Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus
diameternya semakin kecil.23 Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar
adalah selaput lendir, lapisan otot yang memanjang, dan jaringan ikat.
Ukurannya lebih besar daripada usus halus, mukosanya lebih halus
daripada usus halus dan tidak memiliki vili. Serabut otot longitudinal
dalam muskulus ekterna membentuk tiga pita, taenia coli yang menarik
kolon menjadi kantong-kantong besar yang disebut dengan haustra.
Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara usus halus dan
usus besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespon gelombang
peristaltik sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml masuk dan total
aliran sebanyak 500 ml/hari.3
Bagian-bagian usus besar terdiri dari :
a. Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup
ileosekal apendiks. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks
yang melekat pada ujung sekum. Apendiks vermiform, suatu tabung
buntu yang sempit yang berisi jaringan limfoit, menonjol dari ujung
sekum.3
b. Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon
memiliki tiga divisi.3
-
Kolon ascenden
hepatika.
Kolon transversum : merentang menyilang abdomen di bawah hati
2.2 Fisiologi
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi
bahan bahan nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai
dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap
makanan yang masuk. Proses pencernaan dilanjutkan di dalam duodenum
terutama oleh kerja enzim enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat,
lemak, dan protein menjadi zat zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat
dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal
untuk kerja enzim enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses
pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan
yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas. Proses pencernaan disempurnakan
oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim
enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat zat makanan
sambil diabsorbsi. Isi usus digerakkan oleh peristaltik yang terdiri atas dua jenis
gerakan, yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom
dan hormon. Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan
dengan sekret pankreas, hepatobiliar, sekresi usus, dan pergerakan peristaltik
mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai
untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung. Absorpsi adalah
pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan protein (gula
sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino) melalui dinding usus ke
sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu air,
elektrolit dan vitamin juga diabsorpsi.4
Lemak dalam bentuk trigliserida dihidrolisa oleh enzim lipase pankreas ;
hasilnya bergabung dengan garam empedu membentuk misel. Misel kemudian
memasuki membran sel secara pasif dengan difusif, kemudian mengalami
disagregasi, melepaskan garam empedu yang kembali ke dalam lumen usus, dan
asam lemak serta monogliserida ke dalam sel. Sel kemudian membentuk kembali
trigliserida dan digabungkan dengan kolesterol, fosfolipid, dan apoprotein untuk
membentuk kilomikron, yang keluar dari sel dan memasuki lakteal. Asam lemak
kecil dapat memasuki kapiler dan secara langsung menuju ke vena porta. Garam
duodenum dan jejenum, dipercepat oleh hormon parathormon (PTH) dan vitamin
D. Kalium diabsorpsi secara difusi pasif.4
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi
air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon
sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah
dehidrasi sampai defekasi berlangsung.4
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek
serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga
keseimbangan air dan elektrolit serta mencegah dehidrasi. Gerakan retrograd dari
kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan dan meningkatkan absorpsi.
Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum, mengisolasi segmen
pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikolinergik, meningkat oleh
makanan, kolinergik. Sepertiga berat feses kering adalah bakteri; 10-10/gram
dimana bakteri Anaerob lebih banyak dari bakteri aerob. Bacteroides paling
umum, Escherichia coli berikutnya. Gas kolon berasal dari udara yang ditelan,
difusi dari darah, dan produksi intralumen. Bakteri membentuk hidrogen dan
metan dari protein dan karbohidrat yang tidak tercerna.4
2.3 Definisi Obstruksi Usus
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna
tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang
menekan, atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menerus
(Ileus
paralitik
sekunder).
Kelumpuhan
saraf
oklusi
pembuluh
darah
seperti
hernia
strangulasi,
rectum)
- Menurut etiologinya :
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3 :
a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma
(karsinoma), dan abses intraabdominal.
b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena
kelainan
kongenital
(malrotasi),
inflamasi
(Chrons disease,
normalnya
bertindak
sebagai
sawar
(penghambat)
bagi
Kelompok umur
Penyakit
Bayi/neonates
Anak-anak
Orang tua
strangulasi, fecalith (tinja membatu), adhesi dan volvulus
a) Perlengketan/Adhesi
Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi n
adalah pita-pita jaringan fibrosa yang sering menyebabkan obstruksi usus
halus pasca bedah setelah operasi abdomen. Risiko terjadinya adhesi
menimbulkan gejala obstruksi pada anak belum diteliti dengan baik, tetapi
sering terjadi pada 2-3% penderita setelah operasi abdomen. Sebagian besar
obstruksi disertai oleh adhesi dan dapat terjadi setiap waktu setelah minggu
kedua pasca bedah. Adhesi dapat berupa perlengketan yang bentuk tunggal
maupun multiple (perlengketan yang lebih dari satu) yang setempat
maupun luas. Pada operasi, perlengketan dilepaskan dalam bentuk pita.
Pada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus
pulih kembali.
Adhesi yang kambuhan akan menjadi masalah besar. Setelah berulang
tiga kali, risiko kambuh akan menjadi 50%. Pada kasus seperti ini, diadakan
pendekatan konservatif sebab walaupun pembedahan akan menberikan
pasase, kemungkinan besar obstruksi usus akibat adhesi akan kambuh
dalam waktu singkat.
c) Hernia Inkarserata
Bila terdapat suatu defek pada dinding rongga perut, maka akibat
tekanan intraabdominal yang meninggi, suatu alat tubuh dapat terdorong
keluar melalui defek itu. Misalnya : sebagian lambung dapat terdesak
keluar ke rongga perut melalui suatu defek pada diafragma masuk ke dalam
rongga dada. Hernia yang tidak tampak dari luar disebut internal hernia.
Ditemukan lebih banyak ekterna hernia, yaitu yang tampak dari luar
seperti hernia umbilical, hernia inguinal, dan hernia femoral.
Jika liang hernia cukup besar maka isi usus dapat didorong masuk lagi
dan disebut reponibel, jika tidak dapat masuk lagi disebut incarcerata. Pada
keadaan ini disebut infark. Hernia yang menunjukkan strangulasi pembuluh
darah dan tanda-tanda incarcerata akan menimbulkan gejala-gejala ileus.
d) Pankreas anulare
Pankreas anulare menyebabkan obstruksi usus halus di duodenum
bagian duodenum bagian kedua. Gejala dan tanda sama seperti pada atresia
atau malrotasi usus. Pankreas anulare merupakan kelainan kongenital yang
jarang
ditemukan.
Penyakit
ini
disebabkan
oleh
kelainan
pada
2. Entero-colics
3. Colica
4. Prolapsus ani
pada hernia inkarcerata, usus dalam kantong hernia menunjukkan tandatanda torsi; pada tumor dalam dinding usus atau tumor dalam mesentrium.
Akibat volvulus terjadi gejala-gejala strangulasi pembuluh darah dengan
infark dan gejala-gejala ileus.
g) Kelainan Kongenital
Setiap cacat bawaan pada usus berupa stenosis atau atresia dari
sebagian saluran cerna akan menyebabkan obstruksi setelah bayi mulai
menyusui. Kelainan-kelainan ini disebabkan oleh tidak sempurnanya
kanalisasi saluran pencernaan dalam perkembangan embrional dan keadaan
ini dapat terjadi pada usus dimana saja. Atresi ialah buntu sama sekali
dengan tanda-tanda obstruksi total sedangkan stenosis hanya merupakan
penyempitan dengan gejala-gejala obstruksi yang tidak total.
h) Atresia Usus
Gangguan pasase usus yang kongenital dapat berbentuk stenosis dan
atresia, yang dapat disebabkan oleh kegagalan rekanalisasi pada waktu janin
berusia 6-7 minggu. Kelainan bawaan ini dapat juga disebabkan oleh
gangguan aliran darah lokal pada sebahagian dinding usus akibat desakan,
invaginasi, volvulus, jepitan, atau perforasi usus masa janin. Daerah usus
yang tersering mengalaminya adalah usus halus. Stenosis dapat juga terjadi \
karena penekanan, misalnya oleh pankreas anulare dan dapat berupa atresia.
i) Radang kronik
Setiap radang kronik, terutama morbus Crohn, dapat menyebabkan
obstruksi karena udem, hipertrofi, dan fibrosis yang biasanya terjadi pada
penyakit kronik.
j) Askariasis
Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus bagian jejunum.
Obstruksi usus oleh cacing askariasis paling sering ditemukan pada anak
karena hygiene kurang sehingga infestasi cacing terjadi berulang-ulang dan
usus halus pada anak-anak lebih sempit daripada usus halus orang dewasa
sedangkan ukuran cacing sama besar. Obstruksi umumnya disebabkan oleh
suatu gumpalan padat yang terdiri dari sisa makanan dan puluhan ekor cacing
yang mati akibat pemberian obat cacing.
k) Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika
ia menimbulkan invaginasi. Kebanyakan tumor jinak di usus halus tidak
menimbulkan gangguan yang berarti selama hidup. Kadang-kadang gejalanya
tidak jelas atau tidak khas, sehingga kelainan tidak terdeteksi kecuali apabila
ada penyulit. Tumor usus halus dapat menimbulkan komplikasi, pendarahan,
dan obstruksi. Obstruksi dapat disebabkan oleh tumornya sendiri ataupun
secara tidak langsung oleh invaginasi.
l) Tumpukan sisa makanan
Obstruksi usus halus akibat bahan makanan ditemukan pada orang yang
pernah mengalami operasi pengangkatan sebagian atau penuh dari perut
(gastrektomi). Obstruksi biasanya terjadi pada daerah anastomosis. Obstruksi
lain, yang jarang ditemukan, dapat terjadi setelah makan banyak sekali buahbuahan yang mengandung banyak serat yang menyebabkan obstruksi di
ileum terminal, seperti serat buah jeruk atau biji banyak yang ditelan
sekaligus dengan buah tertentu yang berinti.
m) Divertikulum meckel
Divertikulum meckel adalah sisa dari kantung telur embrional yang
juga disebut ductus omphalo-mesentricus yang dalam kehidupan fetal
menghubungkan pusat (umbilicus) dengan usus. Pada orang dewasa terletak
pada ileum lebih kurang 100 cm proksimal perbatasan ileo-cekal, sedangkan
pada anak-anak lebih kurang 40 cm. Jika hubungan antara umblikus dan
usus (ductus omphalo-mesentricus) tidak menghilang, dapat terjadi fistula
pada pusat yang mengeluarkan isi usus. Bila hanya sebagian yang
menghilang dan ditengah-tengah tetap, maka akan dapat terbentuk suatu
kista. Bila tidak menghilang sempurna, maka sisanya menyerupai tali yang
padat, yang dapat mengakibatkan terbelitnya usus pada tali itu (strangulasi).
n) Penyakit Hirschsprung
Penyakit Hirschsprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah
yang paling sering terjadi pada neonatus. Penyakit Hirschsprung terjadi
akibat tidak adanya sel ganglion pada dinding usus atau terjadinya kelainan
inervasi usus, yang dimulai dari anus dan meluas ke proksimal. Gejalagejala klinis penyakit Hirschsprung biasanya mulai pada saat lahir dengan
terlambatnya pengeluaran tinja (mekonium). Kegagalan mengeluarkan tinja
menyebabkan dilatasi bagian proksimal usus besar dan perut menjadi
kembung. Karena usus besar melebar, tekanan di dalam lumen meningkat,
mengakibatkan aliran darah menurun dan perintang mukosa terganggu Statis
memungkinkan
proliferasi
bakteri,
sehingga
dapat
menyebabkan
nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak
menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah
terjadinya nekrosis usus.
c) Bezoar
Istilah bezoar merupakan suatu akumulasi benda-benda asing
eksogen di dalam lambung atau usus yang merupakan penyebab ileus
obstruktif pada usus halus. Bezoar dibedakan menurut komposisinya.
Laktobezoar mengandung kasein atau kalsium yang tinggi.
Laktobezoar
ditemukan
pada
bayi-bayi
prematur
yang
tidak
mampu
melakukan
kontraksi
peristaltik
untuk
elektrolit
hipofosfatemia);
(hipokalemia,
dan
(3)
hiperkalsemia,
obat-obatan
yang
Hipokalemia
Hiponatremia
Hipomagnesemia
Hipermagensemia
Divertikulitis
Nefrolisiasis
Kolesistitis
Pankreatitis
2.5.3 Patofisiologi7
Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari
terangsangnya sistem saraf simpatis dimana dapat menghambat aktivitas
dalam traktus
keadaan
yang
menimbulkan
ileus
paralitik
dapat
SLE, sklerosis
multiple
Obat-obatan. Narkotik, antikolinergik, katekolamin, fenotiazin,
antihistamin.
berat lainnya.
Neurogenik
Refleks inhibisi dari saraf afferent: incisi pada kulit dan usus pada
operasi abdominal.
Refleks inhibisi dari saraf efferent: menghambat pelepasan
neurotransmitter asetilkolin.
Hormonal
Kolesistokinin, disekresi oleh sel I dalam mukosa
duodenum dan jejunum terutama sebagai respons terhadap adanya
pemecahan produk lemak, asam lemak dan monogliserida di
dalam usus. Kolesistokinin mempunyai efek yang kuat dalam
meningkatkan kontraktilitas kandung empedu, jadi mengeluarkan
empedu
kedalam
usus
halus
dimana
empedu
kemudian
disaat
bersamaan
dimana
hormon
ini
menyebabkan
supaya
terjadi
pencernaan
lemak
di
traktus
Farmakologi
Opioid menurunkan aktivitas dari neuron eksitatorik dan
inhibisi dari pleksus mienterikus. Selain itu, opioid juga
meningkatkan tonus otot polos usus dan menghambat gerak
peristaltik terkoordianasi yang diperlukan untuk gerakan propulsi.
Opioid: efek inhibitor, blockade excitatory neurons yang
mempersarafi otot polos usus.
pelembungan (bulging).
Batu yang radioopak, kalsifikasi atau benda asing yang radioopak.
Kontur ginjal kanan dan kiri.
Gambaran udara usus :
Normal
Pelebaran lambung, usus halus, kolon
Penyebaran dari usus usus yang melebar
Keadaan dinding usus
Jarak antara dua dinding usus yang berdampingan
2. Posisi duduk atau setengah duduk atau tegak ( Erect)
- Gambaran udara bebas di bawah diafragma
3. Posisi tiduran miring ke kiri ( left lateral dekubitus)
- Hampir sama seperti posisi duduk, hanya udara bebas letaknya
-
ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang
mengalami distensi.14
Ileus Obstruksi Letak Rendah
Ileus Paralitik
Semilunar
shadow
Pada ileus paralitik terdapat dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster
sampai rektum. Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi
memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus
yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang
sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi
tampak pada tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek
yang berbentuk seperti tangga atau disebut juga step ladder appearance di usus
halus dan air fluid level yang panjang-panjang di kolon.16
TERAPI
Ileus obstruksi
Pengelolaan ileus obstruktif adalah sebagai berikut:
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah : Gawat abdomen. Edisi
2. Jakarta : EGC, 2003. Hal. 181-91
2. Lavine BA. Buku Ajar Bedah Sabiston Essential Surgery :
Kelainan Bedah Usus Halus. Jakarta : EGC, 2010. Hal. 662-74
3. Moore L. Anatomi Klinik Dasar : Usus Halus dan Kolon. Jakarta
: Hipokrates, 2010. Hal. 824-35
4. Guyton AC, Hall. Fisiologi Kedokteran : Saluran Cerna. Edisi
12. Jakarta : EGC, 2011. Hal 1234-48
5. Ghazali R. Radiologi Diagnostik : Gastrointestinal, Cetakan II.
Yogyakarta: Pustaka Cindekia. 2008. Hal 28-31
6. Kowalak,Welsh, Mayer. Buku Ajar Patofisiologi : Ileus. Jakarta :
EGC. 2002. Hal 660-90
7. Price SA. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit.
Jakarta : EGC. 2003. Hal 834-66
8. Grace B. At A Glance Ilmu Bedah. Jakarta : EGC. 2005. Hal 629
9. Mansioer A. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculanius FKUI. 2000. Hal 127-33