Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja sekresi
insulin. Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsia,
poliuria, polifagia, penurunan berat badan, dan kesemutan (Buraerah, 2010).
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit yang banyak ditemukan
di masyarakat. Data dari studi global menunjukan bahwa jumlah penderita
Diabetes Melitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika tidak ada
tindakan yang dilakukan, jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 552
juta pada tahun 2030 (IDF, 2011). Diabetes Melitus telah menjadi penyebab dari
4,6 juta kematian (IDF, 2011). International Diabetes Federation (IDF)
memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka
mengidap Diabetes Melitus. Sebesar 80% orang dengan Diabetes Melitus tinggal
di negara berpenghasilan rendah dan menengah (IDF, 2011). Hasil Riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan prevalensi Diabetes Melitus di
Indonesia meningkat sampai 57% (Hastuti, 2008).
Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor risiko yang tidak dapat
berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang kedua adalah
faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok tingkat pendidikan,
pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa
Tubuh, lingkar pinggang dan umur. Diabetes Mellitus disebut dengan the silent
killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan (Teixeria, 2011).
Pola makan merupakan suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah
dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan,
3. Tepat Jadwal
Tepat jadwal merupakan pasien dengan Diabetes Melitus harus
membiasakan diri untuk makan tepat pada waktu yang telah di tentukan (Moehyi,
1995).
Perinsip 3 J di anjurkan bagi pasien Diabetes Melitus yang menjalani
rawat jalan. Jenis bahan makanan dan jumlah kalori harus benar-benar
diperhatikan, demikian halnya dengan waktu makan. Salman (2003) dalam
penelitiannya membuktikan bahwa pasien Diabetes Melitus yang menerapkan
standar dietnya, terutama gizi makro maka kadar glukosa darahnya dapat di
kendalikan/terkontrol.
Menurut syahbudin (2002), pada kenyataannya lebih dari 50% pasien
diabetes tidak melaksanakan nasehat mengenain perencanaan makan yang
dianjurkan. Penelitian yang di lakukan oleh Widijastuti (1993) membuktikan
bahwa ada pengaruh yang sangat kuat antara pola makan terhadap tinggi
rendahnya kadar glukosa darah. hal ini membuktikan bahwa terapi diet dapat juga
menentukan keberhasilan terapi sehingga dapat dikatakan bahwa terapi diet dapat
juga menentukan keberhasilan terapi sehingga dapat dikatakan bahwa terapi diet
dapat mempengaruhi kadar glukosa darah pasien DM. Berdasarkan uraian diatas,
maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian : Hubungan Pola Makan
dengan Pengambilan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
di Klinik Rawat Jalan RST Wijayakusuma Purwokerto .
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah jenis makan berhubungan dengan pengendalian kadar glukosa darah?
2. Apakah jumlah kalori berhubungan dengan pengendalian kadar glukosa darah?
BAB II
A. Kerangka Teori
Obat :
Jenis
Dosis
Kepatuhan Minum Obat
Karakteristik Pasien :
Usia
Jenis kelamin
Tingkat pendidikan
Tingkat pendapatan
Pekerjaan
Pola Makan :
Jenis Bahan Makanan
Jumlah Kalori
Jadwal makan
Ada/tidak komplikasi DM
Penyuluhan dan konsultasi kesehatan
Aktivitas Fisik :
Ringan
Sedang
Berat
Gambar 2.1
Kerangka Teori Penelitian
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengendalian kadar glukosa darah pasien
DM tipe 2 (Rahmawaty, 2005, dengan modifikasi)
B. Kerangka Konsep
Jumlah Kalori
Jadwal Makan
Gambar 2.2
Kerangka Konsep Penelitian
Hubungan Pola Makan dengan Pengendalian Kadar Glukosa Darah pada Pasien
Diabete Melitus Tipe 2 di Klinik Rawat Jalan RST Wijayakusuma Purwokerto
BAB III
METODE PENELITIAN
= jumlah sampel
( syahbudin,2002)
Z1-/2 = simpangan normal Zo nilai pengukuran 95% (1,96)
d2
E. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independen)
a) Jenis makan
b) Jumlah kalori
c) Jadwal makan
2. Variabel tergantung (dependen)
Kadar glukosa darah
F. Definisi Operasional Variabel
50 %
1. Pola makan dalam penelitian ini terdiri dari jenis makan, jumlah kalori, dan
jadwal makan.
a. Jenis makanan merupakan jenis dan frekuensi bahan makanan yang di
konsumsi oleh subyek yang di peroleh dengan metode recall makanan 24
jam, yaitu terdiri dari :
1. Gula dan hasil olah gula
a) Baik, bila < 5% total kalori (skor 2)
b) Tidak baik, bila 5% total kalori (skor 1)
2. Sayuran
a) Baik, bila
Konsumsi sayuran A > 3 penukar
Konsumsi sayuran B 2-3 penukar (skor 2)
b) Tidak baik, bila
Konsumsi sayuran A 3 penukar
Konsumsi sayuran B < 2 dan > 3 penukar (skor 2)
Sayuran A merupakan jenis sayuran yang bebas di
konsumsi, jumlah kalori dapat diabaikan. Sayuran B merupakan
jenis sayuran yang konsumsinya harus di batasi.
3. Buah-buahan
a) Baik, bila 2-4 penukar sehari (skor 2)
b) Tidak baik, bila <2 dan >4 penukar sehari (skor 1)
Skala ordinal
A. Jumlah kalori
Jumlah kalori : rata-rata zat gizi makro yang dikonsumsi sehari, yaitu :
energi, karbohidrat, protein, lemak, dihitung tingkat konsumsi yaitu
dengan cara membandingkan asupan dengan kebutuhan di kalikan 100%,
kemudian dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu : tingkat konsumsi
lebih bila >110 % (skor 2), konsumsi baik bila 90-110 % (skor 3), dan
konsumsi bila 90% (skor 1)
B. Jadwal makan
Jadwal makanan : rata-rata jarak antara waktu makan yang diketahui dari
hasil recall makanan selama 4 hari, di kelompokan menjadi 2, yaitu :
a) baik, bila jarak antar waktu makan 2,5 - 3,5 jam (skor 2)
b) tidak baik, bila jarak antar waktu makan < 2,5 dan > 3,5 jam (skor 1)
C.
Wijayakusuma
Purwokerto.
kemudian
data
tersebut
di
I. Analisis Data