Professional Documents
Culture Documents
ILUSTRASI KASUS
No. Registrasi RS
: 089665
Hari/Tanggal Pemeriksaan
Identitas Korban
Nama
Jenis kelamin
: Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir :
Bangsa
: Indonesia
Agama
Pekerjaan
Alamat
Riwayat
Mayat diterima di Rumah Sakit Pambalah Batung tanggal8 Januari 2016, pukul 11.50
WIB di bawa oleh anggota polri dengan menggunakan mobil polisi.
: 445/-/C-18-VER/RSU
Lampiran
: 1(satu) Berkas
Perihal
: Visum Et Repertum
PROJUSTICIA
Pada hari ini : Senin Tanggal : Delapan Bulan : Januari Tahun dua ribu : Enam belas----------Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
--------------------------------------------------Nama dokter--------------------------------------------------------------------------------------------------NIP------------------------------------------------------Selaku dokter jaga pemerintah di RSUD Pambalah Batung Amuntai, menerangkan bahwa
atas permintaan :
-
Nama
NRP
Pangkat
Jabatan
-------------------------------------------------------------Dengan suratnya tertanggal : Delapan Bulan : Januari Tahun dua ribu : Enam belas------------Nomor : B / 01 / I / 2016 / SPKT/ Lantas/ Serse, telah memeriksa seorang bayi laki laki
yang menurut surat permintaan tersebut :
-
Nama
Umur
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
Suku
Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
Alamat
Korban telah ditemukan di samping Lanting di pinggir sungai dengan posisi mengapung di
desa Palimbangan Sari RT 1 Kecamatan Haur Gading Kabupaten Hulu Sungai Utara----------Pada tanggal : Delapan Bulan : Januari Tahun dua ribu : enam belas------------------------------Jam : sebelas lewat nol nol menit WITA--------------------------------------------------------------Akibat : -----------------------------------------------------------------------------------------------------Korban datang ke RSUD Pambalah Batung Amuntai diantar oleh : Anggota Polri--------------Pada tanggal : Delapan Bulan : Januari Tahun dua ribu : enam belas------------------------------Jam : sebelah lewat lima puluh menit WITA----------------------------------------------------------Sesuai dengan permintaan surat tersebut, maka pemeriksaan yang kami lakukan adalah-------Pemeriksaan
LUAR--------------------------------------------------------------------------------------Yang dilakukan di : Kamar mayat RSUD Pambalah Batung Amuntai-----------------------------Pada hari Jumat Tanggal : Delapan Bulan : Januari Tahun dua ribu : enam belas----------------Pada jam : sebelas lewat lima puluh menit WITA-----------------------------------------------------
PEMERIKSAAN LUAR
1. Jenazah saat di bawa ke kamar jenazah Rumah Sakit Umum Daerah Pambalah Batung
tanpa identitas dalam keadaan dibungkus kain bayi dengan dasar warna biru dan
bergambar mickey mouse di dalam kadus air mineral berwarna coklat, tidak berlabel.
2. Jenazah tidak berpakaian
3. Perhiasan mayat tidak ada
4. Benda disamping mayat tidak ada
5. Kaku mayat tidak ditemukan
6. Lebam mayat ditemukan pada kepala bagian belakang sampai punggung
7. Pembusukan terdapat pada daerah perut kanan bawah berwarna kehijauan tidak hilang
dengan penekanan
8. Jenazah adalah seorang bayi laki laki, berumur kurang lebih lima bulan dalam
kandungan, kulit putih pucat, panjang tubuh dua puluh enam sentimeter, berat tubuh
tiga ratus gram.
9. Identitas khusus tidak ada
10. Kulit kepala berwarna kemerahan , teraba lunak dan sebagian kulit kepala terkelupas,
terdapat lepuh pada dahi sebelah kanan.
11. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh tipis, panjang kurang lebih dua sentimeter,
distribusi tidak merata.
12. Kedua mata terbuka, dan menonjol, selaput bening mata jernih, pupil berwarna hitam,
kornea keruh bulat, diameter masing masing satu setengah sentimeter. Mata sebelah
kanan terlepas dari rongga mata.
13. Hidung berbentuk pesek, kedua daun telinga berbentuk oval
14. Mulut tertutup, gigi geligi belum tumbuh
15. Dari lubang mulut, lubang hidung, lubang telinga, lubang kemaluan dan lubang
pelepas tidak ada keluar cairan maupun darah.
16. Pada tubuh korban tidak ditemukan luka luka
4
PENUTUP
Demikian visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu
menerima jabatan dan berdasarkan Lembaran Negara no. 350 tahun 1937 serta
undang undang No. 8 tahun 1981. ------------------------------------------------------------
Tanda Tangan,
Nama Dokter
NIP
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prosedur Medikolegal
Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup
atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya
dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan. Kewajiban dokter untuk membuat
keterangan ahli telah diatur dalam pasal 133 KUHAP. Pengertian keterangan ahli dipaparkan
pada pasal 1 butir 28 KUHAP:
Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan.
Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik pembantu,
sebagaimana disebutkan pada pasal 6 dan 7 KUHAP. Sedangkan yang berwenang
memberikan keterangan ahli diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (1), yaitu
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
Permintaan keterangan ahli harus dilakukan secara tertulis sebagaimana diatur oleh
pasal 133 ayat (2) KUHAP, yang berbunyi
Permintaan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang
dalam surat ittu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan bedah
mayat.
Beberapa komponen yang diajukan oleh penyidik untuk surat permintaan visum
adalah kop surat kepolisian tempat permintaan visum itu dibuat, tujuan surat permintaan itu,
identitas korban pada kasus ini mayat, keterangan yang didapat saat ditemukannya mayat,
jenis pemeriksaan yang diminta dan jabatan polisi yang meminta dibuatkannya.
6
Penanganan mayat sebagai barang bukti diatur dalam pasal 133 ayat (3) KUHAP,
yang berbunyi demikian
Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus
diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi
label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada
ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
dimintakannya VeR tersebut. Pada bagian ini harus memuat minimal 2 unsur yaitu jenis luka
dan kekerasan dan derajat kualifikasi luka. Hasil pemeriksaan anamnesis yang tidak didukung
oleh hasil pemeriksaan lainnya, sebaiknya tidak digunakan dalam menarik kesimpulan.
Pengambilan kesimpulan hasil anamnesis hanya boleh dilakukan dengan penuh hatihati.Kesimpulan VeR adalah pendapat dokter pembuatnya yang bebas, tidak terikat oleh
pengaruh suatu pihak tertentu.Tetapi di dalam kebebasannya tersebut juga terdapat
pembatasan, yaitu pembatasan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, standar profesi dan
ketentuan hukum yang berlaku.Kesimpulan VeR harus dapat menjembatani antara temuan
ilmiah dengan manfaatnya dalam mendukung penegakan hukum. Kesimpulan bukanlah
hanya resume hasil pemeriksaan, melainkan lebih ke arah interpretasi hasil temuan dalam
kerangka ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.
5. Penutup
Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut dibuat dengan mengingat
sumpah atau janji ketika menerima jabatan atau dibuat dengan mengucapkan sumpah atau
janji lebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan serta dibubuhi tanda tangan dokter
pembuat VeR.
Visum et Repertum Jenazah
Jenazah yang akan dimintakan visum et repertumnya harus diberi label yang memuat
identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan, diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian
tubuh lainnya. Pada surat permintaan visum et repertum harus jelas tertulis jenis pemeriksaan
yang diminta, apakah pemeriksaan luar (pemeriksaan jenazah) atau pemeriksaan
dalam/autopsi (pemeriksaan bedah jenazah).
Bila pemeriksaan autopsi yang diinginkan,maka penyidik wajib memberitahu kepada
keluarga korban dan menerangkan maksud dan tujuan pemeriksaan.Seperti yang tertera pada
pasal 134 KUHAP.
Pemeriksaan forensik terhadap jenazah dengan pemeriksaan luar jenazah dilakukan
dengan tanpa tindakan yang merusak keutuhan jaringan.Pemeriksaan dilakukan dengan teliti
dan sistematik serta kemudian dicatat dirinci mulai dari dari pembungkus atau penutup
jenazah,pakaian,perhiasan, benda-benda yang berada disekitar jenazah, perhiasan, ciri-ciri
umum , tanda-tanda thanatologi,gigi geligi,dan cedera yang ditemukan dipermukaan seluruh
tubuh bagian luar.
Apabila penyidik meminta pemeriksaan luar saja maka kesimpulan visum et repertum
menyebutkan jenis luka atau kelainan yang ditemukan dan jenis kekerasan penyebabnya,
8
sedangkan sebab matinya tidak ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan bedah
jenazah.
Pemeriksaan bedah jenazah menyeluruh yaitu dengan membuka rongga tengkorak,
leher, dada, perut, dan panggul. Kadang kala dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan histopatologik, toksikologik , serologik dan sebagainya.
Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab kematian korban,selain jenis luka atau
kelainan,jenis kekerasan penyebabnya, dan saat kematian seperti yang diuraikan diatas.
B. Tanatologi
Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos
(ilmu). Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang
terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Penyebab, Cara, dan Mekanisme dari Kematian
Mekanisme kematian adalah kekacauan fisik yang dihasilkan oleh penyebab kematian
yang menghasilkan kematian. Contoh dari mekanisme kematian dapat berupa
perdarahan, septikemia, dan aritmia jantung. Ada yang dipikirkan adalah bahwa suatu
keterangan tentang mekanime kematian dapat diperoleh dari beberapa penyebab
kematian dan sebaliknya. Jadi, jika seseorang meninggal karena perdarahan masif, itu
dapat dihasilkan dari luka tembak, luka tusuk, tumor ganas dari paru yang masuk ke
pembuluh darah dan seterusnya. Kebalikannya adalah bahwa penyebab kematian,
sebagai contoh, luka tembak pada abdomen, dapat menghasilkan banyak
kemungkinan mekanisme kematian yang terjadi, contohnya perdarahan atau
peritonitis.
Cara kematian menjelaskan bagaimana penyebab kematian itu datang. Cara kematian
secara umum dapat dikategorikan sebagai wajar, pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan, dan yang tidak dapat dijelaskan atau tidak wajar (pada mekanisme
kematian yang dapat memiliki banyak penyebab dan penyebab yang memiliki banyak
mekanisme, penyebab kematian dapat memiliki banyak cara). Seseorang dapat
9
cadangan glikogen otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin
menggumpal dan otot menjadi kaku.
Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat mulai tampak
kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah
dalam (sentripetal). Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap, dan
dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama.
Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktifitas fisik
sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot-otot kecil dan
suhu lingkungan tinggi.
Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku mayat, antara lain :
a. Cadaveric spasm
b. Heat stiffening
c. Cold stiffening
3. Penurunan Suhu Tubuh (algor mortis)
Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke
benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.
4. Pembusukan (decomposition putrefaction)
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan
kerja bakteri. Autolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam
keadaan steril. Autolisis timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel
pascamati dan hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan.
Pembusukan pertama kali tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna
kehijauan pada perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh
dengan bakteri serta terletak dekat dinding perut, 24 jam setelah mati.
5. Adiposera
Terbentuknya bahan berwarna keputihan, lunak atau berminyak, berbau tengik
yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Dulu disebut sebagai saponifikasi,
tetapi istilah adiposera lebih disukai karena menunjukan sifat-sifat diantara lemak dan
lilin.
6. Mummifikasi
Adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga
terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan. Jaringan
berubah menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput dan tidak membusuk
karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering.
11
C.Pengguguran Kandungan
Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum ialah tindakan menghentikan
kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya.
Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup
atau mati ( Yurisprudensi Hoge Raad HR 12 April 1898 ). Yang dianggap penting adalah
bahwa sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan, kandungan tersebut masih hidup ( HR 1
November 1897, HR 12 April 1898 ).
Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum tentu saja berbeda dengan
perngertian abortus menurut kedokteran, yaitu adanya faktor kesengajaan dan tidak adanya
faktor usia kehamilan.
Kita mengetahui bahwa abortus menurut pengertian kedokteran terbagi ke dalam :
Abortus spontan
Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan di atas ( KUHP ps
349, hukuman ditambah dengan sepertiganya dan pencabutan hak
pekerjaannya ).
12
lain lain, atau bahan yang beracun, seperti strichnin, prostigmin, pilokarpin,
dikumarol, kina dan lain lain.
Pemeriksaan Korban Abortus
Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya perubahan
pada payudara, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan sebagainya. Perlu pula
dibuktikan adanya usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada
genitalia interna / eksterna ,daerah perut bagian bawah.
Pemeriksaan toksikologik dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat yang
dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap hasil usaha
penghentian kehamilan, misalnya yang berupa IUFD kematian janin di dalam rahim
dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa sisa jaringan. Temuan autopsi pada
korban yang meninggal tergantung pada cara melakukan abortus serta interval waktu
antara tindakan abortus dan kematian.
Pada pemeriksaan jenazah, Teare ( 1964 ) menganjurkan pembukaan abdomen
sebagai langkah pertama dalam autopsi bila ada kecurigaan akan abortus kriminalis
sebagai penyebab kematian korban.
Pemeriksaan luar dilakukan seperti biasa sedangkan pada pembedahan
jenazah, bila didapatkan cairan dalam rongga perut, atau kecurigaan lain, dilakukan
pemeriksaan toksikologik.
Dokter memeriksa mayat bayi, bila diminta bantuannya oleh penyidik, diharap
dapat menjawab pertanyaan pertanyaan dibawah ini :
1. Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup ?
2. Berapaah umur bayi tersebut ( intra dan ekstrauterin ) ?
3. Apakah bayi tersebut sudah dirawat ?
4. Apakah sebab kematiannya ?
Lahir mati atau lahir hidup . Pada pemeriksaan mayat bayi baru lahir, harus
dibedakan apakah ia lahir mati atau lahir hidup. Bila bayi lahir mati maka kasus
tersebut bukan merupakan kasus pembunuhan atau penelantaran anak hingga
menimbulkan kematian. Pada kasus seperti ini , si ibu hanya dapat dikenakan tuntutan
menyembunyikan kelahiran dan kematian orang.
Lahir mati ( still birth )adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau
dikeluarkan dari ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan ( baik sebelum ataupun
setelah kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan ). Kematian ditandai oleh
14
janin yang tidak bernapas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain, seperti
denyut jantung, denyut nadi tali pusat atau gerakan otot rangka.
Tanda tanda maserasi ( aseptic decomposition ) . merupakan proses
pembusukan intrauterin, yang berlangsung dari luar ke dalam ( berlainan dengan
proses pembusukan yang berlangsung dari dalam ke luar ). Tanda maserasi baru
terlihat setelah 6 -10 hari kematian inutero. Bila kematian baru terjadi 3 atau 4 hari,
hanya terlihat perubahan pada kulit saja, berupa vesikel atau bula yang berisi cairan
kemerahan. Bila vesikel atau bula memecah akan terlihat kulit cairan berwarna
kemerahan. Bila vesikel atau bula memecah akan terlihat kulit berwarna merah
kecoklatan. Tanda tanda lain adalah epidermis berwarna putih dan berkeriput, bau
tengik ( bukan bau busuk ), tubuh mengalami perlunakan sehingga dada terlihat
mendatar, sendir lengan dan tungkai lunak, sehingga dapat dilakukan hiperekstensi,
otot atau tendon terlepas dari tulang. Pada bayi yang mengalami maserasi, organ
organ tampak basah tetapi tidak berbau busuk. Bila janin telah lama sekali meninggal
dalam kandungan, akan terbentuk litopedion.
Dada belum mengembang, iga masih datar dan diafragma masih setinggi iga
ke 3 4. Sering tukar dinilai bila mayat telah membusuk.
Pemeriksaan makroskopik paru. Paru paru mungkin masih tersembunyi di
belakang kandung jantung atau telah mengisi rongga dada. Osborn ( 1953 )
menemukan pada 75% kasus, ternyata paru paru telah mengisi rongga dada, baik
pada bayi yang lahir mati maupun lahir hidup. Paru paru berwarna kelabu ungu
merata seperti hati, konsistensi padat, tidak teraba detik udara dan pleura yang longgar
( slack pleura ). Berat paru kira kira 1/70 x berat badan.
Uji apung paru. Uji ini harus dilakukan dengan teknik tanpa sentuh , paru
paru tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan
histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.
Umur bayi intra dan ekstra uterin . Penentuan umur janin atau embrio
dalam kandungan rumus De Haas, adalah untuk 5 bulan pertama, panjang kepala
tumit ( cm ) = kuadrat umur gestasi ( bulan ) dan selanjutnya = umur gestasi ( bulan )
x 5.
15
Umur
1 bulan
1 x 1 = 1 ( cm )
2 bulan
2 x 2 = 4 ( cm )
3 bulan
3 x 3 = 9 ( cm )
4 bulan
4 x 4 = 16 ( cm )
5 bulan
5 x 5 = 25 ( cm )
6 bulan
6 x 5 = 30 ( cm )
7 bulan
7 x 5 = 35 ( cm )
8 bulan
8 x 5 = 40 ( cm )
9 bulan
9 x 5 = 45 ( cm )
Perkiraan umur janin dapat pula dilakukan dengan melihat pusat penulangan (
ossification centres ) sebagai berikut :
Pusat penulangan pada
Umur ( bulan )
Klavikula
1,5
Iskium
Pubis
Kalkaneus
56
Manubrium sterni
Talus
Akhir 7
Sternum bawah
Akhir 8
Distal femur
Proksimal tibial
Kuboid
16
Walaupun dalam undang undang tidak dipersoalkan umur bayi, tetapi kita harus
menentukan apakah bayi tersebut cukup bulan atau belum cukup bulan ( prematur ) ataukah
non-viable, karena pada keadaan prematur atau nonviable, kemungkinan bayi tersebut
meninggal akibat proses alamiah besar sekali sedangkan kemungkinan mati akibat
pembunuhan anak sendiri adalah kecil.
Viable ialah keadaan bayi atau janin yang dapat hidup di luar kandungan lepas dari
ibunya. Kriteria untuk itu adalah umur kehamilan lebih dari 28 minggu dengan panjang badan
( kepala tumit ) lebih dari 35 cm, panjang badan ( kepala tungging ) lebih dari 23 cm,
berat badan lebih dari 1000 g, lingkar kepala lebih dari 32 cm dan tidak ada cacat bawaan
yang fatal.
Bayi cukup bulan ( matur ) bila umur kehamilan > 36 minggu dengan panjang badan
kepala tumit lebih dari 48 cm, panjang badan kepala tungging 30 33 cm, berat badan 2500
3000 g dan lingkar kepala 33 cm. Pada bayi cukup bulan, hampir selalu terdapat pusat
penulangan pada distal femur sedangkan pada proksimal tibia kadang kadang terdapat atau
baru terdapat sesudah lahir, juga pada tulang kuboid. Pada bayi wanita, pusat penulangan
timbul lebih cepat.
Sudah atau belum di rawat . Pada bayi yang telah dirawat dapat ditemukan hal hal
sebagai berikut :
Tali pusat
Tali pusat telah terikat, diputuskan dengan gunting atau pisau lebih kurang 5 cm dari
pusat bayi dan diberi obat antiseptik. Bila tali pusat dimasukkan ke dalam air, akan
terlihat ujungnya terpotong rata. Kadang kadang ibu menyangkal melakukan
pembunuhan dengan mengatakan telah terjadi partus presipitatus ( kebrojolan ). Pada
keadaan ini tali pusat akan terputus dekat perlekatannya pada uri atau pusat bayi
dengan ujung yang tidak rata. Hal lain yang tidak sesuai dengan partus presipitatus
adalah terdapatnya kaput suksedaneum, molase hebat dan fraktur tulang tengkorak
serta ibu yang primipara.
Verniks kaseosa( lemak bayi ) telah dibersihkan, demikian pula bekas bekas darah.
Pada bayi yang dibuang ke dalam air verniks tidak akan hilang seluruhnya dan masih
17
dapat ditemukan di daerah lipatan kulit, ketiak, belakang telinga, lipat paha dan lipat
leher.
Pakaian. Perawatan terhadap bayi antara lain adalah memberi pakaian atau penutup
tubuh pada bayi.
Penyebab Kematian . Penyebab kematian tersering pada pembunuhan anak sendiri
adalah mati lemas ( asfiksia ). Kematian dapat pula diakibatkan oleh proses persalinan
( trauma lahir ), kecelakaan ( misalnya bayi terjatuh, partus precipitatus ), pembunuhan
atau alamiah ( penyakit ).
pada kasus pembunuhan, harus diingat bahwa ibu berada dalam keadaan panik
sehingga akan melakukan tindakan kekerasan yang berlebihan walaupun sebenarnya bayi
tersebut berada dalam keadaan tidak berdaya dan lemah sekali. Cara yang tersering
dilakukan adalah yang menimbulkan asfiksia dengan jalan pembekapan, penyumbatan
jalan napas, penjeratan, pencekikan dan penenggalaman. Kadang kadang bayi
dimasukkan ke dalam koper dan sebagainya.
Pada pemeriksaan mayat bayi. Pada prinsipnya sama seperti pada orang dewasa,
hanya saja harus lebih memperhatikan hal hal berikut . Pada pemeriksaan luar,
perhatikan beberapa hal tersebut di bawah ini :
Tali pusat, sudah terputus atau masih melekat pada uri. Bila terputus periksa
apakah terpotong rata atau tidak ( dengan memasukkan ujung potongan ke
dalam air ), apakah sudah terikat dan diberi obat antiseptik, adakah tanda
tanda kekerasan pada tali pusat,hematom atau Whartons jelly berpindah
tempat. Apakah terputusnya dekat uri atau pusat bayi.
18
BAB III
PEMBAHASAN KHUSUS
Surat Permintaan Visum
Pada mayat ini surat permintaan visum belum sesuai dengan pasal 133 ayat 2 yaitu secara
tertulis. Surat ini terdiri dari ;
19
1. Institusi pengirim
Kalimantan Selatan
2. Tujuan surat
3. Identitas
:-
5. Permintaan penyidik
: Pemeriksaan luar
6. Jabatan pengirim
Pada kasus ini, permintaan visum dibuat oleh penyidik dari Kepolisian Resor Hulu
Sungai
Utara,
Sektor
Kalimantan
Selatan
dengan
surat
permintaan
visum
B/01/IV/2015/Reskim. Identitas mayat juga dipaparkan dalam surat tersebut. Di surat tersebut
juga telah jelas tertulis jenis pemeriksaan yang diinginkan, yaitu pemeriksaan luar.
Pengiriman mayat tidak dilengkapi label yang memuat identitas mayat. Dokter yang dimintai
pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman wajib untuk memberikan keterangan untuk
kepentingan peradilan dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan
dalam bidang keahliannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama, cetakan kedua. Jakarta :
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997.
2. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Edisi pertama, cetakan kedua.
Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
1994.
3. Staf Pengajar FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
FKUI, Ed.I, Cetakan III, Jakarta 2000.
21