Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Esofagitis korosif adalah peradangan di daerah esofagus yang disebabkan
oleh luka bakar karena tertelannya zat kimia yang bersifat korosif misalnya asam
kuat, basa kuat, dan zat organik. Zat kimia yang tertelan dapat bersifat toksik atau
korosif. Zat kimia yang bersifat korosif ini akan menimbulkan gejala keracunan
bila telah diserap oleh darah.
Sebanyak 70% dari kasus esofagitis korosif disebabkan oleh basa kuat, 20
% oleh asam kuat karena sifat dari basa kuat yang tidak berasa di lidah, sedangkan
asam mempunyai rasa yang pahit dan menyebabkan lidah rasa terbakar. Hasil
statistik di Amerika Serikat menunjukkan bahwa terdapat 5.000 sampai 10.000
kasus tertelan zat-zat kaustik pertahun, baik disebabkan asam kuat, basa kuat
maupun zat korosif lainnya. Sekitar 80% kasus ini terjadi pada anak-anak, dan
50% di antaranya terjadi pada anak usia kurang dari 4 tahun. Kasus ini juga terjadi
pada orang dewasa yang mencoba bunuh diri dengan cara meminum zat zat
korosif dan biasanya tingkat kerusakan yang ditimbulkan lebih serius karena
adanya unsur kesengajaan, jumlah zat yang masuk lebih banyak dan jenisnya
lebih berbahaya.
Basa kuat adalah zat-zat yang mempunyai pH lebih dari 12 seperti natrium
karbonat, natrium metasilikat, amonia, sodium hidroksida, dan potassium
hidroksida, zat ini dapat dijumpai sehari-hari diantaranya pada sabun pencuci
piring, sabun pencuci kain, dan pembersih lantai. Asam kuat adalah zat-zat yang
mempunyai pH kurang dari 2, seperti asam nitrat, asam hidroklorat, merkuri,
asam sulfat, perak nitrat, fenol, natrium hipoklorit zat-zat tersebut terdapat pada
pemutih pakaian, pembersih toilet, pembersih saluran air, pembersih karat,
kaporit, dan sebagainya.
Esofagitis korosif mempunyai keluhan gejala atau timbulnya manifestasi
klinis sangat tergantung pada jenis zat korosif, konsentrasi zat korosif, jumlah zat
korosif, lama kontaknya dengan dinding esofagus, sengaja diminum atau tidak
dan dimuntahkan atau tidak. Akibatnya esofagitis korosif ini bisa menimbulkan
1
beberapa keadaan, seperti pada fase akut, fase laten dan fase kronis. Pada fase
akut, esofagitis akut mudah dikenali karena berlansung cepat dan biasanya
penyebabnya lebih mudah dikenali. Sedangkan pada fase laten dan fase kronis
yang membutuhkan waktu yang lebih lama juga lebih sulit dikenali dan biasanya
sudah menimbulkan komplikasi. Akibatnya penanganan esofagitis korosif pada
fase laten dan kronis juga lebih sulit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada
pharingo-esophagal
junction
yang
terdiri
dari
otot
sfingter
sedangkan zat kimia yang bersifat toksik hanya menimbulkan gejala keracunan
bila telah diserap oleh darah. Esofagitis ini disebut juga esofagitis kaustik karena
disebabkan oleh zat kimia kaustik.
2.4 Epidemiologi Esofagitis Korosif
Angka kejadian esofagitis korosif tertelan asam kuat, basa kuat, cairan
pemutih diperkirakan sekitar 3-5 % dari kasus kecelakaan dan bunuh diri atau
sekitar 5.000-10.000 kasus pertahun di Amerika Serikat. Anak di bawah 5 tahun
dilaporkan sering tertelan zat yang bersifat korosif akibat ketidaksengajaan dan
kelalaian. Sedangkan pada remaja dan dewasa dilaporkan kasus cukup sering pada
remaja sebagai percobaan bunuh diri. Tidak ada perbedaan jenis kelamin dan ras
yang mempengaruhi terjadinya esofagitis korosif.
2.5 Etiologi Esofagitis Korosif
Esofagitis korosif paling sering ditimbulkan oleh tertelannya zat pembersih
rumah tangga, biasanya oleh anak-anak. Zat yang paling merusak adalah natrium
hidroksida, atau yang menyebabkan lisisnya jaringan serta seringkali menembus
dinding esofagus. Cairan pembersih saluran dapat merusak esofagus atau
menimbulkan lesi.
Zat kimia khususnya yang menyebabkan esofagitis korosif berat adalah
larutan pembersih atau disinfektan. Faktor yang berkontribusi pada perkembangan
refluks esofagitis adalah refluksat kaustik, ketidakmampuan membersihkan
refluksat dari esofagus, volume isi gaster, dan fungsi protektif mukosa lokal. Jenis
dan jumlah zat kimia yang tertelan menentukan derajat keparahan dan lokasi
kerusakan. Zat kimia tersebut dapat merusak sebatas mukosa, submukosa, bahkan
seluruh lapisan esofagus. Gejala diperburuk oleh penggunaan alcohol, merokok,
gaya hidup yang kurang baik dan obesitas.
3. Kehilangan cairan dari muntah, adanya rongga ketiga (third space), dan
perdarahan saluran cerna dapat menyebabkan terjadinya syok dan hipovolemia.
4. Pada kasus tertelan asam kuat yang cukup banyak dapat menyebabkan
terjandinya asidosis metabolik, hemolisis, gagal ginjal akut dan kegagalan fungsi
multiorgan.
5. Walaupun pasien dapat selamat dari fase akut, namun pada fase kronis dapat
terjadi fistula, hipomotilitas saluran cerna, dan kanker saluran cerna.
2.8. Penegakan Diagnosis Esofagitis Korosif
2.8.1 Anamnesis
Berdasarkan anamnesis ditegakkan dengan adanya riwayat tertelan zat
korosif atau zat organik, serta ditunjukkan dengan keluhan utama pasien rasa
terbakar pada daerah kerongkongan, rasa nyeri yang hebat, serta bisa juga
mengeluhkan susah menelan.
2.8.2 Pemeriksaan Fisik
Selain penegakan diagnosis dari autoanamnesis atau alloanamnesis yang
cermat serta diperlukan bukti-bukti yang diperoleh ditempat kejadian. Masuknya
zat korosif melalui mulut dapat diketahui dengan bau mulut ataupun muntahan.
Adanya luka bakar keputihan pada mukosa mulut atau keabuan pada bibir dan
dagu menunjukkan akibat bahan kaustik atau korosif baik yang bersifat asam kuat
maupun basa kuat. Perbedaaan pada dampak luka bakarnya yaitu nekrosis
koagulatif akibat paparan asam kuat sedangkan basa kuat mengakibatkan nekrosis
likuitaktif. Kerusakan korosif hebat akibat alkali (basa) kuat pada esofagus lebih
berat dibandingkan akibat asam kuat, kerusakan terbesar bila PH > 12, akan tetapi
tergantung juga konsentrasi bahan tersebut.
2.8.3 Pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosis, selain berdasarkan hasil anamnesis serta gambaran
keluhan dan gejala seperti yang diuraikan di atas juga diperlukan pemeriksaan
penunjang, seperti pemeriksaan laboratorium, radiologik, esofagoskopi.
10
1. Pemeriksaan radiologi
a. Foto torak dan abdomen
Pada fase akut, foto polos dengan posisi leteral dan pastero-anterior dapat
memperlihatkan adanya perforasi seperti udara pada mediastinum, pneumotorak,
cairan pada pleura, atau gambaran udara bebas di bawah diafragma. Pemeriksaan
esofagogram dapat membantu untuk melihat adanya striktur maupun perforasi.
Gambaran adanya striktur esofagus biasanya lumen yang menyempit, pinggir
yang tidak rata, tapi bisa juga rata, tampak kaku, dan pada umumnya terjadi pada
bagian dekat arkus aorta.
11
13
14
atau esofagus. Sedangkan pada kasus asam kuat atau basa kuat cair
pemberian susu atau air ditakutkan akan merangsang muntah sehingga
dapat menyebabkan perforasi dinding esofagus.
2. Perawatan instalasi gawat darurat
a. Monitoring tanda-tanda vital, jalan nafas, jantung, dan pemasangan IVFD,
pemberian CaCl2 pada pasien yang tertelan zat hidrogen florida dapat
mencegah cardiac arrest oleh karena hipokalsemia.
b. Pengendalian jalan nafas, karena dapat terjadi udem pada jalan nafas,
maka monitoring harus sesegera mungkin, peralatan untuk intubasi
maupun trakeostomi harus siap.
c. Pengosongan lambung dan dekontaminasi
Jangan merangsang timbulnya muntah karena akan menyebabkan
terjadinya paparan ulang zat kaustik ke mukosa esofagus yang bisa
memperparah derajat luka bakar.
Metode bilas lambung dengan cara-cara tradisional yang menggunakan
pipa orogastrik dengan kaliber yang besar seperti menggunakan Edwals
orogastric tube dikontraindikasikan untuk kasus tertelan asam kuat
maupun basa kuat karena resiko perforasi dan aspirasi trakea yang tinggi.
Penggunaan naso-gastric tube (NGT) sangat baik pada kasus tertelan asam
kuat karena dapat mencegah masuknya zat kaustik ke usus kecil.
d. Pembedahan segera dilakukan jika terdapat perforasi, mediastinitis atau
peritonitis.
3. Terapi medikamentosa
a. Antibiotik golongan sefalosporin seperti ceftriakson mempunyai spektrum
antibakteri yang luas terhadap gram positif dan gram negatif.
b. Preparat penghambat pompa proton seperti omeprazol dan pantoprazol
dapat mengurangi paparan zat asam lambung ke esofagus yang dapat
mengurangi resiko terjadinya striktur.
c. Penggunaan kortikosteroid sebaiknya dipertimbangkan karena penelitian
menunjukkan bahwa pembentukan striktur terjadi berdasarkan derajat
kerusakan jaringan.
15
16
mekanis prograd, metode mekanis retograd dari Tucker, dan metode hidrostatik,
menggunakan busi berisi air raksa. Dilatasi dilakukan dengan bantuan
esofagoskopi, selama sekali sampai 2 kali seminggu, bila keadaan pasien lebih
baik dilakukan sekali 2 minggu, sekali sebulan, sekali 3 bulan dan seterusnya
sampai pasien dapat menelan makanan biasa. Jika selama 3 kali dilatasi hasilnya
kurang memuaskan sebaiknya dilakukan reseksi esofagus dan dibuat anastomose
ujung ke ujung (end to end).
Indikasi pembedahan antara lain :
1. Stenosis komplit lumen esofagus yang gagal dilakukan usaha dilatasi.
2. Terdapat gambaran ireguler dan seperti membentuk kantong pada dinding
esofagus dengan pemeriksaan kontras barium.
3. Pembentukan fistula
4. Tidak bisa mempertahankan lumen setelan dilakukan businasi sebanyak 40
French.
5. Pasien yang menolak atau tidak bisa dilakukan businasi dalam jangka waktu
lama.
6. Timbulnya komplikasi seperti perforasi, mediastinitis atau peritonitis.
17
18
19
BAB III
KESIMPULAN
Esofagitis korosif ialah peradangan di esofagus yang disebabkan oleh
luka bakar karena zat kimia bersifat korosif. Penyebab esofagitis korosif adalah
asam kuat, basa kuat dan zat organik. Keluhan dan gejala yang timbul akibat
tertelan zat korosif tergantung pada jenis zat korosif, konsentrasi zat korosif,
jumlah zat korosif, lamanya kontak dengan dinding esofagus, sengaja diminum
atau tidak dan dimuntahkan atau tidak.
Diagnosis ditegakkan dari adanya riwayat tertelan zat korosif atau zat
organik, pemeriksaan fisik, bukti-buki yang diperoleh ditempat kejadian,
pemeriksaan
radiologik,
pemeriksaan
laboratorium
dan
pemeriksaan
esofagoskopi.
Penatalaksanaan
esofagitis
korosif
bertujuan
untuk
mencegah
pembentukan striktur. Terapi esofagitis korosif dibagi dalam fase akut dan fase
kronik. Pada fase akut, dilakukan perawatan umum dan terapi khusus berupa
terapi medik dan esofagoskopi. Fase kronik telah terjadi striktur, sehingga
dilakukan dilatasi dengan bantuan esofagoskop.
Komplikasi esofagitis korosif dapat berupa syok, koma, edema laring,
pneumonia aspirasi, perforasi esofagus, mediastinitis, dan kematian. Prognosis
tergantung dari derajat luka bakar yang dialami pasien, serta jenis zat yang
tertelan, lama paparan, pH, volume, konsentrasi, kemampuannya menembus
jaringan, serta jumlah kerusakan jaringan yang diperlukan untuk menetralisir zat
yang masuk.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi, Eflaty A, Iskandar, N. Editor. 2003. Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher Edisi Kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. Lionte C, et all. 2007. Unusual Presentation and Complication of Caustic
Ingestion; Case Report. http://www.jgld.ro/12007/12007_17.pdf [Diakses 2
Desember 2011].
3.
Wen,
Jessica.
2008.
Esophagitis.
http://www.emedicine.com/ped/
Kardon,
EM.
2008.
Toxicity,
Caustic
Ingestion.
Niki.
2008.
Human
Biology.
http://www.training.seer.cancer.gov/
[Diakses
Desember 2011].
13. Sjamsuhidayat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong, Edisi
3, EGC, Jakarta.
21