You are on page 1of 87

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kota Cilegon merupakan salah satu kota tersibuk di Propinsi Banten sejak
memisahkan diri dari Propinsi Jawa Barat. Tempat pembuangan Akhir (TPA)
Bagendung yang terdapat di Kota Cilegon telah beroperasi 15 tahun sejak masih
masuk dalam wilayah administrasi Propinsi Jawa Barat. Volume sampah pada saat
ini sudah mencapai tiga kali lipat dibandingkan dengan volume sampah 10-15
tahun yang lalu. Hal ini diakibatkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan
perkembangan pembangunan yang begitu pesat.
Pegelolaan sampah di TPA Bagendung hingga saat ini masih menggunakan
sistem open dumping konvensional. Dikatakan konvensional karena sampah
langsung diurugkan begitu saja tanpa diberi saluran lindi, sehingga air lindi
mengalir secara liar.
Untuk mencegah pencemaran lingkungan yang lebih parah lagi, PT Kaibo
Rasirekayasa sebagai konsultan management and engineering bermaksud
melakukan pengembangan terhadap TPA Bagendung yang terletak di Jl. Raya
Bagendung Desa Bagendung, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon. Lokasi TPA
Bagendung dengan luas lahan 10 Ha inisudah sesuai dengan RTRW (Perda
no.15 tahun 2000 tentang RTRW) Kota Cilegon. Lokasi TPA juga dekat dengan
Sungai Bagendung, atau sebagian penduduk menyebutnya sebagai Sungai
Lengkong, untuk membuang limbah cair dari IPAL TPA. Selain itu, lokasi TPA
Bagendung juga sudah dialiri listrik dari PLN. Namun ntuk mendukung aktivitas
pekerjaan dan sebagai back up power selain listrik dari PLN juga harus
disediakan genset.
Berdasarkan peraturan yang ada (Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib

Amdal TPA Bagendung Cilegon

Dilengkapi dengan AMDAL), proyek pengembangan TPA Bagendung pun sudah


pasti harus dilengkapi dengan dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan). Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa proyek pembangunan
TPA sampah dengan sistem sanitary landfill termasuk instalasi penunjangnya
wajib dilengkapi dengan dokuman AMDAL apabila luas kawasan TPA 10 Ha
dengan kapasitas total 10000 ton.
Tujuan utama membuat dokumen AMDAL yaitu menentukan ruang lingkup
main issues lingkungan terpenting dalam kaitannya dengan rencana
pembangunan perluasan plaza dan hotel. Penentuan ruang lingkup tersebut untuk
menetapkan bahwa studi AMDAL ini dapat terfokus kepada hal-hal yang penting
saja, sehingga pelaksanaan penyusunan studi AMDAL dapat berlangsung secara
efektif dan efisien.
Pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.11 Tahun 2006,
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisi Mengenai Dampak Lingkungan disebutkan bahwa dampak potensial dari
pembangunan TPA adalah pencemaran gas/udara, resiko kesehtan masyarakat,
dan pencemaran dari lindi.
B. Tujuan dan Manfaat
Seiring dengan pesatnya pembangunan dan pertambahan jumlah penduduk,
diperlukan adanya suatu sistem pengelolaan sampah yang baik. Adapun tujuan
dan manfaat dilakukannya proyek pengembangan TPA Begendung adalah :

Memenuhi kebutuhan akan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang


semakin meningkat seiring dengan bertambahnya timbulan sampah.

Memperbaiki sistem pengolahan yang sudah ada menjadi lebih baik.

Mencegah pencemaran yang lebih lanjut yang diakibatkan oleh lindi dari
sistem pengolahan sampah sebelumnya.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

Menghindarkan masyarakat dari dampak negatif berupa bau dan gangguan


kesehatan dari sistem pengolahan open dumping konvensional dengan
menerapkan sistem pengolahan sampah yang lebih baik.

C. Peraturan
Dalam rangka mengatur pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional telah dihasilkan undangundang yang memuat ketentuan-ketentuan pokok yang menjadi landasan bagi
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan tersebut. Pelaksanaan undangundang lingkungan tersebut dijabarakan melalui Peraturan Pemerintah dan
Keputusan Menteri seperti tercantum di bawah ini.
Peraturan

perundangan yang digunakan untuk melaksanakan studi amdal

diantaranya adalah:
1. Undang-Undang Republik Indonesia
a. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria terkait
pengadaan lahan.
b. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.
c. Undang-Undang

Nomor

10 Tahun

1992

tentang

Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.


d. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
e. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Undangundang No.20 Tahun 2002 tentang Ketenagakerjaan
f. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
g. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

h. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah terjait


dengan hubungan pemrakarsa dengan kewenangan pemerintah daerah
sebagai daerah otonom.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
a. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu
Lintas Jalan
c. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
d. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Berbahaya dan Beracun.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air
h. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi terkait
Pengaturan dan Pengawasan terhadap pencemaran irigasi masyarakat.
3. Keputusan Menteri Republik Indonesia
a. Peraturan
tentang

Menteri
Kualitas

Kesehatan
Air

Tanah

Nomor
yang

528/Menkes/Per/XII/1982
berhubungan

dengan

Kesehatan.Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan

Amdal TPA Bagendung Cilegon

Hidup Nomor 03 Tahun 1991 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Yang Sudah Beroperasi.
b. Keputusan

Menteri

Negara

Lingkungan

Hidup

Nomor

KEP-

11/MENLH/3/1994 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang Wajib


Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
c. Keputusan

Menteri

12/MENLH/3/1994

Negara
tentang

Lingkungan
Pedoman

Hidup

Umum

Nomor

Upaya

KEP-

Pengelolaan

Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.


d. Keputusan

Menteri

Negara

Lingkungan

Hidup

Nomor

Kep.13/MENLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak


Bergerak.
e. Keputusan

Menteri

Negara

Lingkungan

Hidup

Nomor

KEP-

Nomor

KEP-

Nomor

KEP-

Nomor

KEP-

48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.


f. Keputusan

Menteri

Negara

Lingkungan

Hidup

49/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran.


g. Keputusan

Menteri

Negara

Lingkungan

Hidup

50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan.


h. Keputusan

Menteri

Negara

Lingkungan

Hidup

45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara.


i. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2000
Tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
j. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2000
Tentang Panduan Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Kegiatan Pembangunan Permukiman Terpadu

Amdal TPA Bagendung Cilegon

k. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001


Tentang Jenis Rencanan Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib
Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
l. Kputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Men.Kes/SK/VII/2001 Tentang
Pedoman Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
m. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 2005
Tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL.
n. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
o. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 Tentang
Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
4. Keputusan/Peraturan Kepala BPN, Bapedal, dan Lainnya.
a. Keputusan Kepala Bapedal Hidup Nomor 56 Tahun 1994 Tentang
Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting.
b. Keputusan Kepala

Bapedal Hidup Nomor 205 Tahun 1996 Tentang

Metode Pemantauan Emisi Udara


c. Keputusan Kepala Bapedal Hidup No. 229/11/1996 Tentang Pedoman
Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL
d. Keputusan Kepala Bapedal Hidup No. 124/12/1997 Tentang Pedoman
Teknis Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL.
e. Keputusan Kepala Bapedal Hidup Nomor 8 Tahun 2000 Tentang
Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
5. Peraturan Daerah

Amdal TPA Bagendung Cilegon

BAB II
URAIAN RENCANA USAHA ATAU KEGIATAN
A. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun Amdal
1. Pemrakarsa
a. Identitas Pemrakarsa :
Nama Pemrakarsa

: Dinas Kebersihan Kota Cilegon

Jenis Usaha

: Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah

Alamat Kantor

: Jl. Kubang Laban No. Bendung Karet Cilegon

Penanggung Jawab

: Drs. H. A. Nuryaman, MM

b. Identitas Proyek:

Nama Proyek

: TPA

Jenis Kegiatan

: Tempat Pembuangan Sampah

Luas Lahan

: 10 Ha

Alamat Proyek

: Desa Bagendung, Kecamatan Cilegon, Kota


Cilegon.

2. Penyusunan Studi AMDAL


a.

Identitas Penyusun
1) Nama Perusahaan

: PT. Kaibon Rasirekayasa

2) Jenis Usaha

: Konsultan Management and engineering

Amdal TPA Bagendung Cilegon

b.

Penanggung Jawab
1) Nama

: Ir. Tubagus Luay Sofyani (Direktur Utama)

2) Alamat

: Jl. KH. Mas Mansur No. 49 Tanah Abang


Jakarta Pusat 10230

c.

3) Klasifikasi

4) No. Anggota LPJK

5) NPWP

Tim Ahli:
Jabatan Dalam Tim
Ketua Tim

Nama Lengkap
Ir. Andi Nurhayati.

Keahlian
S1 Teknik Lingkungan
Sertifikat Amdal Penyusun
INTAKINDO
Sertifikat Kompetensi Kasus

Ketua Sub Tim Fisik


Kimia

Anggota

Ir. Darul Aksa. MP

S2 Ilmu Tanah
Sertifikat Amdal A, B, dan C
INTAKINDO

Garendi Senopati, S.T.

Sertifikat Kompetensi
Anggota INTAKINDO
S1 Teknik Lingkungan
Sertifikat Amdal A

Anggota
Biologi

Sub

Tim Stevy Franky, S. Hut.

Anggota

S1 Kehutanan
Sertifikat Amdal A

Ir. Hj. Hastaniah, M.P.

S1 Kehutanan
Sertifikat Amdal A

Ketua
Sub
Tim
Sosekbudkesmas

Mukmin Saleh, S.Sos.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

S1 Ilmu Sosial

Sertifikat Amdal A dan B


Anggota
Dra. M. Napitupulu. M.Si.

Sertifikat Kompetensi
Anggota
S2 Ilmu
KesehatanMasyarakat
Sertifikat Amdal A

Sumber: Tim Studi Amdal PT. Kaibon Rasirekayasa 2007

B. Uraian Rencana Usaha dan Kegiatan


1. Penentuan Batas-Batas Lahan Yang Langsung Dengan Rencana Kegiatan
Rencana lokasi proyek TPA Bagendung seluas 10 Ha terletak di JL.Raya
Bagendung Desa Bagendung, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon, dengan batas
fisik sebagai berikut :
Sebelah Utara
Sebelah Selatan

Sebelah Timur
Sebelah Barat

: Lahan Kosong, Kampung Sambi Buhut


: Lahan Kosong (tegalan), 500m pemukiman Kampung
Bagendung
: Jalan Aspal , lahan milik penduduk
: Sungai (Lengkong), Desa Cigedong

C. Lingkup rencana usaha dan/kegiatan yang akan ditelaah dan alternatif


komponen rencana usaha dan/atau kegiatan
a. Status dan Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Pada pelaksanaannya studi AMDAL dilakukan bersamaan dengan studi
kelayakan teknik dan ekonomi. Hal ini dilakukan untuk mempersingkat waktu
pengerjaan dokumen AMDAL. Lokasi rencana kegiatan di tempat TPA
sebelumnya yaitu Jl. Raya Begendung Desa Begendung, Kecamatan Cilegon,
Kota Cilegon dengan luas lahan 10 Ha dan dapat dicapai dari jalan Propinsi
Kota Cilegon dengan jarak 10 km.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

Pengelolaan sampah di TPA Bagendung sampai saat ini masih


menggunakan sistem open dumping konvensional. Dikatakan konvensional
karena sampah langsung diurugkan begitu saja tanpa diberi saluran lindi,
sehingga air lindi mengalir secara liar dan mencemari lingkungan sekitarnya,
terutama tanah dan air tanah.
Pengelolaan sampah semacam ini sering dipilih untuk penenganan akhir
sampah karena biayanya murah dan mudah pengoperasiannya. Walaupun
sistem ini berpotensi sebagai sumber pencemaran lingkungan seperti bau,
pencemaran tanah dan air tanah, pencemaran air permukaan, juga akan
berpotensi sebagai tempat berkembangbiaknya vektor penyakit menular.
Datambah lagi dengan dampak sosial seperti munculnya para pemulung,
lapak, yang melakukan kegiatannya di dalam dan di luar sekitar TPA tersebut,
yang menciptakan masyarakat informal dan lingkungan yang tidak sehat.
Berdasarkan Perda no.15 tahun 2000 tentang RTRW Kota Cilegon,
rencana lokasi pengembangan TPA Begendung telah sesuai dengan
peruntukannya sebagai fasilitas sosial-kemasyarakatan.
Secara garis besar rencana kegiatan penyebab dampak, terutama
komponen usaha dan atau kegiatan yang berkaitan langsung dengan dampak
yang ditimbulkan adalah sebagai berikut :
a. Tahap Prakontruksi
Tahap kegiatan prakonstruksi adalah merupakan tahap persiapan
kegiatan pengembangan TPA Bagendung. Pada tahap meliputi kegiatan :
1) Kegiatan Perencanaan
Kegiatan perencanaan yang sedang dan akn dilaksanakan adalah
perencanaan detail engineering IPAL.
2) Sosialisasi Proyek

Amdal TPA Bagendung Cilegon

10

Kegiatan sosialisasi dilakukan melalui media massa (Radar


Banten) dan pertemuan formal dengan tokoh masyarakat dan pejabat
pemerintah sekitar.
b. Tahap Konstruksi
Tahap konstruksi adalah merupakan tahapan pembangunan atau
pengembangan fisik TPA Bagendung yang terdiri dari kegiatan sebagai
berikut :
1) Pembukaan Lahan Baru untuk Penimbunan Sampah Sebagai
Pengembangan Lokasi
a)

Mobilisasi tenaga kerja

b)

Base camp

c)

Mobilisasi peralatan dan material

d)

Pembukaan lahan baru

2) Pembangunan Sarana Penunjang


a) Saluran drainase
b) Menyediakan sistem penanggulangan kebakaran/tanggap darurat
c) Penghijauan
3) Pembangunan Fisik Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
4) Pembersihan Lingkungan
c. Tahap Operasional
Tahap operasional meliputi kegiatan :
Kegiatan Pengangkutan Sampah
Jenis sampah
Kegiatan pengangkutan sampah dilakukan dari
TPS diangkut dnegan truk menuju ke TPA
Kegiatan sarana dan prasarana (utilitas TPA)
a. Kegiatan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan (teknik)
b. Kegiatan penyediaan air bersih

Amdal TPA Bagendung Cilegon

11

d. Kegiatan Pasca Operasi


Pada tahap pasca operasi hanya satu kegiatan yang akan dilakukan yaitu :
a)

Penambangan Kompos
Kompos yang sudah tertimbun selama 15 tahun ditambang untuk
dijual.

b. Alternatif-alternatif yang akan Dikaji dalam ANDAL


Alternatif yang akan dikaji dalam studi ANDAL adalah sebagai berikut :

Untuk alternatif lokasi kegiatan kiranya sudah tidak memungkinkan untuk


dikaji mengingat lokasi kegiatan memang sudah existing dan sudah
berjalan selama 15 tahun. Selain tidak ada masalah yang timbul,lahan
tersebut memang telah sesuai dengan peruntukannya.

Alternatif yang memungkinkan untuk dikaji adalah tetang teknologi


pengelolaan sampah. Telah diperoleh 2 (dua) alternatif teknologi
pengolahan sampah, yaitu :
Dengan

teknologi

open

dumping

yang

disempurnakan, mengingat di TPA Bagendung saat ini pengelolaan


sampahnya menggunakan teknologi open dumping yang konvensional,
artinya masih hanya sekedar menimbun dan mengurug tanpa
perlakuan khusus, lalu air lindinya dialirkan secara gravitasi dan
sedimentasi berlereng.
Dengan teknologi sanitary landfill.
a. Teknologi Open Dumping yang Disempurnakan
Langkah pertama untuk pengelola sampah dengan teknologi open
dumping

yang

disempurnakan

adalah

menyiapkan

lahan

untuk

penimbunan sampah tanpa pelapis apapun, tetapi di tempat tersebut telah


disediakan saluran air lindi.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

12

Secara umum, IPAL TPA Bagendung yang direncanakan meliputi unit


operasi dan unit proses. IPAL dalam pengoperasian aliran di tahap awal
(proses fisik) memakai sistem over flow dan pada tahapan proses biologi
memakai sistem pemompaan, sebagaimana diuraikan berikut ini :
1) Bak Pengumpul Lindi
Bak ini berfungsi untuk mengumpulkan air limbah lindi dari
sumbernya dan menjaga stabilitas aliran debit air limbah lindi.
2) Bak Bar Screen/Saringan Kasar
Bak bar screen ini dipasang dengan tujuan untuk memisahkan padatan
kasar dan sampah besar seperti plastic, tali, kayu, kertas yang
berukuran lebih dari 4 cm denga air limbah lindi. Screen yang
terpasang berupa kisi-kisi jeruji besi diameter 10 mm dengan lebar
antara kisi 15 mm yang dipasang dengan kemiringan 60o.
3) Bak Grease Trap/Penangkap Lindi
Grease trap

dalam IPAL ini berguna untuk memisahkan padatan

terapung terutama lindi yang bersumber drai pembusukan sampah.


4) Equalization Tank
Tangki equalisasi ini dipasang dengan tujuan untuk menetralkan
kensentrasi air limbah sebalum diolah secara biologi dalam bak aerasi.
5) Aeration Tank
Aeration tank yang terpasang dalam IPAL TPA Bagendung ini nanti
adalah dua unit. Dalam tangki ini akan berlangsung proses
reduksi/dekomposisi materi organic dalam air limbah dengan bantuan
mikrooragnisme dengan kondisi aerob.
6) Sedimentation Tank
Dari ruang aerasi (Mixed Liquor Suspended Solid) MLSS akan lewat
flow control float ke sedimentation tank yang masih mengandung
kadar suspended solid yang tinggi. Oleh karena itu di tangki ini,

Amdal TPA Bagendung Cilegon

13

suspended solid

tersebut harus diendapakan. Sedangkan air yang

sedikit mengandung suspended solid secara over flow dialirkan ke


disinfection tank. Bentuk sedimentation tank dalam system ini adalah
kerucut.
b. Sistem Sanitary Landfill yang Diusulkan
Sanitary Landfill adalah system pengelolaan sampah yang terdiri dari
sl-sel sampah. Timbunan sampah (sel sampah) yang terbentuk setiap hari
disebut sel harian. Setian timbunan sampah yang sudah dipadatkan dan
mencapai luas tertentu serta ketinggian tertentu akan dilapisi tanah
penutup setebal 20-30 cm. Penutupan ini dilakukan setiap hari pada akhir
kerja.
Secara rinci kegiatan operasional TPA dengan sistem pengolahan
sanitary landfill dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Operasional Lahan TPA
Prosedur pengoperasian sanitary landfill ini meluputi :

Persiapan operasi

Jadwal operasi

Rencana pengisian atau penimbunan sampah

Rencana jalur pengangkutan sampah

2) Kebutuhan Alat Berat


Alat berat yang akan digunakan adalah buldozer, scrapper, loader,
dan truk pengangkut, dan lain-lain.
3) Konsep Pengelolaan Teknis TPA Bagendung
Konsep pengelolaan teknis di TPA Bagendung adalah sebagai berikut:
a) Volume sampah di TPA Bagendung
b)

Identifikasi truk smapah yang masuk

c)

Antrian truk

Amdal TPA Bagendung Cilegon

14

d)

Pola pembongkaran sampah

e)

Aktivitas pemulung

f)

Penjualan hasil pemulungan

g)

Pola pengurugan sampah harian

4) Rencana Pengolahan Air Lindi pada Sistem Sanitary Landfill


Air lindi adalah rembesan air tercemar setelah melintasi tumpukan
sampah, dimana aliran partikel-partikel kontaminan keluar dari
tumpukan sampah. Karakterikti air lindi sangat tergantung pada jenis
sampah yang terdapat di TPA.
Usulan DisainIPAL TPA Bagendung
a) Rencana Pipa Pengumpul Air Lindi
Pipa pengumpul berfungsi untuk mengunpulkan dan mengalirkan
air lindi yang dihasilkan dari tumpukan sampah.
b) Sistem Pengumpul Air Lindi
Saluran pengumpul air lindi terdiri dari dua baguan utama, yaitu :
(1) Saluran lateral
Saluran lateral berfungsi untuk mengumpulkan air lindi dari
dasar timbunan sampah kemudian dialirkan menuju saluran
manifold.
(2) Saluran Manifold
Saluran manifold berfungsi untuk menampung air lindi dari
saluran-saluran

lateral

untuk

dialirka

menuju

kolam

pengolahan air lindi.


c) Sistem Pengolahan Lindi
Untuk mengolah air yang dihasilkan dapat digunakan beberapa
alternatif, baik secara kimia maupun biologis. Penentuan sisitem
pengolahan akan disesuaikan dengan biaya operasional dan
pemeliharaannya.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

15

Secara garis besar, rencana pengolahan air lindi yang akan


digunakan di TPA Bagendung adalah sebagai berikut :
(1) Pengolahan pertama merupakan pengolahan awal yang
ditujukan untuk membantu terjadinya kesempurnaan proses
pada pengolahan kedua sebagai pengolahan pokok.
Bentuk unit-unit pengolahan yang termasuk dalam pengolahan
pertama yang direncanakan adalah :
(a) Bak Penenang
(b) Bak Sedimentasi
(c) Sumur Pengumpul yang Dilengkapi Rumah Pompa dan
Perlengkapannya
(2) Pengolahan kedua yang direncanakan adalah proses biologis
yang digunakan untuk menghilangkan sebagian besar zat
oganik yang terlarut dalam air lindi, khususnya biodegrdable
organics dan suspended solid (zat padat terlarut).
Unit pengolahan yang termasuk di dalam pengolahan kedua
yang direncanakan adalah :
(a) Oxidation Pitch
(b) Clarifier
(3) Pengolahan

ketiga

merupaka

proses

pengolahan

yang

direncanakan untuk membantu menstabilkan hasil dari prosesproses terdahulu sebelum dibuang ke badan air penerima.
Unit pengolahan yang termasuk di dalam pengolahan ketiga
adalah:
(a) Desinfeksi
(b) Sludge Drying Bed
(c) Kolam Uji Hayati

Amdal TPA Bagendung Cilegon

16

Lokasi penempatan bangunan pengolahan air lindi didasarkan pada


kriteria-kriteria sebagai berikut :

Kondisi Topografi

Rencana Badan Air Penerima

Kedekatan dengan Sumber Air Lindi

Sumur Pantau

Sistem Ventilasi Air Lindi

5) Sumber Daya Listrik (PLN)


Sumner daya listrik untuk pengelolaan sampah ini menggunakan
suplai listrik PLN (suplai utama) yang pemakaiannya sangat diseleksi,
yakni dengan prioritas untuk IPAL, pompa air, hydrant, dan keperluan
pengomposan.
6) Kegiatan Penghijauan
Kegiatan penghijauan TPA Bagendung meliputi kegiatan penanaman
pohon dan pemeliharaannya serta fasilitas pendukungnya. Jenis
vegetasi yang dipelihara meliputi jenis rumput, perdu, dan jenis pohon
keras.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

17

BAB III
RONA LINGKUNGAN HIDUP
A. KOMPONEN FISIK KIMIA
1. Iklim
Berdasarkan data BMG Kota Cilegon periode 2000 2004, iklim di kota
Cilegon termasuk tipe A berdasarkan klasifikasi Schmit dan Ferguson.
a. Suhu
Suhu udara rata-rata 26,6C, maksimum 33,2 C pada bulan September,
suhu minimum pada bulan Agustus 21,5 C
b. Kelembaban
Kelembaban udara rata-rata berkisar 82%, maksimum Februari 87% dan
minimum Agustus 78%. Curah hujan rata-rata 1.500 mm per tahun.
c. Kecepatan Angin

Amdal TPA Bagendung Cilegon

18

Kecepatan angin berkisar antara 3,7 m/detik 4,8 m/detik, terendah pada
bulan Juni/Juli sedangkan kecepatan rata-rata tertinggi pada bulan
Desember.
2. Topografi
Luas wilayah Kota Cilegon 175.50 km2. Dibagi ke dalam 8 kecamatan dan
43 kelurahan/desa. Kota Cilegon memiliki topografi dengan ketinggian
wilayah berkisar antara 0-85 m diatas permukaan laut.
a. Dataran rendah di bagian Utara dengan ketinggian berkisar antara 0-25
meter di atas permukaan laut.
b. Dataran tinggi dari bagian tengah kea rah Selatan dengan ketinggian 25-85
meter di atas permukaan laut yaitu Kecamatan Grogol, Purwakarta,
Jombang, Cilegon, Cibeber, dan Citangkil.
Kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurut ke utara.
3.

Hidrologi/Drainase
a. Debit Air Sungai
Tinggi muka air tanah di lokasi kegiatan berkisar antara 20-30 m dari
muka air tanah. Saluran yang akan menerima air buangan dan limpasan air
hujan TPA Bagendung adalah sungai yang berada di belakang lokasi
kegiatan pada jarak sekitar 500 m. sungai tersebut lebar 3 meter,
kedalaman dinding 4 meter, dengan tinggi permukaan air 1-1,5 meter
dan kecepatan aliran actual (V) 0,35 meter/detik dan kecepatan aliran
maksimal 0,52 meter/detik, maka diperoleh perhitungan debit oleh:
1) Rumus perhitungan Debit (Q) = Luas penampang (A) X Kecepatan
aliran (V)
2) Debit minimum (actual) = 0,35 m3/detik
3) Debit maksimum = 1,30 m3/detik
Adapun kondisi dan karakteristik sungai dapat dilihat pada Tabel 3.1

Amdal TPA Bagendung Cilegon

19

Tabel 3.1 Kondisi Karakteristik Saluran Sekitar TPA Bagendung


Lokasi/Saluran

Saluran bagian
depan tapak TPA
Saluran drainase
utara tapak TPA

Dimensi
(lebarX
dalam)
(2X1.5)
m
(2X1.5)
m

Tinggi efektif
(m)

Kecepatan
(m/detik)

Debit (m3/detik)

Maks
1.25

Min
0.5

Maks
0.52

Min
0.35

Maks
1.3

Min
0.35

1.25

0.5

0.71

0.46

1.78

0.46

Sumber : Hasil perhitungan Tim Penyusun, 2007

b. Kualitas Air Sungai


Keadaan kualitas air sungai di sekitar TPA Bagendung yang diambil
pada 3 titik sampel aliran di sekitar rencana tapak pembangunan TPA
BAgendung seperti disajikan pada Tabel 3.2 di bawah ini.
Mengingat di wilayah Kota Cilegon ini belum ada Perda tentang
sungai maka, parameter yang digunakan dalam uji laboratorium air sungai ini
menggunakan Baku Mutu PP Nomor 82 Tahun 2001 Golongan II : Air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, pertnakan, air untuk mengairi pertanaman dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air sama dengan kegunaan
tersebut.
Dari table tersebut bahwa kualitas air sungai pada sampel nomor 1 s/d sampel
nomor 3, seluruhnya masih di bawah baku mutu lingkungan sesuai PP Nomor
82 Tahun Golongan II, kecuali untuk parameter Fecal Coliform, BOD 5 dan
COD yang sudah melampaui NAB.
Untuk parameter penting lainpun yang merupakan parameter zat
berbahaya dan beracun seperti pH, Hg, As, Cr +6, Se, Cu, dan Pb masih
memenuhi persyaratan sesuai standar baku mutu. Masih tingginya konsentrasi
Fecal Coliform sebelum rencana kegiatan TPA Bagendung disebabkan adanya
kebiasaan warga yang membuang hajad ke sungai. Tingginya parameter fecal
coli ini dapat berakibat pada tercemarnya air sumur penduduka yang
berdekatan dengan sungai. Dengan demikian kualitas air sungai sebelum

Amdal TPA Bagendung Cilegon

20

kegiatan TPA telah tercemar oleh bakteri coli, artinua buangan air limbah
penduduk telah memberikan konstribusi peningkatan konsentrasi pencemaran
air sungai Bagendung.
Parameter lain yang nilainya sudah melebihi ambang batas adalah
BOD5 dan COD. BOD5 (Biological Oxygen Demand) adalah kemampuan
oksigen untuk mengoksidasi secara biologi, sementara COD adalah
kemampuan oksigen untuk mengoksidasi kandungan unsure kimiawi yang
terlatur dalam air tersebut. Nilai BOD 5 dan COD yang tinggi mengindikasikan
bahwa sungai sudah tersemar (melampui ambang batas). Dari ketiga titik
sampel air sungai, semuanya sudah melebihi ambang batas, baik yang di
upstream, pertemuan dengan outlet air lindi dan downstream. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sungai Lengkong/Bagendung telah melampaui ambang
batas bukan hanya disebabkan oleh aktivitas TPA karena dari upstream-nya
sudah tersemar. Tingginya nilai kedua parameter tersebut bias juga
diakibatkan oleh banyaknya buangan organic dan bahan kimiawi dari arah
hulu (upstream) mengingat pada saat pengukuran dilakukan air limbah dari
TPA Bagendung tidak mengalir (kering).

Tabel 3.2.
Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sungai Bagendung Dekat Dengan Lokasi
TPA Bagendung
NO

Parameter

A.
1.

FISIKA
Suhu
Zat

Padat

Satuan

Terlarut

(TDS)
Jumlah

Padat

Nilai
Ambang
Batas

Hasil

Metode Analisa

0C

Udara +-

29.9

28.7

28.5

SNI 06-6989.23-2005

Mg/L

3oC

62

70

59

SNI 06-6989.27-2005

Mg/L

1000

70

36

30

SNI06-6989.3-2004

50

Tersuspensi (TSS)

Amdal TPA Bagendung Cilegon

21

NO

Parameter

Satuan

Nilai
Ambang
Batas

Hasil

Metode Analisa

B
1.

KIMIA
pH (insitu)

Mg/L

69

7.92

6.91

7.23

SNI 06-6989.11-2004

2.

Air Raksa (Hg)

Mg/L

0.002

<0.0005

<0.0005

<0.0005

SNI 19-6964.2-2003

3.

Arsen (As)

Mg/L

<0.005

<0.005

<0.005

SNI 06-2463.1991

4.

Boron (B)

Mg/L

<0.01

<0.01

<0.01

SNI 06-2481.1991

5.

Oksigen terlarut (DO)

Mg/L

1.8

2.2

2.2

SNI 06-6869.14-2004

6.

insitu

Mg/L

1.5

<0.01

<0.01

<0.01

Std Method (Ed 21)

7.

Fluorida (F)

Mg/L

0.001

<0.001

<0.001

<0.001

4500 D

8.

Fenol

Mg/L

0.2

0.06

0.02

0.02

HACH

9.

Fosfat total (PO4)

Mg/L

0.01

<0.003

<0.003

<0.003

SNI 06-2483-1991

10.

Kadmium (Cd)

Mg/L

0.05

<0.01

<0.01

<0.01

SNI 06-6989.16-2004

11.

Khromium VI (Cr6+)

Mg/L

0.2

<0.02

<0.02

<0.02

**)

12.

Kobalt (Co)

Mg/L

0.03

<0.01

<0.01

<0.01

SNI 06-1132-1989

13.

Khlorin bebas (Ci2)

Mg/L

<0.2

<0.2

<0.2

SNI 06-2471-1991

14.

Minyak Lemak

Mg/L

10

1.0

1.2

1.0

HACH

15.

Nitrat (NO3-N)

Mg/L

0.06

0.033

0.016

0.056

HACH

16.

Nitrit (NO-2)

Mg/L

0.05

<0.002

<0.002

<0.002

SNI 06-2486-1991

17.

Selenium (Se)

Mg/L

0.05

<0.01

<0.01

<0.01

SNI 06-6989.9-2004

18.

Seng (Zn)

Mg/L

0.02

<0.005

<0.005

<0.005

Std Method (Ed 21)

19.

Sianida (CN)

Mg/L

0.002

<0.002

<0.002

<0.002

3500 Se

20.

Sulfida (H2S)

Mg/L

0.2

0.06

0.07

0.07

SNI 06-6989.7-2004

21.

Surfakton Anion

Mg/L

0.02

<0.02

<0.02

<0.02

Std Method (Ed 21)

22.

(MBAS)

Mg/L

0.03

<0.01

<0.01

<0.01

4500 CN E

23.

Tembaga (Cu)

Mg/L

42

34

29

JIS Th 2002 KO102

24.

Timbal (Pb)

Mg/L

25

114

98

93

Bag 39 D

BOD5

SNI 06-6989.51-2005

COD

18-5A/IK-Cu
SNI 06-2503-1991
SNI 06-6989.15-2004

C.
1.

MIKROBIOLOGI
Fecal coliform

Jml/100

1000

2800

2300

2300

SNI 06-4158-1996

2.

Total coliform

ml

5000

2800

2300

2300

SNI 06-3957-1996

Jml/100

Amdal TPA Bagendung Cilegon

22

NO

Parameter

Satuan

Nilai
Ambang
Batas

Hasil

Metode Analisa

ml

Sumber : Hasil Laboratorium Lingkungan Hidup, PT Unilab Perdana, November 2007


Keterangan :
*)
= AIR PERMUKAAN Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001
Golongan II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratan mutu air sama dengan kegunaan
tersebut
**)
= Logam merupakan logam terlarut
<
= lebih kecil
Sampel 1 = Air sungai di bagian Upstream, yaitu sebelum lokasi TPA
berdasarkan aliran sungai
Sampel 2 = Air sungai di bagian pertemuan air lindi sampah dengan air
sungai
Sampel 3 = Air sungai di bagian downstream, yaitu setelah lokasi TPA
berdasarkan aliran sungai
c. Kualitas Air Bersih TPA
Untuk memenuhi kebutuhan operasional di TPA Bagendung, Kota
Cilegon, penyedeiaan air bersih selama ini bersumber dari air sumur sebagai
sumber utama. Sedangkan untuk mengetahui kualitas air tanah yang
dikonsumsi petugas jaga TPA dan para pemulung, maka diambil sample air
dari sumur di dalam dan sekitar tapak TPA Bagendung, Kota Cilegon yang
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3
Kualitas Air Tanah/ Sumur Di Lokasi Tapak dan Sekitar TPA Bagendung
No

Parameter

A.
1.

FISIKA

Satuan

Nilai
Ambang
Batas

Hasil
1

Bau

Tdk berbau

Amdal TPA Bagendung Cilegon

Tdk

Metode Analisa

2
Tdk

3
Tdk

Organoleptik

23

No

Parameter
Padat

Terlarut

Satuan
mg/L

Nilai
Ambang
Batas
1500

Hasil

Metode Analisa

berbau

berbau

berbau

SNI 06-6989.27-2005

NTU

25

79

78

78

SNI 06-2413.1991

Tdk berasa

<1

<1

<1

Organoleptik

Tdk berasa

Tdk

Tdk

SNI 06-6989.23-2005
SNI 06-2413.1991

2.

Zat

3.

(TDS)

4.

Kekeruhan

5.

Rasa

0C

Udara

6.

Suhu (insitu)

PtCo

3oC

31.0

berasa

berasa

50

29.5

30.3

<1

<1

Warna

+-

B.
1.

KIMIA
pH (insitu)

mg/L

6.5 9.0

6.35

6.77

6.78

SNI 06-6989.11-2004

2.

Air Raksa (Hg)

mg/L

0.001

<0.0005

<0.0005

<0.0005

SNI 19-6964.2-2003

3.

Arsen (As)

mg/L

0.05

<0.005

<0.005

<0.005

SNI 06-2463.1991

4.

Besi (Fe)

mg/L

1.0

0.08

<0.06

<0.06

18-6AIK-Fe

5.

Fluorida (F)

mg/L

1.5

0.31

0.29

0.30

SNI 06-2482.1991

6.

Kadmium (Cd)

mg/L

0.005

<0.003

<0.003

<0.003

SNI 06-6989.16-2004

7.

Kesadahan total

mg/L

500

<2

<2

<2

**)

8.

(CaCO3)

mg/L

600

6.8

5.3

6.8

SNI 06-6989.12-2004

9.

Khlorida (CI)

mg/L

0.05

<0.01

<0.01

<0.01

SNI 06-6989.12-2004

10.

Khromium VI (Cr6+)

mg/L

0.5

0.07

<0.02

<0.02

SNI06-1132-1989

11.

Mangan (Mn)

mg/L

10

0.7

1.0

1.0

18-20/IK-Mn

12.

Nitrat (NO3-N)

mg/L

1.0

<0.002

<0.002

<0.002

SNI 06-2480-1991

13.

Nitrit (NO2-N)

mg/L

0.01

<0.002

<0.002

<0.002

SNI 066989.9-2004

14.

Selenium (Se)

mg/L

15

0.01

<0.01

<0.01

Std Method (Ed 21)

15.

Seng (Zn)

mg/L

0.1

<0.005

<0.005

<0.005

3500 Se

16.

Sianida (CN)

mg/L

400

<0.3

<0.3

<0.3

SNI

17.

Sulfat (SO4)

mg/L

0.5

0.04

0.002

0.03

**)

18.

Surfaktan anion

mg/L

0.05

<0.01

<0.001

<0.01

Std Method (Ed 21)

19.

(MBAS)

mg/L

10

0.4

0.2

0.3

4500 CN E

06-6989.7-2004

Timbal (Pb)

SNI 06-6989.20-2004

Nilai Permanganat

SNI 06-6989.51-2005

(KmnO4)

SNI 06-6989.8-2004
SNI 06-6989.22-2004

C.
1.

MIKROBIOLOGI
Total Coliform

50

Amdal TPA Bagendung Cilegon

1100

150

240

SNI 06-3987-1996

24

Sumber : Hasil Laboratorium LIngkungan Hidup, PT Unilab Perdana, November


2007
Keterangan:
*)
= Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Persyaratan
Kualitas Air Bersih
**)
= Logam merupakan logam terlarut
<
= lebih kecil
Berdasarkan hasil analisis laboratorium dapat diuraikan sebagai berikut:
Kualitas tanah (dangkal/sumur) yang diambil pada 3 titik sampel yang
masing-masing diambil di dalam tapak lokasi, di pemukiman penduduk 300
M di depan lokasi dan pemukiman penduduk 800 M dari lokasi TPA. Dari
hasil pemeriksaan laboratorium dapat disimpulkan bahwa air sumur di semua
titik sampel secara fisk-kimia sudah memenuhi syarat sesuai Menkes No.
416/Menkes/ SK/SK/ 1990, kecuali untuk parameter bakteri coli yang telah
melebihi nilai ambang batas. Adapun sumur yang parameter fecal colinya
paling tinggi berada di atas NAB adalah sumur yang berada di dalam lokasi
TPA yang merupakan konsumsi air bersih bagi perugas jaga TPA, mencapai
1.100 MPN/100 ml padahal NAB nya hanya 50 MPN/100 ml.
Parameter
lain
yang
melebihi
NAB
Menkes

No.

416/Menkes/SK/IX/1990 berada pada sumur 2 dan 3 yaitu air sumur dalam


atas bantuan dari PT Krakatau Steel dan sumur di rumah Bapak Tawi,
walaupun tidak setinggi sumur di dalam lokasi TPA. Kandungan fecal colinya mencapai 150 MPN/100 ml (NAB : 50 MPN/100 ml) hal ini
mengindikasikan bahwa kualitas air sumur di ketiga lokasi kurang baik untuk
dikonsumsi karena belum memenuhi persyaratan kesehatan, kecuali harus ada
sosialisasi kepada warga bahwa bila akan dikonsumsi hendaknya direbus
sampai benar-benar mendidih.
3.1.4 TATA RUANG
A. Fungsi dan Peranan Kota Cilegon

Amdal TPA Bagendung Cilegon

25

Beberapa perkembangan dalam kebijaksanaan pengembangan wilayah di


Kota Cilegon telah membawa implikasi berubahnya struktur ruang wilayah
kota :
Terbentuknya Kota Cilegon melalui UU No. 2 Tahun 1993
Turunnya UU Nomor : 23 tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi
Banten yang mengubah orientasi pelayanan pemerintahan propinsi dari
Kota Bandung ke Kota Serang, sementara kota Cilegon berbatasan dengan
kota Serang.
Kota Cilegon sebagai pusat pertumbuhan baru membutuhkan sarana dan
prasarana wilayah yang baru. Di lain pihak, disebabkan wilayah Kota Cilegon
kini menjagi wilayah andalan Kabupaten Merak maka dalam menentukan
pusat-pusat

pertumbuhan

baru

itu

harus

dimasukan

pertimbangan

keseimbangan wilayah.
Dengan pertimbangan utama keseimbangan wilayah ini, maka untuk Kota
Cilegon diperlukan pusar pertumbuhan antara lain adalah :
1. Cilegon di bagian Selatan yang menunjukan perkembangan yang pesat
sebagai daerah permukiman.
2. Cilegon di bagian Barat yang menunjukan perkembangan sebagai
kawasan industri dan permukiman.
3. Cilegon di bagian Utara yang dibutuhkan untuk pemacu pertumbuhan dan
penyeimbang pertumbuhan antar wilayah.
Selanjutnya setiap pusat pertumbuhan memiliki wilayah pelayannya
masing-masing. Wilayah pelayanan ini ditentukan berdasarkan kecenderungan
perkembangan ruang dan infrastruktur, factor-faktor potensi wilayah,
homogenitas wilayah, dan pembatas fisik. Itu semua berpengaruh terhadap
pola orientasi kegiatan yang menjadi prinsip dasar penentuan wilayah
pelayanan.
B. Tata Guna Lahan
Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cilegon,
lokasi pengembangan TPA Bagendung telah sesuai dengan peruntukannya
sebagai fasilitas sosial yang dalam hal ini dipakai sebagai tempat pembuangan

Amdal TPA Bagendung Cilegon

26

akhir sampah. Kesesuaian tersebut didasarkan pada Perda Kota CIlegon


Nomor: 15 Tahun 2001. Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cilegon.
Disamping itu, lokasi pembangunan TPA Bagendung tidak terletak pada
kawasan lindung, di bawah SUTT atau SUTET.
3.1.5 Sistem Transportasi
Kondisi Eksisting Sistem Transportasi
A. Jaringan Jalan
Lokasi rencana proyek pembangunan TPA Bagendung terletak di tepi
jalan Raya Bagendung, Desa Bagendung, Kecamatan CIlegon. Dalam sistem
jaringan transportasi Kota CIlegon, ruas Jalan Raya Bagendung merupakan
jalan kolektor primer yang menghubungkan antar desa, kecamatan dengan
Jalan Raya ke arah wilayah Mancak.
Ruas Jalan Raya Bagendung sebagai jalan utama dari dank e TPA
Bagendung dengan kondisi jalan beraspal yang mempunya lebar +_ 7 meter
untuk dua arah bagi kendaraan yang melintas.
B. Angkutan Umum
Kendaraan umum yang menghubungkan Kecamatan Cilegon dengan
daerah lain hanya berupa objek, karena kendaraan umum yang melintas ke
wilayah tersebut belum tersedia. Hal ini perlu menjadi bahan pertimbangan
bagi Pemerintah Kota Cilegon untuk menyediakan sarana angkutan umum
berupa minibus dan microbus agar memudahkan akses dari dan wilayah
Bagendung.
C. Volume Lalu Lintas
Volume atau arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu
titik pengamatan pada jalan raya per satuan waktu. Volume dan komposisinya
merupakan parameter dasar yang penting yang berhubungan dengan
parameter-paramater lainnya seperti tingkat pelayanan dan kecepatan.
Volume lalu lintas diketahui melalui survey penghitungan lalu lintas
(traffic counting) secara manual yang dilakukan pada titik pengamatan pada
ruas jalan yang diperkirakan akan terkena dampak langsung terhadap

Amdal TPA Bagendung Cilegon

27

kepadatan lalu lintas. Dari hasil pengamatan kepadatan lalu lintas dari dank e
arah TPA Bagendung belum menunjukkan kepadatan yang berarti
D. Kinerja Ruas Jalan
Kinerja lalu lintas ruas jalan dapat dinilai dengan menggunakan parameter
lalu lintas sebagai berikut:
Rasio volume per kapasitas yang menunjukkan kondisi ruas jalan dalam

melayani volume lalu lintas yang ada


Kecepatan rata-rata yang dapat menunjukkan waktu tempuh dari titik asal
ke titik tujuan di dalam wilayah pengaruh yang akan menjadi tolak ukur

dalam pemilihan rute perjalanan.


Tingkat pelayanan merupakan indicator yang mencakup gabungan
beberapa parameter, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dari ruas
jalan.

3.1.6 Kualitas Udara (Gas dan debu)


Guna mengetahui kualitas udara di sekitar lokasi pembangunan TPA
Bagendung maka dilakukanlah uji kualitas udara ambient dengan terlebih dulu
melakukan pengambilan sample pada 3 (tiga) buah titik yaitu titik pertama
(U1) sebelum lokasi TPA (Up Wind), titik dua (U2) di dalam lokasi dan titik
ketiga (U3) sesudah lokasi TPA (Down Wind) TPA Bagendung. (Lihat Tabel
3.4)
Parameter kualitas udara yang dianalisa meliputi Sulfur Dioksida (S0 2),
Karbon Monoksida (C0), Nitrogen Dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidrokarbon
(HC), Debu (TSP), Timbal (Pb), Amonia (NH3) dan Hidrogen Sulfida (H2S).

Amdal TPA Bagendung Cilegon

28

Tabel 3.4
Hasil Analisis Kualitas Udara di Sekitar Tapak Proyek TPA Bagendung
Hasil Uji
NO
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Parameter
Sulfur Dioksida
(SO2)
Karbon Monokisda
(CO)
Nitrogen Dioksida
(NO2)
Oksidan (O3)
Hidrokarbon (HC)
Debu (TSP)
Timbal (Pb)
Amonia (NH3)
Hidrogen Sulfida
(H2S)

Titik 1
9,80
1375
7,85
24,69
125
58
< 0,03
0,08420
<0.0007
2

Titik 2
11,62
2864
13.99
24.95
230
1134
0.27
0.20445
0.00291

Titik 3
10,31
1260
8.90
18.03
157
115
0.16
0.06723
0.00221

Titik 4
9,15
1260
10.16
16.03
131
81
<0.03
0.06205
0.00263

Titik 5
14,08
1718
15.89
17.02
157
116
0.08
0.30028
0.00331

Satuan

Metode Uji/Alat

g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
ppm
ppm

SNI-19-4147-1996
Cox meter ex Sibata
SNI 19-7119.2-2005
SNI-19-4842-1998
SNI 19-4843-1992
SNI 19-7119.3-2005
SNI 19-7119.4-2005
SNI 19-7119.1-2005
SNI 19-4844-1998

Baku Mutu Udara


Ambien MnLH RI
No. 41 Th 1999
365
10.000
150
235
160
230
2
2**)
0.02**)

Sumber: Hasil laboratorium lingkungan hidup PT. Unilab Perdana, Oktober 2007
Keterangan:
*)
= PRRI No. 41 Tahun 1999 baku Mutu Udara Ambient Nasional
**)
= Kep-50/MenLH/11/1996 Baku Mutu Tingkat Kebauan
N
= Kondisi Normal (hasil dikoreksi pada kondisi 250 C 76 cm Hg)
<
= lebih kecil
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa rona lingkungan kualitas udara outdoor di
sekitar tapak TPA Bagendung masih dalam keadaan baik. Pengukuran terhadap
parameter Debu, HC, CO, NO 2, OX, Pb, NH3, H2S konsentrasinya masih di bawah
baku mutu udara ambient sesuai PPRI No. 41 Tahun 1999 dan Keputusan Menteri LH
No. 50/MENLH/XI/1996 tentang baku mutu tingkat kebauan. Kandungan konsentrasi
parameter yang ada tersebut di atas masih rendah, ini disebabkan oleh disperse emisi
kendaraan bermotor yang melintas di sekitar depan tapak TPA Bagendung dan
pengolahan sampah hanya sekitar 2-3 mobil/menit.
Untuk pengolahan sampah itu sendiri, dispersinya cukup kuat dimungkinkan
oleh karena lokasi TPA tersebut cukup luas tanpa pneghalang di kanan kirinya,

Amdal TPA Bagendung Cilegon

29

sementara tiupan angin juga cukup kuat. Kecuali sampel yang di dalam lokasi TPA,
untuk parameter Hidro Carbon dan Debu belum malampaui Nab. Tingginya
parameter di titik tersebut mungkin karena pengambilan sampel memang di tengahtengah pengadukan sampah. Sehingga sangat mungkin karena konsentrasinya debu
yang sangat tinggi. Sedangkan untuk parameter hidrokarbon yang melebihi NAB itu
kemungkinan diakibatkan oleh adanya pembakaran sampah di lokasi TPA.
2.2.7 Kebisingan
Kualitas kebisingan yang diukur di dalam dan di luar TPA adalah disajian
pada Tabel 3.5 sebagai berikut.
Tabel 3.5
Tingkat Kebisingan Di Sekitar Lokasi TPA Bagendung
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Lokasi Pengukuran
PENGUKURAN OUTDOOR
Sebelum lokasi TPA UD (up Wind)
Sesudah lokasi TPA UD (Down Wind)
Di dalam lokasi TPA UD
Kampung Sambi Buhut
Kampung Lebak gebang

Satuan

Hasil Pengukuran

BML

dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)

62.0
51.7
58.5
57.9
57.1

55
55
55
55
55

Sumber : Hasil kebisingan pengujian lab. Lingkungan hidup PT. Unilab


Perdana, Oktober 2007
Keterangan:
Nilai kebisingan adalah Nilai Equivalen selama waktu

pengukuran 10 menit dengan interval 5 detik.


KEP. 48/MENLH/XI/1996 Lampiran I, Tentang Baku Mutu
Tingkat Kebisingan.

Pengukuran kebisingan di sekitar tapak pembangunan TPA Bagendung


diuraikan sbb:
Titik pengukuran tingkat kebisingan yang diambil sebelum, sesudah dan di
dalam lokasi tapak proyek yang menunjukkan kebisingan masing-masing 62.0
dB(A), 51.7 dB(A), 58.5 dB(A), 57.9 dB(A) dan 57.1 dB(A).
Kondisi rona awal kebisingan dari ke lima titik sampel menunjukkan bahwa
hanya di lokasi setelah TPA (downwind) yang masih di bawah NAB.
Selebihnya telah melebihi baku mutu yang disyaratkan. Tingginya intensitas

Amdal TPA Bagendung Cilegon

30

kebisingan

ini

disebabkan

karena

aktivitas

pengoperasian

peralatan

pembangunan ruang parker dozer serta aktifitas alat berat yang mengelola
sampah Bagendung (contoh : mesin Backhoe, dozer, truk yang bongkar
sampah dsb) dan aktivitas kendaraan berat seperti dump truck pengangkut
bahan bangunan dsb. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Hasil Uji
Laboratorium Udara dan Kebisingan pada table 3.5.
2.2.8 Geologi
Berdasarkan jenis batuannya lokasi studi TPA terusun oleh Satuan Tuf Banten
(QTvb) yang merupakan hasil erupsi vulkanik gunung api berumur Kuarter
dimana litologinya terdiri atas tuf, tuf berbatu apung, dan batu pasir tufan
yang berumur Plistosen Atas hingga Plistosen Bawah yang tersebar kea rah
utara dan selatan dengan ketebalan puluhan hingga ratusan meter. Satuan ini
menempati daerah yang sangat luas yaitu dari daerah Kelapa Dua, Cikkokol,
Kandang Besar, Pabuaran, Cipondoh, Warung Mangga, Pakulonan, Kebun
Nanas, Bendungan, Kandang Sapi, Jalempang, Bojong Lumpang, Babakan,
hingga Cilegon. Ke arah barat dijumpai

Endapan Aluvium (Qa) yang

merupakan pedataran limpah banjir di sepanjang bantaran Sungai Cisadane


(Sidarto, dkk., 1992).
KOMPONEN BIOLOGI
3.2.1 Flora/Vegetasi Darat
Flora/vegetasi darat di dalam dan sekitar tapak TPA Bagendung yang diamati
pada bulan Oktober 2007 meliputi jenis-jenis vegetasi bercirikan ekologi
kawasan urban, seperti rumput-rumputan, mangga, pisang, jambu air, kelapa,
papaya, bamboo, paku-pakuan, cemara, bougenville, mawar, asoka, pakis,
beringin, the-tehan.
3.2.2 Biota Perairan
Untuk mengetahui tingkat pencemaran di sungai Bagendung, juga telah
dilakukan pengujian biota perairan di sungai Bagendung yang hasilnya dapat
dilihat pada table berikut:

Amdal TPA Bagendung Cilegon

31

Tabel 3.6
Hasil Uji Mikroorganisme di Sungai Lengkong, Lokasi TPA
Bagendung
Fitoplankton
No.

Individu

11

12

13

CYANOPHYTA
1
2
3
4
5
6

Anabaena sp 1
Anabaena sp 2
Dactlococcopsis sp.
Oscillatoria sp 1
Oscillatoria sp 2
Oscillatoria sp 3

1
2

6
2
1
1

CHRYSOPHYTA
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Amphora sp 1
Amphora sp 2
Bacilaria paradoxa
Cymbella sp
Diatoma sp
Navicula sp
Nitzschia seriata
Pinnularia sp
Surirella sp 1
Surirella sp 2

1
1

5
1
1
1
5
1
1

10
1
1

4
2

CHLOROPHYTA

Amdal TPA Bagendung Cilegon

32

17
18
19
20
21
22
23
24

Closterium sp 1
Closterium sp 2
Closterium sp 3
Closterium sp 4
Closterium lineatum
Cosmarium sp 1
Cosmarium sp 2
Micrasterias sp

1
1
2
1
1

1
2
10

1
4

EUGLENOPHYTA
25
26

Euglena
Trachelomonas sp

1
3

Jumlah individu/L

24

28

32

Jumlah Taxa

10

12

16

Indeks diversitas H= - E PIHAK


KEDUA log 2 PIHAK KEDUA
(Shannon Weaver, 1949)

2.63

2.97

3.68

H max = Log2 S

3.32

3.58

400

Equitas (E) = H/H-max

0.79

0.83

0.92

11

12

13

4
3
1

Zooplankton
No.

Individu
PROTOZOA

1
2
3

CILIOPHORA (SP.1)
CILIOPHORA (SP.2)
CILIOPHORA (SP.3)
RHIZOPODA

4
5
6
7
8

Amoeba sp
Arcella sp.1
Arcella sp.2
Centrophyxis sp
Diffugia sp

17
7

34
1
21

7
8

TROCHELMINTES
9

Tricocherca sp

NEMATHELMINTES
10

NEMATODA (sp 1)

Amdal TPA Bagendung Cilegon

33

Jumlah individu/L

29

66

14

Jumlah Taxa

Indeks diversitas H = - E PIHAK


KEDUA log2 PIHAK KEDUA
(Shannon Weaver, 1949)

1.65

1.80

1.92

H max = Log2 S

2.32

2.81

2.32

Equitailitas (E) = H/H-max

0.71

0.64

0.83

11

12

13

Benthos
No.

Individu

MOLLUSCA
BIVALVIA
1
2
3

Corbicula
BIVALVIA (sp 1)
BIVALVIA (sp 2)

1
2
1

GASTROPODA
4
5
6
7
8
9

Bellamya sp
Melanoides
tuberculate (sp.1)
Melanoides
tuberculate (sp.2)
Bulimidae
Planorbidae
GASTROPODA
(sp.1)

2
15
10

3
4

19
8

1
1

Jumlah individu/L

32

34

Jumlah Taxa

0.9

1.5

Indeks diversitas H = - E 2.01

Amdal TPA Bagendung Cilegon

34

PIHAK KEDUA log2


PIHAK KEDUA (Shannon
Weaver, 1949)

2.81

1.0
0

2.0
0

Equitailitas (E) = H/H- 0.71


max

0.9
9

0.7
8

H max = Log2 S

Sumber : Hasil pengujian lab. Lingkungan hidup PT. Unilab Perdana, Oktober
2007
3.2.3 Fauna Darat
Pada saat pengamatan bulan Oktober 2007, pada lokasi tapak proyek tidak
ditemui hewan dan serangga penular penyakit, akan tetapi berdasarkan
informasi penduduk, jenis hewan dan serangga yang sering ada adalah
beberapa jenis burung seperti pipit dan gereja, cacing, kupu-kupu, lalat, lebah,
nyamuk, ikan, kucing, anjing, ayam, belalang, jangkrik, katak dan kelabang
A. Serangga Penular Penyakit
Hasil pengamatan menunjukkan populasi serangga penular penyakit yang
ditemukan di dalam dan sekitar tapak TPA Bagendung didomonasi nyamuk
dan lalat. Selengkapnya secara kualitatif disajikan pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7
Jenis Serangga Penular Penyakit Yang ditemui di Tapak dan sekitar TPA
Bagendung
No.

Jenis Serangga Penular

Gambaran Populasi

1.
2.

Nyamuk
Lalat

****
(Indeks kepadatan rata-rata : 6-8/30 menit)

Jenis Yang Ditemui

3.

Kecoa

***

Aedes dan Culex.


Lalat
Rumah
(Musca
domestica)
Lalat Buah (Drosophylla
melanogaster)
Kecoa (Blatella germanica)

Sumber : Hasil Pengamatan dan Wawancara Oleh Tim Penyusun AMDAL,


2007.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

35

Keterangan :
*****
****
***
**
*

= Sangat banyak
= Banyak
= Cukup banyak
= Sedikit
= Sangat sedikit

B. Hewan Pembawa Penyakit


Hewan pembawa penyakit teramati yang paling sering ditemui di dalam dan
sekitar tapak TPA Bagendung adalah kucing. Selengkapnya disajikan pada
Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8
Hewan Penular Penyakit Yang Ditemui di Tapak dan sekitar TPA Bagendung
No.

Nama Daerah (Lokal)

Nama Ilmiah (Latin)

1.
2.
3.

Kucing
Ayam
Anjing rumah

Felis domesticus
Gallus domesticus
Caris domesticus

3.3 KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA


3.3.1 Keadaan Geografi
Kota Cilegon terletak di bagian barat Propinsi Banten pada koordinat 105
54 05 106 05 11 Bujur Timur dan 5 52 24 6 04 07 Lintang
Selatang, dengan batas-batas sebagai berikut:
Batas wilayah Kota Cilegon:
Sebelah Utara
: Kabupaten Serang (Kec. Pulo ampel)
Sebelah Timur
: Kabupaten Serang (Kec. Bojonegara dan Kec.
Kramat Watu)
Sebelah Selatang

: Kabupaten Serang (Kec. Waringin Kurung, Kec.

Mancak, dan Kec. Anyar)


3.3.2 Pemerintahan
Wilayah Kota Cilegon secara administrative terdiri dari 8 (delapan
Kecamatan dan 43 (empat puluh tiga) Kelurahan/Desa. Dengan Luas wilayah
Kota Cilegon sebesar 1.110,38 km2. TPA Bagendung terletak di Desa
Bagendung, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon, Propinsi Banten.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

36

3.3.3 Sosial Ekonomi


Dari data Profil Kesehatan Kota Cilegon, Kecamatan Cilegon terdiri
dari 16 desa, luas Kecamatan CIlegon 57,48 km2 dengan kepadatan penduduk
2.354 orang/km2. Jumlah penduduk 135.298 orang dan jumlah KK 36.401,
dari jumlah tersebut 44,32% mempunyai akses terhadap air bersih dan
pembuangan air kotor, 62,60% memiliki jamban/septic tank dan 22%
memiliki tempat/bak sampah di rumah tangga.
Sedangkan jumlah penduduk di Kelurahan Begendung sendiri adalah
3.532 jiwa terdiri dari 790 KK, dengan jumlah penduduk laki-laki adalah
1.806 jiwa dan penduduk wanita 1.726 jiwa. Mata pencarian mayoritas
penduduk adalah petani dan buruh tani (86%), kemudian sisanya adalah buruh
swasta, pengrajin, pedagang dan PNS.
Tabel 3.9
Komposisi Penduduk di Kelurahan Bagendung
Berdasarkan Pendidikan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pendidikan
Belum sekolah (<7 tahun)
Sedang sekolah tingkat SD/sederajat
Pernah sekolah tidak tamat SLTP/sederajat
Sedang sekolah SMP/sederajat
Sedang sekolah SMA/sederajat
Sedang sekolah D1/sederajat
Sedang sekolah D2/sederajat
Sedang sekolah S1/sederajat
Tidak pernah sekolah (7 45 tahun)

Jumlah
381
1435
73
537
372
1
8
8
788

Sumber::

3.3.4 Sosial Budaya


Persepsi Masyarakat
Dari hasil wawancara dengan 60 warga yang hadir pada saat
sosialisasi yang diadakan di Kelurahan Bagendung serta isian questioner yang
dibagikan kepada 40 responden penduduk yang tinggal di sekitar lokasi
kegiatan diperoleh gambaran tentang Persepsi masyarakat terhadap kegiatan

Amdal TPA Bagendung Cilegon

37

TPA. Adapun karakteristik warga/responden secara rinci disajikan dalam


uraian di lampiran.
1) Pengetahuan responden terhadap jenis kegiatan TPA Bagendung
Pada umumnya (100%) pengetahuan responden akan jenis kegiatan
pelayanan TPA Bagendung sudah cukup memahami bahwa kegiatan TPA
adalah untuk melayani pembuangan sampah dari seluruh kota CIlegon.
2) Persepsi terhadap gangguan penanganan sampah dari TPA Bagendung
Persepsi terhadap gangguan sampah dari TPA Bagendung adalan
100% responden tidak merasa terganggu oleh rencana kegiatan
penanganan sampah oleh TPA Bagendung. Hal ini wajar karena lokasi
penduduk dan tempat penanganan sampah berjauhan dan penanganan
sampah ini dilakukan dengan tingkat kebersihan yang baik serta adanya
prosedur penampungan sampah dengan kantong plastik sehingga
gangguan baud an vector penyakit (khususnya lalat) dapat dikurangi.
3) Persepsi terhadap gangguan pembuangan air limbah dari TPA Bagendung
Persepsi terhadap gangguan pembuangan air limbah adalah 2,5%
responden mengatakan mereka merasa terganggu dengan penanganan air
limbah TPA Bagendung, sedang 97,5% responden merasa tidak terganggu.
Alas an responden mengatakan terganggu terutama yang tinggal di
seberang TPA dan depan TPA, karena buangan air limbah di saluran
alirannya diperkirakan akan dialirkan menuju ke sungai yang mengalir kea
rah Desa Bagendung (mendekati lokasi penduduk), alasan responden
mengatakan terganggu karena pembuangan air limbah akan menyebabkan
gangguan penyakit dari air limbah yang dibuang. Kekhawatiran ini
menunjukkan pengetahuan masyarakat akan lingkungan hidup dan
kesehatan sudah cukup baik, namun pengetahuan mereka tentang
penanganan air limbah di TPA Bagendung yang akan dilakukan
pengolahan dalam IPAL masih rendah. Hal ini diperkirakan karena factor
minimnya informasi kepada masyarakat sekitar TPA tentang karakteristik
air limbah TPA.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

38

4) Persepsi terhadap manfaat dan keberadaan TPA Bagendung


Menanggapi atas manfaat keberadaan TPA Bagendung, pada
umumnya (100%) responden mengatakan tidak keberatan dengan
keberadaan TPA Bagendung (0%) responden mengatakan keberatan. Alas
an responden setuju dengan keberadaan TPA Bagendung akan
memberikan manfaat berupa :
- Kemudahan membuang sampah,
- Lingkungan semakin ramai,
- Peningkatan penghasilan dari usaha kontrakkan bagi karyawan Dinas
Kebersihan,
- Manfaat peluang bekerja bagi penduduk local di TPA,
- Manfaat peluang usaha informal di sekitar TPA.
5) Harapan responden terhadap TPA Bagendung
Dengan akan beroperasinya TPA Bagendung, responden memberikan
harapan kepada TPA sebagai berikut :
- TPA agar tetap menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungannya
termasuk penanganan limbah cair (Leacheate) dan gas yang
-

ditimbulkan.
Untuk pembuangan air limbah sebaiknya salurannya menjauhi
permukiman

penduduk,

sehingga

meminimalkan

penduduk akan gangguan penyakit/kesehatan.


Mengingat keberadaan masyarakat dengan
diharapkan

DInas

Kebersihan

TPA

kekhawatiran

ekonomi

Bagendung

rendah,

memberikan

pengobatan minimal tiga bulan sekali.


Masyarakat menghendaki agar pemuda produktif (local) yang masih

menganggur di sekitar TPA dapat diberdayakan di TPA.


Mengharapkan agar TPA tetap memberikan bantuan

sosial

kemayarakatan (ke majelis talim, masjid/musholah dan pengajian).


3.4. KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT
Dari hasil pengamatan di lapangan Kecamatan Cilegon menunjukkan
bahwa jenis penyakit terbanyak di wilayah studi adalah : ISPA, gangguan gigi
dan jaringan, Nasofarigitis Akut, Gastritis, Mialgia, Demam yang sebabnya
tidak diketahui, Diare dan Penyakit Saluran Nafas lainnya.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

39

Atas dasar tipologi kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak


dan tipologi lingkungan yang diperkirakan telah dan akan terkena dampak,
maka dilakukan suatu langkah untuk mendapatkan proritas dampak penting
hipotetik. Adapun langkah-langkah yang diperlukan untuk mendapatkan
dampak penting hipotek tersebut adalah melalui proses pelingkupan.
3.4.1 Kondisi Sanitasi Lingkungan
A. Penggunaan Air
Sumber air untuk kebutuhan mandi, mencusi dan minum berasal dari air
tanah. Sarananya berupa sumur gali atau sumur bor/pantek yang dilengkapi
dengan mesin pompa air dengan kedalaman antara 20 meter s/d 30 meter.
Kualitas air sumur penduduk berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dari
ketiga sampel menunjukkan bahwa secara fisik dan kimia kualitas air sumur
masih memenuhi syarat kesehatan kecuali untuk parameter biologi (total
colliform) sudah melebihi NAB.
B. Kebiasaan Buang Air Besar, Buang Air Limbah, dan Buang Sampah
Pada umumnya penduduk buang air besar di jamban keluarga (WC),
kemudian ditampung di septic tank. Air kotor (limbah cair) dari rumah tangga
dibuang ke pekarangan atau saluran air yang ada disekitarnya. Penduduk
membuang sampah ke bak sampah, kemudian diangkut oleh petugas
kebersihan ke tempat pembuangan akhir sampah. Sebagian lagi memusnahkan
sampah dengan cara dibakar atau membuat lubang di halaman rumah.
C. Kondisi Rumah
Atap rumah yang dominan dipergunakan adalah genteng, dinding rumah
terbuat dari tembok dan lantai terbuat dari bahan yang kedap air (keramik,
plester, dan tegel). Ventilasi rumah pada umumnya tergolong baik dan
penerangan rumah yang digunakan pada umumnya adalah penerangan listrik.

3.4.2 Pola Penyakit

Amdal TPA Bagendung Cilegon

40

Data pola penyakit diperoleh dari laporan penyakit dari Puskesmas


Cilegon, Kecamatan CIlegon menunjukkan bahwa : data jenis 10 penyakit
terbanyak di puskesmas wilayah studi adalah sebagaimana tercantum dalam
Tabel 3.10.
Tabel 3.10
Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Puskesmas Cilegon
No.

Jenis Penyakit

Jumlah Kunjungan (org)

ISPA

15428

Dermatis

5139

Gigi dan Jaringan Penunjang

5093

Nasofaringitis Akut

5014

Gejala dan tanda umum lainnya

4745

Gastritis

3536

Mialgia

2039

Demam yang sebabnya tidak 1881


diketahui

Diare

1758

10

Penyakit saluran nafas lainnya

773

Jumlah

45406

Sumber : profil kesehatan puskesmas cilegon tahun 2006

Dari Puskesmas tersebut diperoleh informasi bahwa pada 2005 terdapat kasus
penderita penyakit demam berdarah (DBD) sebanyak 12 (dua belas) orang.
3.4.3 Pelayanan Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah studi terdiri dari :
Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu)m Balai Pengobatan, dokter praktek
dan lain-lain. Jumlah sarana kesehatan secara keseluruhan dapat dilihat pada
Tabel 3.11

Amdal TPA Bagendung Cilegon

41

Tabel 3.11
Jumlah Sarana Kesehatan Di Wilayah Studi
No

Jenis Sarana

Jumlah (Orang)

Puskesmas

Puskesmas Pembantu

Balai Pengobatan Swasta

Dokter Praktek Umum

Dokter praktek Gigi

Dokter Praktek Spesialis

Rumah Bersalin

R.S. Swasta

Sumber : profil kesehatan puskesmas cilegon tahun 2006

Tenaga medis dan paramedic Puskesmas yang bekerja di wilayah studi adalah
sebagaimana tertuang dalam Tabel 3.12
Tabel 3.12
Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis Puskesmas Di Kecamatan Cilegon
No.

Jenis Tenaga Medis dan Paramedis

Jumlah (Orang)

Dokter Umum

Dokter Gigi

Bidan

Perawat

Pekarya Kesehatan/Dukun Terlatih

Jumlah

22

Sumber : profil kesehatan puskesmas cilegon tahun 2006

Amdal TPA Bagendung Cilegon

42

Sedangkan di Kelurahan Bagendung sendiri, berdasarkan buku Profil Desa di


Lingkungan Pemerintah Kota Cilegon, tenaga medis yang ada adalah 2 orang
bidan dan 1 orang dukun terlatih.
BAB IV
RUANG LINGKUP STUDI

4.1

Dampak Penting Yang Ditelaah

A.

Komponen Lingkungan Hidup Yang Terkena Dampak

Amdal TPA Bagendung Cilegon

43

BAB V
METODE STUDI
5.1 Metode Pendekatan Studi
untuk memdapatkan hasil study ANDAL yang dapat digunakan secara optimal
dalam rencanakan suatu kebijakan pengelolaan yang implementif dan efektif, maka
diperlukan suatu perencanaan yang terarah dalam melakukan studi ini yang
diinformasihkan dengan suatu pendekatan studi yang sesuai.
berdasarkan konsepsi tersebut diatas, maka studi ANDAL ini akan diawali dengan
suatu telaan terhadap peraturan perundang undangan yang berlaku ( terutama yang
berkaitan dengan lingkungan hidup ), kajian yang mendalam terhadap kondisi
lingkungan ( sebagai rona lingkungan hudup awal )dilokasi TPA sekatarnay serta
kajian terhadap rencana kegitana TPA sampah yang ditinjau dari dimensi waktu
pelaksanaan kegiatan mulai tahap prakontruksi, kontruksi,operasi dan pasca operasi
dengan fokus kajian pada kegiatan kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan. dari aspek aspek kajian tersebut maka akan dapat
ditentukan oleh ruang lingkup studi yang mengacu pada batas proyek, batas ekologi,
batas sosial, dna batas administrasi. penetuan lingkup studi tersebut maksudkan untuk
membatasi bahasan studi hanya pada aspek yang dinilai signifikan dan kegiatan TPA
sampah.pada tahapan ini berbagai data dan informasi primer atau sekunder yang
dikumpulkan.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

44

Dengan menggunakan berbagai data rona lingkungan hidup awal dan deskripsi
rencana kegiatan, maka dalam studi ANDAL ini dibuat matrik idntifikasih dan
perkiraan dampak yang akan terjadi pada setiap tahap kegiatan. berdasarkan hasil
identifikasih dan prekiraan dampak yang mungkin timbul, maka dapat ditentukan
besaran dan tingkat kepentingan dampak terhadap komponen lingkungan fisik
kimia, tata ruang, biologi, Sosial ekonomi dan sosial budaya. Penetuan damapk
penting tersebut akan dievaluasi berdasarkan hubungan sebab akibat yang dikaji
secara holistik mengunakan cara empiris ( Study banding dengan baku mutu
lingkungan yang berlaku), perhitungan matematis maupun penilaian berdasarkan
keahlian atau profesi berdasarkan hasil evaluasi dampak yang disusun atau
menginformaikan dampak dampak lingkungan signifikan yang perlu dikelolah dan
pantau. penjabaran rinci dari rekomendasi penelolaan dan pemantauan dampak
lingkungan akan ditungkan dalam dokumen rencana pengelolaan lingkungan (RKL)
dan rencana pemantau lingkungan (RPL) yang merupakan bagian tidak terpisah
dengan dokument ANDAL..
5.2 Metode Pengumpulan dan Analisis Data
sebagai dasar penyususnan Analisis Dampak Lingkungan, data yang diambil
antara lain:

Studi Pustaka

Studi perbandingan dengan proyek sejenis

Studi literatur

Amdal TPA Bagendung Cilegon

45

5.3 Komponen Geofisik Kimia


5.3.1 Kualitas Udarah
5.3.2 Kebisingan
5.3.3 Geologi
A. Analisis tanah atau batuan
Analisis tanah/batuan berdasarkan atasa data yang didapat:
1. Urugan berlapisan tanah bawah permukaan dan kedalam
Urutan berlapisan tanah/batuan diperoleh melalui penoboran teknik
sebanyak 3 ( tiga ) titik dengan kedalaman masing masing 35 meter.
pemboboran dilakukan dengan mengunakan sirkulasi air dan pemboboran

Amdal TPA Bagendung Cilegon

46

kering ( dry drillyng ) yang diselaraskan dengan kondisi tanah /batuan


yang dijumpai serta tabung penganti yang digunakan. Urutan urutan
jenis tanag/batuan diketahui dari hasil deskripsi hasil pemboran yang
diperoleh dari tabung penganti.
2. Sifat Fisik Dan Keteknikan Setiap Lapisan Tanah Bawah Permukaan
Karakteristik fisik dan keteknikan tanah/batuan dideskripsikan setiap
lapisan. Biasanya desripsi ini dilakukan dilapangan untuk mengetahaui
indeks prioritas dan sifat mekanik.
3. Permibilitas Tanah Bawah Permukaan
tujuan utama pengujiana permiabilitas adalah untuk mengetahui
kemampuan lapisan tanah/batuan dalam meluluhkan air secara langsung.
koefisien rembesan rata rata yang searah dengan arah aliran daru suatu
lapisan

tanah

dapat

ditentukan

dengan

cara

mengadakan

uji

permeabilitas.pengujian ini biasanya dilakukan melalui lobang pemboran


atau melalui sumur sumur pantu.
Hasil dari pengujian tersebut sanagt sensitif terhadap kondisi lubang bor
( lubang harus bersih) dan metode pemboran. seperti hanya dalam
menggunakan.
Koefisiensi rembesan dapat ditentukan dari data tersebut dengan
menggunakan rumus empiris menurut NAVFAC.

Dimana:
K = Koefisien rembesan ( cm/menit)

Amdal TPA Bagendung Cilegon

47

R = Diameter lubang (cm)


L = Tebal lapisan yang diuji (cm)
H1 = Jarak Penurunan muka iar ke 2 (cm )
H2 = Jarak Penurunan muka iar ke 1 (cm )
t

= waktu penurunana muka iar ( menit )

4. Daya Dukun Tanah


dalam pembahasan daya dukung tanah ini akan diuraikan tinjauan
daya dukung tanah untuk tembok penahan yang didasarkan atas hasil
pengujian. daya dukung batas suatu tanah dibawah beban pondasi terutama
tergantung pada kekuatan geser tanah. sebagai besar teori daya dukung yang
sekarang digunakan didasarkan pada teori plastisikan.dari hasil pengujian
dapat diketahui daya dukun tiang pada ujung dengan persamaan sebagai
berikut :

Dimana:
qa = daya dukung yang diujikan
N = nilai pikulan

5. Kestabilan Lereng
Untuk keperluan pemotongan lereng di darah ini telah dilakukan
dengan mempergunakan metode NAFVAC. dengan mengasumsikan bahwa

Amdal TPA Bagendung Cilegon

48

kedudukan muka air tanah berada dibawah bidang gelincir dan tidak
terdapat retakan ataupun rembesan air.
Faktor keamanan untuk lonsoran rotasi dihitung dengan persamaan,

Dimana:
c = kohesi tanah

5.3.4 Kualitas Air


5.3.4.1 Air Tanah

5.3.4.2 Air Permukaan


Parameter kualitas air yang diukur meliputi fisik, kimia, dan biologi air
berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air untuk golongan II air yang
peruntukannya

dapat

digunakan

untuk

sarana/prasarana

rekreasi

air,

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan
atau peruntukan lain yang mampersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

49

Sample air diambil dengan menggunakan botol sampler. Penentuan titik


sample air didasarkan pada lokasi sumber air permukaan yang akan digunakan
untuk kegiatan pengembangan dan operasional TPA sampah dan kebutuhan
masyarakat setempat.
Lokasi pengambilan sample air untuk air permukaan yaitu Sungai Bagendung
sebanyak 3 lokasi titik sampling yaitu, di bagian hulu, tepat di titik rencana
keluarnya efluen dari IPAL TPA, dan di bagian hilir.

Tabel. 5.1 Metode Analisis Kualitas Air Sungai


No
A.

Parameter

Metode Analisa

FISIKA

1.

Suhu

2.
3.
B.

Satuan

SNI 06-6989.23-2005

Zat Padat Terlarut (TDS)

mg/L

SNI 06-6989.25-2005

Jumlah Padat Tersuspensi (TSS)

mg/L

SNI 06-6989.3-2004

KIMIA

1.

pH (in situ)

mg/L

SNI 06-6989.11-2004

2.

Air Raksa (Hg)

mg/L

SNI 19-6964.2-2003

3.

Arsen (As)

mg/L

SNI 06-2463.1991

4.

Boron (B)

mg/L

SNI 06-2481.1991

5.

Oksigen Terlarut (DO) in situ

mg/L

SNI 06-6989.14-2004

6.

Flourida (F)

mg/L

Std Method (Ed 21) 4500-D

Amdal TPA Bagendung Cilegon

50

7.

Fenol

mg/L

HACH

8.

Fosfat Total (PO4)

mg/L

SNI 06-2483-1991

9.

Kadmium (Cd)

mg/L

SNI 06-6989.16-2004

10.

Khromium VI (Cr6+)

mg/L

SNI 06-1132-1989

11.

Kobalt (Co)

mg/L

SNI 06-2471-1991

12.

Chlorin bebas (Cl2)

mg/L

HACH

13.

Minyak Lemak

mg/L

HACH

14.

Nitrat (NO3-N)

mg/L

SNI 06-2480-1991

15.

Nitrit (NO2-N)

mg/L

SNI 06-6989.9-2004

16.

Selenium (Se)

mg/L

Std Method (Ed 21) 3500-Se

17.

Seng (Zn)

mg/L

SNI 06-6989.7-2004

18.

Sianida (CN)

mg/L

Std Method (Ed 21) 4500-CN E

19.

Sulfida (H2S)

mg/L

JIS Th 2002 K0102 Bag 39 D

20.

Surfaktan anion (MBAS)

mg/L

SNI 06-6989.51-2005

21.

Tembaga (Cu)

mg/L

18-5A/IK-Cu

22.

Timbal (Pb)

mg/L

SNI 06-2503-1991

23.

BOD5

mg/L

SNI 06-6989.15-2004

24.

COD

mg/L

C.

MIKROBIOLOGI

1.

Fecal coliform

Jml/100 ml

SNI 06-4158-1996

2.

Total coliform

Jml/100 ml

SNI 06-3957-1996

Lokasi pengukuran dan pengambilan sample air sungai tersebut ditentukan


berdasarkan pertimbangan aspek-aspek sebagai berikut :
a. Hubungan antara rencana kegiatan TPA sampah dengan kegiatan lain
di sekitarnya.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

51

b. Sebagai badan air yang berpotensi terpengaruh oleh leacheat dari TPA
sampah.
Untuk mengevaluasi kualitas air sungai pada setiap titik sampling akan
dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan Pemerintah RI No.82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air.

Metode Perhitungan

Perhitungan Debit
Pengukura debit sungai sesaat dilakukan di areal proyek dan sekitarnya.
Lokasi pengukuran debit air adalah sama dengan lokasi pengambilan
sample kualitas air sungai dan lokasi lainnya.
Pengukuran debit dilakukan untuk memberikan gambaran umum kuantitas
sungai di daerah studi. Pendekatan persamaan empiric digunakan untuk
memperkirakan debit sesaat sungai (Sosrodarsono dan Takeda, 1993) yaitu
:
Q = Ax V
Dimana :
Q

= Debit aliran (m3/det)

= Luas penampang sungai (m2)

= Kecepatan aliran yang melalui penampang tersebut (m/det)

Luas penampang sungai ditentukan dengan cara mengukur lebar muka air
dan kedalaman sungai di beberapa titik pengukuran ke arah lebar sungai.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

52

Kecepatan aliran sungai yang diukur adalah kecepatan aliran permukaan


air sungai dengan data sekunder.
5.3 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
5.4 Komponen Kesehatan Masyarakat
METODE PENGUKURAN
Yang dikaji pada aspek kesehatan masyarakat adalah :
1. Pola Penyakit
Sepuluh besar jenis penyakit di wilayah kajian

2. Sanitasi/Kesehatan Lingkungan
Cakupan air bersih
Cakupan jamban keluarga (JK)
Cakupan sarana pembuangan air limbah domestik
Sistem pembuangan sampah domestik
3. Vektor Penyakit
Survey kepadatan lalat dengan menggunakan alat fly grill dan dengan
interpretasi dari hasil pengukuran kepadatan lalat sebagai berikut :
0 2 ekor

: jarang

3 5 ekor

: relatif agak padat

6 20 ekor

: relatif padat

21 ekor lebih

: padat

Amdal TPA Bagendung Cilegon

53

Survey kepadatan jentik nyamuk

Container Index (Ci) =

House Index (Hi) =

Bruto Index =

Amdal TPA Bagendung Cilegon

54

BAB IV
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Kegiatan Tempat Pembuangan akhir ( TPA ) sampah

PT Kaibon

Resirekayasa. diperkirakan akan menimbulkan berbagai dampak terhadap berbagai


komponen lingkungan. Identifikasih dari jenis dampak terhadap berbagai komponen
lingkungan telah diuraikan dalam proses penapisan pada bab I, maka dalam bab ini
akan ditelaah berbagai dampak dari setiap tahapan kegiatan terhadap komponen
lingkungan.
Metode perkiraan dampak yang digunakan adalah sesuai dengan kerangka berfikir
( bagan alir ) yang diilurstrasiakan pada gambar 6.1 dan metric dampak metode
analisis tiap dampak bervariasi dan ditetapkan berdasarkan kesesuaian tiap dampak
yang telah di telaan.

6.1 TAHAP PRAKOSTRUKSI


6.1.1 Komponen Geofisik Kimia

Kualitas Air Permukaan

Amdal TPA Bagendung Cilegon

55

Kegiatan pra konstruksi meliputi kegiatan perencaan dan sosialisasi proyek.


Kegiatan perencanaan yang sedang dan akan dilaksanakan adalah
perencanaan detail engineering IPAL. kegiatan sosialisasi proyek dilakukan
kepada masyarakat dan pejabat pemerintah yang terkait melalui pertemuan
informal dan media massa. Kedua kegiatan tersebut tidak menimbulkan
dampak penting terhadap air permukaan.
6.1.2 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya.
1.

Kesempatan kerja, Kesempatan Berusaha dan pendapatan


Pada tahap prakonstruksi kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap
kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan adalah kegiatan
pembukaan lahan baru untuk penimbunan sampah. Kegiatan perencanaan dan
pembukaan

lahan

baru

sebagai

pengembangan

lokasi

diperkirakan

memerlukan tenaga lokal sebanyak 22 orang tenaga kerja.


Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembukaan lahan baru terhadap
kesempatan

kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan penduduk

merupakan Dampak Positif karena memberikan mamfaat bagi penyerapan


angkatan kerja lokal, peningkatan pendapatan penduduk dan kesempatan
berusaha penduduk lokal.
Dampak yang ditimbulkan tergolong kecil karena hanya mampu menyerap
angkatan kerja lokal dalam jumlah yang sedikit yaitu hanya sebanyak 22
orang, mendorong peningkatan penjualan bagi sebagian kecil kegiatan usaha
lokal (warung desa), dan meningkatkan pendapatan bagi 22 orang pekerja
local. Dampak yang ditimbulkan dapat dikategorikan sebagai dampak kecil
tidak penting karena dampak yang ditimbulkasn hanya menjangkau sebagian
kecil penduduk local, dan dampak yang ditimbulkan tidak menimbulkan

Amdal TPA Bagendung Cilegon

56

perubahan yang mendasar terhadap kesempatan kerja, kesempatan berusaha


dan tingkat pendapatan penduduk.
1.

Persepsi dan sikap masyarakat


Dari hasil wawancara dengan 60 warga yang hasir pada saat sosialisasi
yang

diadakan dikelurahan serta isian quesioner yang dibagikan kepada

40 responden penduduk yang tinggal disekitar lokasi kegiatan diperoleh


gambaran tentang persepsi masyarakat terhadap TPA.

Pengetahuan responden terhadap jenis kegiatan TPA


Pada umumnya (100%) pengetahuan responden akan jenis
kegiatan pelayanan TPA sudah cukup memahami bahwa
kegiatan TPA adalah untuk melayani pembuangan sampah dari
seluruh kota cilegon.

Persepsi terhadap gangguan penanganan sampah dari TPA


100% responden tidak merasa terganggu oleh rencana kegitan
penanganan sampah oleh TPA. Hal ini wajar karena lokasi
penduduk dan tempat penanganan sampah berjauhan dan
penaganan sampah ini dilakukan dengan tingkat kebersihan
yang baik serta adanya prosedur penampungan sampah dengan
kantong plastik sehingga gangguan bau dan vektor penyakit
(khususnya lalat) dapat dikurangi.

Persepsi terhadap gangguan pembuangan air limbah dari TPA


2,5% responden mengatakan mereka merasa terganggu dengan
air limbah TPA, sedangkan 97,5% responden merasa tidak
terganggu. Alasan responden mengatakan terganggu terutama
yang tinggal diseberang TPA dan didepan TPA, karena
buangan air limbah disaluran alirannya diperkirakan akan

Amdal TPA Bagendung Cilegon

57

dialirkan menuju kesungai yang mengalir ke arah desa,


mendekati lokasi penduduk, alasan responden mengatakan
terganggu penyakit pembuangan air limbah akan menyebabkan
gangguan

penyakit

dari

air

limbah

yang

dibuang.

Kekhawatiran ini menunjukan pengetahuan masyarakat akan


lingkungan

hidup

dan

kesehatan

cukup

baik,

namun

pengetahuan mereka tentang penanganan air limbah TPA yang


akan dilakukan pengolahan dalam IPAL masih rendah. Hal ini
diperkirakan karena faktor minimnya informasi kepada
masyarakat sekitar TPA tentang karakteristikair limbah TPA.

Persepsi terhadap manfaat dan keberadaan TPA bagendung


Menanggapi atas masalah keberadaan TPA Bagendung,pada
umummnya (100%) responden mengatakan tidak keberatan
dengan keberadaan TPA bagendung.Alasan responden setuju
dengan keberadaan TPA bagendung akan memberikan mamfaat
berupa;
1. Kemudahan membuang sampah
2. Lingkungan semakin ramai
3. Peningkatan penghasilan dari usaha kontrakan bagi
karyawan
Dinas Kebersihan
4. Manfaat peluang bekerja bagi penduduk lokal di TPA
5. Manfaat peluang usaha informal disekitar TPA

Harapan responden terhadap TPA Bagendung


Dengan akan beropersinya TPA Bagendung, respoden
memberikan harapan kepada TPA sebagai berikut:

Amdal TPA Bagendung Cilegon

58

1. TPA agar tetap menjaga ketertiban dan kebersihan


lingkungannytermasuk penanganan limbah cair dan gas
yang ditimbulkan
2. Untuk pembuangan air limbah sebaiknya salurannya
menjauhi permukiman penduduk, sehingga meminimalkan
kekhatiran penduduk akan gangguan penyakit/kesehatan.
3.

Mengingat keberadaan masyarakat dengan ekonomi


rendah,diharapkan Dinas Kebersihan TPA Bagendung
memberikan pengobatan minimal tiga bulan sekali.

4. Masyarakat menghendaki agar pemuda produktif (lokal)


yang masih menganggur disekitar TPA dapat diberdayakan
di TPA.
6.2 TAHAP KONSTRUKSI
6.1.1 Komponen Geofisik Kimia
A. Kualitas Udara
B. Kebisingan
C. Geologi
1. Kegiatan Pembukaan Lahan Baru
Pembukaan lahan baru ini meliputi pemadatan pengalian serta
penimbunan tanah bertujuan untuk medapatkan lahan yang sesuai
dengan peruntukan dengan kemiringan yang memadai dan aman.
pembentukan dengan sel sel dengan cara pengalian pada daerah yang
dilakukan untuk menjadikan jalan, kegiatan ini akan menimbulkan
perubahan kestabialan lereng hingga diperkirakan menimbulkan
dampak.
kondisi kestabilan lahan dan kemiringan lereng akan menurun sejalan
dengan sarananpenunjang, beban timbulan tersebut dapat menurunkan
kestabilan lereng serta perncanaan yang matang sesuai dengan
karakteistik stabilitas lereng setempat.
ditinjau dari kegiatan pemadatan dan pengalian tanah pada TPA

Amdal TPA Bagendung Cilegon

59

begendung

sesuai

dengan

kepadatan

yang

diisyaratkan

maka

diperkirakan akan terdapat dampak penting. Hal ini dikerenakan


kegiatan tersebut akan mengkatkan tingkat daya dukung tanah serta
memperkuat tanah horisontal.

Gamabr 6.1 Tekanan tanah aktif dengan galian tanah

Amdal TPA Bagendung Cilegon

60

Gamabr 6.2 Tekanan tanah pasif dengan galian tanah

Gamabr 6.2 Tekanan tanah pasif dengan galian tanah


Berdasarkan beberapa gambar contoh tanah yang diambil dari
beberapa kedalaman, mak dari persamaan tersebut aiatas diperoleh
hasil perhitungan tekanan tanah aktif dan tekanan tanah pasif sebagai
berikut:
berdasarakan hasil kajian diatas maka pada skala kegiatan penimbunan
dan penutupan sel akan memberikan dampak penting terhadap
penurunan dan kekuatan tekanan tanah
2. Penghijauan
Di tinjau dari kegiatan penghijauan komponen kegiatan tata guna lahan/
tanah pada TPA Bagendung pada dasarnay akan memberikan potensi

Amdal TPA Bagendung Cilegon

61

terhadap dampak penurunan dan tekanan tanah. Bila pemadatan dan


penutupan apada akhirnya operasi kemudian di tindak lanjuti dengan
proses penataan dengan melakukan penanaman pohon atau pun jenis
tumbuhan lainya dilakukan dengan mengidahkan kriteria lahan penataan
diperkirakan akan terjadi di perubahan terhadap struktur kepadatan
tanah baik pada tanah penimbun sampah akan mengalami penambahan
beban. didalam residu air sampah terdapat zat zat atau bahan bahan
yang berbahaya yang bersifat deduktif terhadap berbagai lapisan oleh
karenanya pada proses penataan ini sebelum dilakukan perlu
diperkirakan

perhatian

konsolidasi

lahan

sehubungan

dengan

pertimbangan terhadap rencana penggunaan lahan pada saat yang akan


datang. jika padatan pada tahap konstruksi tidak dilakukan dengan baik
diperkirakan akan terjadinya penurunan muka tanah timbulan sehingga
dapat dikatagorikan sebagai dampak negatif penting

D. Kualitas Air Tanah


Secara keseluruhan luas lahan yang dibutuhkan untuk pengelolaan sampah di
TPA Bagendung ini seluas 10 Ha, 2 Ha diantaranya telah penuh sampah dan
sisanya seluas 7,5 Ha itulah untuk pengembangannya. Kegiatan pematangan
lahan dilakukan untuk menyiapkan lahan lokasi penambangan TPA. Dalam
kegiatan ini dilakukan pemadatan tanah, perataan permukaan tanah dengan
menimbun atau menggali tanah pada areal yang memang perlu dilakukan,
seperti lahan yang akan dijadikan jalan, lokasi timbunan sampah dan lokasi
IPAL, dan sarana penunjangnya. Pada proses tersebut diperkirakan akan terjadi
tekanan air tanah dari lahan yang ditimbun/dipadatkan sehingga muka air tanah
akan naik. Dengan demikian kegiatan pematangan lahan dapat digolongkan
sebagai dampak sedang dan dampak penting

Amdal TPA Bagendung Cilegon

62

Kualitas Air Tanah


Kualitas air tanah diperkirakan akan mengalami penurunan akibat aktivitas
dari mandi cuci kakus (MCK) yang dilakukan oleh para pegawai bila tidak
disediakan sarana yang memadai. Pada tahapan konstruksi ini diasumsikan akan
menggunakan air tanah dangkal sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan air
minum untuk para pekerja selama proses konstruksi. Kegiatan konstuksi yang
diperkirakan akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas dari air tanah yaitu
pembangunan saluran drainase dan pembangunan fisik Instalasi Pengolahan Air
Limbah.
Sedangkan untuk kualitas air tanah sendiri, berdasarkan hasil pemerikasaan
laboratorium ternyata secara fisik kimia sudah memenuhi syarat Menkes
No.416/Menkes/SK/1990, kecuali nilai konsentrasi Fecal Coliformnya masih
sangat tinggi, hal tersebut diakibatkan oleh kebiasaan masyarakat sekitar yang
suka membuang hajat ke sungai, akhirnya sumur-sumur di sekitar sungai ikut
tercemar.
Dari data dapat diketahui bahwa air tanah yang akan dijadikan sebagai
sumber air adalah air tanah yang juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya
(pengolahan terlebih dahulu). Sehingga hasil prakiraan dengan adanya kegiatan
konstruksi ini dapat mengurangi kuantitas air tanah. Hal tersebut dapat
menimbulkan konflik dengan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut
dampak ini terkategori ke dalam dampak penting.
E. Kualiats Air Permukaan
Kegiatan kontruksi adalah tahapan pembangunan atau pengembangan fisik TPA
Bagendung. Kegiatan-kegiatan pada tahap konstruksi meliputi pembukaan
lahan baru, pembangunan sarana penunjang, pembangunan fisik IPAL, dan
pembersihan lingkungan. Dengan adanya kegiatan penggalian dan pengurugan

Amdal TPA Bagendung Cilegon

63

akan meningkatkan volume sedimen yang akan terbawa oleh air hujan. Menurut
data rona lingkungan awal topografo tapak proyek, kemiringan tanah rata-rata
0-3% menurun ke utara sedangkan Sungai Bagendung berada di sebelah selatan
tapak proyek. Dengan kemiringan tanah menurun ke utara tersebur diprakirakan
tidak akan terjadi dampak peningkatan kekeruhan sungai akibat kegiatan
konstruksi. Tetapi kegiatan penghijauan dan pembersihan lahan akan
menimbulkan dampak positif penting.

6.1.2 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya


1. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk
pada tahap konstuksi yang menimbulkan dampak terhadap jumlah dan
kepadatan penduduk adalah kegiatan mobilisasi tenaga kerja. Kegiatan
mobilisasi tenaga kerja diperkirakan secara langsung akan mendorong
meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk diwilayah studi karena
meningkatnya arus migrasi penduduk dari luar wilayah studi. Besarnya
dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan mobilisasi tenaga kerja terhadap
jumlah dan tingkat kepadatan penduduk dianlisi dengan menggunakan
model pertumbuhan geometrik. Perhitungan besarnya dampak yang
ditimbulkan oleh kegiatan mobilisasi tenaga kerja terhadap jumlah dan
tingkat kepadatan penduduk dianalisis dengan melihat kondisi kedua
parameter kependudukan tersebut dalam keadaan tanpa proyek dan
keadaan dengan adanya proyek.
Proyeksi jumlah kepadatan penduduk wilayah studi (tanpa proyek)
menggunakan data jumlah penduduk tahun 2002 sebagai dasar dan laju
pertumbuhan penduduk eksisting sebagai dasar proyeksi. Asumsi laju
pertumbuhan penduduk eksisisting (tanpa proyek) adalah 3 persen
pertahun. Hasil proyeksi jumlah penduduk wilayah studi untuk tahap
konstruksi (2002-2003) adalah sebagai berikut.
P2002 = 3.532 (1+ 0,03)1 = 3.638

Amdal TPA Bagendung Cilegon

64

P2003 = 3532 (1+ 0,03)2 = 3.747


Perhitungan tingkat kepadatan penduduk di wilayah studi dianalaisis
dengan membandingkan proyeksi pertumbuhan geometrik dengan luas
total wilayah studi, hasil perhitungan untuk tahap konstruksi (2002-2003)
adalah sebagai berikut.
D2002 = 3.532 (1+ 0,03)1 / 135.298 = 3.638/135.298 = 269
D2003 = 3.532 (1+ 0,03)2 / 135.298 = 3.747/135.298 = 277
Proyeksi jumlah dan kepadatan penduduk wilayah studi dengan adanya
proyek menggunakan data jumlah penduduk tahun 2002 sebagai tahun
dasar dan asumsi laju pertumbuhan penduduk sebesar 4 persen sebagai
dasar proyeksi. Laju pertumbuhan pertumbuhan eksisting 3 persen
ditambah dengan migrasi netto sebesar 1 persen. Hasil poyeksi jumlah
penduduk wilayah studi untuk tahap konstuksi (2002-2003) adalah sebagai
berikut.
P2002 = 3.532 (1+ 0,04)1 = 3.673
P2003 = 3.532 (1+ 0,04)2 = 3.820
Perhitungan tingkat kepadatan penduduk di wilayah studi dianalisis
dengan membandingkan proyeksi pertumbuhan geometrik dengan luas
wilayah studi setelah adanya proyek. Hasil perhitungan untuk tahap
konstruksi (2002-2003) adalah sebagai berikut.
D2002 = 3.532 (1+ 0,04)1 / 135.298 = 3.673/135.298 = 271
D2003 = 3532 (1+ 0,035)2 / 135.298 = 3.820/135.298 = 282
Besarnya dampak kegiatan mobilisasi tenaga kerja terhadap jumlah dan
kepadatan penduduk diwilayah studi adalah sebagai berikut :
D2001 = Ddp - Ddp = 271 269 = 2
D2002 = Ddp - Ddp = 282 277 = 5
Berdasrkan hasil perhitungan diatas, dampak kegiatan mobilisasi tenaga
kerja terhadap jumlah dan kepadatan penduduk dapat dikategorikan
sebagai dampak kecil tidak penting karena hanya menimbulkan kenaikan
kepadatan penduduk sebesar 2 orang per kilometer persegi untuk tahun
2002 dan 5 orang per kilometer persegi untuk tahun 2003.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

65

2. Angkatan kerja
Pada tahap Kegiatan konstruksi pembukaan lahan baru untuk
penimbunan sampah sebagai pengembangan lokasi mencakup mobilisasi
tenaga kerja,yaitu penerimaan dan penyeleksian tenaga kerja, yang berasal
dari sekitar lokasi pembangunan maupun dari luar lokasi rencana
pembangunan. Tenaga kerja yang tidak memerlukan keahlian khusus
sedapat mungkin diambil dari tenaga kerja lokal yang tersedia disekitar
lokasi rencana pembangunan, sedangkan untuk tenaga kerja yang
memerlukan keahlian khusus didatangkan dari luar kota.adapun setelah
selesai kegiatan proyek, tenaga kerja lokal yang memiliki keahlian khusus
akan diupayakan untuk dipekerjakan kembali sebagai karyawan TPA,
untuk memaksimalkan upaya mengurangi tingkat pengangguran dan
mencegah kecemburuan masyarakat yang tidak terserap rekuitmen tenaga
kerja dilakukan penerimaan tenaga kerja dengan memperhatikan masukan
dari para pemuka masyarakat setempat dan dinas tenaga kerja
kota.dampak yang ditimbulkan merupakan dampak positif karena
memberikan manfaat bagi penyerapan angkatan kerja lokal dan
peningkatan pendapatan penduduk lokal. Dampak secara ekonomis sangat
berarti dalam rangka mendorong penyerapan angkatan kerja dan
mengurangi tingkat penganguran, dan selanjutnya membuka kesempatan
berusaha bagi penduduk lokal karena adanya daya beli masyarakat yang
timbul dari proses peningkatan pendapatan penduduk lokal.
Tetapi kegiatan ini akan menimbulkan dampak berupa keresahan
masyarakat manakala pada waktu rekuitmen tenaga kerja tersebut tidak
dapat menampung warga sekitar proyek, oleh karenanya diupayakan
pengambilan tenaga kerja harus menyetujui kesepakatan kerja yang
tertulis maupun tidak tertulis menyangkut hak dan kewajiban termasuk

Amdal TPA Bagendung Cilegon

66

kontrak kerja sebagai antisipasi terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.


Dapat disimpulkan bahwa dampak yang ditimbulkan dari pengambilan
atau perekrutan tenaga kerja dapat dikategorikan sebagai dampak besar
dan penting.

6.2.2 Komponen Kesehatan Masyarakat


Mobilisasi alat berat dan pengangkutan bahan material yang
menimbulkan dampak negatif yaitu berupa adanya debu dan kebisingan yang
berpotensi dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap masyarakat di
sekitar lokasi proyek. Gangguan kesehatan tersebut yaitu berupa gangguan
pernapasan,

gangguan

kesehatan

mata,

dan

gangguan

pendengaran/kenyamanan. Dampak berlangsung selama tahap kontruksi yaitu


diperkirakan 1 tahun. Jumlah orang yang terkena dampak diperkirakan 30%
dari jumlah penduduk di Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon terutama
penduduk disepanjang jalan yang dilalui oleh kendaraan yang mengangkut
peralatan berat dan material dan masyarakat di sekitar tapak lokasi kegiatan
dengan radius 500 meter s/d 1.000 meter. Dampak negatif dari kegiatan
tersebut diatas termasuk kedalam kategori sedang dan penting.

6.3 TAHAP OPERASI


6.3.1 Komponen Geofisik Kimia
A. Kualitas Udara
B. Kebisingan
D. Kualitas Air Tanah
Dalam tahap operasi TPA bagendung terdapat beberapa tahapan kerja yang
mungkin saja dapat menimbulkan dampak bagi kualitas dan kuantitas air tanah.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

67

Dari segi kuantitas diketahui bahwa air tanah digunakan untuk kebutuhan
penghidupan penjaga TPA serta untuk menyediakan minum bagi para pemulung
yang ada di lokasi TPA, berikut tabel volume penggunaan air tanah untuk
keperluan sehari-hari di lokasi TPA :
Pada tahapan konstruksi air tanah dangkal digunakan sebagai sumber air
bersih untuk kebutuhan air minum untuk para pekerja selama proses konstruksi.
Dari data jugadiketahui bahwa air tanah yang akan dijadikan sebagai sumber air
adalah air tanah yang juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya
(pengolahan terlebih dahulu).Untuk mengetahui besaran dampak yang
ditimbulkan terhadap kuantitas air tanah maka dilakukan perhitungan dengan
menghitung jumlah pemakaian air tanah.
Perhitungan Pemakaian Air Tanah :
Pemakaian untuk kebutuhan penghidupan penjaga TPA serta pemulung
Tabel 6.1 Perkiraan Volume Penggunaan Air bersih untuk kehidupan penjaga TPA
Sumber Air PDAM dan Air Tanah (Deepwell) TPA Bagendung
Volume penggunaan
No

Sumber Air Bersih


(m3/hari)

Air Tanah dalam (deepwell)

12

Jumlah

12

Sumber : TPA Bagendung, 2007

Pemakaian air tanah untuk konsumsi penduduk di Kelurahan Badendung


Pada penduduk di daerah Kelurahan Bagendung menggunakan air tanah
sebagai sumber air untuk mandi, mencuci, dan minum. Sarananya berupa

Amdal TPA Bagendung Cilegon

68

sumur gali atau sumur bor/pantek yang dilengkapi dengan mesin pompa air
dengan kedalaman 20 meter s/d 30 meter.
Perhitungan pemakaian air tanah untuk kebutuhan penduduk/hari
Dik :
Jumlah Penduduk

: 3.532 jiwa (Profil Kesehatan Kota Cilegon)

Kebutuhan air bersih / hari

: 10 l / org/hari (Asumsi)

Maka Volume kebutuhan pemakaian air bersih adalah :

V = Jumlah penduduk Kebutuhan air bersih/org/hari

V = 3.532 jiwa 10 l / org/ hari = 35.320 l/hari atau 35,320 m3/hari


Maka total Volume penggunaan air tanah adalah :

V = Vol penggunaan di TPA + Vol penggunaan oleh penduduk

V = 12 m3/hari + 35, 320 m3/hari = 47,320 m3/hari atau 47.320 liter/hari

Jika TPA ini beroperasi selama 10 tahun (3650 hari) maka diprediksi
pemakaian air untuk kebutuhan pegawai dan pemulung di TPA (Jumlah
pegawai dan pemulung diasumsikan tetap/sama tiap tahunnya), maka
pemakaian air tanah sebesar
V = 12 m3/hari 3650 hari = 43800 m3 atau 43.800.000 liter
Kemudian jika diasumsikan persentase pertumbuhan selama 10 tahun
penduduk sebesar 50 % dari jumlah penduduk sekarang, maka volume
penggunaan air tanah adalah :
Jumlah Penduduk

: 3.532 + ( 50 % 3.532 ) = 5296 jiwa

Kebutuhan air bersih / hari

Amdal TPA Bagendung Cilegon

: 10 l / org/hari (Asumsi)

69

Maka jumlah kebutuhan air bersih adalah :


V = 5296 jiwa 10 l/org/hari = 52.960 l/hari atau 52,960 m3/hari

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan :


1. Terjadi Kompetisi atau persaingan untuk mendapatkan air untuk pemenuhan
kebutuhan di TPA dan pemebuhan kebutuhan penduduk.Dari kompetisi
tersebut mungkin saja akan terjadi konflik.
2. Penurunan kuantitas air tanah jika pemakaian atau pengambilan air tanah
tidak diatur atau diambil secara efektif dan efisien mengingat bahwa jumlah
air tanah yang ada terbatas.
Dari beberapa uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan TPA Bagendung akan menimbulkan Dampak Negatif Penting.

Kualitas Air Tanah


Berdasarkan hasil prakiraan dampak penting terhadap kualitas air tanah,
ada beberapa kegiatan terutama pada saat kegiatan operasional dari TPA yang
akan menimbulkan gangguan terhadap kualitas air tanah.
Penurunan kualitas air tanah diakibatkan karena adanya rembesan lindi yang
dihasilkan oleh timbulan sampah. Timbulan sampah yang masuk ke TPA
smencapai 732 m3/hari, sedangkan volume lindi yang dihasilkan sebanding
dengan volume sampah yang tertimbun. Karakteristik lindi yang dihasilkan
mengandung nilai COD dan BOD yang tinggi . Pada musim hujan, air lindi
tersebut akan bercampur dengan air hujan sehingga akan menambah debit air
lindi tersebut.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

70

Selain itu untuk memprediksi dampak yang mungkin diakibatkan oleh air lindi
adalah mengetahui jenis tanah yang ada di TPA itu sendiri. Berdasarkan jenis
batuannya lokasi studi TPA tersusun oleh Satuan Tuf Banten (QTvb) yang
merupakan hasil erupsi vulkanik gunung api berumur Kuarter dimana litologinya
terdiri atas tuf, tuf berbatu apung, dan batu pasir tufan yang berumur Plistosen.
Metode yang bisa digunakan untuk memprediksi timbulan lindi adalah
METODE NERACA AIR THORNTWAITE
Presipitasi (P)

Evapotranspirasi (ET)
Run Off (RO)

Moisture Storage (ST)

Perkolasi Lindi = P - RO - ET - ST

Atau
L=PRE
Dimana :
L = leachate volume produced (cubic cm per year)
P = Precipitation volume (cm rain/year times the landfill surface area )

Amdal TPA Bagendung Cilegon

71

R = Runoff
E = Evapotranspiration ( cm/year times the landfill surface area)
Maka
L=PRE

Jika
Surface Area

= 10 acres (10 Ha )

= 30 cm/year

= 0,17 ( asumsi slope 7 % )

= 10 cm/year ( tergantung dari cuaca/iklim dan jenis

vegetasi yang ada sekitar landfill)


Maka prediksi timbulan leachate adalah ;
L=

30 cm
30 cm 10 cm
m
4,046.8 1000 l
0.17

10 acres

year
year
year
100 cm
acre
m3

L=6,0 10 L per year


Pada dasarnya leachate tidak bisa dihindari keberadaannya, tetapi untuk
meminimalkan dampak yang mungkin terjadi terutama terhadap kualitas air
tanah. Oleh karena itu, jika ditinjau dari sifat dan karakteristik zat yang
terkandung dalam leachate maka diprakirakan sebagai dampak besar dan
negatif penting.
D. Kualitas Air Permukaan

Amdal TPA Bagendung Cilegon

72

Lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam
timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk
juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis.
Kualitas lindi akan tergantung dari beberapa hal, seperti :

Variasi dan proporsi komponen sampah yang ditimbun

Curah hujan dan musim

Umur timbunan

Pola operasional

Temperatur

Kelembaban

Infiltrasi

Jenis tanah penutup

Tahap dekomposisi

Kedalaman TPA

Pada tahap awal akan banyak dijumpai senyawa organik dengan berat
molekul yang kecil tetapi fraksi dengan berat molekul yang tinggi dai
senyawa yang lambat terdekomposisi juga akan semakin sedikit. Secara
keseluruhan COD, BOD, dan NH3-N yang terkandung dalam lindi akan
mengalami perubahan sejalan dengan waktu. BOD berkurang lebih cepat
dibandingkan COD karena BOD tersusun dari zat organik yang mudah
terdekomposisis oleh berbagai bakteri yang ada di TPA.
Pada musim hujan, air lindi air lindi tersebut akan bercampur dengan
air hujan sehingga akan menambah debit air lindi tersebut. Akan tetapi air
lindi yang berasal dari air hujan dapat dikurangi dengan dibuatnya saluran

Amdal TPA Bagendung Cilegon

73

drainase.Berikut ini adalah contoh karakteistik kualitas air lindi yang


dihasilkan oleh beberapa TPA di Pulau Jawa yang disajikan dalam tabel di
bawah ini :

Tabel. 6.2 Kualitas Air Lindi di Beberapa Lokasi TPA di Pulau Jawa pada musim
hujan
Konsentrasi
No.

Lokasi TPA
BOD

COD

2578

7309

Suakamiskin, Bandung

Leuwigajah, Cimahi

7379

Grenjeng, Cirebon

13575

Putri Cempo, Solo

940

6166

Sumber : Studi Literatur (Damanhuri E.1995)


Pada kegiatan operasi akan dilakukan pengisian dan penimbunan sampah.
Setelah sampah tertimbun dalam kurun waktu kurang lebih satu minggu,
maka akan keluarlah air lindi dari dasar timbunan sampah melalui saluran
yang telah disiapkan. Air lindi yang berasal dari hasil dekomposisi sampah ini
mengandung BOD dan COD yang tinggi sehingga perlu pengolahan lebih
lanjut.
Ditinjau dari skala unit kegiatan diperkirakan yang akan menimbulkan
dampak terhadap kualitas air permukaan (Sungai Bagendung) adalah
penimbunan dan penutupam sel selta pengoperasian alat berat. Serta dampak

Amdal TPA Bagendung Cilegon

74

yang mungkin timbul adalah pencemaran Sungai Bagendung, dimana sungai


tersebut merupakan objek dari pembuangan akhir proses pengolahan lindi.
Bila proses pengolahan lindi tidak berlangsung dengan secara optimal, atau
sesuai dengan proses yang diharapkan maka kualitas lindi akan mencemari
Sungai Bagendung. Ditinjau dari sifat dam karakteristik zat-zat yang
terkandung dalam air lindi maka diprakirakan sebagai dampak besar dan
negatif penting.

6.3.2 Komponen Sosial Ekonomi


Pada umumnya masyarakat tidak keberatan Menanggapi keberadaan TPA
Bagendung. Alasan masyarakat

setuju dengan keberadaan TPA

bagendung adalah memberikan mamfaat berupa;


1. Kemudahan membuang sampah.
2. Lingkungan semakin ramai.
3. Peningkatan penghasilan dari usaha kontrakan bagi
karyawan
Dinas Kebersihan.
4.Manfaat peluang bekerja bagi penduduk lokal di TPA.
5.Manfaat peluang usaha informal disekitar TPA.
Adapun ganguan bau sampah selama kegiatan pengangkutan sampah
terhadap penduduk sebelum adanya kegiatan perluasan lahan tempat
pembuangan sampah belum ada sesuai dengan hasil uji laboraturium
tentang ke-bau-an adalah masih di bawah ambang batas, tetapi pada saat
perluasan lahan TPA yang diperkirakan dapat menampung sampah harian
mencapai 732 m3/hari. Kemungkinan besar masyarakat sekitar kegiatan
terganggu bau sampah. Apalagi truk pengangkut sampah yang dalam satu
hari diperklirakan sekitar 73-122 truk yang masuk ke lokasi TPA,
sehingga menyebabkan kebisingan, debu, dan ganguan kesehatan ,
kemacetan .

Amdal TPA Bagendung Cilegon

75

Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan operasi adalah Dampak negatif


penting
6.3.2 Kesehatan Masyarakat.
1. Kegiatan pengangkutan sampah menimbulkan dampak negatif, yaitu
timbulnya pencemaran udara berupa debu, gas-gas polutan (Nox, Sox, Pb),
bau, dan kebisingan pada sekitar tapak lokasi proyek, daerah sekitar dan
sepanjang jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut sampah. Kegiatan
tersebut berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan berupa pernafasan,
gangguan terhadap kesehatan mata, gangguan pendengaran/kenyamanan, dan
gangguan bau terhadap masyarakat sekitar/sepanjang jalan yang dilalui
kendaraan pengangkut sampah dan masyarakat sekitar tapak proyek dengan
radius 100 meter s/d 1.500 meter.
Lamanya dampak dapat berlangsung selama 10 tahun, jumlah orang yang
terkena dampak diperkirakan lebih kecil dari jumlah orang yang direncanakan
mendapat manfaat dari proyek dan luas persebaran dampak dapat melebihi
batas kecamatan cilegon. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari
kegiatan tersebut dapat dikategorikan besar dan penting.
2. Kegiatan penimbunan sampah diperkirakan menimbulkan dapak negatif yaitu
timbulnya polusi udara (debu, bau, Nox, Sox, CO) dan polusi tanah (jika
terjadi kebocoran pada lapisan dasar sanitary landfill akan terjadi pencemaran
pada air tanah sekitar tapak proyek). Dampak yang ditimbulkan dapat berupa
gangguan

kesehatan

pernafasan,

kesehatan

mata,

kesehatan

pendengaran/kenyamanan, dan penyakit yang disebarkan oleh adanya


pencemaran air tanah jika terjadi kebocoran yaitu berupa penyakit perut dan
penyakit kulit. Lamanya dampak berlangsung selama kegiatan proyek
berlangsung 10 (sepuluh) tahun, jumlah orang yang terkena dampak
diperkirakan 30% dari jumlah penduduk di Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon

Amdal TPA Bagendung Cilegon

76

dan luas persebran dampak diperkirakan tidak melebihi wilayah kecamatan.


Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan ini termasuk kategori besar dan
penting.
3. Kegiatan pemilahan dan daur ulang sampah (pengomposan) diperkirakan
menimbulkan dampak negatif terutama kegiatan pengomposan yaitu adanya
peningkatan populasi vektor penyakit terutama lalat, nyamuk, dan bau, yang
berpotensi menimbulkan penularan penyakit terhadap masyarakat di sekitar
dan di luar proyek. Lamanya dampak berlangsung selama kegiatan proyek
berlangsung 10 (sepuluh) tahun dan jumlah orang yang terkena dampak
diperkirakan dapat melebihi jumlah orang yang mendapat manfaat dari
proyek, luas persebaran dampak diperkirakan dapat melewati batas
kecamatan. Dampak negatif dari kegiatan ini termasuk kategori besar dan
penting.

6.4 TAHAP PASCAOPERASI.


6.4.1 Komponen Geofisik Kimia
A. Kualitas Udara
B. Kebisingan
C. Kualitas Air Tanah
Pada rencana kegiatan yang akan dilakukan antara lain akan dibuat Ruang
Terbuka Hijau (RTH) dengan luas mencakup 40 % dari luas total area proyek
TPA Bagendung. Penanaman pohon-pohon serta tanaman lainnya diperkirakan
akan memberikan kontribusi penambahan terhadap koefisien infiltrasi serta
memperkecil koefisien run-off. Berdasarkan hal tersebut diatas maka
diprakirakan dampak yang terjadi adalah positif penting. Air tanah yang jatuh
pada lokasi landfill hanya menembus permukaan lapisan tanah di atas lapisan
kedap yang berfungsi untuk kehidupan organik atau vegetasi yang tumbuh. Bila
lapisan tanah tersebut telah jenuh oleh air hujan,

Amdal TPA Bagendung Cilegon

air akan mengalir pada

77

drainase yang telah dibuat. Secara hidrogeologi landfill tidak akan


mempengaruhi air tanah setempat karena badan landfill telah diisolasi oleh
beberapa lapisan pelindung yang kedap. Dengan demikian terjadinya rembesan
leachate terhadap air tanah tidak akan terjadi sepanjang waktu.

Terhadap kualitas air tanah di lokasi tapak proyek, reklamasi dan pembuatan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki dampak penting. Kegiatan tersebut
mengakibatkan komposisi tanah kembali ke keadaan alaminya. Tanah akan
berfungsi seperti semula sebagai penyaring air hujan. Setelah mengalami
penyaringan alami ini, kualitas air secara langsung menjadi lebih baik. Namun
yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan terjadinya reaksi sisa sehingga air
lindi masih bisa terptoduksi dan tidak teralirkan sehingga akan terjadi
penyerapan pada air tanah.
Ditinjau dari pergerakan pencemaran pada tahap pasca operasi maka pada
kondisi normasl tanpa perlakuan rekayasa teknis dapat diperkirakan sejauh
mana dan seberapa lama pencemaran akan terjadi. Dasar prakiraan
diperhitungkan atas kondisi litologi daerah proyek dan sekitarnya, kondisi
permeabilitas

tanah

dan

batuan,

arah

aliran

dan

tinggi

muka

air

tanah.Berdasarkan pertimbangan diatas maka diprakirakan akan menimbulkan


dampak besar dan negatif penting.
D. Kualitas Air permukaan
Kegiatan pasca operasi yang akan dilakukan adalah kegiatan penambangan
kompos. Kompos yang sudah tertimbun selama kurang lebih lima belas tahun
ditambang untuk dijual sehingga dampaknya adalah positif karena akan

Amdal TPA Bagendung Cilegon

78

membuka lapangan kerja dan berusaha. Kegiatan ini akan menimbulkan


dampak positif penting.

6.4.1 Sosial Ekonomi dan Budaya.

Pola pembokaran sampah memberi kesempatan bekerja bagi pemulung


Sampah yang diangkut ke TPA oleh truk ditumpahkan ke lahan
penimbunan, pemulung diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas
pembongkaran sampah, tetapi selama pembongkaran, pemulung berada
pada jarak aman agar tidak tertimbun. Kegiatan ini dikategorikan Dampak
Penting positif karena dapat meningkatkan pendapatan pemulung,

Diperlukan peraturan yang tegas,untuk menghindar kecelakaan terhadap


pemulung dan gangguan terhadap aktivitas operasional TPA secara
keseluruhan,oleh karena itu diperlukan koordinasi antara petugas
operasional dengan organisasi pemulung.

Diperlukan perjanjian kerjasama antara organisasi pemulung dengan


petugas pengelola TPA,untuk menghindari pertumbuhan lapak-lapak
disekitar lokasi TPA.salah satu perjanjian itu adalah pemulung harus
menjual seluruh hasil pemilahannya kepada pengelola TPA dengan harga
yang wajar dan disepakati.pengelola menjual hasil pemilihan yang telah
terkumpul ke luar lokasi TPA secara rutin
Dampak yang akan ditimbulkan adalah keresahan di pihak para pemulung
karena mereka belum tentu akan setuju dengan kebijakn dari pengelola
TPA tersebut. dampak yang terjadi dapat dikategorikan adalah Dampak
penting

Amdal TPA Bagendung Cilegon

79

Untuk menghindari timbulnya keresahan maka tingkat harga yang


ditawarkan adalah tingkat harga pasar setempat
6.4.2 Kesehatan Masyarakat
Kegiatan reklamasi dan penataan lahan bekas TPA diperkirakan menimbulkan
dampak negatif yaitu timbulnya pencemaran udara (debu, Nox, Sox, CO, dan
kebisingan), yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pernafasan,
kesehatan

mata,

gangguan

pendengaran/kenyamanan

akibat

dari

pengoperasian kendaraan pengangkut material dan alat berat. Dampak


diperkirakan berlangsung selama 2 (dua) bulan. Jumlah orang yang terkena
dampak lebih kecil dan dampak negatif dari kegiatan ini dapat dikategorikan
sedang dan penting.
BAB VI
EVALUASI DAMPAK PENTING

Evaluasi dampak penting merupakan pendalaman materi dari prakiraan


dampak, sehingga dalam evaluasi akan difokuskan pada pengkajian dampak penting
saja, baik negatif maupun positif. Kajian dampak penting ini dimaksudkan untuk
menerusi hingga ke akhir sebab akibat dengan cara mengkaitkan dampak penting
antar komponen lingkungan

dan tahapan kegiatan pembangunnan TPA. Dengan

demikian akan tergambarkan kaitan dampak penting antara komponen lingkungan


dan tahapan kegiatan TPA yang akan dipakai sebagai dasar penyusunan rencana
pengolahan lingkungan (RKL ).
7.1 TELAAN TERHADAP DAMPAK PENTING
Dari kajian perkiraan dampak yang telah dilakukan pada BAB VI, Kegiatan
TPA Bagendung diperkirakan akan menimbulkan berbagai jenis dampak penting

Amdal TPA Bagendung Cilegon

80

terhadap lingkungan fisik

kimia, biologi dan sosial ekonomi budaya. Dampak

penting tersebut pada prinsipnya dikelompokkan sebagai dampak negative dan


dampak positif.
Dampak negative penting tersebut adalah:
1.

Peningkatan emisi gas buang seperti H2S, CH4 sisa dan metan, serta
peningkatan konsentrasi debu dan tingkat kebisingan.

2.

Gangguan terhadap kestabilan lereng

3.

Terjadinya kenaikan dan penurunan muka iar tanah

4.

Potensi terbentuknya akumulasi air lindi.

5.

penurunan tingkat kesehatan masyarakat

6.

Timbulnya presepsi/sikap masyarakat

Sedangkan damapk positif penting adalah:

7.1.1 TAHAP PRAKONTRUSI


7.1.1.1 Sosial Ekonomi dan Budaya.
ssSebelumnya
sosialisasi

kepada

pihak
penduduk

Amdal TPA Bagendung Cilegon

pengembang
sekitarnya

melakukan pendekatan
secara

transparan,

dan

sehingga

81

masyarakat mengetahui rencana pembangunan tersebut secara rinci, baik


mengenai luas lahannya, luas bangunan, ketinggian bangunan, sumber air,
pembuangan limbahnya, dan lain-lain.
Tanggapan masyarakat disekitar lokasi proyek terhadap proyek
berdasarkan survey dan kuesioner mendukung.
Selain itu di sisi lain mereka juga melihat adanya kegiatan ini sebagai
sesuatu yang memberikan keuntungan bagi mereka dimana proyek tersebut
dapat akan memberikan kesempatan dan lapangan kerja bagi para penduduk
di sekitar lokasi kegiatan, juga dapat memberikan bantuan sarana penyediaan
air untuk penduduk sekitar.
Jumlah manusia yang bisa mengambil manfaat dari proyek cukup
besar dan waktu dari manfaat akibat adanya dampak dirasakan lama.
Berdasarkan paparan di atas, maka kegiatan ini dapat dikategorikan memiliki
dampak positif penting.
Kemungkinan besar masyarakat sekitar kegiatan terganggu bau
sampah. Apalagi truk pengangkut sampah yang dalam satu hari diperklirakan
sekitar 73-122 truk yang masuk ke lokasi TPA, sehingga menyebabkan
kebisingan, debu, dan ganguan kesehatan , kemacetan .
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan operasi adalah Dampak negatif
penting.

7.1.2 TAHAP KONTRUKSI


7.1.2.1 Geofisik Kimia
A. Kualitas Udara

Amdal TPA Bagendung Cilegon

82

B. Kebising

C. Geologi
Kestabialn lereng kegiatan pematangan lahan berupa pengurugan dan
pengalian yang menimbulkan dampak terhadap kestabilan lereng. pematangan
lahan meliputi pengurugan dan pemadatan serta penimbunan tanah bertujuan
untuk mendapatkan lahan yang sesuai dengan peruntukan dengan kemiringan
yang memadai dan aman. pembentukan sel sel dengan cara pengalian dan
pengurugan lubang sesuai dengan dimensi desain sel. kondisi kestabilahan
lahan dan kemiringan lereng didnding sel yang menurunkan sejalan dengan
kegiatan pembangunan fisik saranan utama ( sel timbulan ). beban timbulan
akan dapat mendukung secepat penurunan kestabilan lereng.
sehingga dalam pelaksanaan pembangunan perlu diperhatiakan kestabilan
lereng serta perencanaan yang matang sesuai dengan kerekteristik stabilitas
lereng setempat. ditinjau dari kegiatan pengurugan dan pemadatan tanah pada
area yang akan dijadikan jalan kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan
kepadatan yang diisyaratkan maka diperkirakan dampak positif penting. Hal
ini diperkirakan meningkatkan daya dukung tanah serta mempengaruat tanah
horizontal.

D. Kualiats Air Tanah


Dari data dapat diketahui bahwa air tanah yang akan dijadikan sebagai sumber
air adalah air tanah yang juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya
(pengolahan terlebih dahulu). Sehingga hasil prakiraan dengan adanya
kegiatan konstruksi ini dapat mengurangi kuantitas air tanah. Hal tersebut

Amdal TPA Bagendung Cilegon

83

dapat menimbulkan konflik dengan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan hal


tersebut dampak ini terkategori ke dalam dampak besar dan dampak negatif
penting.

E. Kualitas Air Permukaan


7.1.2.2 Sosial Ekonomi dan Budaya.
Dari data profil kesehatan kota Cilegon,kecamatan Cilegon terdiri dari
16 desa,luas kecamatan Cilegon 57,48 km2

dengan kepadatan penduduk

2.354 orang/km2.jumlah penduduk kecamtan Cilegon 135.298 orang dan


jumlah kepala keluarga 36.401,sedangkan jumlah penuduk dikelurahan
Bagendung sendiri adalah 3.532 jiwa terdiri dari 790 KK,
Penduduk Kelurahan Bagendung, Kecamatan Cilegon Kota Cilegon
Mayoritas pekerjaannya adalah petani dan buruh tani sekitar (86%), kemudian
sisanya adalah buruh swasta, pengrajin, pedagang, dan PNS.
Berdasarkan uraian prakiraan dampak, kegiatan atau proyek
pembangunan TPA bagendung, tidak akan memberikan dampak yang
signifikan terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat, bahkan kegiatan
pembangunan ini akan menimbulkan dampak positif bagi masyarakat sekitar
dalam hal mobilisasi tenaga kerja.Kegiatan ini akan memberikan dampak
positif penting.
7.1.2.2 Kesehatan Masyarakat.
Mobilisasi alat berat dan pengangkutan bahan material yang
menimbulkan dampak negatif yaitu berupa adanya debu dan kebisingan yang
berpotensi dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap masyarakat di
sekitar lokasi proyek. Gangguan kesehatan tersebut yaitu berupa gangguan
pernapasan,

gangguan

Amdal TPA Bagendung Cilegon

kesehatan

mata,

dan

gangguan

84

pendengaran/kenyamanan. Dampak berlangsung selama tahap kontruksi yaitu


diperkirakan 1 tahun. Jumlah orang yang terkena dampak diperkirakan 30%
dari jumlah penduduk di Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon terutama
penduduk disepanjang jalan yang dilalui oleh kendaraan yang mengangkut
peralatan berat dan material dan masyarakat di sekitar tapak lokasi kegiatan
dengan radius 500 meter s/d 1.000 meter. Dampak negatif dari kegiatan
tersebut diatas termasuk kedalam kategori sedang dan penting.

7.1.3 TAHAP OPERASI


7.1.3.1 Geofisik Kimia
A. Kualitas Udara
B. Kebising
D. Kualiats Air Tanah
Berdasarkan hasil prakiraan dampak penting terhadap kualitas air tanah, ada
beberapa kegiatan terutama pada saat kegiatan operasional dari TPA dan pasca
oprasi yang akan menimbulkan gangguan terhadap kualitas air tanah.Kegiatan
yang dilakukan pada saat pengoperasian TPA yang di prakirakan akan
menimbulkan tercemarnya kondisi air tanah oleh rembesan dari lindi yang
dihasilkan dari timbulan sampah yang masuk ke TPA, sedangakan pada tahap
pasca operasi ditinjau dari pergerakan pencemaran pada kondisi normal tanpa
perlakuan rekayasa teknis dapat diperkirakan sejauh mana dan seberapa lama
pencemaran akan terjadi. Dasar prakiraan diperhitungkan atas kondisi litologi
daerah proyek dan sekitarnya, kondisi permeabilitas tanah dan batuan, arah
aliran dan tinggi muka air tanah.Berdasarkan prakiraan-prakiraan diatas maka
hal tersebut dikategorikan dampak besar dan negatif penting

Amdal TPA Bagendung Cilegon

85

7.1.3.2 Kesehatan Masyarakat


Kegiatan pengangkutan dan penimbunan terhadap dampak dimana parameter
yang menjadi acuan dalam timbulnya dampak adalah terjangkitnya penyakit.
Sumber yang menjadi penyebab utama penyakit adalah sebagai berikut :
Penyakit bawaan udara, lingkungan pembawanya adalah udara. Pada
tahap operasi akan menimbulkan gas-gas polutan (Nox, Sox, Pb, H 2S,
CH4) dan debu.
Penyakit bawaan air, lingkungan pembawanya adalah air pada tahap
operasi dimana dihasilkan air lindi yang dapat mencemari lingkungan
air baik air permukaan maupun air tanah.
Adapun jenis penyakit yang akan timbul dari penyakit bawaan tersebut antara
lain :Ispa, gangguan kesehatan mata, pendengaran/kenyamanan, penyakit
perut (diare) dan penyakit kulit. Melihat kondisi tersebut diatas maka kegiatan
pengangkutan dan penimbunan dapat dikategorikan dampak besar dan negatif
penting.

Amdal TPA Bagendung Cilegon

86

Amdal TPA Bagendung Cilegon

87

You might also like