkan hukuman atau balasan jika ditinggalkan. Dari etimologis
ketiga kata di atas maka dapat diambil pengertian bahwa agama (religi,din) : 1.
Merupakan jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia untuk mewujudkan
kehidupan yang aman, tentram dan sejahtera; 2. Bahwa jalan hidup tersebut
berupa aturan, nilai atau norma yang mengatur kehidupan manusia yang dianggap
sebagai kekuatan mutlak, gaib dan suci yang harus diikuti dan ditaati; 3. Aturan
tersebut ada, tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh dan
berkembangnya kehidupan manusia, masyarakat dan budaya. Secara terminology
dalam ensiklopedia Nasional Indonesia, agama diartikan aturan atau tata cara
hidup manusia dengan hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Dalam AlQuran agama sering disebut dengan istilah Din. Istilah ini merupakan istilah
bawaan dari ajaran islam sehingga mempunyai kandungan makna yang bersifat
umum dan universal. Artinya konsep yang ada pada istilah din seharusnya
mencakup makna-makna yang ada pada istilah agama dan religi. Konsep din
dalam Al-Quran diantaranya terdapat pada surat Al-Maidah ayat 3 yang
mengungkapkan konsep aturan, hukum atau perundang-undangan hidup yang
harus dilaksanakan oleh manusia. Islam sebagai agama namun tidak semua agama
itu islam. Surat Al-Kafirun ayat 1-6 mengungkapkan tentang konsep ibadah
manusia dan kepada siapa ibadah itu diperuntukkan. Dalam surat As-Syura ayat
13 mengungkapkan din sebagai sesuatu yang disyariatkan oleh Allah. Dalam surat
As-Syura ayat 21 Din juga dikatakan sebagai sesuatu yang disyariatkan oleh yang
dianggap Tuhan atau yang dipertuhankan selain Allah. Karena din dalam ayat
tersebut adalah sesuatu yang disyariatkan, maka konsep din berkaitan dengan
konsep syariat, konsep syariat pada dasarnya adalah jalan yaitu jalan hidup
manusia yang ditetapkan oleh Allah. Pengertian ini berkembang menjadi aturan
atau undang-undang yang mengatur jalan kehidupan sebagaimana ditetapkan oleh
tuhan. Pada ayat lain, yakni di surat Ar-Rum ayat 30, konsep agama juga

berkaitan dengan konsep fitrah, yaitu konsep yang berhubungan dengan


penciptaan manusia. Agama dalam arti sempit ialah seperangkat kepercayaan,
dogma, peraturan etika, praktek penyembahan, amal ibadah terhadap Tuhan atau
dewa-dewa tertentu. Dalam arti luas, agama adalah suatu kepercayan atau
seperangkat nilai yang menimbulkan ketaatan pada seseorang atau kelompok
tertentu kepada sesuatu yang mereka kagumi, cita-citakan dan hargai. Ada
beberapa definisi sosiologi agama yang dapat kita ketahui, diantaranya adalah :
Sosiologi agama adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antara berbagai
kesatuan masyarakat, perbedaan atau masyarakat secara utuh dengan berbagai
system agama, tingkat dan jenis spesialisasi berbagai peranan agama dalam
berbagai masyarakat dan system keagamaan yang berbeda. Sosiologi agama
adalah studi tentang fenomena social, dan memandang agama sebagai fenomena
social. sosiologi agama selalu berusaha untuk menemukan prinsip-prinsip umum
mengenai hubungan agama masyarakat. Sosiologi agama adalah suatu cabang
sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agama secara sosiologis guna
mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti, demi kepentingan masyarakat
agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya. Sosiologi agama menjadi
disiplin ilmu tersendiri sejak munculnya karya Weber dan Durkheim. Jika tugas
dari sosiologi umum adalah untuk mencapai hukum kemasyarakatan yang seluasluasnya, maka tugas dari sosiologi agama adalah untuk mencapai keteranganketerangan ilmiah tentang masyarakat agama khususnya . Dalam
perkembangannya, sosiologi agama memiliki empat mazhab, yaitu Klasik
positivisme, Teori konflik, dan Fungsional (Hendropuspito, 1983:24) * Emile
Durkheim (http://wikipedia.org) Durkheim adalah seorang murid yang ragu-ragu
tetapi setia dari auguste comte (1798-1857), perintis positivism perancis yang
menciptakan kata sosiologi[3] Jika mazhab klasik memiliki karakteristik yang
lebih bercorak sosiologi dasar dari pada sosiologi agama, dengan pengecualian
Durkheim dan Weber, mazhab positivisme, memiliki karakteristik dimana ia
bukan dirinya dengan kualifikasi dari dimensi masyarakat yang kualitatif, dengan
kata lain memberikan kesimpulan-kesimpulan yang netral tanpa diwarnai
pertimbangan teologis maupun filosofis, berbeda dengan mazhab teori konflik,
dimana masyarakat yang sehat bercirikan masyarakat yang hidup dalam situasi
konfliktual. Sebaliknya, masyarakat yang dalam keadaan Equilibriun dianggapnya
sebagai masyarakat tertidur dan stagnan dalam kemajuan (Hendropuspito,
1983:25). Disisi lain aliran ini pun sering disebut sosiologi agama yang kritis.
Sedangkan mazhab fungsionalis, memiliki karakteristik yang berasumsi bahwa
masyarakat itu merupakan suatu system perimbangan, setiap kelompok
memberikan kontribusinya yang khas dalam membentuk system perimbangan
secara keseluruhan (Hendropuspito, 1983:26).[4] C. Pengertian Masyarakat
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan

sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran,


naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya manusia memberi reaksi dan
melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi social dihasilkan oleh
hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Untuk arti yang lebih
khusus masyarakat disebut pula kesatuan social, mempunyai ikatan-ikatan kasih
sayang yang erat. [5] Arti masyarakat menurut para ahli, berikut dibawah ini
adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia. 1.
Menurut Selo Sumardan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayan. 2. Menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu
struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat
adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi. 3.
Menurut Emile Durkeim, masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif
pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya. Bagi Durkheim, masyarakat suatu
kenyataan yang objektif secara mandiri, bebas dari individu yang merupakan
anggota-anggotanya masyarakat bukanlah hanya sekedar suatu penjumlahan
individu semata-mata. Melainkan suatu system yang dibentuk dari hubungan antar
mereka, sehingga menampilkan suatu realita tertentu yang mempunyai cirricirinya sendiri.[6] 4. Menurut Paul B. Horton dan C Hunt, masyarakat merupakan
kumpulan manusia yang relative mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang
cukup lama, tinggal disuatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta
melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia
tersebut. Horton dan Hunt (2006:56) mendefinisikan masyarakat sebagai
sekumpulan manusia yang secara relative mandiri, yang secara bersama-sama
cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang
sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut.
Abdulsyani (2007:14) menyebutkan beberapa definisi mengenai masyarakat
(Society) dari beberapa tokoh sebagai berikut: a) Mac Iver dan Page, Mengatakan
bahwa, Masyarakat adalah suatu system kebiasaan dan tata cara, dari wewenang
dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan
tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah
ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan social dan
masyarakat selalu berubah b) Ralp Linton Mengatakan bahwa, masyarakat
merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama
sehingga dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai
sesuatu kekuatan social dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. c)
Selo Soemardjan Menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama, yang menghasilkan kebudayan. d) Dalam buku sosiologi kelompok dan
masalah social (Abdulsyani, 1987) dijelaskan bahwa masyarakat merupakan
kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang
berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola

perkembangan tersendiri. e) Hassan Shadily Mendefinisikan masyarakat sebagai


suatu golongan besar kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau sendirinya
bertalian secara golongan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain. f) J.I.
Gillin dan J.P. Gillin Mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia
yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasan persatuan
yang sama. g) M.J. Herskovits Mengemukakan bahwa masyarakat adalah
kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu.
D. Kajian Agama Bagi Masyarakat Berskala Kecil Dari pengertian tersebut diatas
ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu bahwa masyarakat itu kelompok yang
terorganisasi dan masyarakat itu suatu kelompok yang berfikir tentang dirinya
sendiri yang berbeda dengan kelompok yang lain. Oleh karena itu orang yang
berjalan bersama-sama atau duduk bersama-sama yang tidak terorganisasi
bukanlah masyarakat. Kelompok yang tidak berfikir tentang kelompoknya sebagai
suatu kelompok bukanlah masyarakat. Oleh karena itu kelompok burung yang
terbang bersama dan semut yang berbaris rapi bukanlah masyarakat dalam arti
yang sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya berdasarkan naluri saja.
Dalam hal ini Durkheim berkesimpulan bahwa sasaran-sasaran keagamaan adalah
lambing-lambang masyarakat, kesakralannya bersumber pada kekuatan yang
berlaku oleh masyarakat secara keseluruhan bagi setiap anggotanya, dan
fungsinya adalah mempertahankan dan memperkuat rasa solidaritas dan
kewajiban social. Dia mencoba menjelaskan kesakralan sasaran-sasaran magik
sebagai sesuatu yang bersumber pada kesakralan sasaran-sasaran keagamaan.
Begitu terjadi keyakinan bahwa kekuatan sacral inheren didalamnya, atau terkait
dengan benda atau bentuk kata-kata tertentu, manusia akan berusaha
menggunakan kekuatan ini untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi atau bahkan
tujuan-tujuan anti social, dan tujuan-tujuan kolektif. Penyelewengan terhadap
tujuan peribadatan yang benar tersebut menurut Durkheim merupakan esensi
magi, yang berlawanan dengan agama. Baginya peribadatan tipikal magik adalah
bentuk missa hitam, dimana benda-benda dan kata-kata sacral diputar balikan
untuk tujuan-tujuan anti social. [7] Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat
merupakan suatu system yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat
tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periode waktu tertentu dari
suatu generasi. Dalam sociology suatu masyarakat dibentuk hanya dalam
kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi. (F Znaniecki,
1950, p. 145), jika kita bandingkan dua pendapat tersebut diatas tampak bahwa
pendapat Znaniecki tersebut memunculkan unsure baru dalam pengertian
masyarakat yaitu masyarakat itu suatu kelompok yang telah bertempat tinggal
pada suatu daerah tertentu dalam lingkungan geografis tertentu dan kelompok itu
merupakan suatu system biofisik. Oleh karena itu masyarakat bukanlah kelompok
yang berkumpul secara mekanis akan tetapi berkumpul secara sistematik. Manusia

yang satu dengan manusia yang lain saling memberi, manusia dengan
lingkungannya selain menerima dan saling memberi. Konsep ini dipengaruhi oleh
konsep pandangan ekologis terhadap satwa sekalian alam. Masyarakat agama
tidak lain ialah suatu persekutuan hidup (baik dalam lingkup sempit maupun luas)
yang unsure konstitutif utamanya adalah agama atau nilai-nilai keagamaan. Pada
kesimpulannya agama merupakan suatu kepercayaan yang dianut oleh sebagian
masyarakat dalam hal mempercayai eksistensi Allah Swt dengan segala konsep
dan ajarannya yang dibawa oleh rasulnya yang memiliki kitab yang diyakini oleh
pengikutnya. Keperayaan akan Tuhan, merupakan sesuatu yang sudah ada sejak
zaman dulu dalam kehidupan manusia. Agama adalah sebuah konsep yang
mengatur tingkah laku, etika, moral dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan
fenomena keagamaan yang ruwet serta segala refleksinya didalam sejumlah
aspek-aspek kehidupan lain, telah menarik perhatian dari para sarjana dari
berbagai disiplin. Seperti para sejarawan, filosof dan para psikolog, masingmasing telah mengkaji agama menurut metode mereka sendiri. Pada pembahasan
ini, masyarakat berskala kecil itu meliputi warga pedesaan, orang-orang awam
yang tidak tersentuh oleh kehidupan modernisasi. Pada dasarnya keyakinan
mereka akan kepercayaan agama yang mereka anut begitu kuat dan kental, tapi
bilamana kehidupan modernisasi sudah merasuk mereka. Maka seolah-olah
mereka terprofokasi oleh lingkungan baru mereka, hal itu cenderung kepada
penghianatan agama, sehingga kurangnya amalan-amalan yang seharusnya
mereka lakukan. Dalam hal ini, penulis mencoba mengkaji seperti apa agama
samawi dalam masyarakat berskala kecil?. Bahwasannya agama samawi itu
adalah agama langit yaitu islam yang merupakan keyakinan yang mayoritas di
Indonesia yang bukan sesuatu yang baru yang dianut oleh masyarakat berskala
kecil. Agama pada hakekatnya merupakan sesuatu yang konon membawa
pengikutnya pada kebenaran, dalam hal ini penulis membatasi pembahasan ini
pada seperti apa agama samawi dalam pandangan masyarakat berskala kecil,
kajian dalam hal agama merupakan sesuatu yang menarik untuk dibahas dan
diperbincangkan oleh para agamawan. Agama pada masyarakat terdiri dari dua,
yaitu agama samawi dan agama ard. Agama samawi adalah agama dari langit
sedangkan agama ard adalah agama ciptaan manusia. Pada kenyataannya agama
merupakan jalan menuju Tuhan, akan tetapi jalan tersebut bagaikan macammacam air sungai yang mengalir kepada satu muara yaitu laut. Tetapi kadangkadang air yang disungai untuk menuju kelaut penuh kendala, misalnya banyak
air sungai yang tercemar karena polusi, kadang kala air dari sungai tidak sampai
kelaut, dan hanya sedikit air yang bersih (tawar) yang sampai kelaut. Seperti
halnya agama jalan menuju Tuhan, akan tetapi jalan menuju Tuhan itu kadangkadang banyak yang tidak sampai ke Tuhan dan ada yang sampai ke Tuhan. Lalu
untuk apa agama didunia ini? Bila kita kaji secara teliti tertentu beranekaragam

agama yang ada di dunia yang ada pada masyarakat yang seolah-olah memiliki
cara atau pendekatan sendiri, misalnya : Bagaimanakah iman itu? Konsep yang
dibawanya, ajarannya, serta cara-cara pendekatan kita kepada Tuhan yang
berbeda, tetapi tujuannya sama yaitu untuk dekat kepada sang maha pencipta.
Walaupun pada kenyataannya banyak agama yang tidak sesuai dengan konsep
tauhid yang dibawah oleh Rasul pembawa risalah akhir zaman (Nabi Muhammad
Saw). Agama bukan hal yang baru bagi masyarakat, pandangan masyarakat
terhadap agama merupakan segi yang berbeda menurut para sejarawan, filosof,
linguist, dan para psikolog. Dalam pandangan sejarawan, agama merupakan
sesuatu konsep yang harus dipelajari dari sejarahnya dan juga bukan hanya inti
sari agama itu sendiri, tapi pengalaman dan prakteknya yang harus dilakukan oleh
pengikutnya.[8] BAB III PENUTUP A. kESIMPULAN Dari penjelasan materi
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Sosiologi adalah ilmu yang
memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan
berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat. Sosiologi
secara umum adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat secara
empiris untuk mencapai hukum kemasyarakatan yang seumum-umumnya.
Sosiologi juga dapat diartikan sebagai ilmu tentang perilaku social ditinjau dari
kecenderungan individu dengan individu lain, dengan memperhatikan simbolsimbol interaksi. 2. Agama dalam arti sempit ialah seperangkat kepercayaan,
dogma, peraturan etika, praktek penyembahan, amal ibadah terhadap Tuhan atau
dewa-dewa tertentu. Dalam arti luas, agama adalah suatu kepercayan atau
seperangkat nilai yang menimbulkan ketaatan pada seseorang atau kelompok
tertentu kepada sesuatu yang mereka kagumi, cita-citakan dan hargai. 3. Menurut
salah satu ahli Mac Iver dan Page, Mengatakan bahwa, Masyarakat adalah suatu
system kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antara berbagai
kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaankebiasaan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan
masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan social dan masyarakat
selalu berubah 4. Kajian agama pada masyarakat berskala kecil Pada dasarnya
keyakinan mereka akan kepercayaan agama yang mereka anut begitu kuat dan
kental, tapi bilamana kehidupan modernisasi sudah merasuk mereka. Maka
seolah-olah mereka terprofokasi oleh lingkungan baru mereka, hal itu cenderung
kepada penghianatan agama, sehingga kurangnya amalan-amalan yang seharusnya
mereka lakukan. B. SARAN Perlu menambah wawasan tentang pengertian
sosiologi, agama dan masyarakat. Perlu menambah wawasan lagi tentang kajian
agama dalam masyarakat berskala kecil. Pertanyaan Hasil Diskusi : Apakah
kajian agama dalam masyarakat berskala kecil masih di arahkan? Apakah kajian
agama itu berhasil? Jawaban : Menurut saya : Pada pembahasan ini, masyarakat
berskala kecil itu meliputi warga pedesaan, orang-orang awam yang tidak

tersentuh oleh kehidupan modernisasi. Pada dasarnya para Agama dalam


masyarakat berskala kecil itu oleh para peneliti hanya dikaji, jadi dia tidak
mengarahkan atau pun merubah agama maupun tradisi yang ada dalam masyrakat
tersebut, tetapi disini hanya mengkaji dan tidak merubah sesuatu yang ada dalam
masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Narwoko J, Dwi, Suyanto Bagong, Sosiologi
Teks Pengantar Dan Terapan, Jakarta , 2004 Drs. Widyasusanto Laurent, Penuntun
Belajar Sosiologi, Jakarta, 1996 Campbell Tom, Tujuh Teori Social Sketsa
Penilaian Perbandingan, Jokjakarta, 1994 Supardan Dadang, Pengantar Ilmu
Social Sebuah Kajian Pendekatan Structural, Jakarta , 2007 M. Munandar
Sulaeman, Ilmu Social Dasar Teori Dan Konsep Social Edisi Revisi, Bandung,
1993 Berry David, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta, 2003 R.
Schraf Betty, Sosiologi Agama, Jakarta, 2004
http://bud1purn4m4.wordpress.com/2010/05/04/sosiologi-agama/ [1] J, Dwi
Narwoko-Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan, (Ed.) 1,Cet 1,
(Jakarta : Kencana, 2004) , h. 2 [2] Drs. Laurent Widyasusanto, Penuntun Belajar
Sosiologi, (Jakarta : Pradaya Paramitha), 1996, h. 87 [3] Tom Campbell, Tujuh
Teori Social Sketsa Penilaian Perbandingan, (Jokjakarta : Kanisius, 1994), H. 165
[4] Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Social Sebuah Kajian Pendekatan
Structural, Pengantar Hamid Hasan, Editor, Rini Rachmatika, Ed.1, Cet.1, (Jakarta
: Bumi Aksara, 2007), H. 87-88 [5] Sulaeman, M, Munandar, Ilmu Social Dasar
Teori Dan Konsep Social Edisi Revisi, (Bandung : Eresco, 1993), h. 63 [6] David
Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Penerjemah Paulus Wirotomo.Ed.1, Cet.4.-(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 5-7 [7] Betty R. Schraf,
Sosiologi Agama, (Jakarta : Kencana, 2004), h. 74 [8]
http://bud1purn4m4.wordpress.com/2010/05/04/sosiologi-agama/ Diposkan oleh
miss fajriah di 14.41 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke
TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Tidak ada komentar: Poskan
Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan
Komentar (Atom) Online User widget SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA
SEMOGA ANDA BETAH DI BLOG SAYA Langganan Pos Komentar Entri
Populer MAKALAH TENTANG BAKAT BAB I PENDAHULUAN A. LATAR
BELAKANG Anak adalah titipan Tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar
ia menjadi manusia y... MAKALAH SOSIOLOGI AGAMA BAB I
PENDAHULUAN A. Latar B elakang Agama merupakan salah satu aspek
penting dalam kehidupan masyarakat yang perlu dip... MAKALAH METODE
PENELITIAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Seperti telah disebutkan, kualitas data ditentukan oleh kualitas alat
pengambil data at... MAKALAH TENTANG QASHASH MAKALAH Kisah Alquran tugas ini disusun untuk mata kuliah ilmu tafsir DOSEN Dr. Evra
Willya,M.Ag DISUSUN OLEH... TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI

KONSTRUK TEORITIK BIDANG GARAPAN BAB I PENDAHULUAN 1.


Latar Belakang Teknologi merupakan bagian integral dalam setiap budaya. Makin
maju suatu budaya, m... Teknologi Pendidikan Sebagai Konstruk Teoritik, Bidang
Garapan Dan Profesi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah
Teknologi merupakan bagian integral dalam setiap budaya. Makin maju suatu
budaya, ... SYIRKAH Syirkah ... CERPEN>> When I Love Someone
Memiliki perasaan suka pada seseorang itu hal yang lumrah Tapi, untuk
menyatakan cinta pada seseorang itulah yang sulit dilakukan ... Teknik
Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan
bagian yang terpenting dalam suatu penelitian, bahkan merupakan suatu keh...
Definisi Teknologi Pendidikan Berikut, adalah definisi teknologi
pendidikan/pembelajaran berdasarkan beberapa definisi dari tahun ke tahun
sampai yang terkini. C... Translate Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ Copy and
WIN : http://ow.ly/KNICZ
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
http://miss-fajriah.blogspot.com/2014/03/makalah-sosiologiagama.html

You might also like