Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Cilegon merupakan salah satu kota tersibuk di Propinsi Banten sejak
memisahkan diri dari Propinsi Jawa Barat. Tempat pembuangan Akhir (TPA)
Bagendung yang terdapat di Kota Cilegon telah beroperasi 15 tahun sejak masih
masuk dalam wilayah administrasi Propinsi Jawa Barat. Volume sampah pada saat
ini sudah mencapai tiga kali lipat dibandingkan dengan volume sampah 10-15
tahun yang lalu. Hal ini diakibatkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan
perkembangan pembangunan yang begitu pesat.
Pegelolaan sampah di TPA Bagendung hingga saat ini masih menggunakan
sistem open dumping konvensional. Dikatakan konvensional karena sampah
langsung diurugkan begitu saja tanpa diberi saluran lindi, sehingga air lindi
mengalir secara liar.
Untuk mencegah pencemaran lingkungan yang lebih parah lagi, PT Kaibo
Rasirekayasa sebagai konsultan management and engineering bermaksud
melakukan pengembangan terhadap TPA Bagendung yang terletak di Jl. Raya
Bagendung Desa Bagendung, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon. Lokasi TPA
Bagendung dengan luas lahan 10 Ha inisudah sesuai dengan RTRW (Perda
no.15 tahun 2000 tentang RTRW) Kota Cilegon. Lokasi TPA juga dekat dengan
Sungai Bagendung, atau sebagian penduduk menyebutnya sebagai Sungai
Lengkong, untuk membuang limbah cair dari IPAL TPA. Selain itu, lokasi TPA
Bagendung juga sudah dialiri listrik dari PLN. Namun ntuk mendukung aktivitas
pekerjaan dan sebagai back up power selain listrik dari PLN juga harus
disediakan genset.
Berdasarkan peraturan yang ada (Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Mencegah pencemaran yang lebih lanjut yang diakibatkan oleh lindi dari
sistem pengolahan sampah sebelumnya.
C. Peraturan
Dalam rangka mengatur pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional telah dihasilkan undangundang yang memuat ketentuan-ketentuan pokok yang menjadi landasan bagi
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan tersebut. Pelaksanaan undangundang lingkungan tersebut dijabarakan melalui Peraturan Pemerintah dan
Keputusan Menteri seperti tercantum di bawah ini.
Peraturan
diantaranya adalah:
1. Undang-Undang Republik Indonesia
a. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria terkait
pengadaan lahan.
b. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.
c. Undang-Undang
Nomor
10 Tahun
1992
tentang
Perkembangan
Menteri
Kualitas
Kesehatan
Air
Tanah
Nomor
yang
528/Menkes/Per/XII/1982
berhubungan
dengan
Hidup Nomor 03 Tahun 1991 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Yang Sudah Beroperasi.
b. Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
KEP-
Menteri
12/MENLH/3/1994
Negara
tentang
Lingkungan
Pedoman
Hidup
Umum
Nomor
Upaya
KEP-
Pengelolaan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor
KEP-
Nomor
KEP-
Nomor
KEP-
Nomor
KEP-
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
BAB II
URAIAN RENCANA USAHA ATAU KEGIATAN
A. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun Amdal
1. Pemrakarsa
a. Identitas Pemrakarsa :
Nama Pemrakarsa
Jenis Usaha
Alamat Kantor
Penanggung Jawab
: Drs. H. A. Nuryaman, MM
b. Identitas Proyek:
Nama Proyek
: TPA
Jenis Kegiatan
Luas Lahan
: 10 Ha
Alamat Proyek
Identitas Penyusun
1) Nama Perusahaan
2) Jenis Usaha
b.
Penanggung Jawab
1) Nama
2) Alamat
c.
3) Klasifikasi
5) NPWP
Tim Ahli:
Jabatan Dalam Tim
Ketua Tim
Nama Lengkap
Ir. Andi Nurhayati.
Keahlian
S1 Teknik Lingkungan
Sertifikat Amdal Penyusun
INTAKINDO
Sertifikat Kompetensi Kasus
Anggota
S2 Ilmu Tanah
Sertifikat Amdal A, B, dan C
INTAKINDO
Sertifikat Kompetensi
Anggota INTAKINDO
S1 Teknik Lingkungan
Sertifikat Amdal A
Anggota
Biologi
Sub
Anggota
S1 Kehutanan
Sertifikat Amdal A
S1 Kehutanan
Sertifikat Amdal A
Ketua
Sub
Tim
Sosekbudkesmas
S1 Ilmu Sosial
Sertifikat Kompetensi
Anggota
S2 Ilmu
KesehatanMasyarakat
Sertifikat Amdal A
Sebelah Timur
Sebelah Barat
10
b)
Base camp
c)
d)
11
Penambangan Kompos
Kompos yang sudah tertimbun selama 15 tahun ditambang untuk
dijual.
teknologi
open
dumping
yang
yang
disempurnakan
adalah
menyiapkan
lahan
untuk
12
13
suspended solid
Persiapan operasi
Jadwal operasi
c)
Antrian truk
14
d)
e)
Aktivitas pemulung
f)
g)
lateral
untuk
dialirka
menuju
kolam
15
ketiga
merupaka
proses
pengolahan
yang
direncanakan untuk membantu menstabilkan hasil dari prosesproses terdahulu sebelum dibuang ke badan air penerima.
Unit pengolahan yang termasuk di dalam pengolahan ketiga
adalah:
(a) Desinfeksi
(b) Sludge Drying Bed
(c) Kolam Uji Hayati
16
Kondisi Topografi
Sumur Pantau
17
BAB III
RONA LINGKUNGAN HIDUP
A. KOMPONEN FISIK KIMIA
1. Iklim
Berdasarkan data BMG Kota Cilegon periode 2000 2004, iklim di kota
Cilegon termasuk tipe A berdasarkan klasifikasi Schmit dan Ferguson.
a. Suhu
Suhu udara rata-rata 26,6C, maksimum 33,2 C pada bulan September,
suhu minimum pada bulan Agustus 21,5 C
b. Kelembaban
Kelembaban udara rata-rata berkisar 82%, maksimum Februari 87% dan
minimum Agustus 78%. Curah hujan rata-rata 1.500 mm per tahun.
c. Kecepatan Angin
18
Kecepatan angin berkisar antara 3,7 m/detik 4,8 m/detik, terendah pada
bulan Juni/Juli sedangkan kecepatan rata-rata tertinggi pada bulan
Desember.
2. Topografi
Luas wilayah Kota Cilegon 175.50 km2. Dibagi ke dalam 8 kecamatan dan
43 kelurahan/desa. Kota Cilegon memiliki topografi dengan ketinggian
wilayah berkisar antara 0-85 m diatas permukaan laut.
a. Dataran rendah di bagian Utara dengan ketinggian berkisar antara 0-25
meter di atas permukaan laut.
b. Dataran tinggi dari bagian tengah kea rah Selatan dengan ketinggian 25-85
meter di atas permukaan laut yaitu Kecamatan Grogol, Purwakarta,
Jombang, Cilegon, Cibeber, dan Citangkil.
Kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurut ke utara.
3.
Hidrologi/Drainase
a. Debit Air Sungai
Tinggi muka air tanah di lokasi kegiatan berkisar antara 20-30 m dari
muka air tanah. Saluran yang akan menerima air buangan dan limpasan air
hujan TPA Bagendung adalah sungai yang berada di belakang lokasi
kegiatan pada jarak sekitar 500 m. sungai tersebut lebar 3 meter,
kedalaman dinding 4 meter, dengan tinggi permukaan air 1-1,5 meter
dan kecepatan aliran actual (V) 0,35 meter/detik dan kecepatan aliran
maksimal 0,52 meter/detik, maka diperoleh perhitungan debit oleh:
1) Rumus perhitungan Debit (Q) = Luas penampang (A) X Kecepatan
aliran (V)
2) Debit minimum (actual) = 0,35 m3/detik
3) Debit maksimum = 1,30 m3/detik
Adapun kondisi dan karakteristik sungai dapat dilihat pada Tabel 3.1
19
Saluran bagian
depan tapak TPA
Saluran drainase
utara tapak TPA
Dimensi
(lebarX
dalam)
(2X1.5)
m
(2X1.5)
m
Tinggi efektif
(m)
Kecepatan
(m/detik)
Debit (m3/detik)
Maks
1.25
Min
0.5
Maks
0.52
Min
0.35
Maks
1.3
Min
0.35
1.25
0.5
0.71
0.46
1.78
0.46
20
kegiatan TPA telah tercemar oleh bakteri coli, artinua buangan air limbah
penduduk telah memberikan konstribusi peningkatan konsentrasi pencemaran
air sungai Bagendung.
Parameter lain yang nilainya sudah melebihi ambang batas adalah
BOD5 dan COD. BOD5 (Biological Oxygen Demand) adalah kemampuan
oksigen untuk mengoksidasi secara biologi, sementara COD adalah
kemampuan oksigen untuk mengoksidasi kandungan unsure kimiawi yang
terlatur dalam air tersebut. Nilai BOD 5 dan COD yang tinggi mengindikasikan
bahwa sungai sudah tersemar (melampui ambang batas). Dari ketiga titik
sampel air sungai, semuanya sudah melebihi ambang batas, baik yang di
upstream, pertemuan dengan outlet air lindi dan downstream. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sungai Lengkong/Bagendung telah melampaui ambang
batas bukan hanya disebabkan oleh aktivitas TPA karena dari upstream-nya
sudah tersemar. Tingginya nilai kedua parameter tersebut bias juga
diakibatkan oleh banyaknya buangan organic dan bahan kimiawi dari arah
hulu (upstream) mengingat pada saat pengukuran dilakukan air limbah dari
TPA Bagendung tidak mengalir (kering).
Tabel 3.2.
Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sungai Bagendung Dekat Dengan Lokasi
TPA Bagendung
NO
Parameter
A.
1.
FISIKA
Suhu
Zat
Padat
Satuan
Terlarut
(TDS)
Jumlah
Padat
Nilai
Ambang
Batas
Hasil
Metode Analisa
0C
Udara +-
29.9
28.7
28.5
SNI 06-6989.23-2005
Mg/L
3oC
62
70
59
SNI 06-6989.27-2005
Mg/L
1000
70
36
30
SNI06-6989.3-2004
50
Tersuspensi (TSS)
21
NO
Parameter
Satuan
Nilai
Ambang
Batas
Hasil
Metode Analisa
B
1.
KIMIA
pH (insitu)
Mg/L
69
7.92
6.91
7.23
SNI 06-6989.11-2004
2.
Mg/L
0.002
<0.0005
<0.0005
<0.0005
SNI 19-6964.2-2003
3.
Arsen (As)
Mg/L
<0.005
<0.005
<0.005
SNI 06-2463.1991
4.
Boron (B)
Mg/L
<0.01
<0.01
<0.01
SNI 06-2481.1991
5.
Mg/L
1.8
2.2
2.2
SNI 06-6869.14-2004
6.
insitu
Mg/L
1.5
<0.01
<0.01
<0.01
7.
Fluorida (F)
Mg/L
0.001
<0.001
<0.001
<0.001
4500 D
8.
Fenol
Mg/L
0.2
0.06
0.02
0.02
HACH
9.
Mg/L
0.01
<0.003
<0.003
<0.003
SNI 06-2483-1991
10.
Kadmium (Cd)
Mg/L
0.05
<0.01
<0.01
<0.01
SNI 06-6989.16-2004
11.
Khromium VI (Cr6+)
Mg/L
0.2
<0.02
<0.02
<0.02
**)
12.
Kobalt (Co)
Mg/L
0.03
<0.01
<0.01
<0.01
SNI 06-1132-1989
13.
Mg/L
<0.2
<0.2
<0.2
SNI 06-2471-1991
14.
Minyak Lemak
Mg/L
10
1.0
1.2
1.0
HACH
15.
Nitrat (NO3-N)
Mg/L
0.06
0.033
0.016
0.056
HACH
16.
Nitrit (NO-2)
Mg/L
0.05
<0.002
<0.002
<0.002
SNI 06-2486-1991
17.
Selenium (Se)
Mg/L
0.05
<0.01
<0.01
<0.01
SNI 06-6989.9-2004
18.
Seng (Zn)
Mg/L
0.02
<0.005
<0.005
<0.005
19.
Sianida (CN)
Mg/L
0.002
<0.002
<0.002
<0.002
3500 Se
20.
Sulfida (H2S)
Mg/L
0.2
0.06
0.07
0.07
SNI 06-6989.7-2004
21.
Surfakton Anion
Mg/L
0.02
<0.02
<0.02
<0.02
22.
(MBAS)
Mg/L
0.03
<0.01
<0.01
<0.01
4500 CN E
23.
Tembaga (Cu)
Mg/L
42
34
29
24.
Timbal (Pb)
Mg/L
25
114
98
93
Bag 39 D
BOD5
SNI 06-6989.51-2005
COD
18-5A/IK-Cu
SNI 06-2503-1991
SNI 06-6989.15-2004
C.
1.
MIKROBIOLOGI
Fecal coliform
Jml/100
1000
2800
2300
2300
SNI 06-4158-1996
2.
Total coliform
ml
5000
2800
2300
2300
SNI 06-3957-1996
Jml/100
22
NO
Parameter
Satuan
Nilai
Ambang
Batas
Hasil
Metode Analisa
ml
Parameter
A.
1.
FISIKA
Satuan
Nilai
Ambang
Batas
Hasil
1
Bau
Tdk berbau
Tdk
Metode Analisa
2
Tdk
3
Tdk
Organoleptik
23
No
Parameter
Padat
Terlarut
Satuan
mg/L
Nilai
Ambang
Batas
1500
Hasil
Metode Analisa
berbau
berbau
berbau
SNI 06-6989.27-2005
NTU
25
79
78
78
SNI 06-2413.1991
Tdk berasa
<1
<1
<1
Organoleptik
Tdk berasa
Tdk
Tdk
SNI 06-6989.23-2005
SNI 06-2413.1991
2.
Zat
3.
(TDS)
4.
Kekeruhan
5.
Rasa
0C
Udara
6.
Suhu (insitu)
PtCo
3oC
31.0
berasa
berasa
50
29.5
30.3
<1
<1
Warna
+-
B.
1.
KIMIA
pH (insitu)
mg/L
6.5 9.0
6.35
6.77
6.78
SNI 06-6989.11-2004
2.
mg/L
0.001
<0.0005
<0.0005
<0.0005
SNI 19-6964.2-2003
3.
Arsen (As)
mg/L
0.05
<0.005
<0.005
<0.005
SNI 06-2463.1991
4.
Besi (Fe)
mg/L
1.0
0.08
<0.06
<0.06
18-6AIK-Fe
5.
Fluorida (F)
mg/L
1.5
0.31
0.29
0.30
SNI 06-2482.1991
6.
Kadmium (Cd)
mg/L
0.005
<0.003
<0.003
<0.003
SNI 06-6989.16-2004
7.
Kesadahan total
mg/L
500
<2
<2
<2
**)
8.
(CaCO3)
mg/L
600
6.8
5.3
6.8
SNI 06-6989.12-2004
9.
Khlorida (CI)
mg/L
0.05
<0.01
<0.01
<0.01
SNI 06-6989.12-2004
10.
Khromium VI (Cr6+)
mg/L
0.5
0.07
<0.02
<0.02
SNI06-1132-1989
11.
Mangan (Mn)
mg/L
10
0.7
1.0
1.0
18-20/IK-Mn
12.
Nitrat (NO3-N)
mg/L
1.0
<0.002
<0.002
<0.002
SNI 06-2480-1991
13.
Nitrit (NO2-N)
mg/L
0.01
<0.002
<0.002
<0.002
SNI 066989.9-2004
14.
Selenium (Se)
mg/L
15
0.01
<0.01
<0.01
15.
Seng (Zn)
mg/L
0.1
<0.005
<0.005
<0.005
3500 Se
16.
Sianida (CN)
mg/L
400
<0.3
<0.3
<0.3
SNI
17.
Sulfat (SO4)
mg/L
0.5
0.04
0.002
0.03
**)
18.
Surfaktan anion
mg/L
0.05
<0.01
<0.001
<0.01
19.
(MBAS)
mg/L
10
0.4
0.2
0.3
4500 CN E
06-6989.7-2004
Timbal (Pb)
SNI 06-6989.20-2004
Nilai Permanganat
SNI 06-6989.51-2005
(KmnO4)
SNI 06-6989.8-2004
SNI 06-6989.22-2004
C.
1.
MIKROBIOLOGI
Total Coliform
50
1100
150
240
SNI 06-3987-1996
24
No.
25
pertumbuhan
baru
itu
harus
dimasukan
pertimbangan
keseimbangan wilayah.
Dengan pertimbangan utama keseimbangan wilayah ini, maka untuk Kota
Cilegon diperlukan pusar pertumbuhan antara lain adalah :
1. Cilegon di bagian Selatan yang menunjukan perkembangan yang pesat
sebagai daerah permukiman.
2. Cilegon di bagian Barat yang menunjukan perkembangan sebagai
kawasan industri dan permukiman.
3. Cilegon di bagian Utara yang dibutuhkan untuk pemacu pertumbuhan dan
penyeimbang pertumbuhan antar wilayah.
Selanjutnya setiap pusat pertumbuhan memiliki wilayah pelayannya
masing-masing. Wilayah pelayanan ini ditentukan berdasarkan kecenderungan
perkembangan ruang dan infrastruktur, factor-faktor potensi wilayah,
homogenitas wilayah, dan pembatas fisik. Itu semua berpengaruh terhadap
pola orientasi kegiatan yang menjadi prinsip dasar penentuan wilayah
pelayanan.
B. Tata Guna Lahan
Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cilegon,
lokasi pengembangan TPA Bagendung telah sesuai dengan peruntukannya
sebagai fasilitas sosial yang dalam hal ini dipakai sebagai tempat pembuangan
26
27
kepadatan lalu lintas. Dari hasil pengamatan kepadatan lalu lintas dari dank e
arah TPA Bagendung belum menunjukkan kepadatan yang berarti
D. Kinerja Ruas Jalan
Kinerja lalu lintas ruas jalan dapat dinilai dengan menggunakan parameter
lalu lintas sebagai berikut:
Rasio volume per kapasitas yang menunjukkan kondisi ruas jalan dalam
28
Tabel 3.4
Hasil Analisis Kualitas Udara di Sekitar Tapak Proyek TPA Bagendung
Hasil Uji
NO
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Parameter
Sulfur Dioksida
(SO2)
Karbon Monokisda
(CO)
Nitrogen Dioksida
(NO2)
Oksidan (O3)
Hidrokarbon (HC)
Debu (TSP)
Timbal (Pb)
Amonia (NH3)
Hidrogen Sulfida
(H2S)
Titik 1
9,80
1375
7,85
24,69
125
58
< 0,03
0,08420
<0.0007
2
Titik 2
11,62
2864
13.99
24.95
230
1134
0.27
0.20445
0.00291
Titik 3
10,31
1260
8.90
18.03
157
115
0.16
0.06723
0.00221
Titik 4
9,15
1260
10.16
16.03
131
81
<0.03
0.06205
0.00263
Titik 5
14,08
1718
15.89
17.02
157
116
0.08
0.30028
0.00331
Satuan
Metode Uji/Alat
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
ppm
ppm
SNI-19-4147-1996
Cox meter ex Sibata
SNI 19-7119.2-2005
SNI-19-4842-1998
SNI 19-4843-1992
SNI 19-7119.3-2005
SNI 19-7119.4-2005
SNI 19-7119.1-2005
SNI 19-4844-1998
Sumber: Hasil laboratorium lingkungan hidup PT. Unilab Perdana, Oktober 2007
Keterangan:
*)
= PRRI No. 41 Tahun 1999 baku Mutu Udara Ambient Nasional
**)
= Kep-50/MenLH/11/1996 Baku Mutu Tingkat Kebauan
N
= Kondisi Normal (hasil dikoreksi pada kondisi 250 C 76 cm Hg)
<
= lebih kecil
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa rona lingkungan kualitas udara outdoor di
sekitar tapak TPA Bagendung masih dalam keadaan baik. Pengukuran terhadap
parameter Debu, HC, CO, NO 2, OX, Pb, NH3, H2S konsentrasinya masih di bawah
baku mutu udara ambient sesuai PPRI No. 41 Tahun 1999 dan Keputusan Menteri LH
No. 50/MENLH/XI/1996 tentang baku mutu tingkat kebauan. Kandungan konsentrasi
parameter yang ada tersebut di atas masih rendah, ini disebabkan oleh disperse emisi
kendaraan bermotor yang melintas di sekitar depan tapak TPA Bagendung dan
pengolahan sampah hanya sekitar 2-3 mobil/menit.
Untuk pengolahan sampah itu sendiri, dispersinya cukup kuat dimungkinkan
oleh karena lokasi TPA tersebut cukup luas tanpa pneghalang di kanan kirinya,
29
sementara tiupan angin juga cukup kuat. Kecuali sampel yang di dalam lokasi TPA,
untuk parameter Hidro Carbon dan Debu belum malampaui Nab. Tingginya
parameter di titik tersebut mungkin karena pengambilan sampel memang di tengahtengah pengadukan sampah. Sehingga sangat mungkin karena konsentrasinya debu
yang sangat tinggi. Sedangkan untuk parameter hidrokarbon yang melebihi NAB itu
kemungkinan diakibatkan oleh adanya pembakaran sampah di lokasi TPA.
2.2.7 Kebisingan
Kualitas kebisingan yang diukur di dalam dan di luar TPA adalah disajian
pada Tabel 3.5 sebagai berikut.
Tabel 3.5
Tingkat Kebisingan Di Sekitar Lokasi TPA Bagendung
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Lokasi Pengukuran
PENGUKURAN OUTDOOR
Sebelum lokasi TPA UD (up Wind)
Sesudah lokasi TPA UD (Down Wind)
Di dalam lokasi TPA UD
Kampung Sambi Buhut
Kampung Lebak gebang
Satuan
Hasil Pengukuran
BML
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
62.0
51.7
58.5
57.9
57.1
55
55
55
55
55
30
kebisingan
ini
disebabkan
karena
aktivitas
pengoperasian
peralatan
pembangunan ruang parker dozer serta aktifitas alat berat yang mengelola
sampah Bagendung (contoh : mesin Backhoe, dozer, truk yang bongkar
sampah dsb) dan aktivitas kendaraan berat seperti dump truck pengangkut
bahan bangunan dsb. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Hasil Uji
Laboratorium Udara dan Kebisingan pada table 3.5.
2.2.8 Geologi
Berdasarkan jenis batuannya lokasi studi TPA terusun oleh Satuan Tuf Banten
(QTvb) yang merupakan hasil erupsi vulkanik gunung api berumur Kuarter
dimana litologinya terdiri atas tuf, tuf berbatu apung, dan batu pasir tufan
yang berumur Plistosen Atas hingga Plistosen Bawah yang tersebar kea rah
utara dan selatan dengan ketebalan puluhan hingga ratusan meter. Satuan ini
menempati daerah yang sangat luas yaitu dari daerah Kelapa Dua, Cikkokol,
Kandang Besar, Pabuaran, Cipondoh, Warung Mangga, Pakulonan, Kebun
Nanas, Bendungan, Kandang Sapi, Jalempang, Bojong Lumpang, Babakan,
hingga Cilegon. Ke arah barat dijumpai
31
Tabel 3.6
Hasil Uji Mikroorganisme di Sungai Lengkong, Lokasi TPA
Bagendung
Fitoplankton
No.
Individu
11
12
13
CYANOPHYTA
1
2
3
4
5
6
Anabaena sp 1
Anabaena sp 2
Dactlococcopsis sp.
Oscillatoria sp 1
Oscillatoria sp 2
Oscillatoria sp 3
1
2
6
2
1
1
CHRYSOPHYTA
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Amphora sp 1
Amphora sp 2
Bacilaria paradoxa
Cymbella sp
Diatoma sp
Navicula sp
Nitzschia seriata
Pinnularia sp
Surirella sp 1
Surirella sp 2
1
1
5
1
1
1
5
1
1
10
1
1
4
2
CHLOROPHYTA
32
17
18
19
20
21
22
23
24
Closterium sp 1
Closterium sp 2
Closterium sp 3
Closterium sp 4
Closterium lineatum
Cosmarium sp 1
Cosmarium sp 2
Micrasterias sp
1
1
2
1
1
1
2
10
1
4
EUGLENOPHYTA
25
26
Euglena
Trachelomonas sp
1
3
Jumlah individu/L
24
28
32
Jumlah Taxa
10
12
16
2.63
2.97
3.68
H max = Log2 S
3.32
3.58
400
0.79
0.83
0.92
11
12
13
4
3
1
Zooplankton
No.
Individu
PROTOZOA
1
2
3
CILIOPHORA (SP.1)
CILIOPHORA (SP.2)
CILIOPHORA (SP.3)
RHIZOPODA
4
5
6
7
8
Amoeba sp
Arcella sp.1
Arcella sp.2
Centrophyxis sp
Diffugia sp
17
7
34
1
21
7
8
TROCHELMINTES
9
Tricocherca sp
NEMATHELMINTES
10
NEMATODA (sp 1)
33
Jumlah individu/L
29
66
14
Jumlah Taxa
1.65
1.80
1.92
H max = Log2 S
2.32
2.81
2.32
0.71
0.64
0.83
11
12
13
Benthos
No.
Individu
MOLLUSCA
BIVALVIA
1
2
3
Corbicula
BIVALVIA (sp 1)
BIVALVIA (sp 2)
1
2
1
GASTROPODA
4
5
6
7
8
9
Bellamya sp
Melanoides
tuberculate (sp.1)
Melanoides
tuberculate (sp.2)
Bulimidae
Planorbidae
GASTROPODA
(sp.1)
2
15
10
3
4
19
8
1
1
Jumlah individu/L
32
34
Jumlah Taxa
0.9
1.5
34
2.81
1.0
0
2.0
0
0.9
9
0.7
8
H max = Log2 S
Sumber : Hasil pengujian lab. Lingkungan hidup PT. Unilab Perdana, Oktober
2007
3.2.3 Fauna Darat
Pada saat pengamatan bulan Oktober 2007, pada lokasi tapak proyek tidak
ditemui hewan dan serangga penular penyakit, akan tetapi berdasarkan
informasi penduduk, jenis hewan dan serangga yang sering ada adalah
beberapa jenis burung seperti pipit dan gereja, cacing, kupu-kupu, lalat, lebah,
nyamuk, ikan, kucing, anjing, ayam, belalang, jangkrik, katak dan kelabang
A. Serangga Penular Penyakit
Hasil pengamatan menunjukkan populasi serangga penular penyakit yang
ditemukan di dalam dan sekitar tapak TPA Bagendung didomonasi nyamuk
dan lalat. Selengkapnya secara kualitatif disajikan pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7
Jenis Serangga Penular Penyakit Yang ditemui di Tapak dan sekitar TPA
Bagendung
No.
Gambaran Populasi
1.
2.
Nyamuk
Lalat
****
(Indeks kepadatan rata-rata : 6-8/30 menit)
3.
Kecoa
***
35
Keterangan :
*****
****
***
**
*
= Sangat banyak
= Banyak
= Cukup banyak
= Sedikit
= Sangat sedikit
1.
2.
3.
Kucing
Ayam
Anjing rumah
Felis domesticus
Gallus domesticus
Caris domesticus
36
Pendidikan
Belum sekolah (<7 tahun)
Sedang sekolah tingkat SD/sederajat
Pernah sekolah tidak tamat SLTP/sederajat
Sedang sekolah SMP/sederajat
Sedang sekolah SMA/sederajat
Sedang sekolah D1/sederajat
Sedang sekolah D2/sederajat
Sedang sekolah S1/sederajat
Tidak pernah sekolah (7 45 tahun)
Jumlah
381
1435
73
537
372
1
8
8
788
Sumber::
37
38
ditimbulkan.
Untuk pembuangan air limbah sebaiknya salurannya menjauhi
permukiman
penduduk,
sehingga
meminimalkan
DInas
Kebersihan
TPA
kekhawatiran
ekonomi
Bagendung
rendah,
memberikan
sosial
39
40
Jenis Penyakit
ISPA
15428
Dermatis
5139
5093
Nasofaringitis Akut
5014
4745
Gastritis
3536
Mialgia
2039
Diare
1758
10
773
Jumlah
45406
Dari Puskesmas tersebut diperoleh informasi bahwa pada 2005 terdapat kasus
penderita penyakit demam berdarah (DBD) sebanyak 12 (dua belas) orang.
3.4.3 Pelayanan Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah studi terdiri dari :
Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu)m Balai Pengobatan, dokter praktek
dan lain-lain. Jumlah sarana kesehatan secara keseluruhan dapat dilihat pada
Tabel 3.11
41
Tabel 3.11
Jumlah Sarana Kesehatan Di Wilayah Studi
No
Jenis Sarana
Jumlah (Orang)
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Rumah Bersalin
R.S. Swasta
Tenaga medis dan paramedic Puskesmas yang bekerja di wilayah studi adalah
sebagaimana tertuang dalam Tabel 3.12
Tabel 3.12
Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis Puskesmas Di Kecamatan Cilegon
No.
Jumlah (Orang)
Dokter Umum
Dokter Gigi
Bidan
Perawat
Jumlah
22
42
4.1
A.
43
BAB V
METODE STUDI
5.1 Metode Pendekatan Studi
untuk memdapatkan hasil study ANDAL yang dapat digunakan secara optimal
dalam rencanakan suatu kebijakan pengelolaan yang implementif dan efektif, maka
diperlukan suatu perencanaan yang terarah dalam melakukan studi ini yang
diinformasihkan dengan suatu pendekatan studi yang sesuai.
berdasarkan konsepsi tersebut diatas, maka studi ANDAL ini akan diawali dengan
suatu telaan terhadap peraturan perundang undangan yang berlaku ( terutama yang
berkaitan dengan lingkungan hidup ), kajian yang mendalam terhadap kondisi
lingkungan ( sebagai rona lingkungan hudup awal )dilokasi TPA sekatarnay serta
kajian terhadap rencana kegitana TPA sampah yang ditinjau dari dimensi waktu
pelaksanaan kegiatan mulai tahap prakontruksi, kontruksi,operasi dan pasca operasi
dengan fokus kajian pada kegiatan kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan. dari aspek aspek kajian tersebut maka akan dapat
ditentukan oleh ruang lingkup studi yang mengacu pada batas proyek, batas ekologi,
batas sosial, dna batas administrasi. penetuan lingkup studi tersebut maksudkan untuk
membatasi bahasan studi hanya pada aspek yang dinilai signifikan dan kegiatan TPA
sampah.pada tahapan ini berbagai data dan informasi primer atau sekunder yang
dikumpulkan.
44
Dengan menggunakan berbagai data rona lingkungan hidup awal dan deskripsi
rencana kegiatan, maka dalam studi ANDAL ini dibuat matrik idntifikasih dan
perkiraan dampak yang akan terjadi pada setiap tahap kegiatan. berdasarkan hasil
identifikasih dan prekiraan dampak yang mungkin timbul, maka dapat ditentukan
besaran dan tingkat kepentingan dampak terhadap komponen lingkungan fisik
kimia, tata ruang, biologi, Sosial ekonomi dan sosial budaya. Penetuan damapk
penting tersebut akan dievaluasi berdasarkan hubungan sebab akibat yang dikaji
secara holistik mengunakan cara empiris ( Study banding dengan baku mutu
lingkungan yang berlaku), perhitungan matematis maupun penilaian berdasarkan
keahlian atau profesi berdasarkan hasil evaluasi dampak yang disusun atau
menginformaikan dampak dampak lingkungan signifikan yang perlu dikelolah dan
pantau. penjabaran rinci dari rekomendasi penelolaan dan pemantauan dampak
lingkungan akan ditungkan dalam dokumen rencana pengelolaan lingkungan (RKL)
dan rencana pemantau lingkungan (RPL) yang merupakan bagian tidak terpisah
dengan dokument ANDAL..
5.2 Metode Pengumpulan dan Analisis Data
sebagai dasar penyususnan Analisis Dampak Lingkungan, data yang diambil
antara lain:
Studi Pustaka
Studi literatur
45
46
tanah
dapat
ditentukan
dengan
cara
mengadakan
uji
Dimana:
K = Koefisien rembesan ( cm/menit)
47
Dimana:
qa = daya dukung yang diujikan
N = nilai pikulan
5. Kestabilan Lereng
Untuk keperluan pemotongan lereng di darah ini telah dilakukan
dengan mempergunakan metode NAFVAC. dengan mengasumsikan bahwa
48
kedudukan muka air tanah berada dibawah bidang gelincir dan tidak
terdapat retakan ataupun rembesan air.
Faktor keamanan untuk lonsoran rotasi dihitung dengan persamaan,
Dimana:
c = kohesi tanah
dapat
digunakan
untuk
sarana/prasarana
rekreasi
air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan
atau peruntukan lain yang mampersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
49
Parameter
Metode Analisa
FISIKA
1.
Suhu
2.
3.
B.
Satuan
SNI 06-6989.23-2005
mg/L
SNI 06-6989.25-2005
mg/L
SNI 06-6989.3-2004
KIMIA
1.
pH (in situ)
mg/L
SNI 06-6989.11-2004
2.
mg/L
SNI 19-6964.2-2003
3.
Arsen (As)
mg/L
SNI 06-2463.1991
4.
Boron (B)
mg/L
SNI 06-2481.1991
5.
mg/L
SNI 06-6989.14-2004
6.
Flourida (F)
mg/L
50
7.
Fenol
mg/L
HACH
8.
mg/L
SNI 06-2483-1991
9.
Kadmium (Cd)
mg/L
SNI 06-6989.16-2004
10.
Khromium VI (Cr6+)
mg/L
SNI 06-1132-1989
11.
Kobalt (Co)
mg/L
SNI 06-2471-1991
12.
mg/L
HACH
13.
Minyak Lemak
mg/L
HACH
14.
Nitrat (NO3-N)
mg/L
SNI 06-2480-1991
15.
Nitrit (NO2-N)
mg/L
SNI 06-6989.9-2004
16.
Selenium (Se)
mg/L
17.
Seng (Zn)
mg/L
SNI 06-6989.7-2004
18.
Sianida (CN)
mg/L
19.
Sulfida (H2S)
mg/L
20.
mg/L
SNI 06-6989.51-2005
21.
Tembaga (Cu)
mg/L
18-5A/IK-Cu
22.
Timbal (Pb)
mg/L
SNI 06-2503-1991
23.
BOD5
mg/L
SNI 06-6989.15-2004
24.
COD
mg/L
C.
MIKROBIOLOGI
1.
Fecal coliform
Jml/100 ml
SNI 06-4158-1996
2.
Total coliform
Jml/100 ml
SNI 06-3957-1996
51
b. Sebagai badan air yang berpotensi terpengaruh oleh leacheat dari TPA
sampah.
Untuk mengevaluasi kualitas air sungai pada setiap titik sampling akan
dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan Pemerintah RI No.82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air.
Metode Perhitungan
Perhitungan Debit
Pengukura debit sungai sesaat dilakukan di areal proyek dan sekitarnya.
Lokasi pengukuran debit air adalah sama dengan lokasi pengambilan
sample kualitas air sungai dan lokasi lainnya.
Pengukuran debit dilakukan untuk memberikan gambaran umum kuantitas
sungai di daerah studi. Pendekatan persamaan empiric digunakan untuk
memperkirakan debit sesaat sungai (Sosrodarsono dan Takeda, 1993) yaitu
:
Q = Ax V
Dimana :
Q
Luas penampang sungai ditentukan dengan cara mengukur lebar muka air
dan kedalaman sungai di beberapa titik pengukuran ke arah lebar sungai.
52
2. Sanitasi/Kesehatan Lingkungan
Cakupan air bersih
Cakupan jamban keluarga (JK)
Cakupan sarana pembuangan air limbah domestik
Sistem pembuangan sampah domestik
3. Vektor Penyakit
Survey kepadatan lalat dengan menggunakan alat fly grill dan dengan
interpretasi dari hasil pengukuran kepadatan lalat sebagai berikut :
0 2 ekor
: jarang
3 5 ekor
6 20 ekor
: relatif padat
21 ekor lebih
: padat
53
Bruto Index =
54
BAB IV
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
PT Kaibon
55
lahan
baru
sebagai
pengembangan
lokasi
diperkirakan
56
57
penyakit
dari
air
limbah
yang
dibuang.
hidup
dan
kesehatan
cukup
baik,
namun
58
59
begendung
sesuai
dengan
kepadatan
yang
diisyaratkan
maka
60
61
perhatian
konsolidasi
lahan
sehubungan
dengan
62
63
akan meningkatkan volume sedimen yang akan terbawa oleh air hujan. Menurut
data rona lingkungan awal topografo tapak proyek, kemiringan tanah rata-rata
0-3% menurun ke utara sedangkan Sungai Bagendung berada di sebelah selatan
tapak proyek. Dengan kemiringan tanah menurun ke utara tersebur diprakirakan
tidak akan terjadi dampak peningkatan kekeruhan sungai akibat kegiatan
konstruksi. Tetapi kegiatan penghijauan dan pembersihan lahan akan
menimbulkan dampak positif penting.
64
65
2. Angkatan kerja
Pada tahap Kegiatan konstruksi pembukaan lahan baru untuk
penimbunan sampah sebagai pengembangan lokasi mencakup mobilisasi
tenaga kerja,yaitu penerimaan dan penyeleksian tenaga kerja, yang berasal
dari sekitar lokasi pembangunan maupun dari luar lokasi rencana
pembangunan. Tenaga kerja yang tidak memerlukan keahlian khusus
sedapat mungkin diambil dari tenaga kerja lokal yang tersedia disekitar
lokasi rencana pembangunan, sedangkan untuk tenaga kerja yang
memerlukan keahlian khusus didatangkan dari luar kota.adapun setelah
selesai kegiatan proyek, tenaga kerja lokal yang memiliki keahlian khusus
akan diupayakan untuk dipekerjakan kembali sebagai karyawan TPA,
untuk memaksimalkan upaya mengurangi tingkat pengangguran dan
mencegah kecemburuan masyarakat yang tidak terserap rekuitmen tenaga
kerja dilakukan penerimaan tenaga kerja dengan memperhatikan masukan
dari para pemuka masyarakat setempat dan dinas tenaga kerja
kota.dampak yang ditimbulkan merupakan dampak positif karena
memberikan manfaat bagi penyerapan angkatan kerja lokal dan
peningkatan pendapatan penduduk lokal. Dampak secara ekonomis sangat
berarti dalam rangka mendorong penyerapan angkatan kerja dan
mengurangi tingkat penganguran, dan selanjutnya membuka kesempatan
berusaha bagi penduduk lokal karena adanya daya beli masyarakat yang
timbul dari proses peningkatan pendapatan penduduk lokal.
Tetapi kegiatan ini akan menimbulkan dampak berupa keresahan
masyarakat manakala pada waktu rekuitmen tenaga kerja tersebut tidak
dapat menampung warga sekitar proyek, oleh karenanya diupayakan
pengambilan tenaga kerja harus menyetujui kesepakatan kerja yang
tertulis maupun tidak tertulis menyangkut hak dan kewajiban termasuk
66
gangguan
kesehatan
mata,
dan
gangguan
67
Dari segi kuantitas diketahui bahwa air tanah digunakan untuk kebutuhan
penghidupan penjaga TPA serta untuk menyediakan minum bagi para pemulung
yang ada di lokasi TPA, berikut tabel volume penggunaan air tanah untuk
keperluan sehari-hari di lokasi TPA :
Pada tahapan konstruksi air tanah dangkal digunakan sebagai sumber air
bersih untuk kebutuhan air minum untuk para pekerja selama proses konstruksi.
Dari data jugadiketahui bahwa air tanah yang akan dijadikan sebagai sumber air
adalah air tanah yang juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya
(pengolahan terlebih dahulu).Untuk mengetahui besaran dampak yang
ditimbulkan terhadap kuantitas air tanah maka dilakukan perhitungan dengan
menghitung jumlah pemakaian air tanah.
Perhitungan Pemakaian Air Tanah :
Pemakaian untuk kebutuhan penghidupan penjaga TPA serta pemulung
Tabel 6.1 Perkiraan Volume Penggunaan Air bersih untuk kehidupan penjaga TPA
Sumber Air PDAM dan Air Tanah (Deepwell) TPA Bagendung
Volume penggunaan
No
12
Jumlah
12
68
sumur gali atau sumur bor/pantek yang dilengkapi dengan mesin pompa air
dengan kedalaman 20 meter s/d 30 meter.
Perhitungan pemakaian air tanah untuk kebutuhan penduduk/hari
Dik :
Jumlah Penduduk
: 10 l / org/hari (Asumsi)
Jika TPA ini beroperasi selama 10 tahun (3650 hari) maka diprediksi
pemakaian air untuk kebutuhan pegawai dan pemulung di TPA (Jumlah
pegawai dan pemulung diasumsikan tetap/sama tiap tahunnya), maka
pemakaian air tanah sebesar
V = 12 m3/hari 3650 hari = 43800 m3 atau 43.800.000 liter
Kemudian jika diasumsikan persentase pertumbuhan selama 10 tahun
penduduk sebesar 50 % dari jumlah penduduk sekarang, maka volume
penggunaan air tanah adalah :
Jumlah Penduduk
: 10 l / org/hari (Asumsi)
69
70
Selain itu untuk memprediksi dampak yang mungkin diakibatkan oleh air lindi
adalah mengetahui jenis tanah yang ada di TPA itu sendiri. Berdasarkan jenis
batuannya lokasi studi TPA tersusun oleh Satuan Tuf Banten (QTvb) yang
merupakan hasil erupsi vulkanik gunung api berumur Kuarter dimana litologinya
terdiri atas tuf, tuf berbatu apung, dan batu pasir tufan yang berumur Plistosen.
Metode yang bisa digunakan untuk memprediksi timbulan lindi adalah
METODE NERACA AIR THORNTWAITE
Presipitasi (P)
Evapotranspirasi (ET)
Run Off (RO)
Perkolasi Lindi = P - RO - ET - ST
Atau
L=PRE
Dimana :
L = leachate volume produced (cubic cm per year)
P = Precipitation volume (cm rain/year times the landfill surface area )
71
R = Runoff
E = Evapotranspiration ( cm/year times the landfill surface area)
Maka
L=PRE
Jika
Surface Area
= 10 acres (10 Ha )
= 30 cm/year
30 cm
30 cm 10 cm
m
4,046.8 1000 l
0.17
10 acres
year
year
year
100 cm
acre
m3
72
Lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam
timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk
juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis.
Kualitas lindi akan tergantung dari beberapa hal, seperti :
Umur timbunan
Pola operasional
Temperatur
Kelembaban
Infiltrasi
Tahap dekomposisi
Kedalaman TPA
Pada tahap awal akan banyak dijumpai senyawa organik dengan berat
molekul yang kecil tetapi fraksi dengan berat molekul yang tinggi dai
senyawa yang lambat terdekomposisi juga akan semakin sedikit. Secara
keseluruhan COD, BOD, dan NH3-N yang terkandung dalam lindi akan
mengalami perubahan sejalan dengan waktu. BOD berkurang lebih cepat
dibandingkan COD karena BOD tersusun dari zat organik yang mudah
terdekomposisis oleh berbagai bakteri yang ada di TPA.
Pada musim hujan, air lindi air lindi tersebut akan bercampur dengan
air hujan sehingga akan menambah debit air lindi tersebut. Akan tetapi air
lindi yang berasal dari air hujan dapat dikurangi dengan dibuatnya saluran
73
Tabel. 6.2 Kualitas Air Lindi di Beberapa Lokasi TPA di Pulau Jawa pada musim
hujan
Konsentrasi
No.
Lokasi TPA
BOD
COD
2578
7309
Suakamiskin, Bandung
Leuwigajah, Cimahi
7379
Grenjeng, Cirebon
13575
940
6166
74
75
kesehatan
pernafasan,
kesehatan
mata,
kesehatan
76
77
Terhadap kualitas air tanah di lokasi tapak proyek, reklamasi dan pembuatan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki dampak penting. Kegiatan tersebut
mengakibatkan komposisi tanah kembali ke keadaan alaminya. Tanah akan
berfungsi seperti semula sebagai penyaring air hujan. Setelah mengalami
penyaringan alami ini, kualitas air secara langsung menjadi lebih baik. Namun
yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan terjadinya reaksi sisa sehingga air
lindi masih bisa terptoduksi dan tidak teralirkan sehingga akan terjadi
penyerapan pada air tanah.
Ditinjau dari pergerakan pencemaran pada tahap pasca operasi maka pada
kondisi normasl tanpa perlakuan rekayasa teknis dapat diperkirakan sejauh
mana dan seberapa lama pencemaran akan terjadi. Dasar prakiraan
diperhitungkan atas kondisi litologi daerah proyek dan sekitarnya, kondisi
permeabilitas
tanah
dan
batuan,
arah
aliran
dan
tinggi
muka
air
78
79
mata,
gangguan
pendengaran/kenyamanan
akibat
dari
80
Peningkatan emisi gas buang seperti H2S, CH4 sisa dan metan, serta
peningkatan konsentrasi debu dan tingkat kebisingan.
2.
3.
4.
5.
6.
kepada
pihak
penduduk
pengembang
sekitarnya
melakukan pendekatan
secara
transparan,
dan
sehingga
81
82
B. Kebising
C. Geologi
Kestabialn lereng kegiatan pematangan lahan berupa pengurugan dan
pengalian yang menimbulkan dampak terhadap kestabilan lereng. pematangan
lahan meliputi pengurugan dan pemadatan serta penimbunan tanah bertujuan
untuk mendapatkan lahan yang sesuai dengan peruntukan dengan kemiringan
yang memadai dan aman. pembentukan sel sel dengan cara pengalian dan
pengurugan lubang sesuai dengan dimensi desain sel. kondisi kestabilahan
lahan dan kemiringan lereng didnding sel yang menurunkan sejalan dengan
kegiatan pembangunan fisik saranan utama ( sel timbulan ). beban timbulan
akan dapat mendukung secepat penurunan kestabilan lereng.
sehingga dalam pelaksanaan pembangunan perlu diperhatiakan kestabilan
lereng serta perencanaan yang matang sesuai dengan kerekteristik stabilitas
lereng setempat. ditinjau dari kegiatan pengurugan dan pemadatan tanah pada
area yang akan dijadikan jalan kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan
kepadatan yang diisyaratkan maka diperkirakan dampak positif penting. Hal
ini diperkirakan meningkatkan daya dukung tanah serta mempengaruat tanah
horizontal.
83
gangguan
kesehatan
mata,
dan
gangguan
84
85
86
87