You are on page 1of 32

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia adalah jumlah
kepadatan penduduk yang sangat besar. Hal ini menimbulkan berbagai macam masalah
lain. Untuk itu, pemerintah mencanangkan program KeluargaBerencana (KB) yaitu
program pembatasan jumlah anak yakni dua untuk setiap keluarga. Program KB di
Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat dan diakui keberhasilannya di tingkat
Internasional. Hal ini terlihat dari angka kesertaan ber-KB meningkat dari 26% pada tahun
1980, menjadi 50% pada tahun 1991, dan terakhir menjadi 57% pada tahun 1997.
Program KB nasional telah berjalan selama kurun waktu 4 pelita dengan hasil yang
cukup menggembirahan, baik secara normatif maupun demografis. Berdasarkan hasil
hasil Survey Prevalensi Indonesia ( SPI ) tahun 1987 ternyata tingkat kelahiran kasar telah
menurun menjadi sekitar 28 29 / 1000 dan TFR menjadi sekitar 3,4 3,6. Meskipun
begitu, jika dipandang dari segi islam KB itu hukumnya haram.
Rentang tahun 1800-1900 jumlah penduduk Indonesia bertambah tiga kali lipatnya.
Sedangkan 1900 -2000 terjadi pertambahan penduduk lima kali lipat dari 40,2 juta orang
menjadi 205,8 juta orang. Selama rentang 1900-2000, progran Keluarga Berencana (KB)
berhasil mencegah kelahiran 80 juta orang. "Tanpa program KB jumlah penduduk hingga
tahun 2000 diprediksi 285 juta orang, " ungkap Kepala Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), Dr.Sugiri Syarief, MPA dalam acara Studium Generale
Kependudukan dan Program Keluarga Berencana: Peluang dan Tantangan', Jum'at (19/6)
di Auditorium Thoyib Hadiwijaya Institut Pertanian Bogor (IPB). Acara ini digelar
Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB bekerjasama dengan BKKBN.
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif
yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian.
Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat
kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi
yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena
metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan
nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh
kontrasepsi (Depkes RI, 1998).
Kepadatan penduduk yang terjadi tentu saja menjadi suatu masalah bagi negara
Indonesia yang perlu diperhatikan oleh pemerintah sehingga banyak upaya yang dipilih
atau diprogramkan oleh pemerintah Indonesia untuk mengurangi kepadatan penduduk
tersebut dengan cara melakukan program Keluarga Berencana atau dikenal dengan
singkatan KB. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui beberapa hal yang berkaitan
dengan program keluarga berencana dan sehingga penulis membuat makalah ini dengan
judul Keluarga Berencana.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum pada makalah ini adalah mempelajari tentang Apakah itu KB dan
dampaknya bagi masyarakat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada makalah ini adalah:
a)Mengetahui pengertian mengenai Keluarga Berencana
b) Mengetahui jenis KB yang paling banyak digunakan di masyarakat
c) Mengidentifikasi Kelebihan, kekurangan, tantangan dari program KB.
d) Mengetahui tujuan dilaksanakannya program Keluarga Berencana.
e) Mengidentifikasi kesimpulan dan Apa yang harus kita lakukan untuk menyikapi KB.
1.3 Sasaran
1)Pembaca dapat menentukan langkah yang tepat dalam menyikapi usaha pemerintah menekan
laju pertumbuhan penduduk dengan program KB ini.
2) Pembaca dapat menyebarkan informasi mengenai program ini kepada orang yang kurang
pengetahuannya tentang betapa pentingnya program KB ini.
3) Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca
mengenai program Keluarga Berencana.
4) Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman bagi pembaca dan penulis mengenai program Keluarga Berencana.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian KB

KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa


Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga yang
sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran."
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang di
inginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif
untuk mencegah ataupun menunda kehamilan.
Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa KB dapat diartikan dalam dua pengertian. Hal
ini sama halnya bahwa KB ada dua macam yaitu:
1. Tahdid An-nasl (pembatasan kelahiran) adalah suatu program nasional yang dijalankan
pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan pertumbuhan
populasi penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan barang dan jasa. KB dalam hal
ini didasarkan pada teori populasi menurut Thomas Robert Malthus.
2. Tanzhim An-nasl (pengaturan kelahiran) adalah aktivitas individual untuk mencegah
kehamilan (manu al-hamli) dengan berbagai cara dan sarana (alat). Misalnya dengan
kondom, IUD, pil KB, dan sebagainya.
2.2TUJUAN KELUARGA BERENCANA
Tujuan keluarga berencana di Indonesia adalah:
2.2.1Tujuan umum :
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya
masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
2.2.2Tujuan khusus :
1)

3)

Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.


2) Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran

2.3 Manfaat Program Keluarga Berencana (KB).


Berikut ini merupakan manfaat dari adanya program Keluarga Berencana (KB), yaitu:
1. Menurunkan angka kematian maternal dengan adanya perencanaan kehamilan yang
aman,sehat dan diinginkan.

2. Mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium dengan mengkonsumsi pil kontrasepsi.
3. Memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
kependudukan.Proggram keluarga berencana nasional adalah program untuk membantu
keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga
yang baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas. Dengan terbentuk keluarga
berkualitas maka generasi mendatang sebagai sumber daya manusia yang berkualitas
akan dapat melanjutkan pembangunan.
Program keluarga berencana dalam pembangunan berkelanjutan yang
berwawasankependudukan dapat memberikan kontribusi dalam empat hal, yaitu :
a. Mengendalikan jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk juga dengan
peningkatan kualitas penduduk.
b. Peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya yang handal dilakukan dengan
mengarahkan pembangunan pada penurunan kematian ibu dan bayi dengan
menurunkan kelahiran atau kehamilan melalui penggunaan kontrasepsi.
c. Berusaha dan menjunjung tinggi perwujudan hak hak asasi manusia dalam hal
kesehatan reproduksi pasangan usia subur untuk merencanakan kehidupan
berkeluarga.
d. Mendukung upaya pemberdayaan perempuan dengan menyadari sepenuhnya akan hak
dan kewajiban perempuan serta sebagai sumber daya manusia yang tangguh.
Dengan mengikuti program KB sesuai anjuran pemerintah, para akseptor akan
mendapatkan tiga manfaat utama optimal baik untuk ibu, anak dan keluarga, antara
lain:
1.

Manfaat Untuk Ibu:

Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan


Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu
Menjaga kesehatan ibu
Merencanakan kehamilan lebih terprogram
Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali
dalam jangka waktu yang terlalu pendek.
Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya
waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu
luang serta melakukan kegiatan lainnya.
2.

Manfaat Untuk Anak:

Mengurangi risiko kematian bayi

Meningkatkan kesehatan bayi


Mencegah bayi kekurangan gizi
Tumbuh kembang bayi lebih terjamin
Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi
Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal
3.

Manfaat Untuk Keluarga:

Meningkatkan kesejahteraan keluarga


Harmonisasi keluarga lebih terjaga

2)

2.4 Cara Kerja


Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan antara sel telur
(ovum) dengan sel mani (sperma) dengan cara :
1) Menekan keluarnya sel telur (ovum)
Menghalangi masuknya sperma ke dalam alat kelamin wanita sampai mencapai ovum
3) Mencegah nidasi
2.5Macam-macam Jenis Kontrasepsi
2.5.1Kontrasepsi sederhana tanpa alat
a.Senggama Terputus
Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama dilakukan
sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan pria dikeluarkan
dari liang vagina dan sperma dikeluarkan di luar. Cara ini tidak dianjurkan karena
sering gagal, karena suami belum tentu tahu kapan spermanya keluar.
b. Pantang Berkala (sistem berkala)
Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada saat istri dalam
masa subur.Selain sebagai sarana agar cepat hamil,kalender juga difungsikan untuk
sebaliknya alias mencegah kehamilan. Cara ini kurang dianjurkan karena sukar
dilaksanakan dan membutuhkan waktu lama untuk puasa. Selain itu, kadang juga
istri kurang terampil dalam menghitung siklus haidnya setiap bulan.
2.5.2Kontrasepsi sederhana dengan alat
a. Kondom

Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah kehamilan yang


sudah populer di masyarakat. Kondom adalah suatu kantung karet tipis, biasanya
terbuat dari lateks, tidak berpori, dipakai untuk menutupi penis yang berdiri
(tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina. Kondom sudah dibuktikan
dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat mencegah penularan penyakit
seksual, termasuk HIV/AIDS
Manfaat pemakaian kontrasepsi kondom :
1. Efektif bila digunakan dengan benar
2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Tidak mengganggu kesehatan klien
4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik
5. Murah dan dapat dibeli secara umum
6. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatah khusus
7. Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus
ditunda

b.

Diafragma

Diafrgma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks(karet)


yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup
serviks.
Jenis kontrasepsi diafragma :
1) Flat spring (flat metal band)
2) Coil spring (coiled wire)
3) Arching spring
Cara kerja kontrasepsi diafragma :
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermisida.
Manfaat kontrasepsi diafragma :
1. Efektif bila digunakan dengan benar
2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam
sebelumnya
4. Tidak mengganggu kesehatan klien
5. Tidak mengganggu kesehatan sistemik

c.

Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk


menon-aktifkan atau membunuh sperma.

b)

Jenis kontrasepsi spermasida :


a) Aerosol
Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvablefilm
c) Krim
Cara kerja kontrasepsi spermisida :

Menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat pergerakan


sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Manfaat kontrasepsi spermisida :
1. Efektif seketika (busa dan krim)
2. Tidak mengganggu produksi ASI
3. Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain
4. Tidak mengganggu kesehatan klien

5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik


6. Mudah digunakan
7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
8. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

d.

KB Suntik

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan


dengan melalui suntikan hormonal
1. KB Suntik 1 bulan (kombinasi)
Adalah 25 mg Depo medroksiprogestreon asetat dan 5 mg esestradiol
sipionat yang diberikan injeksi I.m sebulan sekali (Cyclofem). Dan 50 mg
roretindron enantat dan 5mg Estradional Valerat yang diberikan injeksi I.m
sebulan sekali
Keuntungan menggunakan KB Suntik
-Praktis, efektif dan aman dengan tingkat keberhasilan lebih dari 99%.
- Tidak membatasi umur
- Obat KB suntik yang 3 bulan sekali (Progesteron saja) tidak mempengaruhi ASI dan cocok
untuk ibu menyusui
Kerugian menggunakan KB Suntik

10

- Di bulan-bulan pertama pemakaian terjadi mual, pendarahan berupa bercak


di antara masa haid, sakit kepala dan nyeri payudara
- Tidak melindungi dari IMS dan HIV AIDS
Indikasi:
- Wanita usia 35 tahun yang merokok aktif
- Ibu hamil atau diduga hamil
- Pendarahan vaginal tanpa sebab
- Penderita jantung, stroke, lever, darah tinggi dan kencing manis
- Sedang menyusui kurang dari 6 minggu
- Penderita kanker payudara
2. KB Suntikan 3 bulan.
Depo Depo-provera ialah 6-alfa-metroksiprogesteron yang digunakan
untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progesterone yang kuat
dan sangat efektif. Obat ini termasuk obat depot. Noristerat termasuk dalam
golongan kontrasepsi ini. Mekanisme kerja kontrasepsi ini sama seperti
kontrasepsi hormonal lainnya. Depo-provera sangat cocok untuk program
postpartum oleh karena tidak mengganggu laktasi.
Keuntungan KB suntik 3 bulan
- Resiko terhadap kesehatan kecil.
- Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
- Tidak di perlukan pemeriksaan dalam
- Jangka panjang
- Efek samping sangat kecil
- Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
Kerugian KB suntik 3 bulan
1. Gangguan haid. Siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang
banyak atau sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.
2. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
3. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
4. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
5. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang

11

6. Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas tulang


7. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, dan
jerawat.

e.

KB Pil

Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah


diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan
menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang paling efektif bila
diminum secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya
keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu yang
tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya
penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama
masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yang
lain.
Jenis-jenis kontrasepsi Pil :
1. Pil gabungan atau kombinasi

12

Tiap pil mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan
progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara kerja kedua hormon
yang mencegah kehamilan, dan hampir 100% efektif bila diminum secara
teratur.
Jenis jenis pil kombinasi:
a.Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone
aktif estrogen/progesterone dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa
hormone aktif.
b. Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone
aktif estrogen/progesterone dalam dua dosis yang berbeda adalah estrogen
dan progesteron, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
c. Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone
aktif estrogen/progesterone dalam tiga dosis yang berbeda adalah
mengandung berbagai dosis progestin. Pada sejumlah jenis obat tertentu,
dosis estrogen didalam ke 21 pil aktif bervariasi. Maksud dari variasi ini
adalah mempertahankan besarnya dosis pada pasien serendah mungkin
selama siklus dengan tingkat kemampuan dalam pencegahan kehamilan
yang setara
2.Pil khusus Progestin (pil mini)
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki
sifat pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari leher rahim
(merubah sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit pengangkutan
sperma. Selain itu, juga mengubah lingkungan endometrium (lapisan dalam
rahim) sehingga menghambat perletakan telur yang telah dibuahi.
Kontra indikasi Pemakaian Pil
Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita
hepatitis, radang pembuluh darah, kanker payudara atau kanker kandungan,
hipertensi, gangguan jantung, varises, perdarahan abnormal melalui vagina,
kencing manis, pembesaran kelenjar gondok (struma), penderita sesak napas,
eksim, dan migraine (sakit kepala yang berat pada sebelah kepala).
Efek Samping Pemakaian Pil
Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping berupa perdarahan di
luar haid, rasa mual, bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat, penyakit

13

jamur pada liang vagina (candidiasis), nyeri kepala, dan penambahan berat
badan.
f.

AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum wanita
merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu
diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan
mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Namun, ada
wanita yang ternyata belum dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini. Karena
itu, setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang lengkap
tentang seluk-beluk alat kontrasepsi ini.
Jenis-jenis AKDR :
1. Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini
mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.

2. Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan
ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan
200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis
Coper-T.

14

3. Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri
dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke
bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3
ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
4. Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau
huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada
ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran
panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5
mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm
(tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan
yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi
perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari
bahan plastik.
g.

Kontrasepsi Implant

Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada
lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah
dalam .Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik
berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas
dengan enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk yang akan dipakai. Di
dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan mengeluarkan
hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya
ovulasi dan menghalangi migrasi sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5
tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun.
h.Kontrasepsi Tubektomi (Sterilisasi pada Wanita).

15

Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Sterilisasi
bisa dilakukan juga pada pria, yaitu vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu
pasangan telah mengalami sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi alat-alat
kontrasepsi yang konvensional. Cara kontrasepsi ini baik sekali, karena
kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali. Faktor yang paling penting dalam
pelaksanaan sterilisasi adalah kesukarelaan dari akseptor. Dengan demikia,
sterilisasi tidak boleh dilakukan kepada wanita yang belum/tidak menikah,
pasangan yang tidak harmonis atau hubungan perkawinan yang sewaktu-waktu
terancam perceraian, dan pasangan yang masih ragu menerima sterilisasi. Yang
harus dijadikan patokan untuk mengambil keputusan untuk sterilisasi adalah
jumlah anak dan usia istri. Misalnya, untuk usia istri 2530 tahun, jumlah anak
yang hidup harus 3 atau lebih.
i. Kontrasepsi vasektomi

16

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi


pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia alur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
Indikasi kontrasepsi vasektomi
Vasektomi merupakan upaya untuk menghenttikan fertilis dimana fungsi
reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan
pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga.

Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi


1. Infeksi kulit pada daerah operasi
2. Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien
3. Hidrokel atau varikokel
4. Hernia inguinalis
5. Filarisasi(elephantiasis)
6. Undesensus testikularis
7. Massa intraskotalis
8. Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan
antikoaglansia
2.6 Indikasi Pemilihan KB
2.6.1 Ibu Pospartum Pada Ibu Menyusui
a. MAL

17

MAL adalah kontrasepsi yang mengandalakn pemberian ASI secara


eksklusif. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila : menyusui secara penuh,
lebih efektif jika pemberian pada saat ibu belum haid sebanyak 8x sehari dan
usia bayi kurang dari 6 bulan. Efektif sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan
dengan pemakaian meted kontrasepsi lainnya.
b. IUD ( Intra Uterine Device)
IUD ( Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
adalah alat kontrasepsi yang berdaya guna dari 2 hingga 5 tahun. Setelah itu, alat
ini dapat diganti dengan yang baru jika ingin menjauhkan jarak lahir anak
selanjutnya. Dipasang setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri).
Spiral juga merupakan alat kontrasepsi yang sesuai jika ibu dalam keadaan
sedang menyusui. Jenis spiral yang sering digunakan di Indonesia adalah
Copper-T, Copper-7, Multi load dan Lippes Loop. Copper T adalah spiral
berbahan polyethelen yang pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga
halus yang berfungsi sebagai antifertilisasi (anti pembuahan). Copper-7 hampir
sama dengan copper T hanya saja berbentuk angka 7 dan pemasangannya pun
relatif lebih mudah. Multi Load terbentuk dari plastik (polyethelene) dengan dua
tangan kiri dan kanan yang berbentuk sayap yang fleksibel. Tersedia 3 ukuran
multi load, antara lain standar, small (kecil) dan mini. Dan jenis spiral yang lain
adalah Lippes Loop terbuat dari bahan plastik (polyethelene) berbentuk seperti
spiral atau huruf S bersambung. Lippes Loop memberikan keuntungan bila
terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus karena terbuat
dari bahan plastik.
c. KB suntik
Kontrasepsi suntikan adalah pencegah kehamilan yang dilakukan dengan
cara menyuntikkan obat berisi Depo Medorxi Progesterone Acetate (DMPA)
pada otot (intra muskuler) di bagian bokong (gluteus) yang dalam atau pada
pangkal lengan. Cara kontrasepsi yang satu ini dinilai baik untuk wanita yang
masih menyusui anaknya dan dapat langsung digunakan setelah melahirkan.
Suntikan pertama dapat dilakukan dalam waktu empat minggu setelah
melahirkan dan suntikan berikutnya diberikan setiap satu bulan atau tiga bulan
berikutnya.
d.
KB suntik progesteron
KB suntik Depo-provera ialah 6-alfa-metroksiprogesteron yang digunakan
untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progesterone yang kuat
dan sangat efektif. Obat ini termasuk obat depot. Noristerat termasuk dalam
golongan kontrasepsi ini. Mekanisme kerja kontrasepsi ini sama seperti
kontrasepsi hormonal lainnya. Depo-provera sangat cocok untuk program
postpartum oleh karena tidak mengganggu laktasi.

18

2.6.2 Ibu Pospartum Pada Ibu Tidak Menyusui


a. Implant
Implan hormon sering disebut juga Norplant (satu-satunya merk implant yang
beredar di Indonesia) dan di daerah pada umumnya disebut susuk. Alat
kontrasepsi jangka panjang ini berbentuk seperti serpihan kayu dan dipasang di
bawah kulit, di atas lengan atas wanita dan masing-masing mengandung progestin
lenovogestrel sintetis yang juga terkandung dalam beberapa jenis pil KB dan
untuk tidak menyusui.
b. Pil KB kombinasi
Pil sebagai alat kontrasepsi yang diminum merupakan cara pencegahan
kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur. Pil dapat
digunakan untuk menghindari kehamilan pertama atau menjarangkan waktu
kehamilan-kehamilan berikutnya sesuai dengan keinginan wanita. Pil dapat
digunakan setelah terjadinya keguguran, menstruasi atau pada masa post
partum bagi ibu yang tidak menyusui bayinya. Beberapa pil KB kini
dikembangkan untuk ibu-ibu yang menyusui bayinya. Untuk konsumsi pil KB ini
sebaiknya Anda diskusikan dengan dokter kandungan, disesuaikan dengan kondisi
masing-masing (menyusui atau tidak atau ada kontra indikasi lainnya)
c. Kondom
Kondom pria adalah menghalangi terjadinya pertemuan spermatozoa dan
ovum dengan cara menampung sperma diujung kondom sehingga sperma tidak
dapat masuk ke dalam vagina.
2.6.3 Ibu yang Mempunyai Lebih Dari 3 Anak
a. Tubektomi
Metode yang digunakan adalah dengan melakukan operasi kecil pada
daerah rahim dengan tujuan untuk mengikat saluran tuba falopii sehingga sel
telur yang diproduksi tidak akan terbuahi. Tubektomi ini dilakukan jika seorang
perempuan sudah mempunyai anak lebih dari tiga, tidak ingin punya anak lagi,
dan berusia diatas 35 tahun. Sebelum dilakukan metode ini, akan ada lembar
persetujuan yang harus ditandangi oleh pasangan suami.

2.6.4Untuk Pengantin Baru


a. IUD
b. Pil
c. Suntik
d.Kondom.

19

2.6.5Pasca Keguguran (Postabortum)


a. PIL
2.6.6Umur ibu kurang dari 20 tahun :
a)

Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral.

b) Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda


frekuensi bersenggama tinggi sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.
c)
d)

Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan.


Umur di bawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu.

2.6.7Umur ibu antara 2030 tahun


a) Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan.
b) Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai spiral sebagai
pilihan utama. Pilihan kedua adalah norplant atau pil.
2.6.8 Umur ibu di atas 30 tahun
a) Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau norplant. Kondom bisa
merupakan pilihan kedua.
b) Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi (sterlilisasi) dapat
dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan dengan spiral, kondom, maupun
pil dalam arti mencegah
2.7Peran Perawat Sebagai Konselor Program Keluarga Berencana ( KB )
2.7.1 Konseling KB di lapangan (non-klinik)
Memberikan informasi yang mencakup:
1. Pengertian manfaat perencanaan keluarga
2. Proses terjadinya kehamilan/reproduksi sehat
3. Informasi berbagai kontrasepsi yang benar dan lengkap (cara kerja, manfaat,
kemungkinan efek samping, komplikasi, kegagalan, kontra indikas, tempat
kontrasepsi bisa diperoleh, rujukan serta biaya)
2.7.2 Konseling KB di klinik
1.Memberikan informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan klien
2. Memastikan bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai dengan kondisi
kesehatannya
3. Membantu klien memilih kontrasepsi lain seandainya yang dipilih ternyata tidak
sesuai dengan kondisi kesehatannya
4. Merujuk klien seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak tersedia di klinik atau
jika klien membutuhkan bantuan medis dari ahli seandainya dalam pemerikasaan
ditemui masalah kesehatan lain
5.Memberikan konseling pada kunjungan ulang untuk memastikan bahwa klien
tidak mengalami keluhan dalam penggunaan kontrasepsi pilihannya.

20

2.8. Legal Etik KB


2.8.1 Undang undang terkait Keluarga Berencana :
UU yang mengatur tentang Keluarga Berencana (KB) adalah Undang-Undang
Nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga pada Bab VI bagian kedua : Pengendalian Kuantitas Penduduk, paragraf
kedua : Keluarga Berencana, Pasal 20 29.
2.8.2Isi UU no.52 Tahun 2009 Pasal 20-29 :
Paragraf 2
Keluarga Berencana
Pasal 20
Untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas,
Pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui penyelenggaraan
program keluarga berencana.
Pasal 21
(1) Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam
mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung
jawab tentang:
a. usia ideal perkawinan;
b. usia ideal untuk melahirkan;
c. jumlah ideal anak;
d. jarak ideal kelahiran anak; dan
e. penyuluhan kesehatan reproduksi.
(2) Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
untuk:
a. mengatur kehamilan yang diinginkan;
b. menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak;
c. meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan
pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi;
d. meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga
berencana; dan
e. mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak
kehamilan.
(3) Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengandung pengertian bahwa dengan alasan apapun promosi aborsi sebagai
pengaturan kehamilan dilarang.
Pasal 22

21

(1) Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21


dilakukan melalui upaya:
a. peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat;
b. pembinaan keluarga; dan
c. pengaturan kehamilan dengan memperhatikan agama, kondisi
perkembangan sosial ekonomi dan budaya, serta tata nilai yang hidup dalam
masyarakat.
(2) Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan komunikasi,
informasi dan edukasi.
(3) Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 23
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib meningkatkan akses dan kualitas
informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan kontrasepsi dengan cara:
a. menyediakan metode kontrasepsi sesuai dengan pilihan pasangan suami
istri dengan mempertimbangkan usia, paritas, jumlah anak, kondisi
kesehatan, dan norma agama;
b. menyeimbangkan kebutuhan laki-laki dan perempuan;
c. menyediakan informasi yang lengkap, akurat, dan mudah diperoleh tentang
efek samping, komplikasi, dan kegagalan kontrasepsi, termasuk
manfaatnya dalam pencegahan penyebaran virus penyebab penyakit
penurunan daya tahan tubuh dan infeksi menular karena hubungan
seksual;
d. meningkatkan keamanan, keterjangkauan, jaminan kerahasiaan, serta
ketersediaan alat, obat dan cara kontrasepsi yang bermutu tinggi;
e. meningkatkan kualitas sumber daya manusia petugas keluarga berencana;
f. menyediakan pelayanan ulang dan penanganan efek samping dan
komplikasi pemakaian alat kontrasepsi;
g. menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi esensial di tingkat primer
dan komprehensif pada tingkat rujukan;
h. melakukan promosi pentingnya air susu ibu serta menyusui secara
ekslusif untuk mencegah kehamilan 6 (enam) bulan pasca kelahiran,
meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak; dan
i. melalui pemberian informasi tentang pencegahan terjadinya
ketidakmampuan pasangan untuk mempunyai anak setelah 12 (dua belas)
bulan tanpa menggunakan alat pengaturan kehamilan bagi pasangan
suamiisteri.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai akses, kualitas, informasi, pendidikan,
konseling dan pelayanan alat kontrasepsi sebagaimana diatur pada ayat (1)
diatur dengan peraturan menteri yang bertanggung jawab di bidang
kesehatan.

22

Pasal 24
(1) Pelayanan kontrasepsi diselenggarakan dengan tata cara yang berdaya guna
dan berhasil guna serta diterima dan dilaksanakan secara bertanggung jawab
oleh pasangan suami isteri sesuai dengan pilihan dan mempertimbangkan
kondisi kesehatan suami atau isteri.
(2) Pelayanan kontrasepsi secara paksa kepada siapa pun dan dalam bentuk apa
pun bertentangan dengan hak asasi manusia dan pelakunya akan dikenakan
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat
dipertanggungjawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta segi
kesehatan.
Pasal 25
(1) Suami dan/atau isteri mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang
sama dalam melaksanakan keluarga berencana.
(2) Dalam menentukan cara keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pemerintah wajib menyediakan bantuan pelayanan kontrasepsi bagi
suami dan isteri.
Pasal 26
(1) Penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi yang menimbulkan risiko
terhadap kesehatan dilakukan atas persetujuan suami dan istri setelah
mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan untuk itu.
(2) Tata cara penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan menurut standar profesi kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2) diatur dengan peraturan menteri yang
bertanggungjawab di bidang kesehatan.
Pasal 27
Setiap orang dilarang memalsukan dan menyalahgunakan alat, obat, dan cara
kontrasepsi di luar tujuan dan prosedur yang ditetapkan.
Pasal 28
Penyampaian informasi dan/atau peragaan alat, obat, dan cara kontrasepsi hanya
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga lain yang terlatih serta
dilaksanakan di tempat dan dengan cara yang layak.
Pasal 29

23

(1) Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur pengadaan dan penyebaran


asat dan obat kontrasepsi berdasarkan keseimbangan antara kebutuhan,
penyediaan, dan pemerataan pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan alat dan obat
kontrasepsi bagi penduduk miskin.
(3) Penelitian dan pengembangan teknologi alat, obat, dan cara kontrasepsi
dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dan/atau masyarakat
berdasarkan ketentuan peraturan perundang undangan.
2.9Jurnal Penelitian Terkait KB
2.9.1 Jurnal 1 :
a. Judul : PENINGKATAN MINAT DAN KEPUTUSAN BERPARTISIPASI
AKSEPTOR KB
b. Analisa jurnal :
Pelaksanan program KB masih mengalami beberapa kendala, yang salah
satunya adalah lemahnya institusi daerah dalam pelaksanaan KB. Salah satu isu
penting bagi kelangsungan pembangunan keluarga berencana adalah
desentralisasi.masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan KB sampai saat ini
adalah belum seluruh pemerintah kabupaten/kota menetapkan KB sebagai isu
strategis dalam pengendalian pertumbuhan penduduk dan pemenuhan hak-hak
reproduksi penduduk. Implikasi dari otonomi daerah juga menyangkut adanya
keterbatasan dana untuk penyediaan sarana parasarana termasuk alat kontrasepsi
yang selama ini disediakan oleh pusat. Hal lain yang yang juga menjadikendala
adalah pemahaman bahwa pelayanan KB merupakan salah satu hak asasi
manusia, yaitu hak rakyat untuk mengatur proses reproduksinya, masih rendah.
Pembangunan KB juga belum dipandang sebagai suatu investasi yang
mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan
ekonomi.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam keluarga berencana (KB) juga
membutuhkan layanan yang memadai khususnya untuk lingkungan pedesaan.
Layanan yang berkualitas diharapkan dapat memberikan keyakinan pada PUS
untuk berpartisipasi dalam program KB atau paling tidak menimbulkan minat
untuk berpartisipasi. Kualitas layanan yang merupakan proses evaluasi yang
dilakukan oleh akseptor mengenai kinerja layanan. Menurut Ruyter (2006),
kualitas layanan yang baik mendorong minat calon pengguna. Oleh karena itu,
petugas lapangan KB yang memberikan layanan berkualitas dalam bentuk
tanggap, handal, empati dan didukung sarana yang memadai diharapkan mampu
mendorong minat Pasangan Usia Subur (PUS) untuk berpartisipasi dalam
program keluarga berencana.
Peningkatan pengetahuan melalui program konseling bertujuan memberikan
informasi yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada pasangan usia
subur sehingga menimbulkan minat untuk menjadi akseptor KB dan pada

24

akhirnya memutuskan berpartisipasi pada program KB. Menurut Andina (2003),


pemberian informasi dalam bentuk konseling atau penyuluhan memiliki
pengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi, demikian halnya dengan kemampuan
teknis petugas juga berdampak pada kelangsungan pemakaian kontrasepsi.
Dengan demikian program konseling berfungsi memberikan informasi para calon
akseptor sangat penting karena pemahaman terhadap hal ini akan berdampak
terhadap minat partisipasi atau pemakaian alat kontrasepsi. Peningkatan
pengetahuan calon akseptor tersebut diharapkan dapat meningkat kualitas KB,
sehingga minat dan partisipasi KB bukan disebabkan jumlah anak yang terlalu
banyak atau karena faktor risiko melahirkan, tetapi lebih pada kualitas keluarga
melalui pengaturan kelahiran. Faktor Budaya lingkungan juga berdampak
terhadap minat untuk berpartisipasi dalam keluarga berencana.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut diatas, penelitian ini
disamping menguji pengaruh layanan, konseling dan budaya terhadap partisipasi
KB, juga menguji peran minat dalam memediasi hubungan variabel tersebut
terhadp minat KB. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
teoritis sebagai pengkayaan bagi peneliti untuk mengetahui dampak kualitas
layanan, program konseling dan budaya lingkungan terhadap minat dan
keputusan partisipasi KB. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
kontribusi praktis bagi BKKBN dalam mensukseskan program peningkatan
keluarga berkualitas dengan peningkatan partisipasi Keluarga Berencana melalui
program konseling dan layanan.
c. HASIL DAN PEMBAHASAN:
- Tabel 1. Hasil Analisis Inner Wieghts
- Kesimpulan table 1 :
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh kualitas layanan terhadap minat
untuk berpartisipasi dalam program KB. Hal ini menunjukkan kualitas interaksi
petugas lapangan Keluarga Berencana dengan akseptor KB relatif baik, yang
ditunjukkan dengan petugas yang handal, tanggap empati, meyakinkan dan
fasilitas yang memadai. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini mengacu
pada dimensi kualitas layanan (Parasuraman et al., 1985), yang disesuaikan
dalam konteks layanan KB. Hal ini sesuai dengan pendapat Bitner et al. (1994),
menyatakan bahwa penyajian suatu layanan sangat dipengaruhi oleh kualitas
interaksi antar pengguna dengan penyaji layanan yang dikenal dengan istilah
marketing interaktif. Kualitas interaksi inilah yang menjadi fokus utama
penilaian akseptor dalam kualitas layanan. Kualitas layanan yang baik
menunjukkan harapan akseptor atas layanan terpenuhinya kehandalan,
kepedulian, tanggap, dapat meyakinkan dan ketersediaan sarana yang diberikan
oleh petugas lapangan. Hal ini sesuai dengan penilaian atau sikap global
berkenaan dengan superioritas suatu jasa setelah melalui proses
membandingkan dengan kebutuhannya (Parasuraman et al., 1985). Kualitas
layanan dalam penelitian ini memberikan kontribusi terbesar terhadap
peningkatan minat dan keputusan partisipasi KB. Temuan tersebut mendukung
pendapat Ruyter (2006), kualitas layanan yang baik mendorong minat calon
pengguna. Oleh karena itu, petugas lapangan KB yang memberikan layanan

25

berkualitas dalam bentuk tanggap, handal, empati dan diukung sarana yang
memadai diharapkan mampu mendorong minat Pasangan Usia Subur (PUS)
untuk berpartisipasi dalam program Keluarga Berencana. Peranan dan tugas
penyuluh lapangan keluarga berencana sangat strategis dalam upaya
meningkatkan partisipasi masyarakat, khususnya Pasangan Usia Subur (PUS)
dalam mengikuti program Keluarga Berencana. Upaya tersebut dilakukan
dengan melakukan konseling dalam rangka terus meningkatkan pengetahuan,
sehingga diharapkan memunculkan minat masyarakat untuk ber-KB.
Pengetahuan merupakan sesuatu yang melatarbelakangi orang untuk bertindak
dan membantu orang untuk memahami dunianya. Orang memilih semua
informasi yang masuk dan informasi yang tidak relevan disingkirkan (Katz,
1960). Program konseling juga terbukti mempengaruhi minat dan partisipasi
program KB. Program konseling dilakukan melalui peningkatan pengetahuan
bertujuan memberikan informasi yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan pada pasangan usia subur sehingga menimbulkan minat untuk
menjadi akseptor KB dan pada akhirnya memutuskan berpartisipasi pada
program KB. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa konseling merupakan
proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik
dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan
pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar
atau upaya mengatasi masalah tersebut.
Budaya lingkungan dalam penelitian ini merupakan persepsi akseptor
dalam memahami, meyakini dan mematuhi nilai dan norma-norma yang berlaku
di masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin memahami,
meyakini dan mematuhi budaya lingkungan, maka akan menimbulkan minat
dan partisipasi dalam program KB. Temuan penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan Bongsu (2006), menunjukkan adanya pengaruh faktor budaya,
sosial, faktor pribadi dan faktor psikologi terhadap keputusan penggunaan jasa.
Demikian juga penelitian yang dilakukan Harlah (2009), menunjukkan adanya
pemgaruh Budaya Lingkungan terhadap minat Partisipasi Pasangan Usia Subur
(PUS) dalam Program KB. Oleh karena itu, upaya peningkatan minat dan
partisipasi KB dapat dilakukan dengan melakukan peningkatan pemahaman dan
keyakinan melalui sosialisasi dengan melibatkan Tokoh Masyarakat dan Tokoh
Agama (TOMA), sehingga menghasilkan sikap positif terhadap program KB.
Pemahaman terhadap budaya lingkungan tersebut diharapkan dapat
menimbulkan minat dan partisipasi dalam program KB.
d. Kesimpulan : jurnal :
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini menunjukkan profil responden yang mayoritas akseptor
mempunyai usia yang memiliki risiko untuk melahirkan, memiliki jumlah
anak lebih dari dua dan memilki tingkat pendidikan relatif rendah. Faktor usia,
tingkat pendidikan dan jumlah anak berhubungan positif terhadap minat dan
pertisipasi KB.

26

2. Kualitas layanan, program konseling dan budaya lingkungan menunjukkan


pengaruh yang positif terhadap minat ber-KB dan keputusan partisipasi.
3. Variabel yang memberikan kontribusi terbesar terhadap peningkatan minat
dan partisipasi dalam program KB adalah variabel kualitas layanan. Oleh
karena itu kualitas layanan dapat dijadikan prioritas untuk peningkatan
partisipasi. Kualitas layanan yang merupakan proses evaluasi yang dilakukan
oleh akseptor mengenai kinerja layanan. Menurut Ruyter (1996), kualitas
layanan yang baik mendorong minat calon pengguna. Kualitas pelayanan yang
terdiri dari elemen pemilihan metode kontrasepsi, pemberian informasi,
hubungan interpersonal, kemampuan teknis petugas, upaya tindak lanjut, dan
konstelasi pelayanan merupakan faktor yang mempengaruhi penerimaan dan
kelangsungan pemakaian kontrasepsi Bruce (1990). Hasil penelitian ini
menunjukkan dampak kualitas layanan terhadap minat dan partisipasi KB di
Kabupaten Demak. Hal membuktikan teori yang menyakan kualitas layanan
mendorong minat calon pengguna dan penerimaan terhadap jasa yang
ditawarkan. Hasil ini juga mendukung penelitian (Andina, 2003),
menunjukkan adanya pengaruh kualitas Keluarga Berencana (KB) terhadap
pemakaian IUD. Dari temuan penelitian ini menunjukkan dukungan terhadap
teori yang menyatakan bahwa informasi melalui program konseling
berpengaruh terhadap minat dan partisipasi akseptor. Peningkatan
pengetahuan melalui program konseling bertujuan memberikan informasi
yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada pasangan usia subur
sehingga menimbulkan minat untuk menjadi akseptor KB dan pada akhirnya
memutuskan berpartisipasi pada program KB. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa minat untuk berpartisipasi dalam program KB dapat
ditingkatkan melalui layanan yang berkualitas, program konseling yang
memadai dan pemahaman terhadap budaya lingkungan. Dari temuan tersebut,
maka dalam rangka meningkatkan minat berpartisipasi dalam program KB
disarankan dengan meningkatkan kualitas layanan melalui petugas lapangan
yang dapat memberikan layanan yang handal, peduli terhadap permasalahan
akseptor, tanggap, dapat meyakinkan dan didukung sarana yang memada.
Kualitas layanan memiliki dampak paling tinggi terhadap minat dan
partisipasi KB. Sementara kualitas layanan pada akseptor relatif rendah, maka
upaya yang dilakukan dalam peningkatan partisipasi akseptor diprioritaskan
pada semua indikator layanan seperti tanggap, peduli, handal dan sarana
memadai. Empat indikator lebih banyak melekat pada penyuluh lapangan,
sehingga upaya dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan untuk
memberikan layanan terbaik melalui pelatihan customer service exellence.S
2.9.2Jurnal 2 :
a. Judul : Hubungan Konseling Keluarga Berencana (Kb) Dengan Pengambilan
Keputusan Pasangan Usia Subur (Pus) Dalam Penggunaan Alat
Kontrasepsi
b. Analisa jurnal :
Indonesia mengajak dunia Internasional untuk memperhatikan kembali
program Keluarga Berencana (KB) sebagai salah satu upaya untuk

27

mengendalikan jumlah penduduk. Dalam intervensinya atas laporan Sekjen PBB


mengenai monitoring populasi dunia dengan fokus kontribusi dan program aksi
International Conference Population and Development (ICPD),Indonesia
menyebutkan penduduk merupakan masalah penting yang harus ditangani
bersama. Termasuk untuk mencapai tujuan pembangunan global dan
pembangunan lainnya yang saling berkaitan.
Dari data sensus tahun 2000 didapat Penduduk Indonesia berjumlah 203,6
juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% dan jumlahnya akan
terus bertambah sesuai dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP). Laju
Pertambahan Penduduk 1,49 % per tahun artinya setiap tahun jumlah penduduk
Indonesia bertambah 33,5 juta jiwa. Bila tanpa pengendalian yang berarti atau
tetap dengan pertumbuhan penduduk 1,49% per tahun, maka jumlah tersebut
pada tahun 2010 akan terus bertambah menjadi 249 juta jiwa atau menjadi 293,7
juta jiwa pada tahun 2015 (Depkes RI, 2003).
Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
mengungkapkan, Indonesia mempunyai kebijakan untuk mengendalikan
penduduk, antara lain melalui program KB. Namun beberapa tahun terakhir
program yang dilakukan melalui KB itu stagnan. Jumlah Pasangan Usia Subur
(PUS) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 sebanyak 6.248.972, meningkat
sebanyak 63.562 dibanding tahun 2007. Jumlah peserta KB baru pada tahun
2008 sebanyak 746.701 atau 11,95% dari jumlah PUS yang ada. Peserta KB baru
tersebut menggunakan kontrasepsi sebagai berikut : Suntikan 71,15% , AKDR
17,82%, Implant 6,77%, Pil 2,74%, MOP/MOW 2,60%, Kondom 2,51% (Edi,
2009).
Kebijakan peningkatan KB masih perlu mendapatkan perhatian, utamanya
dalam penyelesaian struktur kelembagaan di kecamatan, sumber daya yang
masih rendah kualitasnya yang berdampak pada menurunya kualitas kemampuan
berkomunikasi bagi penyuluh KB dalam melakukan konseling KB. Fenomena
yang demikian ini berimplikasi pada penurunan tingkat kesertaan peserta KB
baru saat ini. Kondisi yang demikain ini diperlukan kebijakan penyelesaian dan
kepastian kelembagaan pengelola KB di Tingkat Kecamatan, serta perlunya
meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan dan latihan, baik dalam jabatan
maupun pendidikan di luar jabatan bagi petugas KB di tingkat kecamatan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, mendorong peneliti untuk
mengetahui Hubungan konseling Keluarga Berencana (KB) dengan
pengambilan keputusan pasangan usia subur (PUS) dalam penggunaan alat
kontrasepsi di Desa Karang Klesem Kecamatan Purwokerto Selatan Kabupaten
Banyumas.
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif jenis survei dan
dilakukan pendekatan secara case control. Penelitian ini untuk mengetahui
hubungan konseling Keluarga Berencana (KB) dengan pengambilan keputusan
pasangan usia subur (PUS) dalam penggunaan alat kontrasepsi. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua PUS di Desa Karang Klesem Kecamatan Purwokerto
Selatan, yaitu berjumlah 999 PUS. Jumlah Sampel dalam penelitian ini adalah
159 PUS, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu PUS akseptor KB dan PUS non
akseptor KB.

28

c. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1.Distribusi frekuensi pengambilan keputusan PUS yang menggunakan
alat kontrasepsi (akseptor KB) terhadap konseling KB.
- Kesimpulan table 1 :
Berdasarkan tabel 1. dari 88 responden akseptor KB dapat diketahui bahwa
keseluruhan PUS mengambil keputusan menggunakan alat kontrasepsi setelah
mendapatkan konseling KB yaitu sejumlah 88 (100,0%) responden.Pengguna
alat kontrasepsi (akseptor KB) dipengaruhi oleh pengetahuan konseling KB
yang mereka dapatkan, sehingga PUS memiliki pengetahuan yang luas dan
tepat mengenai kekurangan dan kelebihan dari metode metode atau alat
kontrasepsi yang kemudian disesuaikan dengan kondisi tubuh pengguna. PUS
tersebut juga mempertimbangkan penggunaan metode atau alat kontrasepsi
secara rasional, efisien, dan efektif.
- Tabel 2. Gambaran PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi (non
akseptor KB) terhadap konseling KB.
- Kesimpulan table 2 :
Berdasarkan data diatas dari 71 responden non akseptor KB dapat diketahui
bahwa sebagian besar PUS mengambil keputusan tidak menggunakan alat
kontrasepsi, terdiri dari PUS yang tidak pernah mendapatkan konseling KB
yaitu sejumlah 54 (76,1%) responden dan sisanya 17 (23,9%) responden
pernah mendapatkan konseling KB. Pasangan usia subur yang tidak
mendapatkan konseling akan cenderung memutuskan tidak menggunakan alat
kontrasepsi dengan yakin. Pengetahuan yang kurang pada responden ini
dipengaruhi oleh terbatasnya informasi yang didapatkan PUS dan kurangnya
sosialisasi terhadap penyedia fasilitas dan sarana pelayanan KB.
- Tabel 3. Hubungan konseling KB dengan pengambilan keputusan PUS dalam
penggunaan alat kontrasepsi
- Kesimpulan tabel3 :
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari dari 88 responden akseptor KB
keseluruhannya mendapatkan konseling KB yaitu 88 (100,0%) responden.
Sedangkan 71 responden non akseptor KB sebagian besar tidak pernah
mendapatkan konseling KB yaitu 54 (76,1%) responden, dan hanya 17
(23,9%) responden yang pernah mendapatkan konseling KB.
-

d. Kesimpulan jurnal :
Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai KB akan
menyadari pentingnya manfaat program KB, serta dalam mempengaruhi
keputusan yang akan diambil dalam memilih alat kontrasepsi. Dalam hal ini akan
memberikan efek yang tepat dalam pengambilan keputusan. Konseling yang
mempengaruhi keputusan PUS dalam penggunaan alat kontrasepsi di Desa
Karang Klesem dapat menambah pengetahuan yang luas mengenai kekurangan
dan kelebihan dari metode metode atau alat kontrasepsi. Dengan hal tersebut,
PUS akan lebih meningkatkan keaktifan dalam partisipasi dan keikutsertaan

29

bersosialisasi terhadap dukungan dalam penyediaan fasilitas dan pemberi


pelayanan serta sarana pelayanan KB.
2.10 Kekurangan Program Keluarga Berencana (KB)
Program KB ini dirasa dianggap kurang memadai, karena tidak semua Posyandu
di pedesaan dibekali dengan infrastruktur dan keahlian pemeriksaan KB, ditambah lagi
dengan kurangnya presentasi tentang pengetahuan KB di daerah pedesaan, sehingga
kebanyakan masyarakat indonesia yang berdomisili di pedesaan masih kurang
pengetahuaannya tentang Program KB dan manfaatnya, mereka masih beranggapan
bahwa banyak anak banyak rezeki, padahal zaman semakin maju dan harus diimbangi
dengan pemikiran yang semakin maju pula.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Program gerakan KB di laksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
bangsa di mana pada saat ini pemerintah sedang melakukan pembangunan di segala bidang,
termasuk untuk mengatasi berbagai masalah kependudukan seperti pertumbuhan penduduk yang
tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas sumber daya manusia yang relatif
rendah.
Adapun strategi pendekatan yang dilakukan dalam program pelayanan kb meliputi:
Pendekatan Kemasyarakatan (community approach), Pendekatan koordinasi aktif (active
coordinative approach), Pendekatan integrative (integrative approach), Pendekatan kualitas
(quality approach), Pendekatan kemandirian (self rellant approach), Pendekatan tiga dimensi
( three dimension approach).

30

Dalam pelayanan KB juga ada cara operasinal programnya yang meliputi: Pelayanan
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB,
Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah dan Pendidikan KB.
Dari program KB juga memiliki dampak terhadap pencegahan kelahiran, semisalkan
dampak pada ibu, dampak pada anak, maupun dampak pada suami. Secara umum Program
keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan angka kematian ibu dan anak;
Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; Peningkatan kesejahteraan keluarga;
Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan mutu dan layanan KB-KR; Peningkatan sistem
pengelolaan dan kapasitas SDM; Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam
penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.

Daftar Pustaka
Hartanto, Hanafi.1994.KB dan Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka Sinar
Soetjiningsih, SpAK.1995.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Setiadi.2007.Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu
Notoatmojo, Soekidjo.1997.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Rineka Cipta
Sulistyawati,Ari.2011.Pelayanan Keluarga Berencana.Jakarta: Salemba Medika
http://www.lusa.web.id/program-kb-di-indonesia/
http://tppkkkec-tirto.blogspot.com/2011/11/3-manfaat-utama-program-keluarga.html
http://dwiyulianiadnan27.blogspot.com/2013/11/program-kb-di-indonesia.html
http://minirukmini.blogspot.com/2013/05/persepsi-dan-partisipasi-masyarakat.html

31

http://ributariadi.blogspot.co.id/2014/01/makalah-kesehatan.html
http://www.hsph.harvard.edu/population/policies/indonesia.population09.pdf

TUGAS SISTEM REPRODUKSI


TENTANG KB

32

DISUSUN OLEH :
1. SEKTI LINDA YUNITASARI

( 141.0091 )

2. SILVIANA WIDYA NINGRUM ( 141.0095 )


3. SITI AULIYA AMINATUS S.

( 141.0097 )

4. SUHENI KHOTIMAH I.

( 141.0099 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA


PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016

You might also like