Professional Documents
Culture Documents
Saat ini, banyak petani biji kopi di Indonesia masih belum menemukan metode yang
tepat dalam mengolah hasil panen. Banyak dari mereka yang masih mengolah hasil
pasca panen dengan cara biasa seperti mengeringkan dengan bantuan sinar matahari
dan penyangraian dengan wajan. Metode yang dilakukan untuk mengeringkan biji
kopi yang hanya terbatas menggunakan bantuan sinar matahari dilakukan selama
9 14 hari[1] , dalam penggunaannya akan membuang cukup banyak waktu karena
di Indonesia suhu rata-rata tahunan hanya sebesar 26[C][2] dengan tingkat
kelembaban udara diatas 60[%][3] . Sementara itu, dalam melakukan penyangraian
biji kopi hampir semua proses penyangraian dilakukan secara manual, dibutuhkan
waktu selama 40 [menit][4] dengan jumlah pekerja sebanyak 1 orang [4] untuk
penyangraian biji kopi seberat 10[KG][4] . Suhu penyangraian yang berkisar antara
165 180[C][5] , dengan tidak adanya pengatur suhu membuat suhu disekitar
ruang penyangraian menjadi tidak terkontrol, serta pengadukan yang harus
dilakukan secara terus-menerus selama proses penyangraian menyebabkan pekerja
mudah lelah. Sehingga perlu adanya inovasi untuk memudahkan proses
pengeringan dan penyangraian yang lebih modern dari metode yang digunakan saat
ini, dengan menciptakan suatu mesin yang mengoptimalkan sifat konduksi,
konveksi dan radiasi dalam satu sistem yang dilengkapi dengan sistem kontrol suhu,
maka proses pengeringan dan penyangraian biji kopi menjadi lebih efisien.
Kata Kunci : mesin pengering dan penyangrai kopi, sistem kontrol suhu dan
kapasitas 20kg
: 20kg
Bill of Material
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Nama Part
Rangka
Thermokopel
Tutup Wadah
Wadah Pengeringan dan
Penyangraian
Elemen Pemanas (Heater)
Tungku pemanas
Tuas
Dudukan Wadah
Casing Penutup
Bearing
Controller Set
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir semua petani kopi di Indonesia mengolah biji kopi hasil panennya
masih dilakukan secara manual. Dalam melakukan pengeringan biji kopi, metode
yang dilakukan oleh petani untuk mengeringkan biji kopi hanya terbatas
menggunakan bantuan sinar matahari dilakukan selama 9-14 hari, sehingga dalam
penggunaannya akan membuang cukup banyak waktu karena metode ini sangat
bergantung pada kondisi cuaca di Indonesia dengan suhu rata-rata tahunan yang
hanya sebesar 26 [C] dan tingkat kelembaban udara diatas 60 [%].
Sedangkan dalam melakukan penyangraian biji kopi yang dilakukan petani,
hampir semua proses penyangraian dilakukan secara manual. Sehingga saat proses
penyangraian kopi, dibutuhkan waktu selama 30 [menit] dan jumlah pekerja
sebanyak 1 dengan kalori yang dikeluarkan sebanyak 2500[J] untuk penyangraian
biji kopi seberat 10 [kg]. Suhu penyangraian biasanya berkisar antara 165-180 [C],
dengan tidak adanya pengatur suhu membuat suhu disekitar ruang penyangraian
menjadi tidak terkontrol, serta pengadukan yang harus dilakukan secara terusmenerus selama proses penyangraian menyebabkan pekerja mudah lelah. Apabila
penyangraian dilakukan dalam skala besar, akan mempengaruhi kualitas dan
produksivitas kopi.
Para petani kopi di Indonesia harus mengeluarkan banyak uang jika ingin
memiliki fasilitas untuk mengolah biji kopi. Hal ini dikarenakan mahalnya harga
alat-alat yang dijual di pasaran. Faktor tersebut adalah hal utama penyebab
banyaknya petani kopi yang tidak bisa memiliki fasilitas pengolah biji kopi. Oleh
karena itu, muncullah gagasan untuk memberi solusi dengan merancang mesin
pengering dan penyangrai biji kopi dengan sistem pengapian langsung.
1.2 Kebutuhan