Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
dr. WARJIANTO
S561302008
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ...........................................................................................
OBSTRUCTIVE UROPATHY.........................................................................
11
KEDARURATAN METABOLIK....................................................................
12
16
KEDARURATAN BEDAH..............................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA
............................................22
2i
PENDAHULUAN
Keadaan darurat onkologi merupakan komplikasi dapat dihasilkan dari
kanker tersebut atau dari pengobatan kanker yang membutuhkan perhatian.
Keadaan ini merupakan tanda pertama dari penyakit atau menunjukkan
perkembangan penyakit. Pasien kanker yang mengalami keadaan darurat onkologi
harus didekati dengan cara yang sama dengan pasien tanpa kanker. Perawatan
pasien kanker dengan keadaan darurat onkologi merupakan tantangan, tidak hanya
untuk ahli onkologi tetapi juga untuk dokter yang terlibat dalam pengobatan
darurat. Hal ini membutuhkan intervensi cepat untuk menghindari kematian atau
kerusakan permanen yang parah. Tujuannya adalah untuk mencegah, reverse atau
meminimalkan komplikasi yang mengancam jiwa melalui profilaksis, deteksi dini
dan manajemen yang spesifik.
Kedaruratan bedah onkologi sering tumpang tindih dengan kedaruratan
onkologis secara umum, sehingga mungkin masih penting artinya jika kita juga
menyinggung kedaruratan onkologis secara umum terlebih dahulu. Secara umum
kedaruratan onkologis menunjukkan adanya keganasan yang telah lanjut, dimana
keadaan darurat tersebut terjadi akibat komplikasi dari tumor metastasenya, dan
lebih jarang lagi sebagai akibat tumor primer. Meskipun demikian assesment
yang lengkap dan detail dari keadaan tumor ataupun metastasenya perlu
dilakukan, untuk melakukan managemen secara komprehensif, dan memberikan
hasil akhir yang optimal, meskipun hanya untuk meningkatkan kwalitas hidup
penderita.
Pada umumnya kedaruratan onkologi adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
dyspnea
orthopnea
batuk
Stridor
Hemoptisis
Foto toraks dan foto leher (tehnik jaringan lunak) dapat membantu diagnosa
obstruksi jalan napas, yaitu dengan melihat penyempitan trakea, tarikan
terhadap trakea, bronkus, atelektasis dll.
Terapi.
Terapi darurat sangat diperlukan secepatnya untuk mencegah kematian.
Trakeostomi rendah dapat dilakukan pada cincin trakea bagian bawah, sedikit
diatas manubrium sterni. Dalam keadaan stenosis trakea yang cukup panjang,
sering kali diperlukan dilatasi dari stenosis, dan dipasang kanula trakeostomi
yang cukup panjang (mungkin tidak tersedia di Indonesia), ataupun dengan
pemasangan T-tube.
2. SINDROMA VENA CAVA SUPERIOR.
Vena cava superior sindrom obstruksi (SVCS): Superior vena cava
adalah pembuluh berdinding tipis terletak di depan bronkus utama kanan.
Vena kava superior dapat terjadi obstruksi yang disebabkan pembesaran
kelenjar getah bening atau tumor mediastinum
Vena vena besar pada rongga toraks sangat
mudah mengalami
kompresi dan obstruksi. Jika vena cava superior terbendung, maka seringkali
terjadi efusi pleura, edema pada muka, kepala, extremitas bagian atas, dan
trakea. Pada bentuk yang lebih berat lagi dapat terjadi edema otak, terjadinya
pengisian atrium jantung ( gangguan preload). Tanda dan gejala yang
muncul tergantung dari berat ringannya obstruksi pada vena cava superior, dan
juga ada tidaknya obstruksi pada organ organ vital disekitarnya (trakea dll).
Pada umumnya SVC (Superior Vena Cava Syndrome) disebabkan karena
keganasan pada rongga mediastinum. Angka pada literatur barat dikatakan
kurang lebih 75 % disebabkan oleh keganasan pada paru, sedangkan sisanya
disebabkan oleh karena limfoma, lesi benigna seperti TBC ataupun thrombosis
vena o.k CVP. Di Indoensia angka ini belum jelas.
Tanda dan Gejala:
- Dyspnea
- Orthopnea
- Paroxysmal nocturnal dyspnea
- Swelling pada wajah, leher dan ekstremitas atas
- batuk dan suara serak
- Nyeri dada dan leher
- Sakit kepala dan penurunan kesadara
Diagnosa.
-
Terapi.
-
Evaluasi jaringan:
Prognosa.
Pada keganasan, umumnya dubious ad malam oleh karena adanya SVC
menunjukan keadaan stadium yang telah lanjut.
3. SPINAL CORD COMPRESSION.
Kompresi medula spinalis hampir selalu merupakan kedaruratn
onkologis, terutama jika gejala kerusakan neurologis terjadi secara cepat, oleh
karena jika telah terjadi kelumpuhan atau paraplegia, maka harapan untuk
pulih kembali menjadi semakin kecil.
Penekanan pada medulla spinalis sering terjadi pada metastase karsinoma
mamma, paru, prostat, mieloma multiple, limfoma. Seringkali metastase
tersebut terdapat pada epidura, ataupun pada corpus vertebrae, yang kemudian
tumbuh menekan pada medula spinalis, ataupun menimbulkan fraktur
kompresi pada vertebra, dan menekan medula spinalis.
Gejala Klinis Dan Diagnosa.
Sering kali gejala dan tanda yang muncul, bukan sebagai akibat langsung dari
kompresi medulla spinalis, melainkan sebagai akibat dari para - neoplastic
syndrome.
Gejala sebagai akibat langsung kompresi biasanya a.l :
gejala awal yang muncul adalah rasa nyeri lokal pada daerah
tumor / metastase. Nyeri dirasakan semakin bertambah jika penderita
batuk, bersin, membungkuk dan sebagainya.
Gangguan motorik.
CT Scan
Myelografi
Terapi.
Terapi terhadap kompresi medula spinalis yang disebabkan oleh metastase
keganasan, sangat tergantung pada :
-
50-90% pasien dengan keganasan primer atau metastatik pada pleura akan
datang dengan efusi pleura.
90% akan datang dengan efusi lebih dari 500 ml, dan 30% bilateral.
Efusi Percardia.
-
Diagnosa.
Efusi Pleura :
-
Biopsi pleura.
Toracoskopi.
Toracotomi diagnostik.
Efusi Percardium.
-
C.T scan
Ekokardiografi.
EKG.
Terapi.
Pada prinsipnya bersifat paliatif, dengan prognosa rata- rata buruk.
Efusi Pleura.
-
Efusi Pericardium.
-
Prognosa buruk.
kemajuan kemoterapi.
menembus blood brain barrier, maka tumor primer diluar CNS seringkali
dapat terkontrol dengan baik.
Diagnosa Klinis.
10
Metastase serebral :
-
FNA baik intraoperatif maupun melalui burr hole, untuk diagnosa pasti.
Meningitis karsinomatosa.
-
CT scan / MRI
Terapi.
Serebral metastases.
-
menderita
tumor
ganas).
Pembedahan
juga
penting
11
Meningitis karsinomatosa.
-
Pemberian
intrathecal
chemotherapy
sendiri
atau
6. OBSTRUSTIVE UROPATHY.
Biasanya berhubungan dengan keganasan dari rongga abdomen,
retroperitoneal, dan pelvis. Gejala dan tanda tanda yang muncul tergantung
dari tempat obstruksi. Obstruksi pada bladder neck biasanya disebabkan
oleh keganasan prostat (laki laki), Ca cervix (wanita). Obstruksi pada ureter
biasanya disebabkan oleh keganasan yang terletak intra abdominal atau
paraaortal, seperti misalnya sarkoma, limfoma, metastase keganasan pada
kelenjar getah bening para - aorta. Obstructive uropathy pada umumnya
disebabkan oleh proses keganasan itu sendiri, meskipun perlu juga
dipertimbangkan sebagai akibat keadaan benigna, ataupun komplikasi terapi
terhadap keganasan. Seperti misalnya striktura urethra akibat pembedahan
atau radioterapi, absces, hematoma pada pelvis. Pada keadaan keganasan
tertentu, sering terjadi acute nephropathy sebagai akibat batu asam urat yang
tertimbun pada tubulus ginjal, misalnya pada myeloproliferative disorder,
lymphoma.
Gejala klinis.
Timbulnya retensi urine, nyeri pada pinggang (flank pain), hematuria,
ataupun infeksi saluran kemih berulang, merupakan tanda tanda adanya
obstruksi saluran kemih. Seringkali obstruksi ini tidak terdiagnosa, sampai
terjadinya kegagalan fungsi ginjal. Terjadinya gangguan pada proses
12
Lab : BUN, S creatinin, elektrolit darah, calcium, asam urat, DL, UL.
I.V.P
CT. Scan.
Scintigrafi ginjal
Terapi.
-
13
7. KEDARURATAN METABOLIK.
Kedaruratan
onkologis
merupakan
kedaruratan
yang
under
Hiperkalsemia.
Terjadi jika mobilisasi Ca dari tulang melampaui kemampuan
ekskresi Ca oleh ginjal. Dan keganasan merupakan penyakit yang paling
sering menyebabkan terjadinya hiperkalsemia. Keganasan yang sering
menimbulkan
hiperkalsemia
adalah
keganasan
payudara,
paru,
akan
tetapi
sangat
jarang
dijumpai.
80%
dari
14
Pemeriksaan Klinis.
Hiperkalsemia memberikan keluhan : rasa lelah, anorexia, nausea,
poliuria, polidipsia dan konstipasi. Secara neurologis hiperkalsemia
memberikan tanda kelemahan otot, lethargy, apathy, dan hiporefleksi.
Tanpa terapi gejala gejala ini akan semakin berat, dan akan timbul
perubahan status mental, psikosis, kejang kejang, koma dan akhirnya
meninggal dunia. Pasien dengan hiperkalsemia yang lama, akan terjadi
kerusakan tubulus ginjal yang permanen berupa renal tubular acidosis,
glukosuria, aminoasiduria, dan hiperfosfaturia. Kematian tiba tiba dapat
terjadi sebagai akibat aritmia cordis, jika terjadi kenaikan akut dari Ca.
EKG sering menunjukan adanya perubahan pemendekan interval QT,
pelebaran gelombang T, bradikardia, dan memanjangnya PR.
Terapi.
Seringkali
dijumpai
keadaan
dehidrasi
pada
pasien
dengan
hiperkalsemia.
-
15
Obat
khusus
untuk
hipercalcemia
adalah
mithracin
calcitonin
seringkali
harus
dikombinasi
dengan
16
Pada
tumor
lysis
syndrome
sering
juga
terjadi
17
yang
melampaui
18
Terapi
Antibiotika selama 10-14 hari. Bila menggunakan kateter multi lumen
atau port, maka antibiotika harus diberikan secara bergantian pada lumen
tersebut.
8.3.
yang
melampaui kemampuan
Hiperurisemia
Hiperkalemia
Gejala
hiperkalemia
diperburuk
oleh
Hiperfosfatemia
19
Hipokalsemia
Pencegahan
-
Rehidrasi
Terapi
-
9. KEDARURATAN BEDAH
9.1. Obstruksi intestinal
Merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup
tinggi di bidang onkologi. Obstruksi intestinal bisa berasal dari intra
abdominal atau ekstra abdominal. Lebih kurang 2/3 dari kasus obstruksi
intestinal intra abdominal dijumpai pada penderita kanker ovarium,
tumor dari kolon dan metastasis, sedang sisanya dijumpai pada hernia,
adesi dan enteritis akibat radiasi. Obstruksi intestinal ekstra abdominal
sebagai akibat metastasis berasal dari keganasan paru, payudara dan
melanoma. Obstruksi intestinal tanpa penyebab mekanik (Ogylvies
syndrome) sering dijumpai pada penderita kanker sebagai akibat
penggunaan
narkotik
analgetik,
abnormalitas
elektrolit,
radiasi,
20
untuk
melakukan
pembedahan
sering
menimbulkan
kontroversi.
Pemeriksaan klinis
-
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Terapi
-
Dekompresi
dengan
kolonoskopi
dipertimbangkan
bila
9.2. Pendarahan.
Insidens pendarahan intraabdominal yang disebabkan oleh
keganasan adalah jarang. Penyebab pendarahan yang terbanyak adalah
ulkus peptikum, gastritis atau yang berhubungan dengan limfoma dan
metastasis tumor. Diagnosis dan terapi adalah sama dengan penanganan
kasus pendarahan intestinal yang bukan disebabkan oleh kanker
21
9.3.
Perforasi intestinal
Perforasi intestinal dapat terjadi setiap saat selama tahap perjalanan
penyakit maupun dalam pengobatan (kemoterapi atau radiasi) atau dapat
sebagai akibat lanjut
dari metastasis
9.4.
Obstruksi bilier
Obstruksi bilier pada hilus dari hepar atau pada kelenjar getah
bening aorta sangat jarang tetapi menimbulkan masalah pada penderita
kanker. Obstruksi ini umumnya disebabkan oleh limfoma, melanoma,
kanker payudara, kolon, lambung, paru dan ovarium. Obstuksi pada
biliary tree umumnya brerasal dari common bile duct dan pankreas.
Diagnosis terbaik ditegakkan dengan CT scan yang dapat memberikan
informasi tentang lokasi, derajat obstruksi, informasi tentang organ intra
abdominal yang lain yang juga sering menyebabkan obstruksi. Dengan
CT scan dapat dikerjakan guiding FNA untuk mendap[atkan diagnosa
patologi. Pemeriksaan lain yang dapat digunakan adalah endoscopic
guiding. Prognosa penderita dengan obstruksi bilier sangat jelek.
22
Terapi
Ditujukan untuk meringankan obstruksinya dan mencegah cholangitis.
ERCP dan pemasangan stent merupakan pilihan drainase, bila gagal
dapat dikerjakan Percutaneous Transhepatic Drainage. Eksternal radiasi
dengan atau tanpa kemoterapi dapat merupakan pengobatan paliatif,
khususnya pada tumor primer bilier dan pancreas. Pembedahan
dikerjakan pada penderita dengan kemungkinan hidup yang lama, resiko
rendah atau kemungkinan metastasisnya rendah.
23
DAFTAR PUSTAKA
MM Hossen, R Rabbani, M Hasan. : Oncologic Emergencies. Journal of
Bangladesh College of Physicians and Surgeons. Vol. 31, No. 3,July 2013.
Meila S. : Kedaruratan Onkologi. Scribd. December 27, 2013.
24