You are on page 1of 12

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat di gunakan

untuk mengatasi kendala-kendala kehidupan..Salah satunya adalah kesulitan


mempunyai anak dengan berbagai faktor.Tetapi terkadang kecanggihan teknologi
mempengaruhi etika-etika terhadap islam. Kemungkinan kehamilan dipengaruhi
oleh usia anda dan kadar FSH basal. Secara umum, makin muda usia makin baik
hasilnya. Kemungkinan terjadinya kehamilan juga tergantung pada jumlah embrio
yang dipindahkan. Walaupun makin banyak jumlah embrio yang dipindahkan
akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan, tapi kemungkinan
terjadinya kehamilan multipel dengan masalah yang berhubungan dengan
kelahiran prematur juga lebih besar. Pengertian mandul bagi wanita ialah tidak
mampu hamil karena indung telur mengalami kerusakan sehingga tidak mampu
memproduksi sel telur. Sementara, arti mandul bagi pria ialah tidak mampu
menghasilkan kehamilan karena buah pelir tidak dapat memproduksi sel
spermatozoa sama sekali.
Baik pria maupun wanita yang mandul tetap mempunyai fungsi seksual
yang normal. Tetapi sebagian orang yang mengetahui dirinya mandul kemudian
mengalami gangguan fungsi seksual sebagai akibat hambatan psikis karena
menyadari kekurangan yang dialaminya. Tetapi istilah mandul seringkali
digunakan untuk menyebut pasangan suami istri yang belum mempunyai anak
walaupun telah lama menikah. Padahal pasangan suami istri yang belum
mempunyai anak setelah lama menikah tidak selalu mengalami kemandulan. Yang
lebih banyak terjadi adalah pasangan yang infertil atau pasangan yang tidak subur.
Tulisan tentang bayi tabung ini dimaksudkan agr masyarakat terutama dari
kalangan agama memberikan tanggapan dan masukan tentang proyek/tim
pengembangan Bayi tabung Indonesia yang mulai terbuka untuk peminat bayi
tabung.Sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan modern dan teknologi
kedokteran dan biologi yang canggih,maka teknologi bayi tabung juga maju
dengan pesat,sehingga kalau teknologi bayi tabung ini ditanagani oleh orang-

orang yang kurang beriman dan bertaqwa,dikhawatirkan dapat merusak peradaban


umat manusia,bias merusak nilai-nilai agama,moral,dan budaya bangsa.
Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah fertilisasi-in-vitro yang memiliki pengertian sebagai berikut : Fertilisasi-invitro adalah pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam tabung petri yang
dilakukan oleh petugas medis. Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan
untuk menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan
secara alamiah disebabkan tuba falopii istrinya mengalami kerusakan yang
permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program
ini diterapkan pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya
yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan. Akan
tetapi seiring perkembangannya, mulai timbul persoalan dimana semula program
ini dapat diterima oleh semua pihak karena tujuannya yang mulia menjadi
pertentangan. Banyak pihak yang kontra dan pihak yang pro. Pihak yang pro
dengan program ini sebagian besar berasal dari dunia kedokteran dan mereka yang
kontra berasal dari kalangan alim ulama.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah bagaimana

aspek dan legal etik dari bayi tabung?


1.3

Tujuan Penulisan

1.3.1

Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah mengetahui aspek dan

legal etik dari bayi tabung.


1.3.2

Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :
a. Mengetahui definisi dari bayi tabung
b. Mengetahui aspek moral dari bayi tabung
c. Mengetahui aspek hukum dari bayi tabung
d. Mengetahui aspek budaya dari bayi tabung
e. Mengetahui aspek etik dari bayi tabung
2

1.4

Manfaat Penulisan

1.4.1

Bagi Mahasiswa
Untuk mengetahui dan memahami tentang definisi bayi tabung serta

aspek-aspek mengenai bayi tabung seperti aspek moral, hukum, budaya, maupun
aspek etik.
1.4.2

Bagi Perawat
Agar perawat dapat mengaplikasikan aspek moral, hukum, budaya,

maupun aspek etik dalam praktik keperawatan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pengertian Bayi Tabung


Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran sering dikenal

dengan istilah fertilisasi-in-vintro yang merupakan pembuahan sel telur oleh sel
sperma di dalam tabung petri yang dilakukan oleh petugas medis. Bayi tabung
merupakan suatu teknologi reproduksi berupa teknik pembuahan sel telur (ovum)
di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara
hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma
dalam sebuah medium cair. Awal berkembangnya teknik ini bermula dari
ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila
dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada
temperatur -321 derajat fahrenheit. Pada mulanya program ini bertujuan untuk
menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara
alamiah disebabkan tuba falopi istrinya mengalami kerusakan permanen. Namun
kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan
pada yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak
dimungkinkan untuk memperoleh keturunan.
2.1.1 Macam-macam Proses Bayi Tabung
a. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri
Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami istri dari pembuahan
bakal anak. Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa
persetubuhan. Keterarahan perkawinan kepada kelahiran baru sebagaimana
diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi. Dengan demikian teknik kedokteran telah
mengatur dan menguasai hukum alam yang terdapat dalam tubuh manusia pria
dan wanita. Dengan pemisahan antara persetubuhan dan pembuahan ini, maka
bisa muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari kemajuan ilmu
kedokteran di bidang pro-kreasi manusia.
b.

Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak


Ada kemungkinan bahwa benih dari suami istri tidak bisa dipindahkan ke

dalam rahim sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan alasan
lain. Dalam kasus ini, maka diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk
4

mengandung anak bagi pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan
banyak persyaratan untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terkait.
Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang yang sangat besar.
Suami istri bisa memilih wanita sewaan yang masih muda, sehat dan punya
kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik seperti ini biasanya belum ada
ketentuan hukumnya, sehingga kalau muncul kasus bahwa wanita sewaan ingin
mempertahankan bayi itu dan menolak uang pembayaran, maka pastilah sulit
dipecahkan.
c.

Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.


Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam

arti bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk
pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang mandul itu harus dicarikan
penggantinya melalui seorang donor.
Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru, yaitu
benih dari orang lain. Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan antara sel telur
istri dan sel sperma dari orang lain sebagai pendonor itu perlu diketahui atau
disembunyikan identitasnya. Kalau wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya
untuk mencari hubungan pribadi dengan orang itu. Ketiga, apakah pria pendonor
itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan. Masih banyak masalah lain
lagi yang bisa muncul.
d.

Munculnya Bank Sperma


Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank bank

sperma. Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank bank
tersebut. Bahkan orang bisa menjual belikan benih benih itu dengan harga
yang sangat mahal misalnya karena benih dari seorang pemenang Nobel di bidang
kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank sperma adalah akibat lebih
jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah menyimpannya dan
memperdagangkannya seolah olah benih manusia itu suatu benda ekonomis.
Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non komersial.
Sementara itu bank bank sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat.
Wanita yang menginginkan pembuahan artifisial bisa memilih sperma itu dari
banyak kemungkinan yang tersedia lengkap dengan data mutu intelektual dari

pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan tidak diberitahukan


kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa atau siapapun.
2.2

Aspek Hukum Tentang Bayi Tabung


Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap (Bayi Tabung):
a. Jika benihnya berasal dari suami istri
Jika benihnya berasal dari suami istri, dilakukan proses fertilisasi-invitro transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim istri maka anak
tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai status sebagai anak
sah (keturunan genetik)dari pasangan tersebut. Akibatnya memiliki
hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya. Jika embrio
diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami, maka secara
yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan
pasangan yang mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan
ps. 250 KUHPer. Dalam hal ini suami dari istri penghamil dapat
menyangkal anak tersebut sebagai anak sahnya melalui tes golongan darah
atau dengan jalan tes DNA.
b. Jika salah satu benihnya berasal dari donor
Jika suami mandul dan istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasiin-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur istri
akan dibuahi dengan sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah
terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim istri. Jika embrio
diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang
dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar
hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.
c. Jika semua benihnya dari donor
Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak
terikat pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim
seorang wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir
mempunyai status anak sah dari pasangan suami istri tersebut karena
dilahirkan oleh seorang perempuan terikat dalam perkawinan yang sah.

2.3

Undang-Undang Bayi Tabung


Salah satu aturan tentang bayi tabung terdapat dalam UU RI Nomor
36 Tahun 2009 pasal 127 tentang kesehatan yang berbunyi:

Ayat 1 : Upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat


dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:
a. hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang
bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum
berasal; b. dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu; dan c. pada fasilitas

pelayanan kesehatan tertentu.


Ayat 2 : Ketentuan mengenai persyaratan kehamilan di luar cara
alamiah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

2.4

Aspek Budaya Terhadap Bayi Tabung


Aspek budaya bayi tabung adalah suatu cara hidup yang berkembang dan

dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma
sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi
ciri khas suatu masyarakat. Program bayi tabung pada dasarnya tidak sesuai
dengan budaya dan tradisi ketimuran kita. Pelaksanaan bayi tabung masih sangat
bertolak belakang dengan kehidupan sosial dan budaya di Indonesia. Status anak
adalah hal yang sangat penting dan akan berpengaruh pada kehidupannya kelak.
Sedangkan pada inseminasi buatan (bayi tabung), anak akan memiliki status
seperti anak pada umumnya, jika pelaksanaan bayi tabung mengikuti peraturanperaturan yang berlaku. Di Indonesia sendiri bila dipandang dari segi etika,
pembuatan bayi tabung tidak melanggar, tapi dengan syarat sperma dan ovum
berasal dari pasangan yang sah. Jangan sampai sperma berasal dari bank sperma,
atau ovum dari pendonor. Banyak negara- negara yang menggunakan teknik
bayi tabung seperti negara Inggris untuk mengatasi terjadinya kemandula. Namun
di Indonesia jarang sekali adanya teknik tersebut. Hal ini kemungkinan besar
banyaknya biaya yang akan dikeluarkan maupun sesuksesan dalam praktek bayi
tabung akan berjalan lancar. Baik dari perspektif sosial maupun budaya akan
merusak keestetikan suatu agama. Dalam perspektif budaya, dengan adanya

teknik reproduksi buatan (bayi tabung) akan menimbulkan adanya kebiasan


budaya dalam suatu daerah. Hal ini hanya semata- mata untuk kepentingan
manusia saja dan merupakan pelanggarandalam budaya apabila hal ini masih
dilakukan. Hal ini disebabkan karena jika ini dilakukan dan dilegalkan maka akan
terjadi perdagangan bayi secara ilegal, para wanita tidak membutuhkan seorang
laki- laki sebagai pasangan hidupnya, akan menguntungkan sebagian pihak saja.
Apabila seorang manusia melanggar hal tersebut, maka manusia tersebut dapat
dikatakan sebagai manusia yang tidak beretika dan melanggar norma- norma
batasan agama yang telah ditetapkan. Baik dari perspektif sosial maupun budaya
akan merusak keestetikan suatu agama

2.5

Pandangan Islam Terhadap Bayi Tabung


Persoalan bayi tabung pada manusia merupakan persoalan baru muncul

dizaman

modern,

sehingga

terjadi

masalah

fiqh

kontemporer

yang

pembahasannya tidak dijumpai dalam buku-buku fiqh klasik. Karena itu


pembahasan bayi tabung pada manusia dikalangan para ahli fiqh kontemporer
lebih banyak mengacu kepada pertimbangan kemaslahatan umat manusia,
khususnya kemaslahatan suami istri.
Disamping harus dikaji secara multidisipliner karena persoalan ini hanya
bisa dipahami secara komprehensif jika dikaji berdasarkan ilmu kedokteran,
biologi-khususnya genetika dan embriologi serta sosiologi.
Aspek hukum penggunaan bayi tabung didasarkan kepada sumber sperma
dan ovum, serta rahim. Dalam hal ini hukum bayi tabung ada tiga macam, yaitu:
a. Bayi tabung yang dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami istri sendiri
serta tidak ditrannsfer kedalam rahim wanita lain walau istrinnya sendiri selain
pemilik ovum (bagi suami istri yang berpoligami) baik dengan tehnik FIV
maupun GIFT, hukumnya adalah mubah, asalkan kondisi suami istri itu benarbenar membutuhkan bayi tabung (inseminasi buatan) untuk memperoleh anak,
lantaran dengan cara pembuahan alami, suami istri itu sulit memperoleh anak.
Padahal anak merupakan suatu kebutuhan dan dambaan setiap keluarga.
Disamping itu, salah satu tujuan dari perkawinan adalah untuk memperoleh
anak dan keturunan yang sah serta bersih nasabnya. Jadi, bayi tabung
merupakan suatu hajat (kebutuhan yang sangat penting) bagi suami istri yang

gagal memperoleh anak secara alami. Dalam hal ini kaidah fiqih menentukan
bahwa Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlakukan seperti dalam
keadaan

terpaksa

(emergency)

padahal

keadaan

darurat/terpaksa

membolehkan melakukan hal-hal yang terlarang.


b. Bayi tabung yang dilakukan dengan menggunakan sperma dan atau ovum dari
donor, haram hukumnya karena hukumnya sama dengan zina, sehingga anak
yang dilahirkan melalui proses bayi tabung tersebut tidak sah dan nasabnya
hanya dihubungkan dengan ibu (yang melahirkan)-Nya. Termasuk juga haram
system bayi tabung yang menggunakan sperma mantan suami yang telah
meninggal dunia, sebab antara keduanya tidak terikat perkawinan lagi sejak
suami meninggal dunia.
c. Haram hukumnya bayi tabung yang diperoleh dari sperma dan ovum dari
suami istri yang terikat perkawinan yang sah tetapi embrio yang terjadi dalam
proses bayi tabung ditransfer kedalam rahim wanita lain atau bukan ibu
genetic (bukan istri atau istri lain bagi suami yang berpoligami), haram
hukumnya. Jelasnya, bahwa bayi tabung yang menggunakan rahim rental,
adalah haram hukumnya. Ini berarti bahwa kondisi darurat tidak mentolerir
perbuatan zina atau bernuansa zina. Zina tetap haram walaupun darurat
sekalipun.
2.6

Aspek Etik (Moral)


Pada kasus yang sedang dibahas ini tampak sekali ketidaksesuaiannya

dengan budaya dan tradisi ketimuran kita.

Sebagian agamawan menolak

Fertilisasi invitro pada manusia, sebab mereka berasumsii bahwa kegiatan tersebut
termasuk Intervensi terhadap karya Illahi. Dalam artian, mereka yang
melakukakan hal tersebut berarti ikut campur dalam hal penciptaan yang tentunya
itu menjadi hak prioregatif Tuhan. Padahal semestinya hal tersebut bersifat
natural, bayi itu terlahir melalui proses alamiah yaitu melalui hubungan sexsual
antara suami-istri yang sah menurut agama.
2.7

Aspek Human Rights


Dalam DUHAM dikatakan semua orang dilahirkan bebas dengan martabat

yang setara. Pengakuan hak-hak manusia telah diatur di dunia international, salah
satunya tentang hak reproduksi. Dalam kasus ini, meskipun keputusan inseminasi

buatan dengan donor sperma dari laki-laki yang bukan suami wanita tersebut
adalah hak dari pasangan suami istri tersebut, namun harus dipertimbangkan
secara hukum, baik hukum perdata,hukum pidana ,hukum agama, hukum
kesehatan serta etika(moral) ketimuran yang berlaku di Indonesia .
2.8

Dampak Bayi Tabung


a.
Dampak bayi tabung positif
Bioteknologi memberikan dampak positif dalam bidang kesehatan,
misalnya dengan dikembangkannya teknik bayi tabung yang dapat
membantu pasangan suami-istri untuk mendapatkan keturunan serta
pemanfaatan bakteri dalam rekayasa genetika sehingga dihasilkan insulin
buatan.
b. Dampak bayi tabung negatif
Dampak negatif penerapan bioteknologi terdapat pada berbagai aspek
kehidupan seperti etika dan moral, lingkungan hidup, sosial dan ekonomi
serta kesehatan. Seperti menyisipkan gen makhluk hidup ke dalam makhluk
hidup lainnya (transplantasi gen) dianggap sebagai pelanggaran terhadap
hukum alam dan sulit untuk diterima masyarakat.
Pada bayi tabung terdapat kadar yang berbeda. Bagi wanita muda
berumur dua puluh tahun (20 tahun) yang dilahirkan dengan proses bayi
tabung, kadar darah embrionya adalah 76,0%. Ini merupakan nilai yang
lemah karena saat proses pembuahan, ia berada di luar rahim selama satu
jam atau kurang.
Padahal telah diketahui bahwa darah embrio bagi orang-orang dewasa
tidak memiliki fungsi apa-apa. Ditambah lagi, pencernaan yang terjadi di
luar rahim menyebabkan peningkatan kadar darah embrio tersebut
menyebabkan peningkatan kadar darah embrio tersebut dalam tubuh
manusia.

10

BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pengetahuan yang didapat diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Bayi tabung dengan sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri dan tidak
ditransfer

embrionya

kedalam

rahim

wanita

lain

(ibu

titipan)

DIPERBOLEHKAN oleh islam, jika keadaan kondisi suami istri yang


bersangkutan benar-benar memerlukan. Dan status anak hasil inseminasi
macam ini sah menurut Islam.
2. Bayi tabung dengan sperma dan ovum donor DIHARAMKAN oleh Islam.
Hukumnya sama dengan Zina dan anak yang lahir dari hasil inseminasi
macam ini statusnya sama dengan anak yang lahir diluar perkawinan yang
sah.
3. Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nutfah (Sperma) dan
Bank Ovum untuk perbuatan bayi tabung, karena selain bertentangan
dengan Pancasila dan UUD 1945. Juga bertentangan dengan norma agama
dan moral, serta merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan.
4. Pemerintah hendaknya hanya mengizinkan dan melayani permintaan bayi
tabung dengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa
ditransfer kedalam rahim wanita lain dan seharusnya pemerintah
hendaknya juga melarang keras dengan sanksi-sanksi hukumannya kepada
dokter dan siapa saja yang melakukan inseminasi buatan pada manusia
dengan sperma atau ovum donor.
3.2 Saran
Makalah ini semoga berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa
namun manusia tidaklah ada yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat diperlukan guna memperbaiki makalah ini.

11

PERUBAHAN DARI FUNGSI SEKSUAL


PADA WANITA DENGAN KANKER

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1.
2.
3.
4.
5.

Jaya Saputra M.
Lailatul Amalia P.
Lina Ayu Dika C.
Widya Nindi P.
Yuni Andika Fitria S.

(141.0053)
(141.0055)
(141.0057)
(141.0107)
(141.0109)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA


PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2016

12

You might also like