Professional Documents
Culture Documents
(tinjauan pustaka)
Disusun oleh:
Hananto A. Wiryawan
Pembimbing :
dr. Amru Sungkar, Sp.B., Sp.BP-RE
PENDAHULUAN
Informed consent terdiri dari dua kata yaitu informed yang berarti telah
mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan consent yang berarti
persetujuan atau memberi izin. Consent dibagi menjadi 2 yaitu expressed yang berarti
dapat secara lisan atau tulisan, implied yang berarti yang dianggap telah diberikan.
Jadi informed consent mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan
setelah mendapat informasi. Dengan demikian informed consent dapat didefinisikan
sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya serta risiko
yang berkaitan dengannya.1,2
Persetujuan yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarga terdekatnya
tersebut, tidak membebaskan dokter dari tuntutan jika dokter melakukan
kelalaian.Tindakan medis yang dilakukan tanpa persetujuan pasien atau keluarga
terdekatnya,
dapat
digolongkan
sebagai
tindakan
melakukan
penganiayaan
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Persetujuan tindakan medik atau yang sering di sebut informed consent sangat
penting dalam setiap pelaksanaan tindakan medic di rumah sakit baik untuk
kepentingan dokter maupun pasien. Menurut john M. echols dalam kamus inggris
Indonesia,
informed
berarti
telah
diberitahukan,
teleh
disampaikan,telah
tenaga
kesehatan
dan
klien,
sedangkan
formulir
hanya
merupkan
perawat di beberapa institusi dan tidak terdapat hukum yang melarang perawat untuk
menjadi bagian dalam proses pemberian informasi tersebut.
3. Jika dokter dengan sengaja menyembunyikan risiko dan akibat dari tindakan medis
yang diambilnya.
4. Informed consent diberikan terhadap prosedur medis yang berbeda secara
substansial dengan yang dilakukan oleh dokter.
Jenis Informed Consent
Informed Consent dalam profesi kedokteran (juga tenaga kesehatanan lainnya)
adalah pernyataan setuju (consent) atau ijin dari pasien yang diberikan dengan bebas,
rasional, tanpa paksaan (voluntary) tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan
terhadapnya sesudah mendapatkan informasi cukup tentang tindakan kedokteran yang
dimaksud.
1,8
Express atau explicit consent adalah dimana patient dengan jelas menyatakan
persetujuan untuk suatu tindakan medis. Persetujuan ini bisa dalam bentuk verbal atau
tulisan.1,8
Verbal consent
Verbal consent adalah suatu bentuk dari express consent dimana pasien
menyetujui tindakan medis dokter secara verbal.1,8
Written consent
Written consent adalah dimana seorang pasien menyetujui tindakan medis
secara bertulis pada lembar inform consent yang telah disediakan.1
Persetujuan Tertulis
Informed Consent adalah suatu persetujuan mengenai akan dilakukannya tindakan
kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya. Persetujuan ini bisa dalam bentuk lisan
maupun tertulis. Pada hakikatnya Informed Consent adalah suatu proses komunikasi antara
dokter dan pasien tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter
terhadap pasien (ada kegiatan penjelasan rinci oleh dokter), sehingga kesepakatan lisan pun
sesungguhnya sudah cukup. Penandatanganan formulir Informed Consent secara tertulis
hanya merupakan pengukuhan atas apa yang telah disepakati sebelumnya. Formulir ini
juga merupakan suatu tanda bukti yang akan disimpan di dalam arsip rekam medis pasien
yang bisa dijadikan sebagai alat bukti bahwa telah terjadi kontrak terapeutik antara dokter
dengan pasien. Pembuktian tentang adanya kontrak terapeutik dapat dilakukan pasien
dengan mengajukan arsip rekam medis atau dengan persetujuan tindakan medis (informed
consent) yang diberikan oleh pasien. Bahkan dalam kontrak terapeutik adanya kartu
berobat atau dengan kedatangan pasien menemui dokter untuk meminta pertolongannya,
dapat dianggap telah terjadi perjanjian terapeutik.1
Persetujuan tertulis dalam suatu tindakan medis dibutuhkan saat :1
1. Bila tindakan terapeutik bersifat kompleks atau menyangkut resiko atau efek
samping yang bermakna.
2. Bila tindakan kedokteran tersebut bukan dalam rangka terapi.
3. Bila tindakan kedokteran tersebut memiliki dampak yang bermakna bagi
kedudukan kepegawaian atau kehidupan pribadi dan sosial pasien.
4. Bila tindakan yang dilakukan adalah bagian dari suatu penelitian.
Hak Waiver
Hak waiver adalah hak pasien untuk melepaskan haknya guna memperoleh informasi atau
menolak diberikan informasi dan menolak untuk memutuskan sendiri dan menyerahkan
sepenuhnya kepada dokter. Biasanya pasien dalam keadaan sangat labil, takut, tegang dan
gugup. Jika diberikan informasi malah akan memperburuk keadaan pasien. Manfaat hak
waiver adalah membuka kemungkinan agar pikiran pasien bisa tenang dan tenteram.
Blanket Consent dan Pro-Forma Consent
Blanket consent adalah surat pernyataan secara umum dari pasien pada waktu masuk
rumah sakit untuk menjalani perawatan yang menyatakan bahwa ia setuju atas segala
tindakan medik yang akan dilakukan selama perawatan.
Pro-forma consent adalah formulir persetujuan medik yang ditanda tangani pasien saat ia
dibawa masuk ke Kamar Bedah tanpa diberikan informasi terlebih dahulu tentang tindakan
medik yang akan dilakukan. Keduanya bukan merupakan informed consent dan tidak
mempunyai nilai yuridis untuk membebaskan diri dari tanggung jawab dan tuntutan hukum
untuk kesalahan atau kelalaian yang mungkin terjadi.
Penolakan Informed Consent (Refusal Consent)
Dalam pelaksanaanya tidak selamanya pasien atau keluarga setuju dengan tindakan medic
yang akan dilakukan dokter. Dalam situasi demikian kalangan dokter maupun tenaga
kesehatan lainnya harus memahami bahwa pasien atau keluarga mempunyai hak menolak
usul tindakan yang akan dilakukan.Tidak ada hak dokter yang dapat memaksa pasien
mengikuti anjuran, walaupun dokter menganggap penolakan bisa berakibat gawat atau
kematian pada pasien.
Bila dokter gagal dalam meyakinkan pasien pada alternative tindakan yang diperlukan,
maka untuk keamanan dikemudian hari, sebaiknya dokter atau rumah sakit meminta pasien
atau keluarga menandatangani surat penolakan terhadap anjuran tindakan medic yang
diperlukan.
Informasi Dalam Informed Consent
Diagnosa dan tata cara tindakan kedokteran serta penjelasan mengenai diagnosis dapat
meliputi:1
Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakan, maka sekurangkurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding.
Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah
tindakan, serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi.
Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau yang dampaknya sangat
ringan.
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan dan penjelasan tentang prognosis meliputi :
b. Setelah menerima informasi yang cukup dari dokter atau dokter gigi dan
memahami maknanya (well informed), pasien diharapkan dapat mengambil
keputusan bagi dirinya sendiri (the right to self determination) untuk
menyetujui (consent) atau menolah (refuse) tindakan medik yang akan
dilakukan padanya.
c. Setiap tindakan medic yang akan dilakukan kepadda pasien, mensyaratkan
persetujuan (otorisasi) dari yang bersangkutan. Dalam kondisi dimana pasien
tidak dapat memberikan persetujuan secara pribadi (dibawah umur atau
keadaan fisik/mental tidak memungkinkan), maka persetujuan dapat diberikan
oleh keluarga yang berwenang (suami/istri, bapak/ibu, anak atau saudara
kandung) atau wali atau pengampunya.
3. Sebagai
suatu
perbuatan
hukum,
persetujuan
tindakan
medik
tentu
harus
dilatarbelakangi oleh sektor yuridis agar dapat berlaku dan sesuai dengan aturanhukum
yang berlaku. Di Indonesia, yang menjadi dasar hukum bagi suatu transaksi
persetujuan tindakan medik adalah sebagai berikut 10 :
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
b. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
c. UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
d. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan
Pasal 51, Dokter atau dokter gigi dlam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai
kewajiban :
sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan
medis pasien;
Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan
atau pengobatan;
Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah
pasien itu meninggal dunia;
Pasal 53, Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai
kewajiban;
DISKUSI
Inform consent merupakan kewajiban bagi para dokter dalam melakukan
tindakan medis atau pembedahan. Sebelum melakukan operasi, dokter operator sendiri
harus memberikan penjelasan (informasi) kepada pasien yang akan dioperasi tentang
segala sesuatu yang menyangkut tindakan bedah yang akan dilakukan. Dokter operator
harus menjelaskan tentang tindakan operasi apa yang akan dilakukan, manfaat operasi,
resiko-resiko yang melekat pada operasinya, alternatif lain yang ada dan apa akibatnya
jika tidak dilakukan operasi.. Penjelasan ini harus diberikan supaya pasien dapat
mengerti, memilih dan memutuskan apa yang hendak dilakukan terhadap dirinya
dengan mempertimbangkan aspek medis, agama, sosial budaya, finansial, prospek
kehidupan dan lain-lain. Menurut PerMenKes No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989, pada
keadaan tertentu di mana tidak ada dokter operator, maka informasi harus diberikan
oleh dokter lain dengan sepengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggung jawab.
Pemberian penjelasan (informasi) tidak dapat diwakilkan oleh perawat. Dalam
tindakan bukan pembedahan dan tindakan yang tidak invasif (tidak mempengaruhi
keutuhan jaringan lain) lainnya, informasi dapat diberikan oleh dokter lain atau
perawat dengan sepengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggung jawab. Dalam
keadaan gawat darurat tidak diperlukan Informed consent.
Persetujuan untuk pemberian anestesi biasanya dianggap sudah termasuk di
dalam persetujuan pasien untuk tindakan operasi. Bila pasien menolak untuk dibedah
maka dokter bedah sebaiknya menekankan lagi pentingnya operasi itu dan resikoresiko yang mungkin timbul akibat pembatalan operasi tersebut. Jika pasien tetap
menolak maka pasien diminta untuk menanda-tangani Surat Penolakan Tindakan
Medik (Informed Refusal).
Perluasan operasi (Extended operation) tidak boleh dilakukan kecuali jika pada waktu
operasi ditemukan hal yang tidak terduga sebelumnya dan sangat membahayakan jiwa jika
tidak segera dilakukan tindakan medik. Faktor-faktor yang dapat dipakai sebagai pegangan
untuk melakukan perluasan operasi adalah:
1. Kondisi yang ditemukan secara wajar tidak mungkin didiagnosis sebelum operasi;
2. Tidak ada indikasi bahwa pasien menginginkannya;
3. Perluasan operasi masih terletak di dalam lokasi insisi;
4. Praktek medik yang baik mengharuskan dilakukan perluasan operasi;
5. Baik pasien maupun keluarganya tidak bisa langsung dimintakan persetujuannya.
Selain faktor-faktor di atas, perluasan operasi itu juga tidak berkaitan dengan
pembuangan organ atau anggota tubuh, tidak mengakibatkan perubahan fungsi seksual
dan tidak memberi resiko tambahan yang serius.
Pada keadaan gawat darurat tidak perlu dimintakan persetujuan tindakan medik
karena keadaannya sudah sangat gawat dan tidak ada waktu lagi untuk mencari atau
menghubungi anggota keluarga pasien, sedangkan dokter harus bertindak cepat
(implied, tacit, atau presumed consent). Implied consent khusus untuk keadaan gawat
darurat dinamakan juga Constructive consent.
Dalam keadaan gawat darurat dokter harus membatasi operasinya hanya untuk
penyelamatan jiwa (life-saving) atau penyelamatan anggota tubuh (limb-saving) saja.
Tidak boleh diperluas dengan operasi lain yang tidak ada hubungan dengan
penyelamatan jiwa atau anggota tubuh karena untuk tindakan tersebut harus
dimintakan Informed consent.
KESIMPULAN
Informed Consent dalam profesi kedokteran adalah persetujuan yang diberikan pasien atau
keluarga pasien terhadap pelayanan kesehatan yang akan dijalani oleh seorang pasien
setelah pasien tersebut mendapatkan informasi (penjelasan) yang lengkap dari dokter yang
akan melakukan tindakan tersebut. Informed consent dilihat dari aspek hukum bukanlah
sebagai perjanjian antara dua pihak, atau perjanjian yang bersifat khusus, karena dalam
pelayanan kesehatan, dokter tidak bisa menjanjikan sesuatu dalam upaya penyembuhan
seseorang, akan tetapi seorang dokter akan selalu berupaya semaksimal mungkin menurut
standar pelayanan dan keilmuan tertinggi yang dimiliki oleh dokter tersebut dalam upaya
penyembuhan dan penyelamatan nyawa seseorang, karena setiap tindak dalam pelayanan
kesehatan mengandung resiko, maka dari itu informed concent lebih cendrung kearah
persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Escobodo Crisol, Guerrero Javier, Lujan Gilbert, et. al. Ethical Issues with
Informed Consent. University of Texas. Texas. Available from http:// www.
ethicalissues-pdf.com.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/III/2008.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
3. Noor MA, 2001, Laporan Penelitian Hukum terntang Hubungan Tenaga Medik,
Rumah Sakit dan Pasien. Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum
dan HAM RI. Jakarta.
4. Peraturan Konsil Kodekteran Indonesia Nomor 15/KKI/PER/VIII/2006. Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
5. The Process of Obtaining Inform Consent. Research Ethics Review Committee.
WHO. Available: http://www.who.int/rpc/research_ethics.
6. Wakenfield John, et al.. Queensland Health: Guide to Informed Decision-Making in
Healthcare. Centre for Healthcare Improvement. 1st Edition. Queensland.
Queensland Government. February 2012.
7. Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksana Kode Etik Indonesia.
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta.