You are on page 1of 21

Infeksi Saluran Kemih

Varlye Victor Kantohe


102010118
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)
Jalan Arjuna Utara No 6 Jakarta Barat 11470
@varlyevictor

Pendahuluan
Infeksi saluran kemih ( ISK ) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan,
dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak,
remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita
lebih sering dari pria dengan angka populasi umumnya kurang lebih 5 15 %. Angka
keseringan (incidence) ISK tergantung dari beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, dan
faktor-faktor yang dapat menurunkan mekanisme daya penangkal saluran kemih (defence
mechanism). Semua faktor tersebut menentukan tipe ISK (uncomplicated atau complicated)
perjalanan penyakit (akut atau rekuren) dan penanganan rasional termasuk pemberian obat
yang adekuat. Dalam upaya pendekatan diagnosis, dua sasaran obyektif yang harus
diidentifikasi yaitu manifestasi klinik dan bakteriuria patogen. Kedua sasaran tersebut saling
berkaitan, tidak terpisahkan. Bakteriuria dengan jumlah bermakna (significant bakteriuria) saja
tanpa manifestasi klinik bukan ISK, dikenal sebagai asymtomatic bacteriuria (covert
bacteriuria).

Anamnesis1,2
Anamnesis merupakan wawancara antara dokter dengan pasien/penderita atau
keluarganya/orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien, mengenai semua data info
yang berhubungan dengan penyakitnya. Anamnesis terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

Autoanamnesis, yaitu wawancara yang dilakukan antara dokter dan pasiennya secara
langsung, dimana pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter dan
menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien sendirilah
yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan.

Alloanamnesis, yaitu wawancara yang dilakukan antara dokter dan orang yang
mempunyai hubungan dekat dengan pasien, seperti keluarga, pembantu, atau babysitter,
dikarenakan pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab
pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, sehingga perlu orang lain untuk menceritakan
permasalahnnya.

Pada anamnesis ditanya :

Biodata pasien

Identitas Pasien.
Menanyakan kepada pasien :
Nama lengkap pasien, umur,tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan,agama,
pekerjaan,suku bangsa.

Data yang lain harus ditanyakan kepada pasien dengan jelas.

Keluhan utama.

Riwayat penyakit sekarang

Pada riwayat ini bisa ditanyakan :


-

Bagaimana pola berkemih pasien? Tujuannya untuk mendeteksi faktor predisposisi


terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)

Adakah disuria?

Adakah bau urine yang menyengat?

Bagaimana volume urine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?

Adakah nyeri suprapubik? Nyeri suprapubik menunjukkan adanya infeksi pada


saluran kemih bagian bawah.

Adakah nyeri panggul atau pinggang? Nyeri panggul atau pinggang biasanya pada
infeksi saluran kemih bagian atas.

Adakah peningkatan suhu tubuh? Peningkatan suhu tubuh biasanya terjadi pada
infeksi saluran kemih bagian atas.

Riwayat kesehatan :

Adakah riwayat infeksi saluran kemih?

Adakah riwayat pernah menderita batu ginjal?

Adakah riwayat penyakit diabetes melitus, jantung?

Apakah terjadi inkontinensia urine?

Pemeriksaan Fisik3
Pemeriksaan Ginjal
a. Palpasi
Pada keadaan normal ginjal tidak teraba pada

pemeriksaan palpasi. Adanya

pembesaran ginjal ini merupakan hal yang penting dalam menentukan diagnosis. Pemeriksaan
dilakukan pada kedua ginjal, yaitu ginjal kiri dan ginjal kanan. Pada pemeriksaan ginjal kiri,
pemeriksa harus berdiri di sebelah kiri pasien. Pemeriksa meletakkan tangan kanan pada
bagian bawah tubuh pasien sejajar dengan iga ke-12, dengan ujung jari menyentuh sudut
kostovertebra, dan angkat telapak tangan tadi ke atas untuk menggeser ginjal kiri ke arah
anterior. Pemeriksa meletakkan telapak tangan kirinya pada kuadran kiri atas, lateral dan
paralel dengan rektus abdominis, dan mintalah pasien untuk menarik nafas dalam. Pada saat
puncak respirasi, pemeriksa menekan dalam dan kuat dengan tangan kiri ke arah kuadran kiri
atas, tepat di bawah tepi kosta, dan usahakan untuk menangkap ginjal kiri diantara kedua
tangannya. Kemudian minta pasien untuk mengeluarkan nafas dan perlahan-lahan lepaskan
tekanan tangan kiri, rasakan pergerakan ginjal kiri ke tempatnya semula, Bila ginjal tersebut
teraba, uraikan bagaimana ukuran, bentuk, dan adakah rasa nyeri. Pada pemeriksaan ginjal
kanan, pemeriksa harus pindah ke sebelah kanan pasien. Dan prosedur pemeriksaan berjalan

seperti di atas, ginjal kanan normal mungkin teraba pada pasien yang kurus dan pada wanita
yang sangat relaks. Kadang-kadang ginjal kanan terletak lebih anterior, dan harus dibedakan
dari liver, dimana tepi liver teraba lebih runcing, sedangkan tepi bawah ginjal teraba lebih
bulat. Sebab-sebab pembesaran ginjal misalnya hidronefrosis, kista, dan tumor ginjal.
Sedangkan pembesaran ginjal bilateral mungkin disebabkan oleh penyakit ginjal polikistik
(polycystic kidney diseases). Adanya masa pada sisi kiri, mungkin disebabkan karena
splenomegali hebat atau pembesaran ginjal kiri.
b. Perkusi
Untuk menemukan rasa nyeri pada ginjal dapat dilakukan pemeriksaan perkusi dengan
kepalan tangan, selain dengan cara palpasi diatas. Pemeriksa meletakkan tangan kirinya pada
daerah kostovertebral belakang, lalu pukul dengan permukaan ulnar tinju dengan tangan
kanannya. Gunakan tenaga yang cukup untuk menimbulkan persepsi tapi tanpa menimbulkan
rasa nyeri pada pasien normal. Rasa nyeri yang ditimbulkan dengan pemeriksa ini dapat
disebabkan oleh pielonefritis, tapi juda dapat disebabkan hanya karena nyeri otot.
Pemeriksaan Kandung Kemih
Kandung kemih biasanya tidak dapat diraba pada pemeriksaan fisik abdomen, orang
normal, baru bila kandung kemih membesar sampai diatas simpisis pubis, barulah dapat teraba.
Pada palpasi puncak kandung kemih yang membesar terasa licin dan bulat, carilah tanda-tanda
nyeri. Pada pemeriksaan perkusi, carilah daerah pekak (dullness) dan sampai berapa tinggi
diatas simpisis pubis.
Pemeriksaan Penunjang5,6,7
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya adalah sebagai berikut:

Analisa Urin (urinalisis)

Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)


Pemeriksaan kimia
Uji resistensi
Tes Dip stick
Investigasi lanjutan meliputi: radiologis (rontgen), IVP (pielografi intra vena), USG dan
Scanning. Pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
batu atau kelaianan lainnya.

Indikasi investigasi lanjutan :

ISK kambuh
Pasien laki laki
Gejala urologik : kolik ginjal, piuria. Hematuria
Hematuria persisten
Mikroorganisme jarang
ISK berulang dengan interval < 6 minggu

Analisa Urin (urinalisis)

Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin).

Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adalah
ISK.Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air
kemih.Adanya leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan
ginjal.Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula
dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu
dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.

Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin)

Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila dijumpai 5-10
eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau
nekrosis papilaris.
Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)

Mikroskopis

Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan). Positif jika ditemukan 1 bakteri per
lapangan pandang.

Biakan bakteri / kultur

Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam
jumlah bermakna yaitu lebih dari 105 organisme/ml (cfu/ml) dari pengumpulan urin secara
midstream. Sedangkan dalam pengumpulan urin dengan cara yang lain, bakteri bermakna
dalam rentang >102 cfu/ml. Pada penderita asimptomatik, infeksi dapat ditegakkan bila
ditemukan organism > 105 cfu/ml pada 2 atau 3 spesimen berurutan.
Pemeriksaan kimia
Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin.Contoh, tes reduksi
nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif.Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali
enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari 100.000 - 1.000.000 bakteri.
Diagnosis Kerja

Berdasarkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik diangnosis kerjanya adalah sistitis atau
Infeksi saluran kemih bawah yang menyebar keatas.Infeksi saluran kemih adalah infeksi akibat
dari terbentuknya kuman disaluran kemih.Infeksi saluran kemih (ISK) dua macam :
a. ISK bagian bawah (uretritis, sistitis)
b. ISK bagian atas (pielonefritis)
Diagnosis Banding5,6,7
Pielonefritis Akut
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh radang intertisial
sekunder mengenai tubulus, dan akhirnya dapat mengenai kapiler glomerolus disertai
manisfestasi klinik dan bakteriuria tanpa ditemukan kelainan-kelainan radiologi. Istilah
pielonefritis lebih sering dipakai dari pada pielitis, karena infeksi pielum yang berdiri sendiri
tidak pernah ditemukan diklinik.
Etiologi
Pada umumya kuman yang menyebabkan infeksi ini berasal dari saluran kemih bagian bawah
yang naik ke ginjal melalui ureter. Kuman kuman itu adalah Escheria coli, Proteus spp, dan
kokus gram positif yaitu: Streptococcus faecalis, enterococcus. Kuman Stafilococcus aureus
dapat menyebabkan pielonefritis melalui penyebaran secara hematogen, meskipun jarang
dijumpai.
Gejala Klinis
Gambaran klasik dari pielonefritis akut adalah demam tinggi dengan disertai menggigil, nyeri
di daerah perut dan pinggang, disrtai mual dan muntah. Kadang-kadang terdapat gejala nyeri
pada buli-buli berupa disuria, frukuensi dan urgensi.

Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri pinggang dan perut, suara usus melemah seperti ileus
paralitik.
Urolitiasis
Urolithiasis adalah pembentukan batu saluran kemih (BSK), atau keadaan yang dihubungkan
dengan adanya batu saluran kemih.
Batu saluran kemih dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Batu Kalsium
Merupakan jenis batu yang paling banyak ditemukan, yaitu 70-80% dari jumlah pasien
BSK. Ditemukan lebih banyak pada laki-laki dan paling sering ditemui pada usia 20-50 tahun.
Kandungan batu ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari keduanya.
Kelebihan kalsium dalam darah secara normal akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urin.
Penyebab tingginya kalsium dalam urin antara lain peningkatan penyerapan kalsium oleh usus,
gangguan kemampuan penyerapan kalsium oleh ginjal dan peningkatan penyerapan kalsium
tulang.
2. Batu Infeksi/Struvit
Disebut juga batu infeksi karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi
saluran kemih. Bakteri dalam saluran kemih mengeluarkan bahan yang dapat menetralisir asam
dalam urin sehingga bakteri berkembang biak lebih cepat dan mengubah urin menjadi
bersuasana basa. Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat dan
karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.Terdapat
pada sekitar 10-15% dari jumlah pasien BSK dan lebih banyak pada wanita.Batu struvit
biasanya menjadi batu yang besar dengan bentuk seperti tanduk (staghorn).1-3
3. Batu Asam Urat

Ditemukan 5-10% pada penderita BSK dan lebih banyak diderita laki-laki.Sebagian dari
pasien jenis batu ini menderita gout.Gejala dapat timbul dini karena endapan/kristal asam urat
(sludge) dapat menyebabkan keluhan berupa nyeri hebat (kolik) karena endapan tersebut
menyumbat saluran kencing.Batu asam urat bentuknya halus dan bulat sehingga sering kali
keluar spontan.Batu asam urat tidak tampak pada foto polos.
4. Batu Sistin
Jarang ditemukan, terdapat pada sekitar 1-3% pasien BSK. Merupakan suatu penyakit
yang diturunkan.Batu ini berwarna kuning jeruk dan berkilau.Rasio laki-laki dibanding wanita
adalah 1:1. Batu lain yang juga jarang yaitu Batu Silica dan Batu Xanthine.

Etiologi8,9,10
Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri di bawah ini :
a.

Kelompok Enterobacteriaceae seperti :

Escherichia coli

Klebsiella pneumoniae

Enterobacter aerogenes

Proteus mirabilis

b.

Pseudomonas aeruginosa

c.

Acinetobacter

d.

Enterococcus faecalis

e.

Staphylococcus saprophyticus

Tabel 1. Kuman uropatogen yang umumnya diisolasi pada wanita hamil dengan pielonefritis
Escherichia coli

86%

Proteus mirabilis

4%

Klebsiella species

4%

Enterobacter species

3%

Staphylococcus saprophyticus

2%

Streptococcus grup B

1%

Epidemiologi11
Epidemiologi ISK terbagi dalam kelompok nosokomial dan kelompok masyarakat
dimana gejalanya dapat berupa asimptomatik maupun simptomatik. Penggunaan kateter adalah
penyebab terbanyak ISK nosokomial. ISK dapat mengenai laki-laki maupun perempuan. Pada
bayi laki-laki lebih sering terjadi dibanding perempuan. Pada anak dan remaja, perempuan
lebih sering terjadi dibanding laki-laki. Pada dewasa, perempuan lebih sering terjadi dibanding
laki-laki. Pada penderita diatas 60 tahun dijumpai lebih banyak laki-laki dibanding perempuan
terutama jika disertai kelainan struktur maupun fungsi. Studi epidemiologi menunjukkan
adanya bakteriuria yang bermakna (105 organisme/ml urine) pada 1%-4% gadis pelajar, 5%10% pada perempuan usia subur dan sekitar 10% perempuan yang usianya lebih dari 60 tahun.
Hanya sedikit dari kasus ini yang memperlihatkan gejala-gejala klinis infeksi saluran kemih.
Penelitian jangka panjang yang dilakukan pada gadis usia sekolah menyatakan bahwa gadis
yang pernah mengalami bakteriuria bermakna akan lebih mudah terkena infeksi saluran kemih
berulang pada dewasanya, biasanya tidak lama setelah menikah atau selama kehamilan

pertama. Infeksi pada laki-laki jarang ditemukan dan bila terjadi biasanya disebabkan oleh
obstruksi.
Patofisiologi8,9,10
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : endogen yaitu kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat (ascending), hematogen, limfogen, dan eksogen ( akibat pemakaian
kateter). Ada dua jalur utama terjadinya ISK yaitu asending dan hematogen.

Secara asending yaitu:


-

Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: faktor anatomi


dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urine saat miksi,
kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.

Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.

Secara hematogen yaitu:


Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur
dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya
bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Gambar 6. Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.

Mobilitas menurun

Nutrisi yang sering kurang baik

Sistem imunitas yang menurun

Adanya hambatan pada saluran urin

Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensi yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi
terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya
akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen

menyebar ke seluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK,
antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menGakibtakan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefrosis. Penyebab umum
obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering
ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
Manifestasi Klinis11
Pada wanita, ISK yang bergejala dan baru diketahui untuk pertama kali, untuk
keperluan pengobatannya antara lain harus ditentukan ada infeksi. Pada populasi banyak,
secara praktis dan cepat hanya perlu pemeriksaan urinalisis, yaitu mengetahui adanya piuria
dan bukan dengan kultur atau pemeriksaan kepekaan, oleh karena anti mikroba masih peka
terhadap Escherichia coli atau Staphylococcus saprophyticus. Kecuali pada pasien-pasien yang
mendapat infeksi waktu dirawat di rumah-sakit, antara lain akibat kateterisasi saluran kemih
bagian bawah, uropati obstruktif dan gagal ginjal. Pada umumnya sifat dari kuman yang sama,
sudah berbeda sehingga tidak lagi peka terhadap semua obat. Sebagian kecil dari wanita
dengan disuria akut yang berulang, kultur urin negatif. Hal tersebut terdapat pada sistitis
interstitialis, uretritis oleh karena Nesseria gonokokus atau Klamidia trakomalis. Pada ISK
bagian atas perlu pemeriksaan kultur. Menurut gejala, tanda dan kelainan urinnya, dapat
disebabkan oleh pielonefritis akut, pielonefritis sub akut, I.S.K. bagian bawah yaitu sistitis dan
atau uretritis, uretritis Klamidia atau gonokokus, vaginitis, sistitis interstisial dan

bukan

infeksi. Pada wanita muda yang seksual aktif, penyebab primer dari ISK adalah Eschericia coli
dan sekunder oleh Stafilokokus saprophyticus. Pada pria berumur lebih dari 50 tahun yang
sering mengalami kateterisasi saluran kemih. Gejala klinis ISK dapat bervariasi dan tumpang
tindih. Berikut adalah contoh gejala yang biasa terjadi pada ISK.

ISK bagian bawah

Cystitis dan uretritis

- Disuria
- Poliuria / sering berkemih
- Mendesak bila mau berkemih
- Ketidaknyamanan pada supra pubis
- Air kemih keruh, banyak eritrosit

Prostatitis

Demam

Menggigil

Sakit pinggang bawah

Rasa nyeri pada perineum

Mendesak bila mau berkemih

Disuria

Prostat nyeri

Keluar lendir dari urethra

ISK bagian atas

Pielonefritis

- Mendadak demam
- Menggigil
- Sakit di daerah costovertebral
- Leukositosis
- Banyak urin eritosit dalam urin
Gejala klinis pada anak .
- Anak < 3 tahun : demam, muntah, gelisah
- Anak > 3 tahun : demam, nyeri perut, muntah, hilang nafsu makan, sering kencing, nyeri
pada saat kencing
Faktor Resiko4,11
Faktor resiko yang berpengaruh terhadap infeksi saluran kemih:
- Panjang urethra. Wanita mempunyai urethra yang lebih pendek dibandingkan pria
sehingga lebih mudah terkena infeksi saluran kemih
- Faktor usia. Orang tua lebih mudah terkena dibanndingkan dengan usia yang lebih muda.
- Wanita hamil lebih mudah terkena penyakit ini karena penaruh hormonal ketika
kehamilan yang menyebabkan perubahan pada fungsi ginjal dibandingkan sebelum
kehamilan.

- Faktor hormonal seperti menopause. Wanita pada masa menopause lebih rentan terkena
karena selaput mukosa yang tergantung pada esterogen yang dapat berfungsi sebagai
pelindung.
-

Gangguan pada anatomi dan fisiologis urin. Sifat urin yang asam dapat menjadi
antibakteri alami tetapi apabila terjadi gangguan dapat menyebabkan menurunnya
pertahanan terhadap kontaminasi bakteri.

Penderita diabetes, orang yang menderita cedera korda spinalis, atau menggunakan
kateter dapat mengalami peningkatan resiko infeksi.
Sebagian besar infeksi saluran kemih tidak dihubungkan dengan faktor risiko tertentu.

Namun pada infeksi saluran kemih berulang, perlu dipikirkan kemungkinan faktor risiko
seperti :
-

Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih

Gangguan pengosongan kandung kemih (incomplete bladder emptying)

Konstipasi

Operasi saluran kemih atau instrumentasi lainnya terhadap saluran kemih sehingga
terdapat kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar.

Kekebalan tubuh yang rendah

Penatalaksanaan12,13
a. Non Farmakologis

Banyak minum air putih bila fungsi ginjal baik

Higiene genitalia eksterna

b. Farmakologis
Tabel 2. Antimikroba pada ISK bawah
Antimikroba

Dosis

Lama Terapi

Trimetoprim Sulfametoksazol

2x160/800 mg

3 hari

Trimetoprim

2x100 mg

3 hari

Siprofloksasin

2x100-250 mg

3 hari

Levofloksasin
Sefiksim
Sefpodoksim proksetil

2x 250 mg
1x400 mg
2x100 mg

3 hari
3 hari
3 hari

Nitrofurantoin makrosilat

4x50 mg

7 hari

Nitrofurantoin monohidrat makrokristal

2x100 mg

7 hari

Amiksisilin/Klavulanat

2x500 mg

7 hari

Pencegahan13
a. Bagi wanita, setelah buang air kencing membasuh dari depan ke belakang untuk
mencegah masuknya bakteri dari anus ke dalam uretra.
b. Segera buang air kecil apabila bila kandung kemih sudah terasa penuh.
c. Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh
langsung permukaan toilet dan lebih higienis.
d. Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab.

Komplikasi11,13
a. Batu saluran kemih
b. Obstruksi saluran Kemih
c. Sepsis
d. Gangguan fungsi ginjal
e. Infeksi kuman yang multiresisten
Prognosis13
a. Bila segera diobati umumnya baik
b. Dapat terjadi gagal ginjal
c. Pada sistitis hampir selalu reinfeksi
d. Pada infeksi saluran kemih atas lebih banyak terjadi relaps

Kesimpulan
Laki-laki berusia 50 tahun tersebut menderita ISK bawah.

Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: EGC; 2003. h.98-9.
2. .Akunjee N, Akunjee M. Panduan menghadapi bagi mahasiswa tingkat akhir. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011. h.11.

3. Sutandar W, Nah YK. Buku panduan ketrampilan medik skill lab: pemeriksaan urologi
patologis. Jakarta: FK ukrida; 2011. h.26-8
4. Sukandar E. Buku ajar: ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi ke-5. Jakarta: Internal
publishing; 2009. h.1008-14.
5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam jilid 2 edisi V. Jakarta : Interna Publishing; 2009.h:1008 1014.
6. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi Ke-2. Jakarta: Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia: 2003; 62-65.
7. Sukandar E. Nefrologi klinik. Edisi 3. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD; 2006. h. 26-93
8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit volume 2.
Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2006. h.918-24.
9. Cotran, Rennke H, Kumar V. Buku ajar patologi. Edisi ke-7. Jakarta: EGC; 2007.
h.591-3.
10. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
h.718
11. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga; 2006.
h.166-7.
12. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006. h.50

13. Sukandar E. Nefrologi klinik. Edisi 3. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD; 2006. h.26-93.

You might also like