You are on page 1of 38

SISTEM MUSKULUSKLETAL

FRAKTUR MANDIBULA

DISUSUN OLEH :

LAELA BADRIA
052 STYC 13
V/III/A2

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1 MATARAM
2015/2016
KATA PENGANTAR
1

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini yang berjudul OSTEOATRITIS guna memenuhi tugas mata kuliah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca.

Mataram, Januari 2016


Penulis

BAB 1
2

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun
parsial.Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan
trauma tidak langsung.Trauma pada wajah sering melibatkan tulang-tulang pembentuk
wajah, diantaranya pada mandibula.
Mandibula merupakan bagian dari tulang wajah yang sering mengalami cedera
karena posisinya yang menonjol sehingga rentan terhadap benturan, walaupun daya
tahan mandibula terhadap benturan lebih besar daripada tulang-tulang wajah lainnya.
Fraktur dapat terjadi akibat trauma atau karena proses patologis. Fraktur akibat
trauma dapat terjadi akibat perkelahian, kecelakaan lalulintas, kecelakaan kerja, luka
tembak, jatuh ataupun trauma saat pencabutan gigi. Fraktur patologis dapat terjadi
karena kekuatan tulang berkurang akibat adanya kista, tumor jinak atau ganas rahang,
osteogenesis imperfekta, osteomielitis, osteomalasia, atrofi tulang secara menyeluruh
atau osteoporosis nekrosis atau metabolic bone disease. Akibat adanya proses patologis
tersebut, fraktur dapat terjadi secara spontan seperti waktu bicara, makan atau
mengunyah.
Secara umum klasifikasi fraktur mandibula dapat diklasifikasikan berdasarkan
tipe fraktur, lokasi fraktur, pola fraktur.Prinsip umum perawatan fraktur mandibula
secara esensial tidaklah berbeda dari perawatan fraktur di badan. Fragmen direduksi
kedalam suatu posisi yang baik dan kemudian dilakukan imobilisasi sampai waktu
tertentu sehingga terbentuk penyatuantulang.
Dasar pemikiran perawatan fraktur yang baik adalah kemauan dan kemampuan
untuk menggunakan teknik yang ada. Pada keadaan tertentu diperlukan cara modifikasi
dari teknik pembedahan.8 Salah satu teknik modifikasi dalam penatalaksanan fraktur
mandibula adalah kombinasi penggunaan arch bar dengan lag screw.
Pertimbangan yang matang terhadap perawatan yang akan dilakukan harus
3

disadari sebagai hal yang penting sehingga tindakan dan jenis perawatan yang dilakukan
sesuai dengan indikasi termasuk mewaspadai segala bentuk kemungkinan komplikasi
yang dapat terjadi. Untuk mengatasi keadaan ini, dokter gigi dengan kemampuan yang
dimilikinya harus melakukan perawatan yang optimal. Oleh karena itu dalam skripsi ini
akan dibahas mengenai konsep kombinasi penggunaan arch bar dengan lag screw
dalam penatalaksanaan fraktur mandibula anterior sehingga perawatan yang dilakukan
sesuai dengan indikasi dan dapat berhasil dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep dasar fraktur mandibula?
1.2.2 Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur
mandibula?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum.
Secara umum tujuan dari penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi
tugas perkuliahan Keperawatan Sistem Muskuluskletal
1.3.2 Tujuan khusus.
Untuk mengetahui dan lebih memahami definisi, Epidemiologi, penyebab,
patofisiologi, klasifikasi, gejala klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik,
pemeriksaan fisik, dan therapy, pada penyakit fraktur mandibula yang sudah
merupakan masalah kesehatan yang penting.

BAB 11
4

TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan otot dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan
lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap
atau tidak lengkap (Price dan Wilson, 2006).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2001).
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian. (Muttaqin, Arif. 2008)
Mandibula adalah tulang rahang bawah, tulang yang tidak teratur dan
merupakan satu-satunya tulang kepala yang dapat bergerak (Watson,2002).
Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibula yang
dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung.

2.2 Etiologi
Klasifikasi Fraktur (Chairuddin, 2003)
Klasifikasi Etiologis:
1.

Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat

tersebut.
2.

Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang

jauh dari area benturan.


3.

Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa

trauma. Contohfraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang


dan tumor tulang.
Klasifikasi Klinis
5

1. Fraktur tertutup, merupakan fraktur tidak menyebabkan robek pada kulit


2. Fraktur terbuka, merupakan dengan luka pada kulit atau robek dan ujung
tulang menonjolsampai menembus kulit
3. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran
4. Fraktur tidak komplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah
tulang
Klasifikasi Radiologis
1.

Lokalisasi/letak fraktur seperti diafisis, metafisis, intra-artikular.

2.

Konfigurasi/sudut patah dari fraktur :

Fraktur transversal

Fraktur oblik

Fraktur spiral

Fraktur kominutif

Fraktur segmental

Fraktur Impaksi/kompresi

3.

Menurut ekstensi:

Fraktur total

Fraktur tidak total (fracture crack)

Fraktur buckle/torus

Fraktur garis rambut

Fraktur greenstick

Fraktur avulse
6

Fraktur sendi

4.

hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya yaitu tidak bergeser dan

Bergeser (bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, overiding, impaksi)


Menurut R. Gustino Fraktur Terbuka dibagi atas 3 derajat yaitu:
Derajat I:

Luka < 1 cm

Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk

Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan

Kontaminasi minimal

Derajat II:

Laserasi >1 cm

Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi

Fraktur kominutif sedang

Kontaminasi sedang

Derajat III:

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot.

2.3 Manifestasi Klinik

Tidak dapat menggunakan anggota gerak

Nyeri pembengkakan

Terdapat trauma

Gangguan fungsi anggota gerak

Deformitas
7

Kelainan gerak

2.4 Patofisiologi
Penyebab fraktur diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang
disebabkan oleh suatu proses, yaitu :
Osteoporosis Imperfekta (kelainan genetika langka pada remaja, tulang rapuh)
Osteoporosis (penurunan kualitas dan kepadatan massa tulang)
Penyakit metabolik (makanan, racun, infeksi, dan sebagainya)
Trauma, yaitu benturan pada tulang. Biasanya terjatuh dengan posisi dagu
langsung terbentur dengan benda yang lebih kuat/keras daripada tulang itu
sendiri.

2.5 Pathway

Trauma langsung

trauma tidak langsung

kondisi patologis

FRAKTUR MANDIBULA
Diskontinuitas tulang

Nyeri

pergeseran frakmen tulang

Perub jaringan sekitar

kerusakan frakmen tulang

Pergeseran frag Tlg laserasi kulit: spasme otot

tek. Ssm tlg > tinggi dr kapiler

Kerusakan
integritas

jaringan

putus vena/arteri

tekanan kapiler

reaksi

stres

klien
deformitas
perdarahan pelepasan histamin

melepaskan katekolamin

gg. fungsi
protein plasma hilang

memobilisai

asam lemak
syok hipovolemik
edema
Defisit
perawatan diri
makan

bergab dg trombosit
Kekurangan
Volume Cairan
Dalam Tubuh

penekanan pembuluh drh


9

emboli

penurunan perfusi jar

menyumbat pembuluh darah

Gangguan perfusi
jaringan

2.6 Pemeriksaan Penunjang

X.Ray

Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.

CCT kalau banyak kerusakan otot.

2.7 Penatalaksanaan Medik

Konservatif : Immobilisasi, mengistirahatkan daerah fraktur.

Operatif : dengan pemasangan Traksi, Pen, Screw, Plate, Wire ( tindakan

Asbarg)

2.8 Komplikasi
1.

Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.

2.

Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan

kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.


3.

Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

10

BAB III
KONSEP ASKEP
3.1 Rencana Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
1.

Pengkajian primer:

a.

Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat


kelemahan reflek batuk
b.

Breathing

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang


sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c.

Circulation

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa
pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2.

Pengkajian sekunder

a.

Aktivitas/istirahat

kehilangan fungsi pada bagian yangterkena

Keterbatasan mobilitas

b.

Sirkulasi

Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)

Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)

Tachikardi

Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera

Cailary refil melambat

Pucat pada bagian yang terkena


11

Masa hematoma pada sisi cedera

c.

Neurosensori

Kesemutan

Deformitas, krepitasi, pemendekan

kelemahan

d.

Kenyamanan

nyeri tiba-tiba saat cidera

spasme/ kram otot

e.

Keamanan

laserasi kulit

perdarahan

perubahan warna

pembengkakan lokal

3.2 Diagnosa keperawatan, tujuan, intervensi, rasional


Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

Kep
eraw
Nyeri

atan
akut Setelah dilakukan 1.

Kaji

b/d

tindakan

intensitas

Age

keperaw

nyeri

atan

cider

selama

imobilisasi

1x20

yang

fisik

menit

tirah baring

(Nanda,

2.

nyeri

3.

ulang

Pertahankan

Berikan
yang

berikan
untuk

2.
bagian

Untuk
mengurangi nyeri

3.

lingkungan
tenang

Untuk
menambahkan

dan

rasa nyaman

dorongan
melakukan

aktivitas hiburan
12

karakteristik

sakit dengan

berkuran
hilang

dan tipe

Mengetahui
nyeri

2013

atau

lokasi, 1.

4.

Untuk

KH:

4.

Klien

Ganti posisi dengan


bantuan

Mengata
kan

bila

ditoleransi
5.

mengurangi nyeri
5.

Untuk

Dorong

mengurangi

nyerinya

menggunakan tehnik

sensasi nyeri

berkuran

manajemen

contoh : relasksasi,

atau

hilang
Skala nyeri (0-1)
6.

stress,

latihan nafas dalam, 6.

Untuk

imajinasi visualisasi,

mengetahui

sentuhan

keadaan

Observasi

tanda-

tanda vital

umum

klien
7.

Untuk
mengurangi nyeri

7.

Kolaborasi

pemberian analgetik

Kerusakan

Setelah dilakukan 1.

Kaji ulang integritas 1.

Mengetahui

Integ

tindakan

luka dan observasi

adanya

ritas

keperaw

terhadap

infeksi

Jarin

atan

infeksi atau drainae

gan

selama 1 2.

Monitor suhu tubuh

b/d

x60

adanya

Fakt

menit

kalau suhu tubuh

or

integritas

mek

kulit

kulit, dengan sering 3.

Untuk

anik

yang

pada

mempertahankan

(mis

baik

yang menonjol

al:ko

tetap

yaka

terjaga

n/rob

3.

4.

Lakukan

tanda

perawatan

patah

Mengetahui
infeksi

naik

tulang

integritas kulit

Lakukan alih posisi


dengan sering,

5.

2.

tanda2

Pertahankan
13

4.
seprei

Untuk mencegah
dekubitus

ekan

KH:

tempat

tidur

Klien mengatakan

kering

dan

(Nanda,

badanny
2013
)

a bugar
Luka

tetap 5.
bebas

kerusakan

kerutan
6.

tampak

integritas kulit

Masage kulit ssekitar


akhir

bersih

Mencegah

gips

dengan 6.

alkohol

Meningkatkan
sirkulasi

perifer

dan
meningkatkan
kelemasan

kulit

dan otot terhadap


7.

Kolaborasi

tekanan

pemberian antibiotik.

relatif

yang
konstan

pada imobilisasi.
7.
Kekurangan

Setelah dilakukan 1.

Untuk mencegah

Pertahankan catatan 1.

infeksi
Menjaga
keseimbangan

Volu

tindakan

intake

me

keperaw

yang akurat

Cair

atan

an

selama 1

hidrasi (kelembaban

kualitas

Dala

x 6 jam,

membran

pemasukan

masalah

nadi adekuat, tekanan

Tubu

kekurang

darah ortostatik)

h b/d

an

hilan

volume

untuk

gann

cairan

pasien makan

ya

dalam

volu
me

2.

3.

output

volume cairan

Monitor

Dorong

status 2.
mukosa,

KH:

secar

1.

volume cairan
3.

keluarga

Mendapatkan
nutrisi

membantu

yang

adekuat.
4.

Mengoptimalkan
pemasukan

tubuh

minuman/makanan

volume cairan

teratasi

ringan (snack,
buah, buah segar )

Mengetahui

Tawarkan

caira

4.

dan

Mempert

ahankan

aktif

urine
14

jus

(Nan

output

da,

sesuai

2013

dengan

usia dan
BB,

BJ

urine
normal,
HT
normal
2.

Te
kanan
darah,
nadi,
suhu
tubuh
dalam
batas
normal

3.

Tid
ak

ada

tanda
tanda
dehidrasi
,
Elastisita
s

turgor

kulit
baik,
membran
mukosa
lembab,
tidak ada
rasa haus
15

yang
berlebiha
Gangguan

n
Setelah dilakukan 1.

si

keperaw

daerah yg hanya peka

jarin

atan

terhadap

gan

selama

panas/dingin/tajam/tu

daerah

b/d

1xshift

mpul

mengalami

rasa

status

Observasi kulit

gangguan

nyeri

sirkulasi
baik
KH:

perubahan
sirkulasi
2.

3.
4.

2013
)

adanya

5.

TTV dalam batas

Defisit

Mengetahui

adanya

rahang

laserasi

Kolaborasi

4.

pemberian analgetik

yang

Mengetahui

Batasi gerakan pada

lesi

Untuk

menjaga

sirkulasi darah di

normal

rahang

Setelah dilakukan 1.

Monitor kemampuan 1.

Untuk

pasien untuk makan

mengetahui cara

Ciptakan lingkungan

memberikan

yang nyaman

makanan

Atur posisi pasien 2.

Menambahkan

pera

tindakan

wata

keperaw

n diri

atan

mak

selama

an

1x30

senyaman

mungkin

rasa nyaman

b/d

menit

sebelum

memberi 3.

Agar tidak terjadi

gang

ADL

makan

guan

klien

mus

terpenuhi

2.
3.

4.

aspirasi

Berikan alat bantu


untuk makan, mis:

kulo

(Nanda,

Mengetahui

tindakan

3.

Monitor

1.

perfu

(Nanda,

2.

Monitor vital sign

sedotan, sendok.

skele

KH:

5.

tal

Klien mengatakan

Berikan

4.

makanan

klien

sesuai anjuran

bisa

memakan

makanan
5.

16

Memudahkan

Agar

diet

2013
)

makan

terpenuhi

Klien tampak bisa


makan

BAB IV
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS
FRAKTUR MANDIBULA DI RUANG FLAMBOYAN RSUD MATARAM
TANGGAL 16 APRIL 2015
17

4.1 Pengkajian
Identitas pasien
Nama

: Ny. R

Umur

: 20 thn

Jenis kelamin

: Perempuan

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Pelajar

Alamat

: Mataram

Tanggal MRS

: 14 April 2015 jam : 18.15 wita

Tanggal pengakajian

: 16 April 2015 jam : 11.00 wita

Diagnose medis

: Fraktur mandibula

No. RM

: 941032

Identitas penanggung jawab


Nama

: Ny. D

Umur

: 37 thn

Jenis kelamin

: perempuan

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Alamat

: Mataram

Hub. Dgn klien

: Ibu klien

1. Keluhan utama
Nyeri dibagian rahang bawah dan pusing
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluarga klien mengatakan 2 hari yang lalu klien mengalami kecelakaan lalu
lintas dan muka klien terbentur tiang listrik dan mengalami luka di bagian rahang
bawah dan atas alis bagian kiri robek serta luka tergores di bagian pipi, klien
sempat pingsan dan di bawa ke IGD RSUD Praya, setelah mendapat pertolongan

18

pertama, kemudian klien dipindahkan ke ruang flamboyan untuk mendapat


perawatan lebih lanjut.
3. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu, dan klien baru kali
ini mengalami sakit yang serius.
4. Ri wayat penyakit keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti hipertensi,
DM, penyakit tulang dan lain-lain
Pengkajian bio, psiko, social dan spiritual
1. aktifitas/istirahat
Sebelum sakit

: keluarga klien mengatakan, klien dapat beraktifitas seperti

biasa tanpa gangguan, dan kebutuhan istirahat juga terpenuhi.


Saat sakit

: aktifitas dan istirahat klien terganggu dan klien hanya bisa

tidur di atas tempat tidur yang disediakan RS.


2. sirkulasi
Sebelum sakit

: klien tidak pucat dan badannya terasa nyaman

Saat sakit

: klien tampak pucat, konjungtiva tdk anemis, CRT < 2 detik

3. integritas ego
Sebelum sakit

: klien merasa nyaman ketika badan klien sehat

Saat sakit

: klien gelisah dan cemas dengan kondisi penyakitnya saat

ini
4. ma kanan/cairan
Sebelum sakit

: klien makan dan minum seperti biasa dengan frekuensi

3x/hari dan minum 8 gelas/hari


Saat sakit

: klien hanya bisa minum air saja, tidak bisa mengunyah

makanan karena kondisi rahangnya masih sakit.


5. eliminasi
19

Sebelum sakit

: keluarga klien mengatakan klien BAB dan BAK seperti

biasa dengan konsistensi feses normal dan frekuensi BAK 2-3x/hari


Saat sakit

: klien belum bisa BAB hanya bisa BAK saja dengan

frekuensi 2x/hari
6. nyeri/ketidaknyamnan
Sebelum sakit

: klien tidak merasakan nyeri apapun dan klien merasa

nyaman
Saat sakit

: klien mengatakan nyeri di bagian rahang bawah, skala

nyeri 8
7. pernafasan
Sebelu m sakit

: klien mengatakan tidak ada gangguan dalam bernafas

Saat sakit

: klien mengatakan tidak ada gangguan dalam bernafas

8. hygiene
Sebelu m sakit

: klien selalu membersihkan dirinya dengan cara mandi,

gosok gigi, membilas rambutnya dengan shampo 3x/hari


Saat sakit

: klien hanya di lap menggunakan air hangat 1x/hari oleh

ibunya
9. neurosensori
Sebelum sakit

: keluarga klien mengatakan tidak ada gangguan

Saat sakit

: klien mengeluh pusing

10. keamanan
Sebelum sakit

: klien merasa aman bila berada di rumahnya

Saat sakit

: klien merasa cemas dengan kondisinya saat ini

11. seksualitas
Sebelum sakit

: klien tidak melakukan hubungan sex karena masih di

bawah umur

20

Saat sakit

: klien tidak melakukan hubungan sex karena masih di

bawah umur
12. spiritual
Sebelum sakit

: klien selalu sholat 5 waktu tanpa gangguan

Saat sakit

: kebutuhan spiritual klien terganggu karena sakit dan hanya

bisa berdoa untuk kesembuhannya.


Inspeksi
A.

: tidak ada PEMERIKSAAN FISIK ( head to toe )

Keadaan Umum
Keadaan umu lemah, kesadaran composmentis

B.

Tanda-tanda vital

TD

: 110/70 mmhg

Nadi

: 89x/menit

Suhu

: 37 c

Pernafasan

: 20x/mnt

C.

Pemeriksaan Kepala dan Leher

Kepala

: Mesocepal, terdapat jahitan luka di atas alis kiri

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Hidung

: bersih, tidak ada kotoran

Mulut

: terdapat luka robek pada bibir bawah bagian dalam, gigi

depan patah 1
Telinga

: bersih, tidak terdapat luka

Leher

: tidak ada pembesaran tiroid

D.

Pemeriksaan Thorak/ Dada


Inspeksi

: bentuk simetris, frekuensi nafas 20x/menit

Palpasi

: tidak ada nyeri tekan


21

E.

Perkusi

: suara pekak

Auskultasi

: tidak ada suara nafas tambahan

Pemeriksaaan Abdomen

luka bekas operasi

F.

G.

H.

I.

J.

Auskultasi

: bising usus 10x/mnit

Perkusi

: suara timpani

Palpasi

: tugor kulit baik

Pemeriksaan Genetalia dan anus


Genetalia

: tidak dilakukan pemeriksaan, tidak ada masalah

Anus

: tidak dilakukan pemeriksaan, tidak ada masalah

Ekstrimitas atas
Inspeksi

: tampak pucat

Palpasi

: akral hangat

Ekstrimitas bawah
Inspeksi

: tampak pucat

Palpasi

:-

Perkusi

: reflek patella positif

Pemeriksan Integumen
Kulit

: Tugor kulit baik, tampak pucat

Kuku

: CRT < 2 detik

Pemeriksaan Neurologi
GCS

: Reflek mata 4 ( dapat membuka mata spontan )

Reflek bicara 3 ( respon bicara tidak jelas )


Reflek motorik 6 ( gerak motorik baik )
22

Kesadaran composmetis, orientasi terhadap orang, tempat dan waktu baik


Reflek petela + / +

Pemeriksaan penunjang tanggal


1. Cek golongan darah

: hasil pemeriksaan gol. B

2. Foto schull

: hasil pemeriksaan tampak fraktur pada rahang

bagian tengah
3. Bleeding time

: 3 32 menit

Cloting time

: 143 menit

4. Darah lengkap
WBC

10.4

10/ul

3.70-10.1

NEU

5.64

1.63-6.96

LYM

1.52

1.63-6.96

MONO

0.510

0.240-0.790

EOS

2.71

0.030-0.440

BASO

0.070

0.00.0.80

RBC

4.13

10/ul

4.06-5.58

HGB

8.45

g/dl

12.9-15.9

HCT

26.8

37.7-53.7

MCV

64.9

Fl

81.1-96.6

MCH

20.5

Pg

27.0-31.2

MCHC

31.5

g/dl

31.8-35.4

RDW

14.8

11.5-14.5

PLT

286

10/ul

155-366

MPV

6.14

Fl

6.90-10.6

23

TERAPI :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

RL 20 tpm
Hecting
Injeksi cefotaxim 2x1 gram / IV / 2 jam
Injeksi keterolac 3x30 mg / IV / 8 jam
Injeksi ranitidine 2x1 gram / IV / 2 jam
Rawat luka
Transfusi darah

Nomor seri

: 14510825

Jumlah kantong

: 1 @ cc : 1/200

Tanggal diberikan

: 29/01/2014

Jam

: 12.35 wita

Tanggal selsai

: 29/01/2014

Jam

: 12.55 wita

Gol. Darah

: B rhesus positif

4.2 Analisa Data


Data

Etiologi

Problem

DS : - klien mengatakan Fraktur


nyeri

pada

Nyeri akut

area

rahang bawah
Terputusnya

kontuintas

jaringan tulang
DO : - k/u klien lemah
-

klien tampak nyeri


Ekspresi
wajah Menekan ujung saraf

meringis
Skala nyeri 7
Tampak nyeri jika
membuka mulut

Stimulus

dihantar
thalamus
24

ke

Dipersepsikan sebagai nyeri

DS : - klien mengatakan

Fraktur

Kerusakan

sakitnya bertambah
jika mulutnya

verbal

di

sentuh ataupun jika Terputusnya

jaringan tulang

klien bicara.

Menekan ujung saraf

DO : - k/u klien lemah


-

klien tampak diam


Klien tampak
kesakitan bila di Stimulus

kontuintas

dikantor

ke

thalamus

ajak bicara
Klien
tampak
menggunkan
komunikasi

non Dipersepsikan sebagai nyeri

verbal
Kerusakan

komunikasi

verbal
DS : klien mengatakan nyeri Fraktur
di

luka

bekas

operasi

Nyeri

Adanya

tindakan
rekontruksi

DO : - k/u klien lemah


-

Tampak

tulang
(pembedahan)

meringis

kesakitan
Skala nyeri 7

pada

Rangsangan mediator kimia


25

komunikasi

(prostaglandin)

Afferent

Cortex cerebri

Nyeri dipersepsikan

4.3 Diagnosa keperawatan


1.

Gangguan rasa nyama: nyeri (akut) b.d pergeseran fragmen tulang terhadap

jaringan lunak
2.
Kerusakan komunikasi verbal b.d nyeri
Diagnosa post operasi
3.

Nyeri berhubungan dengan proses pembedahan.

26

4.4 Intervensi
Hari/tgl

Tujuan/kriteri Intervensi

Rasional

a
hasil
Senin

Setelah

16/04/15

1.

Kaji

lokasi 1.

dila

nyeri,

kuka

itensitas

tipe nyeri
Pertahankan

tind

2.

akan
kepe
rawa
tan

3.

sela

dan

jam
nyer

2.

4.

fraktur wajah

tepatndan

dengan

mencegah stres

alat

yang tepat
lakukan

yang

aktif 3.

ketidaknyamana

ekstremitas/

n dan kekakuan,

sendi
Ajarkan

merangsang
dan

relaksasi

g
atau
terk
ontr
ol.
Kriteria
hasil 6.

dukungan otot
menurunkan

untuk

t
5.

tak

diperlukan pada

dorong tehnik

berk

intervensi
Mempertahanka
n posisi yang

dapa

uran

keefektifan

imobilisasi

pasif/

x 24

pilihan

rentang gerak

ma 3

Mempengaruhi

sirkulasi
melambat
sehubungan

napas dalam
Berikan
waktu

untuk

4.

ekspresikan
perasaan,

dengan

tirah

baring
Dengan

tehnik

relaksasi

dapat

mengurangi

dalam tingkat
kemampuan

5.

nyeri
ekspresikan

berkomunikas

masalah/

i
Kolaborasi

takut

27

yang

menurunkan

rasa

:
1.

dengan
dokter,

Nye

pemberian

ri

6.

berikan

uran

analgetik

lintasan

nyeri,

sehingga

nyeri

akan berkurang.

sesuai

atau

nyeri
Analgetik
memblok

analgetik,

berk

indikasi

hila
2.

ansietas/ siklus

ng
Skal
a
nyer

3.

i1
Klie
n
men
unju
kkan
sika
p
sant
ai

Selasa
17/04/15

Setelah

1.

Tentukan

1.

Tipe

cedera/

dila

luasnya

situasi

kuka

ketidakmamp

individual akan

uan

menentukan

tind

berkomunikas

kebuthan

akan

memerlukan

kepe
rawa

2.

Berikan

28

untuk

2.

yang

bantuan
Memampukan

tan

pilihan

sela

komunkasi

mengkomunikas

ma 3

menggunakan

ikan kebutuhan

x 24

alat

atau masalah
Batasi frusteasi

jam
klie

3.

dapa
t

validasi

arti

dan

4.

untuk

kelelahan

upaya

yang

dapat

komunikasi.g

terjadi

pada

unakan

percakapan

ya

atau tidak

berk

Antisipasi

nika

kebutuhan

si

pasien

deng
an
baik
Kriteria
hasil
:
pasien

pasien

3.

omu

cara

akan
men
etap
kan
met
ode
kom
unik
asi
dim
ana

29

4.

lama
Menurunkan
ansietas

dan

perasaan

tidak

berdaya

kebu
tuha
n
dapa
t
diek
spre
sika
n

Setelah
18/04/15

1.

Kaji

lokasi 1.

Mengetahui

dila

dan intensitas

intervensi yang

kuka

nyeri.
Pertahankan

dilakukan

2.

imobilisasi

tind

bagian

akan
kepe

3.

rawa
sela

4.

sakit.
Tinggikan
yang fraktur.
Anjurkan

ma 3

teknik

x 24

relaksasi

jam

nafas dalam.
Observasi

nyer

5.

TTV tiap 4

i
dapa
t
terk
ontr
ol

6.

jam.
Kolaborasi
dalam
memberikan
terapi
analgetik.

30

3.

nyeri.
Menurunkan

4.

rasa nyeri.
Mengurangi

5.

nyeri.
Peningkatan

yang

ekstremitas

tan

2.

selanjutnya.
Menghilangkan

TTV
menunjukkan
adanya
6.

nyeri.
Mengurangi
nyeri.

rasa

deng
an
krite
ria
hasil
:
-

Nye
ri
berk
uran
g
atau
hila
ng

Skala
nyer
i 0-2

Eks
presi
waja
h
rilek
s

31

4.5 Implementasi
Hari/tgl

Implementasi

Senin

1.
2.

Mengkaji lokasi nyeri, itensitas dan tipe nyeri 1.


Mempertahankan imobilisasi fraktur wajah

3.

dengan alat yang tepat


2.
Melakukan rentang gerak pasif/ aktif untuk

4.

ekstremitas/ sendi
3.
Mengajarkan dan dorong tehnik relaksasi

5.

napas dalam
Memberikan

16/04/15

Respon hasil

perasaan,
6.

waktu
dalam

untuk
tingkat

berkomunikasi
Berkolaborasi dengan

Klien me

bawah, sk
Klien dib

kepala sed
Klien ma

4.

mencegah
Klien ma

kemampuan 5.

dalam
Klien han

ekspresikan

dengan p
dokter,

pemberian

analgetik, berikan analgetik sesuai indikasi

6.

yang diras
Klien me
mg / IV /

Senin

1.

16/04/15
2.

Menentukan luasnya ketidakmampuan untuk 1.

Klien han

berkomunikasi
2.

perawat
Klien dap

3.

berkomun
Klien dibe

Memberikan

pilihan

cara

komunkasi

menggunakan alat
3.

Memvalidasi arti upaya komunikasi.gunakan


ya atau tidak

32

dapat

mengangg

4.

Mengantisipasi kebutuhan pasien


4.

keadaanya
Klien mem

nyaman ag
Selasa

1.
2.

Mengkaji lokasi nyeri, itensitas dan tipe nyeri 1.


Mempertahankan imobilisasi fraktur wajah

3.

dengan alat yang tepat


2.
Melakukan rentang gerak pasif/ aktif untuk

4.

ekstremitas/ sendi
3.
Mengajarkan dan dorong tehnik relaksasi

5.

napas dalam
Memberikan

17/04/15

perasaan,
6.

Rabu

1.

18/04/15
2.

waktu
dalam

untuk
tingkat

berkomunikasi
Berkolaborasi dengan

dokter,

kemampuan

perasaann

pemberian 6.

verbal.
Klien me

analgetik, berikan analgetik sesuai indikasi

mg / IV /

Menentukan luasnya ketidakmampuan untuk 1.

Klien han

berkomunikasi
2.

perawat
Klien dap

3.

berkomun
Klien dibe

Memberikan

pilihan

cara

komunkasi

dapat

Memvalidasi arti upaya komunikasi.gunakan


4.

Mengantisipasi kebutuhan pasien

1.
2.

Mengkaji lokasi dan intensitas nyeri.


1.
Mempertahankan imobilisasi bagian yang

3.
4.
5.

sakit.
Meninggikan ekstremitas yang fraktur
Menganjurkan teknik relaksasi nafas dalam.
Mengobservasi TTV tiap 4 jam.

6.

Berkolaborasi
analgetik.

33

dalam

memberikan

mengangg

4.

19/04/15

kepala sed
Klien ma

mencegah
Klien men
Klien mer

ya atau tidak

Kamis

bawah, sk
Klien dib

4.
ekspresikan 5.

menggunakan alat
3.

Klien me

keadaanya
Klien mem

nyaman ag

terapi

Klien me

2.

skala nyer
Klien kop

3.

benar untu
Kepala kl

4.
5.

bantal unt
Klien sedi
TD : 120/

6.

37 c, RR :
Klien me
mg / IV /

34

4.6 Evaluasi
Hari/tgl

Evaluasi

Senin

S : Klien mengatakan nyeri di rahang bagian bawah,

16/04/15

O :skala nyeri 7
A :masalah belum teratasi intervensi dilanjutkan
P : mengkaji lokasi nyeri,intensitas dan tipe nyeri
Pertahankan imobilisasi fraktur wajah dengan alat yang tepat
lakukan rentang gerak pasif/ aktif untuk ekstremitas/ sendi
Ajarkan dan dorong tehnik relaksasi napas dalam

Berikan waktu untuk ekspresikan perasaan, dalam tingkat kemampuan berko

Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik, berikan analgetik sesuai ind

Selasa

S : Klien mengatakan nyeri di rahang bagian bawah

17/04/15

O :skala nyeri 6
A :masalah teratasi sebagian intervensi dilanjutkan
P : Mengkaji lokasi nyeri, itensitas dan tipe nyeri
Mempertahankan imobilisasi fraktur wajah dengan alat yang tepat
Melakukan rentang gerak pasif/ aktif untuk ekstremitas/ sendi
Mengajarkan dan dorong tehnik relaksasi napas dalam
Memberikan waktu untuk ekspresikan perasaan, dalam tingkat kemampuan

35

Berkolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik, berikan analgetik sesuai

Kamis

S : Klien mengatakan nyeri pada luka operasi, skala nyeri

19/04/15

O :skala nyeri 5
A :masalah teratasi sebagian,
P : intervensi dilanjutkan

36

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan otot dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan
tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah
fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price dan Wilson,
2006).
Mandibula adalah tulang rahang bawah, tulang yang tidak teratur
dan merupakan satu-satunya tulang kepala yang dapat bergerak
(Watson,2002).
Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibula
yang dapat disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak
langsung.
5.2 Saran
Kendati teknologi bedah memberi hasil yang baik, pencegahan

trauma merupakan langkah yang bijak. Pengendara motor yang berisiko


tinggi terjadi trauma hendaknya lebih memperhatikan keselamatan,
terutama dibagian kepala. Dari suatu penelitian, disimpulkan bahwa
ternyata tidak ada perbedaan berarti pada frekuensi kejadian trauma
maksilofacial sebelum dan sesudah era wajib helm. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena masih sangat sedikit pengendara sepeda motor yang
mengenakan helm dengan benar.

37

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8.
Jakarta : EGC
Muttaqin,

Arif.

2008.

Asuhan

Keperawatan

Klien

Gangguan

Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta : EGC


Nurarif Amih Huda, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Jakarta: EGC
Price S. A dan Wilson, Lorraine M. C, 2006, Patofisiologi Clinical Concepts of
Desiase Process, Edisi 6, Vol 2, Alih bahasa Brahm U, EGC : jakarta.

38

You might also like