Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga tugas laporan tutorial 2 tentang Resin Akrilik dapat terselesaikan dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini melibatkan bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. drg. Rendra Christiedy P, MDSc selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi
tutorial dan memberi masukan kelompok VIII Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Mengingat proses pembuatan karya tulis ilmiah ini dirasa masih jauh dari
kesempurnaan, kami selalu membuka diri untuk menerima kritik dan saran. Selanjutnya,
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................1
Daftar Isi .................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ..3
1.2.Skenario ................................................................................................3
1.3.Rumusan Masalah .................................................................................4
1.4.Tujuan Pembelajaran..............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus
strukturnya. Resin akrilik merupakan resin termoplastis, yaitu persenyawaan
komponen non metalik yang dibuat secara sintetis dari bahan-bahan organik. Resin ini
dapat dibentuk selama masih dalam keadaan plastis dan mengeras apabila dipanaskan
karena tejadi reaksi polymerisasi adisi antara polymer dan monomer.
Hingga saat ini resin akrilik masih sering digunakan sebagai bahan basis gigi
tiruan karena memenuhi beberapa kriteria sebagai bahan yang ideal untuk basis gigi
tiruan. Resin akrilik dipakai karena bahan ini memiliki sifat yang menguntungkan,
yaitu estetika terpenuhi, warna dan tekstur mirip dengan gingiva sehingga estetika di
dalam mulut baik, daya serap air relatif rendah dan perubahan dimensi kecil.
Resin sudah begitu luas digunakan sebagai pembuat basis gigi tiruan, restorasi
gigi (resin komposit), peralatan ortodonsia dan pedodonsia, mahkota dan jembatan
(resin akrilik atau resin komposit), protesa maksilofasial, dai lepasan, pelindung mulut
1.2
Mahasiswa semester II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember saat ini sedang
mengikuti skill lab Ilmu Bahan dan Teknologi Kedokteran Gigi I. Acara skill lab kali
ini adalah membuat basis gigi tiruan dari bahan resin akrilik. Sebelum acara dimulai
instruktur meminta semua mahasiswa untuk menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan untuk manipulasi resin akrilik dan mencatat tahapan-tahapan yang
dilakukan. Salah satu mahasiswa bertanya apa semua tahapan perlu dicatat mulai
kejadian saat mencampur, kapan saat yang tepat saat flasking, cara polimerisasinya,
proses setting sampai cara pemulasnya. Instruktur menjawab ya termasuk
menjelaskan tipe resin akrilik, macam polimerisasi, bagaimana terjadinya proses
polimerisasi, biokompatibilitasnya serta kelebihan dan kekurangannya.
1.3.
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
1.4.
Apa klasifikasi, komposisi, sifat dan syarat yang baik dari resin akrilik?
Bagaimana proses manipulasi dan polimerisasi dari resin akrilik?
Apa saja faktor yang mempengaruhi pemanipulasian dari resin akrilik?
Apa saja pengaplikasian resin akrilik dalam Kedokteran Gigi?
Bagaimana biokompatibilitas resin akrilik?
Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui, memahami dan menjelaskan klasifikasi, komposisi, sifat dan syarat yang
baik dari resin akrilik.
2. Mengetahui, memahami dan menjelaskan proses manipulasi dan polimerisasi dari
resin akrilik.
3. Mengetahui, memahami dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi pemanipulasian
dari resin akrilik.
4. Mengetahui, memahami dan menjelaskan pengaplikasian resin akrilik dalam
Kedokteran Gigi.
5. Mengetahui, memahami da menjelaskan biokompatibilitas pada resin akrilik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Resin Akrilik
Akrilik merupakan derivat dari etilen dan mengandung grup vinyl (-C=C-) dalam
formula strukturalnya. Akrilik resin atau resin akrilik telah tersedia di beberapa variasi dan
bentuk yang terbagi atas 3 yaitu:
1. Powder-Liquid.
2. Gels
3. Sheet
Penggunaan powder liquid dalam bentuk bubuk atau cairan pada saat ini merupakan
tipe yang paling popular. Ini karena penggunaannya cukup sederhana dalam hal prosedur
maupun prosesnya, dan suatu basis gigi tiruan selesai diproses didalam dental laboratorium
dengan menggunakan peralatan yang sederhana. Bubuk polimer dilarutkan di dalam cairan
monomer untuk membentuk suatu dough lalu dibentuk sesuai kegunaannya sebelum
polimerisasi selesai.
Resin akrilik yang digunakan sebagai basis gigi tiruan diklasifikasi menurut
spesifikasi American Dental Association No. 12 (ISO 1567) untuk Resin Basis Gigi Tiruan
pada umumnya plastik yang dilapisi oleh beberapa spesifikasi termasuk asetil, akrilik,
karbonat, ester asam dimetakrilat, styrene, sulfonat dan vinil polimer atau bisa juga terbentuk
dari pencampuran beberapa polimer menjadi kopolimer.
Terdapat lima jenis resin basis gigi tiruan berdasarkan cara polimerisasinya yaitu:
1)
Tipe I : Heat-polymerizable polymers / Heat Cured Acrylic (Class 1, Powder dan
2)
3)
4)
5)
2.2
dalam 60 Mpa, ketumpatannya adalah 1.19 g/cm2 dan modulus elasticity dianggarkan 2.4
Gpa (2400 Mpa).
Polimer ini sangat stabil. Ia tidak mengalami diskolorisasi dalam cahaya ultraviolet,
secara kimiawi stabil dalam panas dan melembut pada 125C dan dapat dibentuk seperti
bahan termoplastik. Depolimerisasi terjadi pada suhu di antara 125C dan 200C. Sekitar suhu
450C, 90% polimer telah terdepolimerisasi membentuk monomer.
Poli (metil metakrilat) mempunyai kecenderungan untuk meresap air melalui proses
imbibisi. Ini karena, struktur non-kristalinnya mempunyai tenaga internal yang tinggi. Jadi,
diffusi molekul dapat terjadi dengan mudah karena tidak memerlukan tenaga aktivasi yang
banyak. Disebabkan poli (metil metakrilat) adalah polimer yang linear seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 1, ia dapat larut dalam beberapa pelarut organik seperti kloroform
dan aseton.
tidak terjadi perubahan komposisi tetapi menghasilkan molekul raksasa dalam ukuran yang
hampir tidak terbatas. Proses polimerisasi jenis ini terdiri dari 4 tahap seperti yang dapat
dilihat pada gambar 3 yaitu:
a.
Aktivasi (Induksi) : Untuk memulai proses polimerisasi tambahan, haruslah terdapat
radikal bebas. Radikal bebas dapat dihasilkan dengan mengaktifkan molekul monomer
dengan sinar UV, sinar biasa, panas, atau pengalihan energi dan komposisi lain yang
b.
c.
d.
dinamakan dough forming time. Spesifikasi American Dental Association No.12 menyatakan
bahwa konsistensi ini harus dicapai kurang dari 40 menit setelah pengadukan. Dalam
penggunaan klinik, biasanya hanya mengambil masa kurang dari 10 menit. Minimum masa
yang diambil untuk resin akrilik self cure berpolimerisasi adalah 30 menit.
Gambar 4 : Cara inisiasi radikal bebas untuk induksi polimerisasi resin akrilik.
(From: Powers JM, Wataha JC. Dental Materials Properties and Manipulation. 9th Ed.
Missouri : Mosby Elsevier 2008 : 292)
Perbedaan paling jelas antara self cure dan heat cure akrilik adalah pada proses
aktivasi (induksi) polimerisasi. Heat cure diaktivasi oleh panas, sedangkan self cure diaktivasi
oleh bahan kimia.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mapping
Resin
Alami
Sintetik
Akrilik
Komposisi
Sifat
Klasifikasi
8
Faktor-faktor yang
mmpengaruhi
Manipulasi
Aplikasi
Biokompatibilitas
Polimerisasi
Kedokteran
Propagansi
Terminasi
AInisiasi
klimasi
Gigi
3.2 Klasifikasi, Komposisi, Sifat dan Syarat yang Baik dari Resin Akrilik
Klasifikasi Resin Akrilik
Resin akrilik dibedakan atas empat jenis yaitu heat cured acrylic resin, pour and cure
resin, visible light cured acrylic resin, dan cold cure acrylic resin. Heat cured acrylic resin
adalah resin akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut
dengan menggunakan perendaman air di dalam waterbath, jenis resin akrilik panas lain
menggunakan proses polimerisasi dengan gelombang mikro. Bahan-bahan ini terdiri dari
bubuk dan cairan yang setelah pencampuran dan pemanasan berikutnya akan memadat.
Visible light cured acrylic resin adalah resin akrilik yang diaktifkan dengan sinar yang terlihat
oleh mata. Material ini tersusun dari matriks dari urethane dimethacrylate yang tersusun dari
kandungan kecil dari acrylic beads yang menjadi bagian dari struktur jaringan polimer
interpretating. Cold cure acrylic resin adalah resin akrilik yang diaktifkan suatu bahan kimia
lain yang ditambahkan pada monomer yaitu tertiary amine misalnya dumethyl p-Toluidine
(CH3C6H4N(CH3). Bahan ini dikenal sebagai aktivator. Setelah polimer dicampur dengan
polimer, aktivator akan bereaksi dengan inisiator membentuk radikal bebas dan polimerisasi
mulai terjadi pada termperatur kamar. Selain itu juga ada pour and cure resins adalah cold
cure resin dengan cairan yang cukup ketika telah tercampur dapa dituang menjadi cetakan
yang terbuat dari hidrokoloid.
A. Heat Cured (Resin Akrilik Polimerisasi Panas)
Merupakan resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan pemanasan. Energi
termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan menggunakan
perendaman air atau microwave. Penggunaan energy termal menyebabkan
dekomposisi peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk
akan mengawali proses polimerisasi ( Ecket, dkk., 2004).
B. Resin Akrilik Swapolimerisasi ( Self- Cured) Autopolymerizing
9
berisi lebih banyak monomer yang tidak bereaksi dibanding heat cured resin
Digunakan dalam reparasi gigi tiruan, re-lines, dan piranti orthodonti
10
1. Polimer:
a. Poli(metil metakrilat)
Bubuk polimer yaitu poli( metil metakrilat ) adalah resin transparan yang dapat
menyalurkan cahaya dalam range ultraviolet hingga yang mempunyai wavelength 250nm. Ia
mempunyai kekerasan dari 18 hingga 20 Knoop Number. Kekuatan tensilnya dianggarkan
dalam 60 Mpa, ketumpatannya adalah 1.19 g/cm2 dan modulus elasticity dianggarkan 2.4
Gpa (2400 Mpa).
Polimer ini sangat stabil. Ia tidak mengalami diskolorisasi dalam cahaya ultraviolet, secara
kimiawi stabil dalam panas dan melembut pada 125C dan dapat dibentuk seperti bahan
termoplastik. Depolimerisasi terjadi pada suhu di antara 125C dan 200C. Sekitar suhu
450C, 90% polimer telah terdepolimerisasi membentuk monomer.
Poli (metil metakrilat) mempunyai kecenderungan untuk meresap air melalui proses
imbibisi. Ini karena, struktur non-kristalinnya mempunyai tenaga internal yang tinggi. Jadi,
diffusi molekul dapat terjadi dengan mudah karena tidak memerlukan tenaga aktivasi yang
banyak. Ia dapat larut dalam beberapa pelarut organik seperti kloroform dan aseton.
b. Initiator
Initiator merupakan suatu bahan yang berfungsi untuk mengaktifkan reaksi
polimerisasi resin akrilik. Bahan initiator yang biasa ditemukan adalah berupa 0.2 - 0.5%
benzoil peroksida. Substansi ini akan mengalami pemutusan ikatan oleh karena adanya
pemicu seperti panas pada heat-cured, kimia pada self-cured, dan cahaya pada light-cured.
Pemutusan ikatan satu benzoil peroksida akan menghasilkan dua buah radikal bebas. Radikal
bebas inilah yang nantinya akan mengikat monomer-monomer sehingga terjadilah reaksi
polimerisasi.
c. Pigmen
Zat pigmen pada resin akrilik akan membuat resin akrilik dapat memiliki bermacam
warna, yaitu transparan yang menyerupai warna gigi, atau pink yang menyerupai gingiva.
11
Beberapa sedian bahwa mengandung serat-serat merah sehingga menyerupai pembuluh darah.
Zat pigmen dapat berupa merkuri sulfit, cadmium sulfit, cadmium selenit, dan ferric oxide.
d. Plasticizer
Plasticizer adalah zat additif untuk menambah kefleksibilitasan resin akrilik. Zat ini
dapat berupa dibutil pthalat
.
e. Opacifiers
Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin akrilik terlihat di
dalam sinar-X apabila tertelan. Opacifiers yang biasa digunakan adalah zinc atau titanium
oxide.
f. Bahan tambahan
Bahan yang umumnya ditambahkan pada resin akrilik adalah serat sintetis/organik
(serat nilon atau serat akrilik) dan partikel inorganik, seperti serat kaca, zirkonium silikat.
Adanya penambahan bahan-bahan ini biasanya dilakukan untuk merubah sifat fisik dan
menkanik, seperti penambahan serat kaca akan menyebabkan densitas resin akan akrilik
semakin meningkat.
2. Monomer
a. Metil metakrilat
Cairan monomer adalah metil metakrilat, yaitu suatu cairan bening pada suhu ruangan
yang mempunyai sifat fisikal berikut:
yang baik.
b. Stabilizer
Terdapat sekitar 0.003 0.1% metil ether hydroquinone untuk mencegah terjadinya
proses polimerisasi selama penyimpanan.
c. Plasticizer: dibutil pthalat
d. Bahan untuk memacu ikatan silang (cross-linking agent)
12
Cross-linked agent dapat berupa etilen glikol dimetakrilat (EGDMA). Bahan ini
berpengaruh pada sifat fisik polimer dimana polimer yang memiliki ikatan silang bersifat
lebih keras dan tahan terhadap pelarut.
Pada Heat Cured Acrylic Resin atau Resin akrilik polimerisasi panas dimana resin
akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut, memiliki
komposisi :
Powder dan Liquid
o Terdiri dari partikel polimer yang berbentuk pearls atau beads berisi poli (methyl
methacrylate)
Initiator : benzoil peroxide
Pigmen
Opacifiers: titanium/zinc oksida
Plasticizer: Dibutyl phthalate
Fiber sintetik: nylon/akrilik
Stabilisator : talc dan gelatin, agar partikel tidak bersatu
Zat warna : mercuric sulfide, cadmium sulfide, cadmium selenide
Liquid :
o Metil metakrilat
o Inhibitor : hydroquinone, untuk mencegah polimerisasi oleh panas, sinar dan pengaruh
o
o
o
o
o
o
o
oksigen
o Plasticizers : ester-ester dengan BM rendah, agar hasil akhir lebih lunak.
Pada Light Curing Acrylic Resin, komposisi akrilik ini yaitu mengandung matriks urethane
dimethacrylate dengan kopolimer akrilik, bahan pengisinya adalah silica microfine dan sistem
fotoinitiatornya berupa camphorquinone amine.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
terus menerus dan kemudian ditiadakan, maka akan berubah bentuk secara permanen
Resin akrilik mempunyai dimensional stability yang baik, sehingga dalam kurun
k.
a.
13
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang telah
mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas menyebabkan efek negatif terhadap
kekuatan dari resin akrilik. Dimana resin akrilik ini mudah porus
Dari komposisinya
A. Sifat dari Methyl Methacrylate Monomer
1. Transparan, mudah menguap pada suhu ruangan
2. Mempunyai aroma yang manis
3. Sifat fisik :
melting point
: 480C
Boiling point
: 1000C
Density
: 0,945 g/ml pada suhu 200C
Heat of polymerization
: 12,9 Kcal/mol
Volume penyusutan saat polomerisasi
: 21 %
B. Sifat dari (Poly) Methyl Methacrylate
1. Tidak mempunyai rasa dan aroma
1. Warna sesuai dengan jaringan rongga mulut
2. Impact Strength naik jika ditambahkan plasticizer
3. Modulus elastisitasnya 2400 Mpa
4. Dapat mereabsorbsi air 0,6 mg/cm2
5. Tidak larut dalam air dan cairan rongga mulut, namun larut pada keton, ester dan
aromatic & chlorinated hydrocarbon
(Rao,J Jyotsna.2014.Quick Review Series for BSD 2nd Years,2e.India:Elsevier)
Sifat-sifat fisik resin acrylic:
a. Hardness sebesar 16-22 KHN yang artinya acrylic mudah terkikis dan tergores.
b. Thermal conductivity resin acrylic rendah dibandingkan logam. Penghantaran panasnya
sebesar 5,7x10-4/detik/cm/0C/cm2
c. Acrylic mengalami pengerutan waktu polimerisasi dan pendinginan. Penerutannya liniernya
sebesar 0,47-0,56%.
d. Acrylic tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah, dan pelarut organic, tetapi larut dalam
keton dan ester.
e. Adhesi acrylic terhadap logam rendah sehingga perlu suatu ikatan mekanis seperti undercut
atau permukaan yang kasar.
f. Acrylic menyerap air sebesar 0,45 mg/cm2 yang bias menyebabkan ekspansi linier.
g. Sifat estetika cukup baik karena dapat diberi warna sesuai kebutuhan.
h. Acrylic tidak mempunyai warna serta bau serta tidak menimbulkan gejala alergi sehingga
jaringan mulut dapat menerima dengan baik.
i. Acrylic mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila acrylic mendapat beban atau tekanan terus
menerus dan kemudian ditiadakan, maka akan berubah bentuk secara permanen.
j. Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik. Hal ini bisa disebabkan
tensile stress yang menyebabkan terpisahnya molekul molekul polimer.
Sifat Mekanis Resin Akrilik:
Kekuatan Tensil / tarik
14
mendadak yang dapat menyebabkan patah atau rusak. Kekuatan impak resin akrilik
polimerisasi panas adalah 1 cm kg/cm. Resin akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif
rendah dan apabila gigitiruan akrilik jatuh ke atas permukaan yang keras kemungkinan besar
akan terjadi fraktur.
Fatique
Resin akrilik memiliki ketahanan yang relatif buruk terhadap fraktur akibat fatique.
fatique basis resin akrilik polimerisasi panas adalah 1,5 juta lengkungan sebelum patah
dengan beban 2500 lb/in2 pada stress maksimum 17 MPa
Crazing
Crazing merupakan terbentuknya goresan atau keretakan mikro. Crazing pada resin
transparan menimbulkan penampilan berkabut atau tidak terang. Pada resin berwarna,
menimbulkan gambaran putih
Kekerasan
Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau 15 kg/mm 2. Nilai
kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif lunak dibandingkan dengan logam
dan mengakibatkan basis resin akrilik cenderung menipis
Sifat-sifat fisik basis gigi tiruan resin akrilik polimerisasi panas :
1. Pengerutan
Kepadatan massa bahan akan berubah dari 0,94 menjadi 1,19g/cm. Ketika monomer
metilmetakrilat
terpolimerisasi
untuk
membentuk
poli(metilmetakrilat).
Perubahan
Meskipun basis gigi tiruan resin larut dalam berbagai pelarut, basis resin umumnya
tidak larut dalam cairan yang terdapat dalam rongga mulut.
5. Penyerapan Air
Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan dalam
jangka waktu tertentu.Resin akrilik menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan pada
lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat
mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm. Umumnya
mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah difusi. Difusi adalah berpindahnya suatu
substansi melalui rongga yang menyebabkan ekspansi pada resin atau melalui substansi yang
dapat mempengaruhi kekuatan rantai polimer. Umumnya, basis gigi tiruan memerlukan
periode 17 hari untuk menjadi jenuh dengan air.
6. Porositas
Adanya gelembung permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat
fisik, estetika dan kebersihan basis gigi tiruan. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis
gigi tiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak
bereaksi dan berat molekul primer yang rendah, disertai temperatur resin mencapai atau
melebihi titik didih bahan tersebut. Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan adonan
resin akrilik yang homogen, perbandingan polimer dan monomer yang tepat, proses
pengadukan yang terkontrol dengan baik serta waktu pengisian bahan ke mould yang tepat.
Macam-macam porositas menurut Philips:
Shrinkage porosity : Kelihatan seperti gelembung yang tidak beraturan dan bisa
terdapat diseluruh massa resin akrilik, didalam ataupun dipermukaan gigi tiruan. Hal
ini disebabkan karena mould yang tidak terisi adonan dengan penuh atau apabila pada
dkk (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari nilon, silikon serta
dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin akrilik menunjukkan nilai diskolorisasi
yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi
Syarat yang Baik untuk Resin Akrilik
1 Tidak toksis dan tidak mengiritasi.
16
2
3
4
5
rongga mulut, tidak boleh larut dalam saliva atau cairan lain yang dimasukkan ke dalam
mulut, dan tidak dapat ditembus cairan mulut.
2. Fisik : memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan terhadap tekanan gigit atau
pengunyahan, tekanan benturan, serta keausan berlebihan yang dapat terjadi di dalam
rongga mulut. Resin akrilik jugalah harus stabil dimensinya dibawah semua keadaan,
termasuk perubahan termal serta variasi-variasi dalam beban.
3. Estetik : menunjukkan transluensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok dengan
penampilan jaringan mulut yang digantikan, harus dapat diwarnai atau dipigmentasi, dan
harus tidak berubah warna atau penampilan setelah pembentukan.
4. Karakteristik penanganan : tidak boleh menghasilkan uap atu debu toksik selama
penanganan dan manipulasi, mudah diaduk, dimasukkan, dibentuk, dan diproses, mudah
dipoles, dan pada keadaan patah yang tidak disengaja, resin harus dapat diperbaiki
dengan mudah dan efisien.
5. Ekonomis : biaya resin dan penanganannya haruslah rendah, dan proses tersebut tidak
elastisitas dari resin akrilik ini kecil dan penggunaan sinar UV pada
mengandung
aktivator
aktivator
seperti
dimetil
warna
jelek,
apabila
diberi
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa resin akrilik dikemas dalam dua bentuk
yaitu cairan (yang mengandung poli (metil metakrilat)/PMMA yang tidak
terpolimerasi atau dengan kata lain dalam bentuk monomer) dan bubuk ( berupa
PMMA prapolimerasi yang berbentuk butiran-butiran halus. Perbandingan keduanya
sangat penting bila digunakan untuk pengaplikasian di kedokteran gigi, semisal
pembuatan protesa, hal ini dikarenakan konsistensi yang tepat diantara keduanya
mampu menghasilkan sifat fisik dan mekanik yang tepat pula.
Perbandingan yang tidak sesuai antara bubuk dan cairan mampu menyebabkan
pengerutan volumetrik dan pengerutan secara linier. Selain itu keadaaan dimana:
a. Konsentrasi Bubuk > Cairan
Keadaan ini mampu menyebabkan terbentuknya granula-granula pada adonan. Hal ini
dikarenakan bubuk tidak sepenuhnya mampu dibasahi oleh cairan
b. Konsentrasi Cairan > Bubuk
Keadaan ini mampu menyebabkan kontraksi pada adonan resin akrilik, akibatnya akan
terjadi perubahan dimensi yang tampak, serta adanya pengerutan volumetrik dan linier
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Akibat yang paling harus diwaspadai dari ketidaktepatan perbandingan ini adalah
mampu menghasilkan monomer sisa. Dimana monomer sisa ini apabila bereaksi
dengan jaringan rongga mulut terutama fibroblas akan menimbulkan respon iritasi, hal
ini
sangat
dihindari
pada
tindakan
kedokteran
gigi
karena
menimbulkan
ketidaknyamanan atau bahkan kerugian bagi pasien. Disamping itu monomer sisa juga
mampu bertindak sebagai plasticizer yang mampu berakibat pada menurunnya sifat
flexibel dari resin dan menurunkan kekuatannya.
Untuk itu,dalam mencapai campuran antara bubuk dan cairan yang tepat.
Perbandingan antara bubuk dan cairan resin akrilik adalah 3:1 dilihat berdasarkan
volumenya.
b) Pencampuran
Cara Mencampur Resin Akrilik
Cara pasif, yaitu tidak dilakukan pengadukan atau pencampuran dengan spatula, tetapi
dilakukan penaburan bubuk akrilik diatas pot porselen yang telah dituangkan
20
Polimer dan monomer dengan perbandingan yang benar dicampurkan dalam tempat
yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit sampai mencapai fase dough.( SK
Khindria ,2009) . Pada saat pencampuran ada empat tahapan yang terjadi, yaitu:
Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang menyerupai pasir basah.
Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika bubuk mulai larut dalam
kompresi konvensional.
c) Pengisian
Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap penuangan resin kedalam mould.
Pada proses manipulasi yang perlu diperhatikan pada tahap pengisian ini adalah
ketepatan bahan mengisi rongga mould. Apabila terjadi keadaan:
a. Overpacking : akibatnya akan berpengaruh terhadap ketebalan berlebih pada
pembuatan basis proteosa yang nantinya akan mempengaruhi posisi elemen gigi
protesa di dalamnya.
b. Underpacking : sedangkan keadaan bahan yang tidak sepenuhnya memenuhi rongga
mould akan mampu menimbullkan porus.
Untuk menghindari over ataupun under packing. Dapat dilakukan dengan pengisian
pada rongga mould secara bertahap. Pada tahap selanjutnya setelah dilakukan
pengisian pada rongga mould adalah dilakukannya press dengan pada kuvet. Kekuatan
press yang diberikan pada kuvet sebesar 1000 psi selama 5 menit kemudian sebesar
2200 psi selamat 5 menit juga. Selama proses press ini biasanya ditemukan flash, yaitu
adanya kelebihan bahan. Flash ini harus dibersihkan dan dipisahakan dengan bagian
resin yang mengisi mould.
Pada saat pengisian kita membutuhkan ruang cetak yang telah disiapkan untuk diisi
dengan acrylic. Ruang tersebut dibatasi oleh gips yang tertanam dalam kuvet (pelat logam
yang biasanya terbuat dari logam). Sebelum rongga tersebut diisi dengan acrylic, lebih dulu
diulasi dengan bahan separator/pemisah, yang umumnya menggunakan could mould seal
(CMS). Ruang cetak diisi dengan akrilik pada waktu adonan mencapai tahap plastis (dough
stage).
Pemberian separator tersebut dimaksudkan untuk:
21
1. Kuvet dan Begel dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian diisi air setinggi 5 cm
diatas permukaan kuvet. Selanjutnya dimasak diatas nyala api hingga mencapai
temperature 700C (dipertahankan selama 10 menit). Kemudian temperaturnya
ditingkatkan hingga 1000C (dipertahankan selama 20 menit). Selanjutnya api
dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.
2. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dan
beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali (dipertahankan selama 20
menit), api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.
3. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dean
beugel dimasukkan dan ditunggu hingga mendidih kembali. Setelah mendidih api
segera dimatikan dan dibiarkan selama 45 menit.
Kuvet dan begel yang terletak dalam water bath harus dibiarkan dingin secara
perlahan-lahan. Selama pendinginan terdapat perbedaan kontraksi antara gips dan
acrylic yang menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer. Pendinginan secara
perlahan-lahan akan akan memberi kesempatan terlepasnya stress oleh karena
perubahan plastis.
Selama pengisian mould space, pengepresan dan pemasakan perlu dikontrol
perbandingan antara monomer dan polimer. Karena monomer mudah menguap, maka
berkurangnya jumlah monomer dapat menyebabkan kurang sempurnanya polimerisasi
dan terjadi porositas pada permukaan acrylic.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses kuring, yaitu :
a.
dalam polimer
Reaksi yang terjadi sewaktu polimerisasi polimetil metakrilat berlangsung dengan tahap
sebagai berikut :
Aktivasi dan Initiasi
Untuk berlangsungnya polimerisasi dibutuhkan radikal bebas, yaitu senyawa kimia
yang sangat mudah bereaksi karena memiliki electron ganjil (tidak mempunyai pasangan).
Radikal bebas tersebut dibentuk misalnya, dalam penguraian peroksida, dimana satu
molekul benzoil peroksida dapat membentuk dua radikal bebas.Radikal bebas inilah yang
menggerakkan terjadinya polimerisasi dan disebut inisiator. Sebelum terjadi inisiasi,
inisiatornya perlu diaktifkan dengan penguraian peroksida baik dengan sinar, ultraviolet,
panas atau dengan bahan kimia lain seperti tertian amina
Proses yang terjadi pada tahap inisiasi adalah:
Benzoil peroksida menghasilkan dua radikal bebas
Radikal bebas dapat terurai dan menghasilkan radikal bebas lain.
Propagasi
Stadium terjadinya reaksi antara radikal bebas dengan monomer dan mendorong
terbentuknaya rantai polimer. Proses yang terjadi pada tahap ini adalah:
Radikal bebas bereaksi dengan monomer menjadi radikal bebas sehingga monomer
teraktifkan.
24
Monomer teraktifkan dapat bereaksi dengan molekul monomer lain dan seterusnya
menjadi pertumbuhan rantai.
Terminasi
Tahap ini terjadi apabila dua radikal bebas bereaksi membentuk suatu molekul yang
stabil.Pertumbuhan rantai polimer merupakan suatu proses random yaitu sebagian rantai
tumbuh lebih cepat dan sebagian terminasi sebelum yang lainnya sehingga tidak semua
rantai mempunyai panjang yang sama. Terjadi pergerakan rantai polimer dari rantai yang
satu ke rantai lainnya sewaktu menerima beban stress, sehingga semakin panjang rantai
polimer semakin sedikit monomer sisa pada basis gigi tiruan dan proses polimerisadi lebih
sempurna
Tahap-tahap polimerisasi tambahan
1. Induksi
Untuk memulai proses polimerisasi tambahan, haruslah terdapat radikal bebas.
Radikal bebas dapat dihasilkan dengan mengaktifkan molekul monomer dengan sinar
ultraviolet, sinar biasa, panas, atau pengalihan energi dari komposisi lain yang
bertindak sebagai radikal bebas.
Sejumlah substansi yang mampu menghasilkan radikal bebas merupakan inisiator
berpotensi untuk polimerisasi metakrilat. Inisiator yang paling sering digunakan
adalah benzoil peroksida, yang terurai pada temperature yang relative rendah untuk
melepaskan 2 radikal bebas per satu molekul benzoil peroksida. Penguraian benzoil
peroksida, juga disebut aktivasi, terjadi cukup cepat antara 50 dan 100C. Periode
induksi (atau inisiasi) adalah waktu dimana molekul-molekul inisiator menjadi
berenergi atau teraktivasi membentuk radikal bebas yang berinteraksi dengan molekul
monomer.
Proses polimerisasi yang berguna untuk resin gigi umumnya teraktivasi melalui 1 dan
3 proses: panas, kimia dan sinar.
2. Penyebaran
Secara teoritis, reaksi rantai harus berlanjut dengan terbentuknya panas, sampai semua
monomer telah diubah menjadi polimer.
3. Pengakhiran
Reaksi rantai dapat diakhiri baik dengan penggabungan langsung atau pertukaran atom
hydrogen dari satu rantai yang tumbuh ke yang lain.
4. Pengalihan Rantai
Keadaan aktif diubah dari suatu radikal aktif menjadi suatu molekul tidak aktif dan
tercipta molekul baru untuk pertumbuhan selanjutnya. Sebagai contoh, molekul
25
terbentuk ruang bebas antara partikel powder yang menyebabkan terjadinya porositas. Jika
terlalu banyak monomer maka akan menghasilkan penyusutan polimerisasi yang berlebih
Pemanasan yang terlalu tinggi dan cepat sehingga sebagian monomer tidak sempat
berpolimerisasi dan menguap membentuk bubbles (bola-bola uap) sehingga bagian
porosity internal
Faktor yang mempengaruhi waktu dough stage :
Ukuran partikel polymer; partikel yang lebih kecil akan lebih cepat dan lebih cepat
mencapai dough.
Berat molekul polymer; lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk konsistensi
liat.
Adanya Plasticizer yang bisa mempercepat terjadinya dough.
Suhu; pembentukan dough dapat diperlambat dengan menyimpan adonan dalam
disebut sendok cetak individual. Bahan yang digunakan adalah bahan self-cured resin.
Tetapi akhir-akhir ini sering digunakan bahan resin urethra dimetakrilat yang diaktivasi
sinar..
Peralatan ortodonsia (plat ortodontik) dan Pedodonsia
Sebagai alat ortodonti lepasan
Dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik lepasan yang berupa lempengan plat akrilik
berbentuk melengkung mengikuti permukaan palatum atau permukaan lingual lengkung
mandibula. Jenis resin yang dipakai adalah heat curing dan cold curing. Bahan dari cold
curing memiliki berat molekul lebih rendah sehingga pengkerutannya lebih sedikit namun
memiliki porositas lebih banyak sehingga kekuatannya lebih rendah. Cold curing
polimerisasinya lebih cepat sehingga waktu pengolahannya pun singkat. Waktu
pembuatan yang singkat ini membuat bahan ini cocok untuk pembuatan alat ortodontik
lepasan dan untuk reparasi plak akrilik. Selain itu cold curing juga mudah dimanipulasi
dalam pembuatan.
Protesa maksilofasial (obturator pada celah palatal)
Inlay dan post-core pattern
Relining
Relining adalah mengganti permukaan protesa yang menghadap jaringan. Bahan yang
biasa digunakan adalah self-cured. Namun juga digunakan resin yang diaktivasi dengan
energy panas, sinar, atau gelombang mikro yang nantinya akan menghasilkan panas yang
cukup besar dan distorsi basis protesa cenderung terjadi. Tahap awal dari relining itu
membersihkan permukaan yang menghadap jaringan untuk meningkatkan perlekatan
antara resin yang ada dengan bahan relining. Lalu resin yang tepat dimasukkan dan
dibentuk dengan teknik molding tekanan.
Rebasing
Rebasing adalah mengganti keseluruhan basis protesa. Bahan yang biasa digunakan
adalah sel-cured. Caranya adalah bahan self-cured dicampur sampai konsistensi encer
lalu dimasukkan ke daerah yang kan direparasi. Polimerisasi yang timbul akan lebih
sedikit apabila polimerisasi dilakukan di bawah tekanan hydrolic hingga sebesar 250
respons jaringan. Untuk implantasi subkutan dan otot, bahan uji implan dikemas dalam
berbagai tube plastik (variasi polietilen, atau teflon). Untuk implantasi tulang, korteks lateral
dari tulang femur atau tibia atau keduanya dibuka, dan dibuat lubang dengan menggunakan
bur putaran rendah, intermiten, dibawah irigasi larutan salin fisiologis untuk mencegah panas
berlebihan pada tulang (Anusavice, 2003).
3. Kelompok III (Uji Penguunaan Pra-klinis)
Suatu produk dapat disetujui FDA setelah berhasil memlalui uji primer dan uji sekunder
berdasarkan bahwa produk tersebut tidak membahayakn manusia. (Anusavice,2003).
BAB IV
KESIMPULAN
Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus
strukturnya. Resin Akrilik dibagi menjadi empat jenis yaitu heat cured (resin akrilik
polimerisasi panas), resin akrilik swapolimerisasi (Self- Cured) autopolymerizing, resin
akrilik polimerisasi microwave dan resin akrilik polimerisasi cahaya. Akrilik ini terdiri dari 2
bagian yaitu bubuk polimer dan cairan monomer.
Komposisi bubuk polimer adalah poli(metil metakrilat), organic peroxide initiator,
agen titanium dioksida dan pigmen inorganik (untuk warna). Komposisi cairan monomer
adalah metil metakrilat, hidroquinon inhibitor untuk mencegah polimerisasi spontan,
dimethacrylate atau agen cross linked, organic amine accelerator dan dyed synthetic fibers
( untuk estetik). Agen cross linked ditambahkan pada monomer agar terjadi ikatan kovalen
antara 2 rantai ketika berlakunya polimerisasi.
Proses manipulasi resin akrilik itu sendiri yaitu pengukuran dimana membandingkan
monomer dan polymer, pengisian, curring. Serta tahapan manipulasi yaitu induksi/aktivasi,
inisiasi, propagansi serta terminansi.
30
Daftar Pustaka
Jakarta: EGC.
Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai
Pustaka
McCabe JF and Walls AWG. 2008. Applied Dental Materials. 9th Ed. Blackwell.
Munksgaard
OBrien dan Gunnar Ryge.1985. An Outline of Dental Materials and Their Selection.
Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran gigi. 1st ed. Medan. USU Press
Van Noort, R.2002.Introduction to Dental Material.Philadelphia:Mosby Elsevier
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22643/5/Chapter%20II.pdf
31