You are on page 1of 1

KELOMPOK :

1.
2.
3.
4.
Kampung Naga
Kampung Naga dihuni masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adatistiadat peninggalan leluhurnya. Kampung Naga
secara administrasi pemerintahanmasuk ke dalam wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten, Provinsi Jawa Barat.
Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kota Tasikmalaya dengan Garut. Untuk menuju
KampungNaga, kita harus menuruni tangga sepanjang kurang lebih 500 meter dengan ke miringan sekitar 45 derajat. Perjalanan
kemudian dilanjutkan dengan menyusuri jalan setapak di tepi Sungai Ciwulan sampai ke dalam Kampung Naga.
Walaupun mengaku beragama Islam, namun penduduk Kampung Naga sangat taat memegang adat-istiadat dan kepercayaan
nenek moyangnya. Syariat Islam yang mereka jalankan agak berbeda dengan pemeluk agama Islam lainnya.Umpamanya, salat wajib
lima waktu hanya dilaksanakan pada hari Jumat. Sedangkan pada hari-hari lain mereka tidak melaksanakan salat wajib. Menurut
anggapan mereka, ibadah haji tidak perlu dilakukan dengan pergi ke tanah suci Mekah. Mereka beribadah haji cukup dengan
menjalankan upacara Hajat Sasih yang waktunya bertepatan dengan Hari Raya Haji. Upacara Hajat Sasih menurut kepercayaan
mereka sama dengan Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri.
Kepatuhan terhadap adat-istiadat warisan nenek moyang merupakan penghormatan kepada para leluhur atau karuhun. Segala
sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran karuhun Kampung Naga dan yang tidak dilakukan karuhunnya dianggap tabu. Apabila halhal tabu itu dilakukan berarti melanggar adat, tidak menghormati karuhun, dan akan menimbulkan malapetaka.
Tabu, pantangan atau pamali masih dipatuhi masyarakat Kampung Naga dalam kehidupan sehari-hari. Pantangan atau
pamali merupakan ketentuan hukum yang tidak tertulis yang mereka junjung tinggi dan dipatuhi oleh semua orang. Misalnya, tata
cara membangun rumah, bentuk rumah, arah hadap rumah, kesenian, dan sebagainya. Rumah masyarakat Kampung Naga harus
berbentuk rumah panggung yang terbuat dari bambu dan kayu. Atap rumah harus dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang. Lantai
rumah harus terbuat dari bambu atau papan kayu. Rumah harus menghadap ke utara atau selatan, ditata berjajar ke arah barat-timur.
Dinding rumah dari anyaman bambu. Rumah hanya boleh dikapur atau dimeni.
Menurut masyarakat Kampung Naga, rumah tidak boleh dilengkapi dengan perabotan seperti meja, kursi, dan tempat tidur.
Pemasangan daun pintu juga diatur agar tidak sejajar dalam satu garis lurus. Hal ini dilakukan agar rezeki yang masuk ke dalam
rumah melalui pintu depan tidak akan keluar melalui pintu belakang.
Kesenian yang boleh dipertunjukkan di Kampung Naga hanyalah kesenian warisan leluhurnya, seperti terbangan, angklung,
beluk, dan rengkong. Mereka berpantang mengadakan pertunjukan kesenian yang berasal dari luar Kampung Naga. Misalnya, wayang
golek, dangdut, atau kesenian lain yang menggunakan waditra goong. Namun warga dibolehkan menonton kesenian tersebut ketika
digelar di luar wilayah Kampung Naga.
Masyarakat Kampung Naga masih percaya adanya makhluk halus. Mereka percaya adanya jurig cai, yaitu makhluk halus
yang menempati air atau sungai, terutama bagian sungai yang dalam. Ada juga ririwa, yaitu makhluk halus yang senang mengganggu
atau menakut-nakuti manusia pada malam hari.
Terdapat kepercayaan Kampung Naga berkaitan dengan waktu yang disebut pelintangan. Pada saat-saat tertentu yang
dianggap buruk, mereka tabu mengadakan pekerjaan amat penting, seperti membangun rumah, perkawinan, khitanan, dan upacara
adat. Waktu yang dianggap tabu itu disebut larangan bulan yang jatuh pada bulan Sapar dan Ramadhan. Pada bulan tersebut, warga
Kampung Naga dilarang mengadakan upacara karena bertetapan dengan upacara Menyepi.

TUGAS!
Bacalah bacaan mengenai profil masyarakat Kampung Naga berikut. Temukan nilai sosial dan norma sosial yang hidup di
Kampung Naga berdasarkan bacaan tersebut. Tunjukkan peran nilai dan norma sosial itu dalam kehidupan warga Kampung Naga.
Sampaikanlah hasil diskusi tadi di depan kelas. Kerjakan tugas ini secara berkelompok.
Contoh:
Walaupun mengaku beragama Islam, namun penduduk Kampung Naga sangat taat memegang adat-istiadat dan kepercayaan nenek
moyangnya. Syariat Islam yang mereka jalankan agak berbeda dengan pemeluk agama Islam lainnya.
-

Ilustrasi diatas menunjukkan nilai religius dan norma adat istiadat. Namun cenderung bernilai negatif karena bentuk syariat yang
dijalankan dengan cara yang berbeda dengan ajaran agama Islam.

You might also like