You are on page 1of 2

UJI TEST PEMATANGAN PARU

National Institutes of Health menyatakan bahwa pemberian dosis tunggal kortikosteroid dapat
mengurangi angka kejadian suatu respiratory distress, dan perdarahan intraventricular pada bayi
prematur yang berumur antara 24 sampai 34 minggu. American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) and American Academy of Pediatrics mempertimbangkan bahwa semua
wanita yang memiliki resiko kelahiran prematur pada usia gestasi ini merupakan kandidat yang
baik untuk terapi tersebut. Hal ini disebabkan usia gestasi lebih dari 34 minggu, hanya sekitar
4% bayi yang memiliki resiko berkembang menjadi suatu respiratory distress.

Amniosentesis pada pemeriksaan maturitas paru


Indikasi dari suatu persalinan bayi perlu diketahui pada saat kondisi intrauterine lebih buruk
dibandingkan resiko yang dimiliki neonatus itu sendiri, sekalipun pasien tersebut belum cukup
bulan. Jika derajat kegawatdaruratan tidak ditemui dan kriteria untuk dilakukan suatu persalinan
secara elektif juga tidak ditemukan, maka amniosentesis dan analisis cairan amnion dapat
digunakan untuk memastikan suatu maturitas paru pada neonatus. Untuk melakukan
pemeriksaan ini, dibutuhkan beberapa metode untuk menentukan konsentrasi fosfolipid dari
surfaktan yang aktif pada suatu cairan amnion. Pengambilan cairan hamper serupa dengan
amniosentesis yang dilakukan pada trimester ke-2. Dengan sampel yang diperoleh, komplikasi
terhadap terjadinya suatu persalinan yang mendadak meningkatkaan 1 persen dari prosedur yang
dilakukan. Berdasarkan suatu analisis, kemungkinan dari terjadinya suatu sindrom distres nafas
tergantung oleh jenis tes yang digunakan dan usia gestasional dari neonatus tersebut. Pemberian
kortikosteroid dalam proses pematangan paru memiliki efek yang beragam dari setiap tes yang
dilakukan.
Lecithin Sphingomyelin (L/S) Ratio
Saat ini pemeriksaan ini sudah jarang dilakukan, Sebelumnya L/S ratio merupakan pemeriksaan
gold standard. Dipalmitoylposphatidylcholine (DPPC), yaitu, lecithin beserta
phosphatidylinositol dan terutama phosphatidylglycerol (PG) merupakan komponen yang
penting dari lapisan permukaan yang secara aktif mencegah suatu alveolar kolaps. Sebelum usia
34 minggu, lecithin dan sphingomyelin dapat ditemukan pada cairan amnion pada konsentrasi

yang sesuai. Pada usia gestasi 32 sampai 34 minggu, konsentrasi dari lecithin relative bersama
dengan sphingomyelin mulai meningkat. Telah dilaporkan dari suatu penelitian resiko dari suatu
sindrom distres nafas kecil persentasenya apabila konsentrasi dari lechitin ditemukan dua kali
dari sphingomyelin. Sebaliknya, terdapat suatu peningkatan resiko terjadinya sindrom distres
nafas apabila rasio <2. Karena lecithin dan sphingomyelin ditemukan pada darah dan meconium,
kontaminasi dapat membuat kesalahan yaitu hasil nilai L/S rasio yang lebih rendah.
Phosphatidylglycerol
Sebelumnya telah diketahui sindrom distres nafas dapat terjadi meskipun nilai rasio L/S > 2 pada
bayi dengan ibu yang memiliki diabetes. Beberapa peneliti merekomendasikan
phosphatidylglycerol pada cairan amnion ibu yang memiliki diabetes dapat didokumentasikan.
Pada penelitian terakhir masih belum diketahui secara pasti mengenai diabetes dapat
mempengaruhi nilai false-positive dari hasil suatu tes fosfolipid pada proses pematangan paru.

Fluorescence Polarization
Pemeriksaan ini secaraa otomatis menilai rasio antara surfaktan terhadap albumin pada cairan
amnion yang tak tersentrifugasi dan memberikan hasil dalam waktu kurang lebih 30 menit. Rasio
> 50 . Pemeriksaan ini secara komersial tersedia dari tes TDx-FLM. Pada beberapa sumber
penelitian emngatakan tes TDx-FLM memiliki tingkat keefektifitasan menyamai atau
mengungguli dari pemeriksaan rasio L/S, Foam stability index, atau pemeriksaan
phosphatidylglycerol. Pada saat ini TDx-FLM II yaitu bentuk modifikasi lebih lanjut merupakan
tes utama yang paling sering digunakan dalam menilai maturitas paru neonatus dengan ambang
batas 55 mg/g.

You might also like