You are on page 1of 5

JOURNAL READING

HUBUNGAN HIPERPLASIA MIKROGLANDULAR


SERVIKS DENGAN PAPARAN PROGESTIN EKSOGEN

dr.

Pembimbing:
Ismu Setyo Djatmiko, Sp. OG
Penyusun:
Melany Intan 2014-061-062

Departemen Ilmu Kebidanan dan Kandungan


Rumah Sakit Umum Daerah R. Syamsudin, SH Sukabumi
Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Periode 11 Juli 2016 6 Agustus 2016
TUJUAN: Meskipun hiperplasia mikroglandular adalah lesi jinak endoserviks namun
hiperplasia mikroglandular ini dapat menjadi ganas. Hal ini diduga memiliki hubungan
dengan paparan progestin, tetapi hal ini belum diteliti secara lebih mendalam. Tujuan dari
studi ini adalah untuk mengevaluasi hubungan tersebut.
METODE: Studi ini merupakan studi case control pada pasien dari 1 Januari 1991
sampai 1 November 2014 di Rumah Sakit University, Newark, New Jersey. Kasus
hiperplasia mikroglandular dan kelompok kontrol diidentifikasi dari dokumen
Departemen Patologi. Kelompok kontrol adalah kasus kuretase endoserviks yang tidak

terdeteksi adanya hiperplasia mikroglandular. Rekam medis digunakan sebagai bukti


adanya paparan progestin eksogen dalam waktu 6 bulan terakhir.
HASIL: Terdapat 89 kasus hiperplasia mikroglandular dan 97 kasus kontrol. Pada kasus
hiperplasia mikroglandular, 26 wanita (29,2%) dari 89 kasus terpapar progestin eksogen
yang secara siknifikan lebih besar dibandingkan kasus kontrol (10/97, 10,3%; p = 0,0014)
KESIMPULAN: Data ini menunjukkan secara siknifikan bahwa persentase wanita yang
terkena hiperplasia mikroglandular dengan paparan progestin lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita yang tidak memiliki lesi jinak ini.

Hiperplasia mikroglandular adalah lesi jinak endoserviks yang diagnosisnya tidak


boleh keliru dengan adenokarsinoma. Menurut ahli patologi, hiperplasia mikroglandular
dapat manjadi ganas. Hal ini diduga memiliki hubungan dengan penggunaan pil
kontrasepsi oral atau terapi pengganti hormon, yang dianggap karena efek stimulasi
progestin. Tetapi pada studi lain sering terdapat kondisi lain seperti agen non-progestin
yaitu kehamilan juga meningkat, Hal ini yang membuat sulitnya memastikan hubungan
progestin dengan hiperplasia mikroglandular ini. Tujuan dari studi ini adalah untuk
menilai hubungan paparan progestin eksogen dengan hiperplasi mikroglandular serviks
METODE

Studi ini merupakan studi observasi case control pada pasien dari 1 Januari 1991
sampai 1 November 2014 di Rumah Sakit University, Newark, New Jersey. Kasus
hiperplasia mikroglandular serviks dan kelompok kontrol diidentifikasi dan diseleksi dari
dokumen Departemen Patologi. Kasus hiperplasia mikroglandular yang dimasukkan
dalam studi ini adalah pasien yang didiagnosis memiliki hiperplasia mikroglandular
selama periode studi ini. Kelompok kontrol adalah kasus kuretase endoserviks yang tidak
terdeteksi adanya hiperplasia mikroglandular. Rekam medis digunakan sebagai bukti
apakah terdapat paparan progestin eksogen selama 6 bulan terakhir. Paparan progestin
eksogen dapat berasal dari IUD, injeksi medroksiprogesteron asetat secara intramuskular,
atau kombinasi pil kontrasepsi oral atau patch. Pil kontrasepsi oral atau patch yang
merupakan kombinasi estrogen/progestin memiliki efek progestin lebih dominan yang
terbukti pada gambaran histologi endometrium. Studi ini menggunakan tes Fisher exact
dan Mann-Whitney. Nilai p kurang dari 0,05 dikatakan siknifikan.
HASIL
Terdapat 101 kasus hiperplasia mikroglandular serviks dan 140 kasus tanpa
hiperplasia mikroglandular yang telah diidentifikasi. Kasus yang tidak diikutsertakan
dalam studi ini adalah jika terdapat riwayat hamil dalam waktu 6 bulan terakhir atau jika
pasien post-menopause. Pada kelompok hiperplasia mikroglandular, 7 wanita memiliki
riwayat kehamilan dalam waktu 6 bulan terakhir dan 5 wanita post-menopause. Pada
kelompok kontrol, 7 wanita memiliki riwayat kehamilan dalam waktu 6 bulan terakhir
dan 36 wanita post-menopause. Sehingga total terdapat 89 kasus hiperplasia
mikroglandular dan 97 kelompok kontrol yang dinilai.
Pada kasus hiperplasia mikroglandular, 26 kasus (29,2%) terpapar progestin
eksogen, sedangkan pada kasus kontrol terdapat 10 kasus (10,3%) yang terpapar
progestin eksogen (p = 0,0014). Saat peneliti tidak mengikutsertakan pasien yang
terpapar progestin dari pil kontrasepsi oral atau patch, meskipun jumlah pasien dari
masing-masing grup menjadi kecil, perbedaannya tetap siknifikan (p = 0,028).
Tabel 1. Paparan Progestin pada Wanita dengan Hiperplasia Mikroglandular Serviks

Tipe

Kelompok 1:

Rata-Rata

Pil

Injeksi

Levonegestrel

Total

Usia

kontrasepsi

medroksi

-releasing

paparan

Kelompok

oral atau

progesteron

IUD

progestin

patch

asetat IM

38,6

15

26

38,1

10

hiperplasia
mikroglandular
(n= 89)
Kelompok 2:
kontrol (n=97)

DISKUSI
Hiperplasia mikroglandular serviks merupakan kasus yang cukup sering
ditemukan. Hiperplasia mikroglandular merupakan salah satu dari kelompok lesi
pseudoneoplastik glandular endoserviks yang mirip dengan neoplasia glandular serviks.
Pengalaman yang kurang atau pada kasus dengan spesimen biopsi yang terlalu kecil
dapat menyebabkan kekeliruan diagnosis dengan keganasan pada endometrial.
Pemeriksaan imunohistokimia mungkin dapat membantu penegakkan diagnosis. Adanya
gambaran hiperplasi mikroglandular dapat disebabkan oleh sel glandular atipikal yang
dapat diobservasi menggunakan pemeriksaan sitologi servikovaginal.

Gambar 1. Hiperplasia mikroglandular serviks yang menunjukkan adanya gambaran


glandular yang banyak dengan tidak adanya atipia atau aktivitas mitosis yang terlihat. Sel
inflamasi dapat dilihat di celah antar glandular

Studi mengenai hubungan progestin eksogen dengan hiperplasia mikroglandular


hanya sedikit. Pada studi pertama, 13,2% pasien yang menggunakan levonegestrelreleasing IUD ditemukan memiliki hiperplasia mikroglandular. Studi kedua menunjukkan
hanya 1,3% yang terpapar progestin terkena hiperplasia mikroglandular. Jaringan dari
beberapa kasus dilakukan pemeriksaan imunohistokimia untuk mengetahui reseptor
estrogen dan progesteron, dan profil epitel glandular yang menunjukka reseptor estrogen
positf dan reseptor progesteron negatif. Greeley et al. tidak menemukan hubungan
hiperplasia mikroglandular dengan penggunaan kontrasepsi oral atau terjadinya
kehamilan. Chumas et al. menunjukkan bahwa hiperplasia mikroglandular menunjukkan
bentuk sel hiperplasia dan melibatkan paparan progestin, namun tidak diketahui apakah
lesi akan terus bertahan setelah paparan berakhir. Banyak dari kasus mereka tidak
mendapat paparan kontrasepsi oral, meskipun beberapa dari mereka hamil.
Studi ini memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan. Data terbatas pada
retrospektif. Jumlah kasus dan kelompok kontrol sedikit. Tetapi studi ini tidak seperti
studi lain yang melibatkan pasien dengan paparan progestin dari kehamilan, karena
jaringan pada wanita hamil terpapar banyak hormon dan faktor pertumbuhan yang akan
meningkatkan level progesteron. Peneliti tidak melakukan pemeriksaan jaringan dari
pasien hamil supaya menghindari adanya variable pengganggu (confounding). Data saat
ini dapat menunjukkan adanya hubungan antara paparan progestin eksogen dan
hiperplasia mikroglandular.

You might also like