You are on page 1of 78

IDENTIFIKASI TINGKAT ERODIBILITAS PENGGUNAAN

LAHAN UNTUK TANAMAN SAYURAN


DESA PESANGGRAHAN KECAMATAN BATU

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III


Disusun oleh:
Dhimas Bagus Virgiawan

(110721435009)

Mentari Dian Pertiwi

(110721435061)

Pipit Alfian Kristianto

(110721435005)

Shima Tandya Lestari

(110721435066)

Vidia Izza Rahmawati

(110721435008)

OFFERING B 2011

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
Mei 2014

ABSTRAK
Desa Pesanggrahan adalah salah satu desa di Kecamatan Batu yang memiliki
bentuk lahan asal volkanis dan merupakan salah satu sentra pertanian yang
mengembangkan tanaman sayuran seperti Wortel (Daucus carota), Daun Selada
(Lactuca sativa) , Daun Seledri (Avium graveolens L.), Kubis (Brassica oleracea
L.), Kentang (Solanum tuberosum L.), Sawi (Brassica rapa convar), Daun
Bawang (Allium fistulosum, yang bernilai ekonomis. Ladang sayuran yang berada di
Desa Pesanggrahan yang tepatnya berada di Dusun Toyomerto ditanam pada lahan
curam, hal ini dikhawatirkan akan memicu terjadinya erosi. Jika kegiatan budidaya
tanaman sayuran terus dilakukan tanpa diikuti dengan kegiatan konservasi maka
dapat merugikan masyarakat di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik lahan mengetahui nilai erodibilitas dengan variasi penutup
tanah berupa sayuran yang berbeda. Penelitian ini menggunakan metode survey
dengan menggunakan GPS dan peta unit lahan Desa Pesanggrahan berdasarkan
hasil overlay peta kemiringan lereng, penggunaan lahan dan jenis tanah. Adapun
parameter yang diamati dalam penentuan erodibilitas tanah adalah tekstur tanah,
permeabilitas tanah, struktur tanah dan bahan organik yang terkandung dalam
tanah dan menggunakan metode penentuan tingkat erodibilitas tanah yaitu dengan
rumus Weischmeier sehingga dapat diprediksi tingkat erodibilitas tanah yang
terjadi di wilayah Dusun Toyomerto.Berdasarkan hasil penelitian dengan
menggunakan parameter yang relevan dengan klasifikasi erodibilitas menurut
Dougler& El Swaify, 1976pada bentuk lahan asal volkanis di Dusun Toyomerto
pada lokasi I memiliki nilai 0,32 yang termasuk sedang, pada lokasi II memiliki
nilai 0,40 yang termasuk agak tinggi dan pada lokasi III memiliki nilai 0,47 yang
termasuk tinggi.

Kata kunci: Desa Pesanggrahan, tingkat erodibilitas, unit lahan

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

LEMBAR PENGESAHAN
IDENTIFIKASI TINGKAT ERODIBILITAS PENGGUNAAN LAHAN
UNTUK TANAMAN SAYURAN DESA PESANGGRAHAN KECAMATAN
BATU
Disusun oleh
Nama

: Kelompok Fisik Geografi Offering B 2011

Tanggal Pengesahan : 6 Mei 2014


Tempat

: Universitas Negeri Malang


Mengetahui,

Dosen Pembimbing 1

Dosen Pembimbing 2

Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd.

Drs. Soetjipto T.H.S.H. M.Pd.

NIP. 196207171987012001

NIP. 195609141980021001

Ketua Jurusan Geografi

Dr. Budijanto, M.Sos.


NIP. 195306121980021001

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji, dan syukur penulis panjatkan kekhadirat Allah
SWT, yang telah memberikan limpahan ridho, rahmat dan hidayah-Nya , sehingga
kami

dapat menyelesaikankami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Praktikum Penginderaan Jauh berjudul Identifikasi Tingkat Erodibilitas


Penggunaan Lahan untuk Tanaman Sayuran Desa Pesanggrahan Kecamatan
Batu.
Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan III pada
Sabtu-Minggu, 5-6 April 2014 . Laporan ini ditujukan untuk mengidentifikasi
tingkat erodibilitas berdasarkan penggunaan lahan di Desa Pesanggrahan,
Kecamatan Batu Kota Batu Hasil interpretasi yang dilakukan pada software ARC
GIS 9.3 kemudian diamati kebenarannya di lapangan untuk melihat bentang
lahan yang ada.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih banyak
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini
terimakasih yang sebesar-besarnya ditujukan khususnya untuk :
1. Ibu Prof. Dr. Sumarmi,. selaku Dosen Pembimbing I Kuliah Kerja
Lapangan III yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan
ketelitian serta meluangkan segenap waktu, tenaga, dan pikiran di tengah
kesibukan beliau sehingga kami dapat menyelesaikan laporan penelitian
ini.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

2. Bapak Drs. Soetjipto T.H.S.H. M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II Kuliah


Kerja Lapangan III yang telah meluangkanwaktu, serta arahan bimbingan
kepada penyusun. Penyusun banyak menyampaikan terimakasih.

3. Ibu Ir. Juarti, M.P

atas ilmu, arahan dan bimbingannya melalui

kemudahan dan kelancaran yang diberikan, semangat maupun dukungan


yang diberikan selama ini, sehingga laporan

ini dapat terselesaikan,

penyusun banyak menyampaikan terima kasih


4. Dr. Budijanto, M.Sos. selaku Ketua Jurusan Geografi atas yang telah
meluangkan waktu dan memberikan kemudahan serta kelancaran yang
diberikan sehingga laporan

ini dapat terselesaikan, penulis banyak

menyampaikan terima kasih.


5. Mas Abdullah Arif Kurnia di tengah-tengah kesibukan dalam menyusun
skripsi, yang mana telah meluangkan waktu dalam membantu dan
mengarahkan kami. Kami mengucapkan banyak terima kasih.
Kami menyadari bahwa laporan ini memang jauh dari kata sempurna untuk
memberikan sebuah khazanah baru dalam pengetahuan kita. Penyusun sangat
mengharapkan semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah
secara khusus kepada pemerintah dan masyarakat desa Pesanggrahan dan juga
pihak-pihak lain yang memerlukan.Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.
Wasalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Penyusun

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................
HALAMAN PENGESAHAN ..
KATA PENGANTAR ..
DAFTAR ISI .................
DAFTAR TABEL ........
DAFTAR GAMBAR ....

i
ii
iii
v
vi
vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................
1.6 Jabaran Variabel .....................................................................
1.7 Definisi Operasional .............................................................

1
6
6
7
7
7
8

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Erodibilitas...........................................................
2.2 Faktor-Faktor Erodibilitas .....................................................

9
15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Rancangan Penelitian..........................................................
3.2 Waktu Dan Lokasi Penelitian.............................................
3.3 Alat Dan Bahan..................................................................

21
23
23

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN


4.1 Letak, Luas Dan Batas Wilayah .......................................
4.2 Iklim Dan Curah Hujan ....................................................
4.3 Topografi ..........................................................................
4.4 Kondisi Geologi ...............................................................
4.5 Kondisi Hidrologi ............................................................
4.6 Kondisi Tanah ..................................................................
4.7 Penggunaan Lahan ...........................................................
4.8 Kondisi Sosial ..................................................................

25
28
30
32
35
37
40
42

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Unit Lahan ........................................................................
5.2 Deskripsi Profil Penelitian ...............................................
5.3 Nilai Kepekaan Erosi Tanah ............................................
5.4 Pengaruh Sifat Fisik Dan Kimia Tanah............................57
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ......................................................................
6.2 Saran ................................................................................
DAFTAR RUJUKAN ......................................................................66
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

44
50
56

64
65

LAMPIRAN .....................................................................................
68

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Kelas Erodibilitas Tanah .......................................

13

Tabel 2.2 Penilaian Kelas Struktur Tanah (Ukuran Diameter) ..............

17

Tabel 2.3 Penilaian Kelas Permeabilitas Tanah .....................................

19

Tabel 2.4 Kriteria Bahan Organik............................................................

20

Tabel 4.1 Data Curah Hujan Curah Bulanan di Desa Ngaglik,


Kecamatan Batu, Kabupaten Batu (2004 2013) ..................

29

Tabel 4.2 Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa Pesanggrahan ......

42

Tabel 4.3 Rekap Data Sarana Pendidikan Desa Pesanggrahan ..............

43

Tabel 5.1 Karakterisitik Unit Lahan di Desa Pesanggrahan ...................

44

Tabel 5.2 Sampel Penelitian di Desa Pesanggrahan ................................

50

Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Nilai Erodibilitas Desa Pesanggrahan .......

56

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ...............................................................

22

Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Pesanggrahan .........................................

27

Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Curah Hujan Desa Ngaglik ..............................

29

Gambar 4.3. Peta Topografi Kota Batu ...........................................................

31

Gambar 4.4. Peta Geologi Kota Batu ..............................................................

34

Gambar 4.5 Peta Hidrologi Kota Batu .............................................................

36

Gambar 4.6 Peta Persebaran Jenis Tanah Kota Batu .......................................

39

Gambar 4.7. Peta Penggunaan Lahan Kota Batu ............................................

41

Gambar 5.1 Peta Unit Lahan Desa Pesanggrahan ...........................................

47

Gambar 5.2 Profil Lokasi I .............................................................................

53

Gambar 5.3 Profil Lokasi II ............................................................................

54

Gambar 5.4 Profil Lokasi III ...........................................................................

55

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Fenomena bencana alam menjadi ancaman bagi keberlangsungan
lingkungan karena frekuensi kejadiannya yang meluas di banyak negara dan telah
menimbulkan dampak yang luar biasa baik bagi manusia maupun lingkungannya.
Bahkan

Indonesia

telah

menyusun

undang-undang

khusus

tentang

penanggulangan bencana.Hal ini mengingat frekuensi kejadian dan dampaknya


yang perlu ditangani secara serius.Undang-Undang Penanggulangan Bencana
tahun 2007 menjelaskan bahwa kerusakan lingkungan merupakan salah satu
akibat yang harus dialami saat bencana alam terjadi. Kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan dapat berupa rusaknya kawasan budi daya seperti persawahan,
perkebunan, peternakan dan pertambangan, terjadinya erosi, tanah longsor,
kebakaran hutan, perubahan bentang alam, pendangkalan sungai, hilangnya
sejumlah spesies, rusaknya berbagai habitat flora dan fauna hingga kerusakan
ekosistem. Gagalnya fungsi ekosistem tidak dapat lagi mendukung kehidupan
masyarakat.Kualitas kesejahteraan menurun drastis berikut dengan kesehatan dan
pendidikan, bahkan manusia sebagai pengelola lingkungan hidup juga terancam
jiwa dan keselamatannya saat bencana terjadi (Syadzili, 2007).
Hampir semua jenis bencana alam pernah terjadi di Indonesia, misalnya
gempa bumi, letusan gunungapi, tsunami, banjir, longsor, kekeringan, angin ribut,
dan kebakaran hutan. Setiap bencana tersebut mempunyai tingkat bahaya yang
bervariasi dan mengakibatkan korban jiwa dan kerugian harta benda tergantung

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

pada karakteristik fisik, sosial, dan ekonomi daerah yang terlanda. Meskipun
setiap tahun bencana alam yang terjadi di Indonesia cenderung meningkat, namun
jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda juga cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem penanggulangan bencana
yang terjadi di Indonesia belum berjalan secara optimal.
Di Indonesia, bencana longsor banyak ditimbulkan oleh pengaruh
intensitas hujan yang besar atau gempa bumi. Berdasarkan posisi geografinya,
Indonesia memiliki potensi yang besar untuk terjadinya longsor. Sejak tahun 1998
hingga pertengahan 2008, tercatat 647 kejadian bencana di Indonesia, dimana
85% dari bencana tersebut merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009).
Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia, terutama di Pulau Jawa yang mempunyai frekuensi kejadian longsor
yang sangat tinggi dan hampir setiap tahun mengalami peningkatan yang dipicu
dengan kondisi topografi mulai dari curam sampai sangat curam yang
dikombinasikan dengan curah hujan. Bencana longsor merupakan salah satu
diantara bencana alam yang menimbulkan korban jiwa dan material yang sangat
besar karena menyebabkan kerusakan pada lahan pertanian, pemukiman, fasilitas
umum, dan lain-lain (Sutikno, 1994).
Berdasarkan hasil pemantauan pada tahun 2010 di lapangan oleh
Pemerintah Kota Batu mewaspadai sedikitnya lima titik di Kecamatan Batu dan
Kecamatan Bumiaji yang rawan longsor pada saat musim hujan. Dua titik yang
direkomendasikan untuk segera dibangun ada di Dusun Toyomerto Desa
Pesanggrahan dan Desa Punten Kecamatan Bumiaji. Sementara tiga titik lainnya
berada di dusun Brumbung desa Gunungsari, dusun Banyunung desa Punten,
dusun Kekep desa Tulungrejo. Selanjutnya berdasarkan pemantauan pada tahun
2013 Kota Batu terdapat 10 titik rawan longsor yang tersebar di sejumlah wilayah.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

Di antaranya Sumber Brantas, Talangrejo, Toyomerto, Gunungsari, Tlekung, OroOro Ombo, Songgoriti, dan Songgokerto. Pada tahun 2014 kembali dikejutkan
dengan adanya bencana tanah longor yang melanda Dusun Brumbung, Desa
Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu tertanggal 11 Januari 2014 yang lalu.
Risiko terhadap bencana adalah kemungkinan terjadi bencana dan kemungkinan
kehilangan yang mungkin terjadi pada kehidupan dan atau sarana prasarana fisik
yang diakibatkan oleh suatu jenis bencana pada suatu daerah dalam waktu
tertentu. Risiko bencana dapat ditunjukkan oleh hasil kombinasi antara tingkat
bahaya dengan derajat kehilangan yang mungkin terjadi (Andharisandi, 2008).
Secara umum Kota Batu merupakan merupakan daerah perbukitan dan
pegunungan. Diantara gunung-gunung yang ada di Kota Batu, ada tiga gunung
yang telah diakui secara nasional, yaitu Gunung Panderman (2.010 meter),
Gunung Welirang (3.156 meter), dan Gunung Arjuno (3.339 meter). Sebagian
besar memiliki tanah penutup yang merupakan hasil pelapukan dari batuan
vulkanik, dimana tanah tersebut memiliki sifat yang gembur, dan di daerah ini
banyak dijumpai daerah yang memiliki kelerengan cukup terjal, kedua hal tersebut
adalah faktor pengontrol utama terjadinya gerakan tanah, sehingga apabila musim
penghujan tiba dan turun hujan dengan curah hujan yang cukup tinggi maka halhal tersebut dapat memicu terjadinya gerakan tanah yang dapat mengancam
kelestarian alam dan keselamatan jiwa penduduk setempat.
Selain itu perlu diketahui bahwa Kota Batu dikenal pada sektor pertanian,
yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat di daerah ini. Pengembangan
kawasan agropolitan di Kota Batu terdapat pada beberapa kawasan pertanian yang
kondisi fisik, sosial budaya dan ekonominya cenderung kuat mengarah ke
kegiatan pertanian. Keberadaan gunung, hutan, dan hamparan pertanian yang

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

mendominasi keruangan Kota Batu, sangat sesuai untuk pengembangan wisata


alam terkait dengan potensi yang ada di gunung, hutan, dan kawasan
pertaniannya. Selain itu sebagai kota yang dikenal dengan komoditas apelnya,
pemandangan alam, air terjun, sumber air panas, agrowisata, wisata petualangan,
pemanfaatan pekarangan rumah penduduk yang sebagian besar digunakan untuk
tanaman bunga, apel, apotik hidup, dan lain sebagainya, sehingga menjadi daya
tarik tersendiri dari segi wisata dan lingkungan hidup di samping nilai ekonomis.
Sebagai kawasan agropolitan yang berkembang di Jawa Timur, sebagaian
besar wilayah yang berada di Kota Batu dialokasikan untuk basis pertanian.
Komoditas pertanian yang banyak dihasilkan merupakan komoditas pertanian
tanaman pangan dan holtikultura. Hasil pertanian yang berada di Kota Batu
menjadi sentra utama dalam memenuhi permintaan pasar dalam skala regional.
Dengan adanya kondisi fisik yang rentan terhadap bencana longsor namun disisi
lain pertanian hortikultura berupa sayuran, hal tersebut diharapkan menjadi
pertimbangan dalam pengelolaan secara berkelanjutan.
Salah satu yang menyebabkan kerusakan tanah adalah erosi. Sekali lapisan
tanah hilang akan sangat sulit untuk diperbaharui dan membutuhkan waktu yang
sangat lama. Erosi tanah merupakan faktor penyebab degradasi tanah yaitu
menurunnya produktivitas tanah pada saat ini maupun yang akan datang. Proses
erosi diawali dengan terjadinya penghancuran agregat-agregat tanah sebagai
akibat pukulan air hujan yang mempunyai energi lebih besar dari daya tahan
tanah. Hancuran dari tanah akan menyumbat pori-pori tanah sehingga
menyebabkan kapasitas infiltrasi menurun serta dapat menyebabkan limpasan
permukaan.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh tekstur tanah (terutama


kadar debu dan pasir halus), bahan organik, struktur dan permeabilitas tanah.
Makin tinggi nilai erodibilitas maka makin rentan tanah tersebut terhadap erosi
sedangkan bila nilai erodibilitas rendah maka tanah tersebut tidak peka terhadap
erosi. Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh posisi topografi, kemiringan lereng dan
jumlah gangguan yang dilakukan oleh manusia, erodibilitas memainkan fungsi
ganda meliputi : 1). Ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar, baik oleh
pukulan air hujan maupun limpasan permukaan, 2). Kemampuan tanah untuk
menyerap air hujan.
Penelitian ini difokuskan pada skala lokal mengenai tingkat erodibilitas di
Desa Pesanggrahan Kota Batu Provinsi Jawa Timur. Informasi geografis tentang
erodibilitas tanah untuk mengurangi tingkat kerentanan terhadap suatu bencana
yang terjadi. Informasi yang disajikan secara spatial dengan mengintegrasikan
Sistem Informasi Geografis (SIG). Penyajian informasi tentang kebencanaan
secara spasial sangat menguntungkan masyarakat karena dapat secara langsung
mengenali kondisi daerahnya yang rawan terhadap bencana Salah satu upaya
penanggulangan bencana alam dalam hal ini bencana longsor memerlukan data
spasial tingkat erodibilitas suatu wilayah. Data spasial daerah bahaya longsor
disajikan dalam bentuk peta tingkat erodibilita tanah. Tujuan dari informasi
tentang bahaya longsor adalah untuk mengurangi jumlah korban jiwa dan
kerugian harta benda yang akan timbul akibat bencana longsor.
Perencanaan pengembangan suatu wilayah, agar lebih efektif, efisien dan
sesuai dengan syarat-syarat kelestariannya, perlu dikaji dan dievaluasi kondisi
lingkungan fisiknya. Masalah yang muncul dan dapat menjadi sumber konflik
adalah tata ruang. Masalah tata ruang berkaitan dengan 5 alokasi pemanfaatan

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

lahan antara lain, tumpang tindihnya penggunaan lahan, perubahan status dengan
potensi atau kemampuan daya dukungnya.
Pengelolaan bencana di daerah rawan bencana tanah longsor perlu
dilakukan, maka penelitian yang berjudul Identifikasi Tingkat Erodibilitas
Penggunaan

Lahan

untuk

Tanaman

Sayuran

Dusun

Toyomerto

Desa

Pesanggrahan Kecamatan Kota Batu sangat diperlukan dan dianggap penting


untuk dilaksanakan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sifat tanah di Desa Pesanggrahan Kota Batu (Tekstur tanah,
struktur tanah, permiabilitas tanah)?
2. Bagaiamana variasi tanaman sayuran di Desa Pesanggrahan Kota Batu?
3. Bagaimana kepekaan tanah atau erodibilitas di Desa Pesanggrahan dengan
variasi penutup tanah yang berbeda?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui sifat tanah di Desa Pesanggrahan Kota Batu?
2. Untuk mengetahui variasi tanaman sayuran di Kota Batu?
3. Untuk mengetahui kepekaan tanah dengan variasi penutup tanah sayuran
yang berbeda?

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

1.4 MANFAAT PENELITIAN


1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan serta informasi
kepada masyarakat tentang kepekaan tanah terhadap pengelolaan tanaman
yang dikelola dan memiliki wawasan mengenai tingkat kewaspadaan
terhadap bencana longsor.
2. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat dijasikan sebagai informasi bagi Pemerintah
Kabupaten Malang dan instnasi lain (BAPPEDA, Dinas Tata Ruang) yang
perencanaan, pemanfaatan ruang dalam rangka mengoptimalkan potensi
wilayah.
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Batasan dari penelitian ini adalah penggunaan lahan pertanian untuk
tanaman sayuran di Desa Pesanggrahan Kota Batu. Acuan dari penelitian ini
berdasarkan perbedaan tingkat kemiringan lereng dan jenis tanaman sayur.
1.6 JABARAN VARIABEL
Jabaran penelitian ini meliputi: ukuran partikel (% pasir sangat halus + %
debu x (100 - % liat) % pasir sangat halus = 30 % dari pasir. Kandungan bahan
organik (% C x 1,724). Struktur tanah dengan cara pengharkatan. Permeabilitas
tanah dengan cara pengharkatan.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

1.7 DEFINISI OPERASIONAL


1. Ukuran partikel tanah adalah besar kecilnya butiran tanah berdasarkan pada
halus dan kasarnya tanah.
2. Bahan organik adalah kandungan unsur hara dan mineral tanah yang
berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah.
3. Struktur tanah adalah ukuran gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat
melekatnya butir-butir tanah sama lain.
4. Permeabelitas tanah adalah kemampuan tanah dalam meloloskan air.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN ERODIBILITAS
Erodibilitas adalah kepekaan tanah terhadap daya penghancuran dan
penghanyutan oleh air yang berasal dari curahan hujan.Pada tingkat energi hujan
yang sama, tanah yang memiliki erodibilitas yang tinggi akan lebih mudah
mengalami erosi daripada tanah yang memiliki erodibilitas rendah. Karena
erodibilitas menyangkut ketahanan tanah terhadap pelepasan dan pengangkutan,
serta kemampuan tanah untuk menyerap dan melalukan air dalam tanah, maka
pengetahuan tentang karakteristik fisik tanah mutlak sangat diperlukan sekali.
Adapun karakteristik fisik tanah yang dipandang penting adalah Tekstur, Struktur,
Bahan Organik, Bahan Semen dan Infiltrasi tanah atau permeabilitas.
Erodibilitas sangat penting untuk diketahui agar tindak konservasi dan
pengelolaan tanah dapat dilaksanakan secara tepat dan terarah. Namun demikian,
konsep dari erodibilitas tanah dan bagaimana cara menilainya merupakan suatu
hal yang bersifat komplek atau tidak sederhana, karena erodibilitas dipengaruhi
oleh banyak sekali sifat-sifat tanah. Berbagai usaha telah banyak dilakukan untuk
mendapat suatu indeks erodibilitas tanah yang relatif lebih sederhana, baik
didasarkan dari sifat-sifat tanah yang ditetapkan dilaboratorium atau di lapangan
atau berdasarkan keragaman terhadap hujan.
Kepekaan tanah terhadap erosi,

atau

disebut

erodibilitas

tanah

didefinisikan oleh Hudson (1978) sebagai mudah tidaknya sutu tanah tererosi.
Secara lebih spesifik Young et al. Dalam Veiche (2002) mendefinisikan
erodibilitas tanah sebagai mudah tidaknya suatu tanah untuk dihancurkan oleh
kekuatan jatuhnya butir-butir hujan, dan/atau oleh kekuatan aliran permukaan.
Sementara Wischmeier dan Mannering (1969) menyatakan bahwa erodibilitas

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

alami (inherent) tanah merupakan sifat kompleks yang tergantung pada laju
infiltasi tanah dan kapasitas tanah untuk bertahan terhadap penghancuran agregat
(detachement) senrta pengakutan oleh hujan dan aliran permukaan.
Dinegara negara tropis seperti Indonesia, kekuatan jatuh air hujan dan
kemampuan aliran permukaan menggerus permukaan tanah adalah merupakan
penghancur utama agregat tanah. agregat tanah yang sudah hancur kemudian
diangkut oleh aliran permukaan, mengikuti gaya gravitasi sampai kesuatu tempat
dimana pengendapan terjadi. Keseluruhan proses tersebut, yaitu penghancuran
agregat, pengankutan partikel- partikel tanah, dan pengendapan partikel tanah
disebut sebagai erosi tanah.
Dialam dikenal tiga bentuk erosi, yaitu erosi lembar (sheetl interill
erosion), erosi alur (rill erosian), dan erosi parit (gull erosion). Erosi lembar
merupakan pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu
permukaan bidang tanah. Kekuatan jatuh butir hujan dan aliran air di permukaan
tanah merupakan penyebab utama erosi ini. Erosi alur terjadi jika air
terkonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan tanah,
sehingga proses penggerusan tanah banyak terjadi pada tempat tersebut, yang
kemudian membentuk alur-alur tertentu. Alur-alur tersebut akan hilang saat
dilakukan pengolahan tanah atau penyianggan. Erosi parit terjadi hampir sama
denga erosi alur. Aliran permukaan dengan volume yang lebih besar terkonsentrasi
pada satu cekungan menyebabkan kemampuannya menggerus menjadi sangat
besar, sehingga mampu membentuk parit yang dalam dan lebar, yakni tidak dapat
dihilangkan hanya dengan pengolahan tanah biasa. Beberapa hasil penelitian
menunjukan bahwa erosi lembar merupakan bentuk erosi yang menyumbang
sedimen paling besar dibandingkan dengan bentuk erosi lainnya (Bradford el al.,

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

10

1987 a dan b). Hal ini dimungkinkan karena erosi lembar terjadi pada area yang
relatif luas, sedangan erosi alur atau parit hanya terjadi pada tempat-tempat
tertentu dimana aliran air terkonsentrasi. Oleh karena itu, beberapa peneliti lebih
memfokuskan perhatian pada bentuk erosi lembar, termasuk dalam hubungannya
dengan penetapan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi.
Faktor erodibilitas tanah yang diperoleh dari hasil percobaan sifatnya
sangat spesifik lokasi. Konsekuensinya, untuk mendapatkan faktor erodibilitas
tanah, banyak sekali percobaan yang harus dilakukan, sehingga banyak
menghabiskan banyak biaya dan waktu, juga akan diperlukan banyak sekali plotplot percobaan. Suatu pendekatan yang lebih sederhana dilakukan adalah dengan
menggunakan model prediksi, dengan input data dan sifat-sifat tanah yang mudah
diukur, dan mempunyai koresi kuat dengan erodibilitas tanah.
Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan
jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah
hujan pada sebidang tanah tanpa tanaman, tanpa usaha pencegahan erosi pada
lereng 9 % dan panjang 22 m. Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh
tekstur tanah (terutama kadar debu +pasir halus), bahan organik, struktur dan
permeabilitas tanah (Hardjowigeno, 2003).
Erodibilitas tanah (ketahanan tanah) dapat ditentukan dengan aturan rumus
menurut, perhitungan nilai K dapat dihitung dengan persamaan Weischmeier,
etall, 1971)
Erodibilitas tanah menunjukkan tingkat kepekaan tanah terhadap daya
rusak hujan. Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh tekstur, struktur, kandungan
bahan organik, dan permeabilitas tanah. Rumus K dapat ditentukan dengan
menggunkan Rumus Wischmeier (1987) sebagai berikut:

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

11

K=

2,71 M

1,14

( 104 ) ( 12a ) +3,25 ( b2 ) +2,5(c3)


100

Keterangan:
M = nilai dari (% debu + % pasir sangat halus) (100-% liat)
a = bahan organik
b = harkat struktur tanah
c = harkat permeabilitas
Dimana :
M = ukuran partikel (% pasir sangat halus+ % debu x (100-% liat)
% pasir sangat halus = 30 % dari pasir (Sinukaban dalam Sinulingga,1990)
a = kandungan bahan organik (% C x 1,724)
b = harkat struktur tanah
c = harkat permeabilitas tanah
Erodibilitas tanah juga dapat dapat diduga dengan menggunakan
nomograph (Gambar 1). Sifat-sfat tanah yang menentukan besarnya nilai K
berdasarkan Nomograph tersebut adalah (1) Persen kandungan debu dan pasir
halus, (2) Persen Kandungan pasir, (3) Persen bahan kandungan bahan organik (4)
Struktur tanah, (5) Permeabilitas tanah. Untuk itu diperlukan angka hasil
penetapan sifat- sifat tanah seperti tekstur dengan 4 fraksi ( pasir kasar, pasir
halus, debu, dan liat ) dan bahan organik tanah sedangkan struktur dan
permeabilitas ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan pada profil tanah yang
dapat digambar dalam Nomograph.
Kepekaan tanah terhadap daya menghancurkan dan penghanyutan oleh air
curahan hujan disebut erodibilitas.Jika erodibilitas tanah tersebut tinggi maka
tanah itu peka atau mudah terkena erosi dan jika erodibilitas tanah itu rendah
berarti daya tahan tanah itu kuat atau resisten terhadap erosi.
Untuk menentukan nilai erodibilitas tanah Boycous dalam Rahim (2000)
telah menemukan pada sekitar tahun 1935an tentang The Clay Ratio as a
Criterium Suspectibility of Soil to Erosion kita mendapatkan persamaan sebagai
berikut:

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

12

E = % sand + % silt+% clay


Dimana E = erodibilitas
Sand = pasir
Silt = debu
Clay = liat
Adapun penetapan nilai erodibilitas (K) tanah- tanah yang ada di Indonesia
dapat disajikan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Klasifikasi Kelas Erodibilitas Tanah
Kelas
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nilai K
0,00 -0,10
0, 11 -0,21
0,22- 0,32
0,33 -0,44
0,45 -0,55
0,56 -0,64

Tingkat Erodibilitas
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Agak tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi

Faktor erodibilitas menunjukkan kemudahan tanah mengalami erosi,


semakin tinggi nilainya semakin mudah tanah tererosi.Tingginya faktor
erodibilitas antara satu tempat dengan yang lainnya disebabkan kondisi tekstur
tanahnya yaitu rendahnya tekstur liat, tingginya persentase pasir sangat halus dan
debu jika dibandingkan tanah lokasi yang satu.Menurut Morgan (1986) tekstur
berperan dalam erodibilitas tanah, partikel berukuran besar tahan terhadap daya
angkut karena ukurannya sedangkan partikel halus tahan terhadap daya
penghancur karena daya kohesifitasnya.Partikel yang kurang tahan terhadap
keduanya adalah debu dan pasir sangat halus.
Erodibilitas tanah sangat penting untuk diketahui agar tindakan konservasi
dan pengolahan tanah dapat dilaksanakan secara lebih tepat dan terarah. Namun
demikan, Veiche (2002) menyatakan bahwa konsep dari erodibilitas tanah dan
bagaimana cara menilainya merupakan suatu hal yang bersifat kompleks atau
tidak sederhana karena erodibilitas dipengaruhi oleh banyak sekali sifat-sifat
tanah. Berbagai usaha telah banyak dilakukan untuk mendapatkan suatu indeks
erodibilitas yang relatif lebih sederhana, baik didasarkan pada sifat-sifat tanah

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

13

yang ditetapkan di laboratorium maupun di lapangan atau berdasarkan keragaan


(response) terhadap hujan (Arsyad, 2000).
Topografi berperan dalam menentukan kecepatan dan volume limpasan
permukaan serta erosi.Dua unsur topografi yang berperan adalah panjang lereng
dan kemiringan lereng (Utomo, 1989). Semakin miring suatu lereng maka butirbutir tanah yang terpercik ke bawah oleh tumbukan butir-butir hujan akan
menyebabkan laju erosi semakin tinggi (Arsyad, 2000). Vegetasi mempengaruhi
erosi karena vegetasi melindungi tanah terhadap kerusakan tanah oleh butir-butir
hujan.Dengan adanya vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput-rumputan
dapat menghilangkan pengaruh topografi.
2.2 FAKTOR-FAKTOR ERODIBILITAS
1. Tekstur tanah
Tekstur menunjukkan sifat halus atau kasarnya butiran-butiran tanah
Tekstur ditentukan oleh kandungan pasir, debu dan liat yang terdapat dalam
permukaan tanah. Tekstur tanah yang terlibat dalam butiran berjarak 200 mikron
sampai ukuran 0,01 mikron. Butir-butir liat yang lebih kecil dari ukuran 0,01
mikron wujudnya dalam bentuk koloid. Suatu gumpal tanah tidak pernah tersusun
hanya satu macam tekstur secara tersendiri.Langkah pertama untuk menentukan
tekstur ialah menganalisa fraksi-fraksi tanah tersebut (Rafii, 1990).
Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran.Bagian tanah yang
berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar.Tekstur tanah menunjukkan kasar
halusnya tanah.Berdasar atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan
liat maka tanah dikelompokkan ke dalam 12 tekstur.Sebaran besar butir untuk
fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir, berlempung kasar, berlempung halus,
berdebu kasar.Bila fraksi halus kurang dari 2 mm sedikit sekali dan tanah terdiri
dari kerikil, batu-batu dan lain-lain disebut fragmental (Winarso, 2005).

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

14

Debu merupakan fraksi tanah yang paling mudah tererosi karena selain
mempunyai ukuran yang relatif halus, fraksi ini juga tidak mempunyai ikatan
(tanpa adanya bantuan bahan perekat/pengikat) karena tidak mempunyai
muatan.Berbeda dengan debu, liat meskipun merupakan ukuran yang sangat
halus, namun karena mempunyai muatan, maka fraksi ini dapat membentuk
ikatan.Meyer dan Harmon (1984) menyatakan bahwa tanah-tanah bertekstur halus
(didominasi liat) umumnya bersifat kohesif dan sulit dihancurkan. Walaupun
demikian

bila

kekuatan

curah

hujan

atau

aliran

permukaan

mampu

menghancurkan ikatan antar partikelnya maka akan timbul sedimen bahan


tersuspensi yang mudah untuk terangkut atau terbawa aliran permukaan.
2. Struktur tanah
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan
keruangan partikel-partikel tanah yang bergabung dengan satu dengan yang lain
membentuk agregat. Dalam tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan sebagai
susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok (cluster) yang disebut
agregat yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang berbeda
dari sekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi.Dalam tinjauan edafologi,
sejumlah faktor yang berkaitan dengan struktur tanah jauh lebih penting dari
sekedar bentuk agregat. Dalam hubungan tanah-tanaman, agihan ukuran pori,
stabilitas agregat, kemampuan teragregasi kembali saat kering dan kekerasan
(hardness) agregat jauh lebih penting dari ukuran dan bentuk agregat itu sendiri
(Suci dan Bambang, 2002).
Istilah struktur tanah merujuk cara butiran-butiran tanah saling
mengelompok secara bersama-sama diikat oleh koloida tanah. Tingkat
perkembangan struktur tanah ditentukan berdasarkan atas kemantapan dan
ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Tanah dikatakan tidak

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

15

berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain atau saling melekat
menjadi satu satuan yang padu dan disebut massive atau pejal. Tanah dengan
struktur yang baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah
tersedia dan mudah diolah (Hardjowigeno, 2003).
Struktur tanah sangat berpengaruh pada pertumbuhan akar dan bagian
tanaman di atas tanah. Apabila tanah padat maka ruang pori tanah berkurang
sehingga pertumbuhan akar terbatas yang akhirnya produksi menurun. Struktur
tanah berpengaruh kuat terhadap kerapatan isi tanah (Winarso, 2005).
Bentuk dan stabilitas agregat serta persentase tanah yang teragregasi
sangat berperan dalam menetukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi.Tanah
yang peka terhadap erosi adalah tanah yang paling rendah persentase
agregasinya.Tanah-tanah dengan tingkat agregasi yang tinggi, berstruktur kersai,
atau granular tingkat penyerapan airnya lebih tinggi dari pada tanah yang tidak
berstruktur atau susunan butir-butir primernya lebih rapat (Meyer dan Harmon,
1984).
Dalam menentukan erodibilitas tanah perlu memperhatikan keadaan struktur tanah
dalam ukuran diameter yang dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Penilaian Kelas Struktur Tanah (Ukuran Diameter)
No
1.
2.
3.
4.

Struktur
Granuler sangat halus
Granuler halus
Granuler sedang sampai kasar
Masif kubus, lempeng

Kelas
1
2
3
4

3. Permeabilitas Tanah
Permeabilitas tanah adalah kecepatan air menembus tanah pada periode
tertentu dan dinyatakan dalam cm/jam (Foth, 1978).Sedangkan menurut Hakim
dkk (1986) permeabilitas tanah adalah menyatakan kemampuan tanah melalukan
air yang bisa diukur dengan menggunakan air dalam waktu tertentu.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

16

Nilai

permeabilitas

penting

dalam

menentukan

penggunaan

dan

pengelolaan praktis tanah.Permeabilitas mempengaruhi penetrasi akar, laju


penetrasi air, laju absorpsi air, drainase internal dan pencucian unsur hara
(Donahue, 1984).
Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah menurut Hillel
(1971) antara lain adalah tekstur tanah, porositas dan distribusi ukuran pori,
stabilitas agregat dan stabilitas struktur tanah serta kadar bahan organik tanah.
Ditegaskan lagi bahwa hubungan yang lebih utama terhadap permeabilitas tanah
adalah distribusi ukuran pori sedangkan faktor- faktor yang lain hanya ikut
menentukan porositas dan distribusi ukuran pori. Tekstur kasar menurut
Anonimous (2008) mempunyai permeabilitas yang tinggi dibandingkan dengan
tekstur yang halus karena tekstur kasar mempunyai pori makro dalam jumlah
banyak sehingga umumnya tanah-tanah yang didominasi oleh tekstur kasar seperti
pasir umumnya mempunyai tingkat erodibilitas tanah yang rendah.
Permeabilitas tanah juga dapat diukur dengan menggunakan metode
Hukum Darcy. Tanah di lapangan pada umumnya berlapis, pada pasir nilai
permeabilitas lapangan dan laboratorium jelas berbeda akibat proses sedimentasi
dalam pembentukan deposit tanah, struktur tanah di lapangan dapat berubah atau
hilang karena contoh tanah yang tidak terganggu tidak dapat diuji (Bowles, 1991)
Nilai permeabilitas dapat ditentukan dengan data lapangan dan data
analisis laboratorium berbeda Nilai permeabilitas tanah ditetapkan dalam keadaan
jenuh. Penentuan kelas permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel 2.3

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

17

Tabel 2.3 Penilaian Kelas Permeabilitas Tanah


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kelas Kecepatan Permeabilitas Tanah


Sangat lambat (< 0,5 cm/jam)
Lambat (0,5-2 cm/jam )
Lambat sampai sedang (2,0-6,3 cm/ jam)
Sedang (6.3-12,7 cm/jam)
Sedang sampai cepat (12,7- 25,4 cm/jam)
Cepat (> 25, 4 cm/jam)

Kelas
6
5
4
3
2
1

4. Bahan Organik
C-organik akan mempengaruhi kandungan bahan organik tanah, semakin
tinggi kandungan C- organik maka semakin meningkat kandungan bahan organik.
Kandungan bahan organik tanah dapat diketahui dari persamaan bahan organik =
% C organik x 1, 724 (Muklis, 2007).
Bahan organik tanah dan menggunakan istilah humus. Jumlah dan sifat
bahan organik tanah sangat menentukan sifat biokimia, fisika, kesuburan tanah
dan membantu menetapkan arah proses pembentukan tanah. Bahan organik
menentukan komposisi dan mobilitas kation yang terjerap, warna tanah,
konsistensi tanah, partikel density, bulk density, sumber unsur hara, pemantap
agregat dan aktivitas organisme tanah (Muklis, 2007).
Bahan organik tanah dibutuhkan untuk pembentukan dan pemantapan
agregat- agregat tanah.Zarah-zarah tanah membantu bagi struktur tanah yang
mengandung baik pori-pori besar maupun kecil dan sebagai akibatnya
memperbaiki keadaan air dan udara. Kecepatan infiltrasi dan perkolasi yang lebih
baik akan mengurangi run off dan erosi dan agregat tanah yang mantap tidak
mudah terlepas dari permukaan tanah dan terbawa oleh air (Konkhe, 1968).
Bahan organik tanah sangat penting karena berperan aktif dalam proses
pelapukan dan pembentukan tanah, menentukan berbagai sifat fisik dan kimia
tanah sehingga menentukan kesuburan tanah (Soepardi, 1983).
Tanah yang masih subur ditentukan dengan kandungan kompleks liat dan
humusnya tinggi yang masih belum tererosi.Terjadinya erosi selain partikel-

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

18

partikel tanah yang dihanyutkan adalah jumlah unsur- unsur hara. Penghanyutan
bahan organik yang diakibatkan erosi dapat menghanyutkan top soil dan sub soil
yang masih banyak kandungan unsur haranya.
Sehubungan dengan terangkutnya bahan-bahan organik dari lapisan
permukaan tanah yang merupakan lapisan olah maka aktivitas biota juga menurun
(Kartasaepotra, dkk, 1985).
Bahan organik di dalam tanah jumlahnya tidak sama antara jenis tanah yang satu
dengan yang lainnya seperti Histosol yang mengandung bahan organic > 65 %.
Perbedaan kandungan bahan organik ini tergantung pada jenis tanah dan cara
pengelolaan tanah. Menurut Puslitanak (2005) Bogor ada beberapa kriteria dari
bahan organik sebagaimana disajikan pada Tabel 2.4
Tabel 2.4 Kriteria Bahan Organik.
No
1.
2.
3.
4.
5.

Kriteria Bahan Organik


Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

Nilai
> 6.00
4.30- 6.00
2.10- 4.20
1.00- 2.00
< 1.00

19

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Pada daerah penelitian dilakukan pengambilan contoh tanah untuk
memperoleh data sifat fisik tanah dan nilai kepekaan erosi tanah (K). Penentuan
lokasi penelitian dilakukan dengan delinasi batas dusun-dusun di Desa Pesanggrahan,
kemudian melakukan overlay menggunakan 3 jenis peta yaitu peta penggunaan lahan,
peta kemiringan lereng, dan peta jenis tanah untuk menentukan unit-unit lahan yang
ada di Desa Pesanggrahan.
Identifikasi
tujuan
penelitian
Pengamatan lapangan
diawali dengan
menentukan
unit lahan yang akan
diamati. Unit lahan tersebut terdiri dari 3 unit lahan pewakil yang ditetapkan secara

si lokasi penelitian berdasarkan


overlaycontoh
penggunaan
lahan,pada
kemiringan
lereng
dan
jenis tanah Desa
purposive. Pengambilan
tanah dilakukan
tipe penggunaan
lahan
yaitu
tanah ladang atau tegalan pada jenis tanah yang sama dan kemiringan lereng yang
berbeda. Sampel tanah yang diambil pada masingmasing tipe penggunaan lahan
dengan kemiringanberbeda sebanyak 3 sampel contoh tanah utuh yang diambil secara
acak dan 3 sampel contoh tanah biasa yang diambil secara komposit dengan
kedalaman 0-20 cm.
Analisis
Pengamatan lapang danAdapun
pengambilan
utuh dan
biasa
sifatsifat sampel
fisik tanahtanah
yang dianalisis
yaitu
persen
debu dan pasir
laboratorium
sangat halus, persen liat, persen bahan organik, permeabilitas,dan struktur tanah.
Pada analisis permeabilitas, dilakukan dengan menggunakan 3 sampel tanah utuh.
Sedangkan analisis bahan organik tekstur dan struktur menggunakan masing-masing

Hasil biasa.
analisa
tekstur,
dan permeabilitas
tanah
3 sampel tanah
Untuk
strukturstruktur
tanah ditetapkan
di lapang. Secara
umum
Diagram Alir Penelitian tertera pada Gambar 3.1.
Perhitungan Nilai Erodibilitas Tanah
(Wicshmeier dan Smith,1978)

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III


20
Pengaruh Penggunaan Lahan
Terhadap Nilai Erodibilitas
Tanah

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

21

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian berada di dusun Toyomerto

yang secara administratif

termasuk ke dalam desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu Kota Batu. Jenis tanah di
daerah penelitian terutama didominasi oleh Andosol. Lokasi penelitian pada saat ini
di usahakan untuk tanaman sayuran sepanjang tahun terutama tanaman wortel, kubis,
tomat,danbawang daun yang ditanam secara monokultur maupun tumpang sari.
Pada penelitian ini pengamatan lapang, pengambilan sampel tanah,
analisalaboratorium dilakukan mulai 21 April sampai 29 April 2014. Sedangkan
pengolahandata dilakukan mulai April sampai Mei 2014. Analisis sampel tanah
dilakukan

diLaboratorium

Kimia

TanahJurusan

Tanah,

Fakultas

Pertanian

Universitas Brawijaya

3.3 Alat dan Bahan


Bahan penelitian yang utama adalah contoh tanah yang diambil dari dua
tipe penggunaan lahan yang berbeda yaitu hutan dan tegalan. Pengambilan contoh
tanah secara purposif dengan variasi tanaman sayuran pada setiap kemiringan
lereng 9-15 %, 16-25 %, dan 41-60 %. Sampel tanah kemudian dianalisis di
laboratorium guna memperoleh data sifatsifat fisik dan kimia tanah diantaranya
permeabilitas, kandungan tekstur,dan struktur tanah.
Sedangkan Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah Citra
Quickbird tahun 2011, Peta Kelas Lereng, Peta Jenis Tanah, dan Peta Penggunaan
Lahan Desa Pesanggrahan beberapa data penunjang yang di peroleh dari instansiinstansi terkait yaitu Badan Pembangunan Daerah Kota Batu, Badan Pusat
Statistik Kota Batu dan Dinas Pengairan Kota Batu.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

22

Alat-alat

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

adalah

ring

tanah,yalon,GPS,Abney Level, kompas geologi , meteran roll 50 meter,cangkul,


sekop, bor tanah, pisau, alat tulis, kertas label dan kantong plastik sampeltanah
yang digunakan dalam pengamatan lapang dan pengambilan contoh tanah.Untuk
analisa laboratorium digunakan bahan dan alat sesuai dengan metode yangdipakai
dalam penetapan tekstur,struktur tanah, dan permeabilitas. Untuk pengolahan data
serta penyusunan laporan digunakan seperangkat PersonalComputer (PC) dan
software Arc GIS 9.3, Microsoft Excel 2010, dan MicrosoftWord 2010.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

23

BAB IV
KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Geografi sebagai satu kesatuan studi melihat suatu komponen alamiah


dengan mengkaji faktor alam dan manusia yang membentuk integrasi keruangan
wilayah yang bersangkuatan. Dengan demikian dalam mengungkap suatu faktor
geografi, perlu dikaji kondisi fisik geografi suatu daerah seperti letak, luas, batas
wilayah, geomorfologi, geologi, iklim, dan jenis tanah serta kondisi sosial seperti,
jenis penggunaan lahan baik itu untuk pertanian maupun non pertanian seperti
permukiman. Hal ini juga terjadi pada keadaan penduduk atau kondisi sosial
kemasyarakatan seperti: 1) Jumlah penduduk dan persebarannya; 2) Pertambahan
penduduk; dan 3) Komposisi penduduk yang terdapat di daerah penelitian akan
mempengaruhi pola penggunaan lahan.Kondisi fisik suatu wilayah mencerminkan
tentang profil dari karakteristik daerah penelitian, dimana menyangkut tentang
letak, luas, dan batas wilayah, iklim dan curah hujan,
4.1 Letak, Luas dan Batas Wilayah
Desa Pesanggarahan terletak di Kecamatan Batu, Kota Batu Jawa Timur.
Kota Batu sendiri berbatasan secara langsung dengan wilayah Kabupaten Malang
dan Kota Malang. Desa Pesanggrahan terletak pada koordinat 75243 75208 LS dan 1122548 - 1123113 BT.
Desa Pesanggrahan memilki luas wilayah sebesar 699,40 Ha dan
merupakan wilayah administratif terluas kedua di Kecamatan Batu setelah Desa
Oro-Oro Ombo. Desa Pesanggrahan terdiri 6 dusun, yaitu Toyomerto, Srebet
Barat, Srebet Timur, Wunucari, Krajan, dan Macari. Berdasarkan peta
administrasi, batas wilayah Desa Pesanggrahan dapat diuraikan sebagai berikut:

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

24

Barat
Timur
Timur Laut
Barat Daya
Utara
Selatan
Tenggara
Barat Laut

: Kelurahan Songgokerto
: Kelurahan Ngaglik
: Kelurahan Ngaglik
: Desa Pujon Lor (Kecamatan Pujon)
: Desa Sumberejo
: Kawasan Perhutani
: Kawasan Perhutani
: Kelurahan Songgokerto dan Desa Sumberejo

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

25

Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Pesanggrahan

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

26

4. 2 Iklim dan Curah Hujan


Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Kecamatan Batu mengikuti
perubahan putaran 2 iklim, musim hujan dan musim kemarau. Pada tahun 2011,
hujan terjadi di setiap bulan, kecuali bulan Agustus dan September. Kondisi cuaca
tahun 2011 relatif lebih kering dibandingkan tahun sebelumnya. Rata-rata curah
hujan pada tahun 2011 yang tercatat pada pengamatan yang dilakukan oleh Dinas
Sumber Daya Air dan Energi mencapai rata-rata 122,25 mm/bulan dengan jumlah
hari hujan sebanyak 103 hari . Sementara pada periode sebelumnya, rata-rata
tinggi curah hujan hanya 227,75 mm/bulan dengan jumlah hari hujan sebanyak
171 hari. Ini berarti tahun 2010 lebih banyak hujan dibandingkan tahun 2011.
Pada daerah penelitian yaitu Desa Pesanggrahan memiliki Curah hujan rata-rata
pertahun antara 2000 s/d 3000 mm, dengan suhu rata-rata antara 24 C - 26C.
Curah hujan di desa Pesanggrahan kecamatan Batu kota Batu ditentukan
dengan menggunakan rata-rata data curah hujan bulanan (mm) dari stasiun Ngagli
yang berada pada koordinat 787'78" LS dan 112052'59" BT. Stasiun ini dipilih
karena letaknya yang paling dekat dengan daerah penelitian sehingga dianggap
dapat mewakili curah hujan dalam wiyaha desa tersebut. Adapun data curah hujan
dari stasiun Ngaglik dapat dilihat pada tabel 4.1

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

27

Tabel 4.1 Data Curah Hujan Curah Bulanan di Desa Ngaglik, Kecamatan Batu,
Kabupaten Batu (2004 2013)
Ratarata
(mm)

Tahun (mm)

Bula
n

200 200 200 200 200 200


4
5
6
7
8
9
Jan
272 229 199 141 245 358
Feb
256 94 196 271 339 358
Mar
332 126 236 225 479 191
Apr
71 91 122 215 97 74
Mei
71
0 143
8 32 141
Jun
2 19 18
4 33 30
Jul
13 29
0
7
0
1
Agt
0
8
0
2 17
0
Sep
32 27
3
11
1
5
Okt
35 116
9 39
0 18
Nop
347 147
4 202 219 143
Des
303 352 319 468 308 165
Sumber: Stasiun Klimatologi Karangploso

201
0
359
414
219
581
190
20
77
96
166
151
267
277

201
1
243
148
267
162
122
20
9
0
0
32
212
109

201
2
202
269
163
46
53
25
0
0
0
43
148
352

201
3
406
189
150
307
171
72
92
8
0
10
128
677

265
253
239
177
93
24
23
13
25
45
182
333

Rata-rata Curah Hujan


(mm)
350
300
250

Rata-rata (mm)

200
150
100
50
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt NopDes

Gamb
ar 4.2 Grafik Rata-Rata Curah Hujan Desa Ngaglik

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

28

4.3 Kondisi Topografi


Kemiringan lahan (slope) di Kota Batu berdasarkan data dari Bakosurtanal
diketahui bahwa, sebagian besar wilayah perencanaan Kota Batu mempunyai
kemiringan lahan sebesar 25 40% dan kemiringan > 40. Hal tersebut menjadi
suatu perhatian karena usaha pertanian tanaman sayuran semusim menyumbang
terhadap potensi terjadinya longsor, tanah pertanian yang gembur lebih
meningkatkan potensi terbawanya lapisan tanah pada saat musim penghujan. Desa
Pesanggrahan berada di wilayah perkotaan dengan ketinggian 950 meter dari
permukaan laut.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

29

Gambar 4.3. Peta Topografi Kota Batu

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

30

4.4 Kondisi Geologi


Formasi geologi yang mengelilingi Kota Batu mengindikasikan wilayah
tersebut merupakan daerah yang subur untuk pertanian karena jenis tanahnya
merupakan endapan dari sederetan gunung yang mengelilingi Kota Batu, sehingga
di Kota Batu mata pencaharian penduduk didominasi oleh sektor pertanian.
Berdasarkan Peta Geologi Kota Batu skala 1:25.000 yang diterbitkan oleh
Dinas Pengairan Kota Batu dan Bina Marga Kota Batu, desa Pesanggrahan
tergolong menjadi tiga jenis batuan, yaitu Batuan Gunungapi Anjasmara Tua,
Batuan Gunugapi Panderman, dan Batuan Gunungapi Kawi-butak. berikut
penjelasan dari kondisi geologi desa Pesanggrahan:
1. Batuan Gunungapi Anjasmoro Tua, tersusun atas bahan breksi gunungapi, tuf
breksi, tuf dan lava. Satuan ini diduga sebagai alas dari Batuan Gunungapi
Kuarter Bawah dan diperkirakan berumur Plistosen Awal - Tengah; hal itu
berdasarkan adanya singkapan dari Batuan Gunungapi Anjasmoro Tua yang
tertindih takselaras langsung oleh Batuan Gunungapi Arjuna-Welirang yang
berumur Plistosen Akhir. Batuan gunungapi ini tertindih oleh Batuan
Gunungapi Anjasmoro Muda dan Batuan Gunungapi Panderman.
2. Batuan Gunungapi Panderman, satuan ini termasuk ke dalam batuan gunung
api kuarter atas yang tersusun atas bahan breksi gunungapi, lava, tuf, breksi
tufan, aglomerat dan lahar. Batuan gunungapi ini diperkirakan berumur
Plistosen Akhir-Holosen. Batuan Gunungapi Panderman merupakan parasit
pada lereng timur laut dari Gunung Kawi-Butak, berbentuk kerucut (lateral
eruption).

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

31

3. Batuan Gunungapi Kawi-Butak, satuan ini termasuk dalam batuan gunungapi


kuarter tengah yang tersusun atas bahan breksi gunungapi, tuf lava, aglomerat
dan lahar. Batuan gunungapi ini diperkirakan berumur Plistosen Akhir bagian
awal, tertindih oleh Batuan Gunungapi Kuarter yang lebih muda dan Tuf
Malang.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

32

Gambar 4.4. Peta Geologi Kota Batu

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

33

4.5 Kondisi Hidrologi


Kondisi hidrologi Kota Batu banyak di pengaruhi oleh sungai-sungai yang
mengalir di bagian pusat kota, sehingga akan berpengaruh juga terhadap
perkembangan kota. Hidrologi di Kota Batu dibedakan menjadi 3 (tiga ) jenis
yaitu air permukaan, air tanah dan sumber mata air. Sebagai hulu Brantas, sampai
saat ini di wilayah Kota Batu telah diinventarisasi sebanyak 83 sumber mata air
yang produktif dan selama ini telah digunakan oleh PDAM Unit Batu, PDAM
Kabupaten Malang, PDAM Kota Malang maupun digunakan oleh swasta dan
masyarakat Himpunan Pengguna Mata Air (HIPAM) untuk berbagai keperluan.
Perlu diketahui bahwa pada tahun 1973 dalam upaya mengatasi krisis air,
di Dusun Toyomerto ialah dengan membangun jaringan instalasi saluran air yang
berasal dari lereng selatan Gunung Panderman tepatnya di daerah padang rumput
Cemoro Kandang. Dengan terealisasinya pembangunan jaringan instalasi tersebut
maka melimpahlah sarana air di daerah ini, sehingga kondisi debit air di wilayah
ini cukup melimpah.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

34

Gambar 4.5 Peta Hidrologi Kota Batu

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

35

4.6 Kondisi Tanah


Jenis tanah di Kecamatan Batu terbagi menjadi tiga yaitu tanah Grumosol yang
mendominasi, kemudian diurutan kedua yaitu Meditera, dan yang terakhir jenis tanah
Andosol (Peta Jenis Tanah Bappeda kota Batu). Untuk desa Pesanggrahan terdiri dari
dua jenis tanah yaitu Grumosol dan Mediteran.
1) Jenis Tanah Grumosol
Berdasarkan hasil pengamatan pada peta ersebaran enis tanah di pesanggrahan,
tanah jenis grumosol mendominasi hampir seluruh kawasan di desa
Pesanggrahan. Dimana tanah ini memiliki sifat bertekstur lempung liat sampai
liat. Berstruktur keras di lapisan atas dan gumpal di bagian bawah, dengan
konsistensi teguh atau keras saat kering. Berwarna kelabu sampai hitam. Daya
menahan air cukup baik, dengan permeabilitas cukup lambat dan peka terhadap
erosi. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan faktor kemiringan lereng yang
tinggi dan penutup lahan yang tidak sesuai maka saat musim hujan akan rawan
terjadi tanah longsor.
2) Jenis Tanah Mediteran
Tanah mediteran tersebar di sebelah timur dari desa Pesanggrahan. Sifat
tanahnya yaitu struktur berupa gumpal sampai gumpal bersudut. Tekstur agak
bervariasi dari lempung sampai lihat. Daya menahan air sedang, begitu pula
permeabilitasnya sedang. kepekaan terhadap bahaya erosi sedang sampai besar.
Warna tanah adalah coklat sampai merah. Dengan kandungan pH tanah 6,0 7,5
serta kandungan bahan organik tinggi meyebabkan daerah ini sangat cocok
dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Namun berdasarkan hasil bservasi didapat
bahwa daerah ini memiliki topografi yang kasar, dimana ketinggiannya
bervariasi mulai dari 1200-1287,5 mdpl. Sehingga dapat disimpulkan bahwa,

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

36

walaupun memiliki permeanilitas dang kepekaan terhadap erosi sedang, dan


topografinya kasar akan rawan terjadi longsor. namun, kondisi vegetai penutup
lahan dilokasi ini masih didominasi oleh vegetasi berakar tunggang.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

37

Gambar 4.6 Peta Persebaran Jenis Tanah Kota Batu

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

38

4.7 Penggunaan Lahan


Alokasi penggunaan lahan yang terdapat di Desa Pesanggrahan sebagain besar
digunakan untuk bercocok tanam mengingat kondisi tanah yang cukup subur. Berikut
ini telah disajikan data penggunaan lahan di Desa Pesanggrahan:
No
1
2
3
4
5

Pengunaan Lahan
Wilayah Desa
Permukiman dan Pekarangan
Sawah Teknis
Pertanian Tanah Kering
Perhutani

Luas (Ha)
340,7
190,418
43,515
106,767
21,64

Jenis vegetasi yang berada di Desa Pesanggrahan pada umumnya ialah Kopi
arabika (Coffea arabica L), Kopi robusta (Coffea canephora), Labu Siam (Sechium
edule) , Pinus (Pinus merkusi), Sengon (Paraserianthes falcataria), Bambu (Bambusa
Sp.), Wortel (Daucus carota), Daun Selada (Lactuca sativa) , Daun Seledri (Avium
graveolens L.), Kubis (Brassica oleracea L.), Kentang (Solanum tuberosum L.), Sawi
(Brassica rapa convar), Daun Bawang (Allium fistulosum, Cemara (Casuarina
equisetifolia), Akasia (Acacia mangacium) , Ilalang (Imperata cylindrica) dan Rumput
Gajah (Pennictum purpureum.
Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan tahun 2009,kawasan
hutan yang terdapat di wilayah penelitian merupakan kawasan hutan lindung dan
produksi terbatas, dan arahan penggunaan lain.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

39

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

40

4.8 Kondisi Sosial Desa Pesanggrahan


A. Demografi
Desa Pesanggrahan terletak di Kecamatan Batu, Kota Batu dengan jumlah
penduduk 11.741 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 5.581 jiwa dan perempuan 6.160 jiwa
dengan rasio kelamin sebesar 104,6.
B. Mata Pencaharian
Penduduk Desa Pesanggrahan sebagian besar pada umumnya bermata
pencaharian sebagai petani, sehingga sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan
menjadi tumpuan hidup atau mata pencaharian utamanya. Selain itu ada juga sebagian
yang menjadi, buruh tani, pedagang, dan lain-lain.
Tabel 4.2 Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa Pesanggrahan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Jenis Mata Pencaharian


Belum Bekerja
Petani
Pedagang
PNS
ABRI (AD/AU/AL)
Kepolisisan
Pensiunan
Guru/Dosen
Dokter
Bidan
Karyawan
Pelajar/Mahasiswa
Sopir
Tukang
Buruh
Peternak
Lain-lain
Jumlah

Jumlah Penduduk
4.115
894
408
345
60
3
316
83
4
4
2.680
240
58
96
661
486
1.288
11.741

Gambar 4.7. Peta Penggunaan Lahan Kota Batu

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

41

C. Pendidikan
Secara umum, tingkat pendidikan pada Desa Pesanggrahan masih kurang, sebab
di wilayah tersebut hanya terdapat sekolah Taman Kanak-kanak, SD, dan SMP .
Sedangkan untuk SMA, masyarakat biasanya melanjutkan sekolahnya di luar wilayah
Desa Pesanggarahan seperti di Kelurahan Sisir, Temas dan Ngaglik atau Desa Oro-Oro
Ombo. Adapun jumlah sarana pendidikan yang ada di Desa Pendidikan dapat dilihat
pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Rekap Data Sarana Pendidikan Desa Pesanggrahan
No
1
2
3

Sarana Pendidikan
Taman Kanak-Kanak
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah Pertama
Jumlah

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

Jumlah
5
2
1
8

42

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 UNIT LAHAN


Hasil penelitian berdasarkan peta unit satuan lahan dengan skala
1:25.000 yang terdapat di Desa Pesanggrahan dapat dilihat pada Tabel 5.1
Bentuk-bentuk unit lahan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
bentukan lahan dari hasil overlay peta penggunaan lahan, peta kelerengan,
dan peta jenis tanah. Adapun peta unit lahan tersebut untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 5.1
Tabel 5.1 Karakterisitik Unit Lahan di Desa Pesanggrahan
N
o

Unit
Laha
n
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7

Penggunaan
Lahan

Belukar/Sema
k

1
2
3

Tanggamu
s
(TGM)

Tanggamu
s
(TGM

Kelas
Leren
g

Jenis
Tanah

41-60

Dystrandept
s
Humitropep
ts
Hydrandept
s

41-60

Dystrandept
s
Humitropep
ts
Hydrandept
s

Hutan
Talamau
(TLU)

1
3

Sistem
Lahan

Kebun

Tanggamu
s
(TGM)

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

16-25
41-60

43

Dystrandept
s
Tropudults
Eutropepts
Dystrandept
s
Humitropep
ts
Hydrandept
s

Luas
(ha)
0,877
4,013
13,32
52,63
14,37
130,0
1,749
0,074
7,730
4,741
0,223
3,234
0,282
1,749
0,074
0,025
3,620
2,978
6,289

Talamau
(TLU)

1
1
2
3

Tanggamu
s
(TGM)

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1

Rumput

2
5

Sawah irigasi

1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
1
2

16-25

41-60

Dystrandept
s
Tropudults
Eutropepts
Dystrandept
s
Humitropep
ts
Hydrandept
s

Talamau
(TLU)

16-25

Dystrandept
s
Tropudults
Eutropepts

BOM
(Bombon
g)

9-15

Ustropepts
Haplustalfs

Tanggamu
s
(TGM)

41-60

BOM
(Bombon
g)

9-15

Talamau
(TLU)

16-25

Dystrandept
s
Tropudults
Eutropepts

9-15

Ustropepts
Haplustalfs

16-25

Dystrandept

Permukiman
Talamau
(TLU)
Gedung

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

Dystrandept
s
Humitropep
ts
Hydrandept
s
Ustropepts
Haplustalfs

44

0,808
1,134
4,212
4,298
0,537
0,806
5,586
0,115
0,714
0,036
0,904
0,453
0,216
2,604
2,629
0,107
0,767
0,384
0,504
3,031

20,15

62,23
31,37
0,761
0,264
1,292
0,962
9,355
0,221
0,132
88,58
1,542
0,374
0,068
0,037

3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
7
8

s
Tropudults
Eutropepts

BOM
(Bombon
g)

9-15

Ustropepts
Haplustalfs

41-60

Dystrandept
s
Humitropep
ts
Hydrandept
s

Talamau
(TLU)

16-25

Dystrandept
s
Tropudults
Eutropepts

BOM
(Bombon
g)

9-15

Ustropepts
Haplustalfs

2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5

Tanggamu
s
(TGM)

Tanah
Ladang/Tegala
n

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

45

0,034
0,041
0,037
0,071
0,039
0,096
0,106
1,048
0,182
0,066
0,240
0,21
0,0000
7
0,924
13,12
1,028
22,81
18,68
6,764
6,496
6,269
18,12
99,86
0,585
0,671
0,348
0,038
0,146
0,674
0,230
2,153
0,150
2,743
4,017
0,001

Gambar 5.1 Peta Unit Lahan Desa Pesanggrahan

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

46

Berdasarkan hasil overlay unit satuan lahan Desa Pesanggrahan sistem lahan
yang terdapat di daerah ini merupakan sistem volkanik yang terdiri atas
sistem Tanggamus, Talamau dan Bombong.

Adapun mengenai

deskripsi atau gambaran dari masing-masing dari sistem


lahan di wilayah penelitian sebagai berikut:
Tanggamus

: Gunungberapi strato muda basa/sedang.

Dengan jenis tanah


yang terdiri atas Dystrandepts, Humitropepts dan
Hydrandepts. Tanah Dystrandepts umumnya memiliki sifat
berpenampang dalam, tekstur bervariasi dari halus sampai
agak kasar, drainase baik. Hydrandepts dan Dystrandepts
merupakan tanah muda telah mengalami perkerabangan,
berpenampang dalam, bertekstur agak halus sampai sedang,
drainase agak cepat. Hydrandepts dan Dystrandepts
mempunyai
kandungan

tingkat
hara

kesuburan

sedang

cukup

sampai

baik

dengan

tinggi.Humitropepts

memiliki kesamaan sifat yang sama dengan Dystrandepts


yaitu berpenampang dalam, tekstur halus sampai sedang
dan memilki drainase yang baik. Humitropepts dikenal kaya
kandungan bahanorganik. Penghambat utama di daerah ini
a.l:

tanah

peka

terhadap

erosi sehingga

perlakuan

konservasi tanah sangat perlu diperhatikan, lereng sangat


Talamau

terjal.
: Lereng lahar yang tertoreh dan agak curam.
Jenis tanah

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

47

yang meliputi wilayah ini, diantaranya


Dystrandepts, Tropudults dan Eutropepts. Eutropepts mempunyai kadar hara
lebih baik dibanding Dystropepts. Tanah Eutropepts merupakan tanah baru terbentuk di daerah tropik dengan tingkat
basa tinggi.
Bombong : Dataran volkanik basa yang berombak yang
berombak
sam-pai bergelombang

pada daerah kering.

Jenis tanah yang meliputi wilayah ini Ustropepts


dan Haplustalfs. Tanah ustropepts ini tersebar pada berbagai
landform dari dataran hingga pegunungan dengan bahan
induk yang beragam. Tanah ini terbentuk pada daerah
dengan rejim kelembaban ustik. Sifat morfologi dicirikan
dengan kejenuhan basa lebih dari 50%, lapisan permukaan
agak tipis dengan warna gelap atau agak terang dengan
kandungan bahan organik yang cukup tinggi dan lapisan
bawah yang berwarna terang dengan kandungan bahan
organik rendah. Jenis tanah Typic Ustropepts (mediteran
dan litosol) dengan tingkat erosi tanah yang tinggi,bahan
induk dari batupasir dan batugamping dengan tekstur halus
sampai sedang. Great group haplustalfs termasuk kedalam
ordo alfisol yang setara dengan tanah mediteran pada
klasifikasi PPT (1983).

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

48

Tabel 5.2 Sampel Penelitian di Desa Pesanggrahan


N
o

Unit
Bentuk
Laha
Lahan
n

24

Pegunu
ngan
Volkani
k Tua

24

Pegunu
ngan
Volkani
k Tua

25

Pegunu
ngan
Volkani
k Tua

Jenis
Tanah
Asosiasi
Dystrand
epts,
Humitrop
epts,
Hydrand
epts
Asosiasi
Dystrand
epts,
Humitrop
epts,
Hydrand
epts
Asosiasi
Dystrand
epts,
Humitrop
epts,
Hydrand
epts

Slop
e

Penggu
naan
Lahan

4160

Tanah
Ladang

4160

Tanah
Ladang

4160

Tanah
Ladang

5.2 DESKRIPSI PROFIL PENELITIAN


A. PROFIL PERTAMA
Lokasi
: Dusun Toyomerto, Desa Pesanggrahan,
Kecamatan Batu
Letak Geografis
: 49 M 666154 UTM 9128099
Kemiringan Lereng : Segmen 1 : 47 % ; Segmen 2: 37, 8%
Fisiografis
: Segmen 1 : curam ; Segmen 2: agak curam
Panjang
: Segmen 1 : 21,1 m ; Segmen 2: 23 m
Elevasi
: 1071 mdpl
Drainase
: baik
Vegetasi
: kubis
Erosi
:ada
Kedalaman Efektif : 80-100 cm
Tanggal
: 20 April 2014

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

49

B. PROFIL KEDUA
Lokasi
Letak Geografis
Kemiringan Lereng
Fisiografis

: Dusun Toyomerto, Desa Pesanggrahan,


Kecamatan Batu
: 49 M 665874 UTM 9127918
: Segmen 1 : 21 % ; Segmen 2: 9 %
: Segmen 1 : miring berbukit ; Segmen 2:

bergelombang
Panjang
Elevasi
Drainase
Vegetasi
Erosi
Kedalaman Efektif
Tanggal

: Segmen 1 : 14 m ; Segmen 2: 16,1 m


: 1172 mdpl
: baik
: kubis, tomat
:ada
: 80-100 cm
: 20 April 2014

C. PROFIL KETIGA
Lokasi
Letak Geografis
Kemiringan Lereng
Fisiografis
Panjang
Elevasi
Drainase
Vegetasi
Erosi
Kedalaman Efektif
Tanggal

: Dusun Toyomerto, Desa Pesanggrahan,


Kecamatan Batu
: 49 M 665034 UTM 9127643
: Segmen 1 : 20 % ; Segmen 2: 15,6 %
: Segmen 1 : miring berbukit
Segmen 2: miring berbukit
: Segmen 1 : 17,7 m ; Segmen 2: 18 m
: 1172 mdpl
: baik
: wortel
:ada
: 80-100 cm
: 20 April 2014

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

50

Gambar 5.2 Profil Lokasi I

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

51

Gambar 5.3 Profil Lokasi II


LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

52

Gambar 5.4 Profil Lokasi III


LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

53

5.3 NILAI KEPEKAAN EROSI TANAH


Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Nilai Erodibilitas Desa Pesanggrahan
Unit
Lahan
lokasi 1
lokasi 2
lokasi 3

Bahan
Organik
% Bahan
1,00
6,00
4,00

Permeabilitas
Nilai Klasifikasi
18,65
2
6,63
3
29,86
1

Fraksi Pasir
Pasir
16
28
30

Debu
39
53
51

Struktur
Liat
45
19
19

Nilai
gumpal
granular
granular

M1,14

12-a

b-2

c-3

3025
6561
6561

9290,24
22456,70
22456,70

11,00
6
8

2
1
1

-1
0
-2

Nilai
0,32
0,40
0,47

Klasifikasi
4
3
3
K
Klasifikasi
sedang
agak tinggi
tinggi

Lokasi pengambilan sampel tanah yaitu di Desa Pesanggrahan Kecamatan Kota


Batu yang merupakan tegalan dengan variasi tanaman sayuran yaitu kubis dan wortel.
Sampel yang diambil yaitu sampel tanah utuh dan sampel tanah biasa. Perbedaan sampel
tanah yang dimaksudkan untuk mengukur tingkat erodibilitas. Variabel yang diteliti yaitu
permeabelitas, tekstur, stuktur, dan bahan organik tanah.
Berdasarkan uji laboratorium yang dapat telah diujikan didapatkan bahwa lokasi
3 tingkat erodibilitasnya paling tinggi. Tingkat erodibilitas yang tinggi ini disebabkan
oleh sifat fisika dan kimia tanah. Tingkat permeabelitas pada lokasi ini adalah 29,86 cm
jam-1 yang paling besar. Permeabelitas tanah dipengaruhi oleh struktur dan tekstur
tanah. Stuktur granuler dengan tekstur debu jauh lebih banyak sebesar 51 % daripada
pasir sebesar 30 % dan liat sebesar 19 %. Struktur yang kurang mantap tidak dapat
mempertahankan ruang pori sehingga air sulit dan tidak dapat merembes ke dalamtanah.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

54

Kondisi tersebut menjadikan tanah menjadi sangat peka terhadap curahan hujan
sehingga erodibilitasnya menjadi tinggi.
Pada lokasi 2, tingkat erodibilitas yang agak. Tingkat permeabelitas pada lokasi
ini adalah 6,63cm jam-1 yang paling kecil. Meskipun mempunyai permeabelitas yang
paling kecil tetapi kandungan debu paling banyak yaitu 53 %, pasir 28 %, liat 19 %.
Dengan adanya tekstur tersebut menjadikan stuktur granuler. Kondisi tersebut
menjadikan tanah menjadi sangat peka terhadap curahan hujan sehingga erodibilitasnya
menjadi agak tinggi.
Tingkat

erodibilitas

pada

lokasi

ini

teergolong

sedang.

Tingkat

permeabelitasnya 18,65cm jam-1 lebih besar daripada lokasi 2, tetapi jumlah debu
sebesar 39 %, pasir 16 %, liat 45 %. Jumlah fraksi liat yang paling banyak menjadikan
strukturnya gumpal membulat. Ketika terjadi hujan tanah dapat mempertahankan butirbutir tanah karena sifat dari liat sendiri lekat. Kondisi tersebut menjadikan lokasi
3,kepekaan tanah apabila terjadi hujan sangat rendah apabila dibandingkan dengan
lokasi yang lainnya.

5.4 PENGARUH SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH


Pada lokasi 1, terdapat perhitungan beberapa sifat tanah.Baik sifat kimia tanah
maupun sifat fisika tanah.Sifat fisika tanah meliputi Tekstur tanah, struktur tanah,
permiabilitas Tanah.Sedangkan sifat kimia tanah meliputi bahan organik.Permiabilitas
dalam mempengaruhi kepekaan tanah berbanding lurus. Semakin besar permibilitas
tanah yang diperoleh tiap-tiap lokasi tanah, maka semakin besar pula kepekaan tanah
terhadap erosi. Karena jika permiabilitasnya tinggi maka banyak air yang dapat

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

55

terangkut dalam tanah sehingga menimbulkan erosi.Pada lokasi 1 ini, permeabilitas


mencapai nilai 18.65.Hal ini termasuk dalam klasifikasi dari harkat permiabilitas
termasuk golongan 2.
Sebenarnya, terdapat saling keterkaitan antara tekstur, struktur, bahan organik
maupun permiabilitas tanah.Jika permeabilitasnya tinggi, tentu ruang antar tanah
renggang, maka teksturnya terdapat debu.Pada lokasi pertama ini, Debu mempunyai
16%, Pasir 39%, dan liat mencapai 45%. Debu dan pasir akan memberi pengaruh positif
terhadap kepekaan tanah, sedangkan liat memberi pengaruh negatif. Sehingga dalam
perhitungan Mnya adalah persen dari debu dan pasir di tambahkan sedangkan untuk
yang liat adalah menggunakan pengurangan.
Sedangkan untuk struktur tanahnya, tanah pada lokasi 1 termasuk gumpal.Hal
ini juga berkaitan dengan tekstur tanahnya.Dari persen tekstur yang dihasilkan di
laboratorium, liat termasuk yang paling tinggi persennya yaitu 45%, selanjutnya persen
pasir dan debu.Hal ini menjadikan struktur tanah dari lokasi termasuk yang
gumpal.Struktur gumpal ini, termasuk pada harkat struktur dengan klasifikasi ke 4.
Sedangkan bahan organic disini, %C dan % bahan.Hal ini nilainya dari bahan
organiknya peneliti samakan dari nilainya.Karena terdapat permasalahan dalam
laboratorium. Intinya, bahan organic yang banyak akan membantu memberi ronggarongga terhadap tanah. Sehingga membantu permiabilitas dan cenderung banyak bagian
tekstur yang debu dan pasir dari pada persen liatnya.
Dari hasil tersebut permiabilitas tanah, % debu, % pasir, struktur tanah dan
bahan organiknya berbanding lurus dengan erodibilitas.Sedangkan % liat berbanding
terbalik dengan erodibilitas.Dari hasil semuanya, telah diperoleh perhitungan
erodibilitas dengan menggunkan rumus weishmeier adalah sebesar 0.19.Nilai dari 0.19

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

56

termasuk klasifikasi rendah.Oleh karena itu, berarti klasifikasi rendah adalah kepekaan
erosi dan potensi untuk erosi sangat kecil kemungkina terjadi erosi.
Sifat fisik dan kimia tanah memang merupakan peran yang paling penting dalam
tanah. Sifat fisika tanah meliputi struktur tanah, tekstur tanah, Permiabilitas tanah,
bahan organik. Sedangkan sifat kimia antara lain yaitu kandungan Ca dan Mg. Begitu
juga dengan tingkat keasaman tanah (pH). Hal ini tentu sangat menentukan bagaimana
keadaan tanah tersebut. Dalam perhitungan Weishmeier erodibilitas dihitung dengan
menggunakan sifat organik saja.
a. Lokasi 1
Pada lokasi 1, terdapat perhitungan beberapa sifat tanah. Baik sifat kimia
tanah maupun sifat fisika tanah.

Sifat fisika tanah meliputi Tekstur tanah,

struktur tanah, permiabilitas Tanah. Sedangkan sifat kimia tanah meliputi bahan
organic. Permiabilitas dalam mempengaruhi kepekaan tanah berbanding lurus.
Semakin besar permibilitas tanah yang diperoleh tiap-tiap lokasi tanah, maka
semakin besar pula kepekaan tanah terhadap erosi. Karena jika permiabilitasnya
tinggi maka banyak air yang dapat terangkut dalam tanah sehingga
menimbulkan erosi. Pada lokasi 1 ini, permiabilitas mencapai nilai 18.65. Hal ini
termasuk dalam klasifikasi dari harkat permiabilitas termasuk golongan 2.
Sebenarnya, terdapat saling keterkaitan antara tekstur, struktur, bahan
organic maupun permiabilitas tanah. Jika permeabilitasnya tinggi, tentu ruang
antar tanah renggang, maka teksturnya terdapat debu. Pada lokasi pertama ini,
Debu mempunyai 16%, Pasir 39%, dan liat mencapai 45%. Debu dan pasir akan
memberi pengaruh positif terhadap kepekaan tanah, sedangkan liat memberi

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

57

pengaruh negatif. Sehingga dalam perhitungan Mnya adalah persen dari debu
dan pasir di tambahkan sedangkan untuk yang liat adalah menggunakan
pengurangan.
Sedangkan untuk struktur tanahnya, tanah pada lokasi 1 termasuk gumpal.
Hal ini juga berkaitan dengan tekstur tanahnya. Dari persen tekstur yang
dihasilkan di laboratorium, liat termasuk yang paling tinggi persennya yaitu
45%, selanjutnya persen pasir dan debu. Hal ini menjadikan struktur tanah dari
lokasi termasuk yang gumpal. Struktur gumpal ini, termasuk pada harkat
struktur dengan klasifikasi ke 4.
Sedangkan bahan organic disini, %C dan % bahan. Bahan Organik
merupakan sifat kimia tanah yang dibutuhkan dalam erodibilitas tanah. Semakin
banyak bahan organic yang terdapat dalam tanah, tentu semakin banyak juga
pori-pori dalam tanah. Oleh karena itu permiabilitas maupun strukturnya akan
berbanding lurus dengan bahan organik tanah. Dalam lokasi 1, bahan organic
terdapat hanya 1% saja, maka artinya di dalam tanah tersebut sedikit adanya
sisa-sisa tumbuhan yang terdapat dalam tanah yang berfungsi menambah NPK
dalam tanah hanya sedikit.
Dari hasil tersebut permiabilitas tanah, % debu, % pasir, struktur tanah dan
bahan organiknya berbanding lurus dengan erodibilitas. Sedangkan % liat
berbanding terbalik dengan erodibilitas. Dari hasil semuanya, telah diperoleh
perhitungan erodibilitas dengan menggunkan rumus weishmeier adalah sebesar
0.32. Nilai dari 0.32 termasuk klasifikasi sedang. Oleh karena itu, berarti
klasifikasi sedang adalah kepekaan erosi dan potensi untuk erosi sedang. Tidak
dikhawatirkan untuk terjadinya erosi
b. Lokasi 2

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

58

Sifat fisik dalam lokasi 2, tentu berbeda dengan sifat fisika dan kimia
tanah dengan lokasi 2. Sifat fisik tanah diantaranya adalah:
1. Permeabilitas Tanah, dalam lokasi ini permiabilitas tanahnya adalah 6.63 khj,
dengan klasifikasi dan harkat ke 3. Hal ini berarti daya angkut dan
kemampuan meloloskan air dalam tanah sedikit sulit. Karena permiabilitas
lebih sedikit dengan lokasi-lokasi lain. Pada lokasi ini tentu membutuhkan
pengelolaan yang sedikit berbeda dengan lokasi lain.
2. Struktur tanah pada lokasi 2 adalah granular. Granuler merupakan klasifikasi
dari tekstur tanah paling baik. Struktur tanah merupakan sifat tanah hasil
pengelompokan dari agregat-agregat tanah, dan jarak-jarak primer tanah.
Dalam lokasi 3, struktur tanah granular merupakan struktur paling baik dari
yang lain, jarak antar tanah cukup renggang.
3. Tekstur Tanah pada lokasi 2 adalah pasir 28% , Debu 53%, dan liat 19%.
Pasir dan Debu merupakan tekstur tanah yang berbanding lurus dengan
erodibilitas. Sedangkan Liat merupakan fraksi tanah yang berbanding terbalik
dengan liat. Di lokasi 2 ini debu mempunyai 53% yang lebih tinggi dari yang
lain. Hal ini berarti fraksi debu ini bersifat lebih mampu untuk meresapkan air
dan memberi rongga yang cukup untuk hewan-hewan melewati rongga dalam
tanah tersebut.
4. Bahan Organik, pada lokasi 2 bahan organiknya adalah 6.00. Hal ini berarti
sedikit sis-sisa tumbuhan yang terkandung dalam tanah ini.
Untuk sifat kimia tanah, dalam erodibilitas tidak diperhitungkan. Namun,
tentu juga mempengaruhi adanya erodibilitas. Dalam sifat kimia tanah terdapat
Kandungan Ca dan Mg, juga pH tanah. Dengan Kandungan Ca dan Mg banyak,
maka juga akan mempengaruhi pada permibilitas dan struktur tanah yang ada.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

59

Dari sifat kimia dan sifat fisik tanah, tentu sangat mempengaruhi
erodibilitas tanah. Dengan perhitungan weishmeier nilai erodibilitas tanah,
lokasi 3 mempunyai nilai erodibilitas agak tinggi. Artinya pada lokasi 2 ini,
rentan terjadinya erosi. Karena perbandingan antara erodobilitas dengan laju
berbanding lurus.
c. Lokasi 3
Sifat fisik dalam lokasi 3, tentu berbeda dengan sifat fisika dan kimia
tanah dengan lokasi 3. Sifat fisik tanah diantaranya adalah:
1. Permiabilitas Tanah, dalam lokasi ini permiabilitas tanahnya adalah 29.86
khj, dengan klasifikasi dan harkat ke 1. Hal ini berarti daya angkut dan
kemampuan meloloskan air dalam tanah sangat baik. Karena permiabilitas
lebih banyak dengan lokasi-lokasi lain. Pada lokasi ini tentu banyak air dan
tanah cukup dengan air. Kebanyakan tanah model ini akan merupakan tanah
yang subur.
2. Struktur tanah pada lokasi 2 adalah granular. Granuler merupakan
klasifikasi dari tekstur tanah paling baik. Struktur tanah merupakan sifat
tanah hasil pengelompokan dari agregat-agregat tanah, dan jarak-jarak
primer tanah. Dalam lokasi 2, struktur tanah granular merupakan struktur
paling baik dari yang lain, jarak antar tanah cukup renggang.
3. Tekstur Tanah pada lokasi 3 adalah pasir 30% , Debu 51%, dan liat 19%.
Pasir dan Debu merupakan tekstur tanah yang berbanding lurus dengan
erodibilitas. Sedangkan Liat merupakan fraksi tanah yang berbanding
terbalik dengan liat. Di lokasi 2 ini debu mempunyai 51% yang lebih tinggi
dari yang lain. Hal ini berarti fraksi debu ini bersifat lebih mampu untuk

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

60

meresapkan air dan memberi rongga yang cukup untuk hewan-hewan


melewati rongga dalam tanah tersebut
4. Bahan Organik, pada lokasi 2 bahan organiknya adalah 4.00. Hal ini berarti
hewan maupun sisa tumbuhan yang terdapat dalam tanah sedikit.
Untuk sifat kimia tanah, dalam erodibilitas tidak diperhitungkan. Namun,
tentu juga mempengaruhi adanya erodibilitas. Dalam sifat kimia tanah terdapat
Kandungan Ca dan Mg, juga pH tanah. Dengan Kandungan Ca dan Mg banyak,
maka juga akan mempengaruhi pada permibilitas dan struktur tanah yang ada.
Dari sifat kimia dan sifat fisik tanah, tentu sangat mempengaruhi erodibilitas
tanah. Dengan perhitungan weishmeier nilai erodibilitas tanah, lokasi 3
mempunyai nilai erodibilitas tinggi. Artinya pada lokasi 3 ini, sangat rentan
terjadinya erosi. Karena perbandingan antara erodobilitas dengan laju
berbanding lurus.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

61

BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Identifikasi Tingkat

Erodibilitas Penggunaan Lahan untuk Tanaman Sayuran Dusun Toyomerto Desa


Pesanggrahan Kecamatan Kota Batu maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Desa Pesanggrahan

secara geomorfologi memiliki bentuk asal volkanis.

Karakteristik lahan di daerah penelitian, secara umum adalah 2000 s/d 3000 mm,

dengan suhu rata-rata antara 24 C - 26C, drainase baik, dengan tektur tanah
liat pada lokasi 1 dan lempung berdebu pada lokasi 2 dan 3. Segi litologi pada
lokasi penelitian berasal dari basal, tefra berbutir halus, tefra berbutir kasar,
aluvium muda berasal dari batuan gunung api. Jenis tanah yang tersebar pada
lokasi penelitian merupakan asosiasi Dystrandepts, Humitropepts, dan
Hydrandepts. Dilihat dari struktur tanah pada lokasi 1 ialah gumpal membulat,
sedangkan pada lokasi 2 dan 3 merupakan granuler.
2. Tingkat erodibilitas dengan tanaman sayuran kubis dan wortel pada unit lahan
24 dan 25 untuk klasifikasi erodibilitas menurut Dougler& El Swaify, 1976
pada bentuk lahan asal volkanis di Dusun Toyomerto pada lokasi I memiliki
nilai 0,32 yang termasuk sedang, pada lokasi II memiliki

nilai 0,40 yang

termasuk agak tinggi dan pada lokasi III memiliki nilai 0,47 yang termasuk
tinggi.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

62

6.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas maka penelitian ini memberikan
informasi dan saran untuk pemanfaatan lahan di Desa Pesanggrahan khususnya untuk
pengembangan tanaman sayuran diantaranya sebagai berikut:
1. Perlu dilakukannya usaha perbaikan seperti menghindari praktek bercocok
tanam yang bersifat menurunkan permeabilitas tanah. Mengusahakan agar
permukaan tanah sedapat mungkin dilindungi oleh vegetasi berumput atau
semak selama dan serapat mungkin. Merencanakan dengan baik pembuatan
jalan di daerah rawan erosi/tanah longsor sehinmgga aliran air permukaan tidak
mengalir ke selokan-selokan di tempat yamg rawan tersebut.Menerapkan teknikteknik pengendali erosi di lahan pertanian, dan mengusahakan peningkatan laju
infiltrasi.
2. Bagi masyarakat di daerah penelitian agar lebih memperhatikan pengelolaan
lahanyang sesuai untuk penggunaan lahan secara tepat.
3. Bagi pemerintah Kecamatan Batu dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
membantu dalam perencanaan penggunaan lahan serta dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat dengan budidaya tanaman sayuran

dan agar

pemerintah bisa membantu masyarakat dalam usaha perbaikan tersebut dengan


menyediakan pupuk ataupun pembuatan teras untuk mengatasi kemiringan
lereng dan bahaya erosi di daerah penelitian.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

63

DAFTAR RUJUKAN
Andharisandi, Ebta. 2008. Analisis Risiko dan Mitigasi Bahaya Longsor terhadap
Jaringan Jalan di Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo. Tesis, Pascasarjana,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Arsyad, S, 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB, Bogor.
Bowles, J, 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Foth, H. D, 1978. Fundamental of Soil Science, John Willey and Sons, New York,
Christer, Brisbane, Toronto.
http://ari-ariardani.blogspot.com/. Usaha-usaha untuk Mengurangi Erosi Tanah. Diakses
pada tanggal 4 Mei 2014
Hakim, N. M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis, S.G Nugroho., M.R Saul., M.A Diha., Goban
Hong dan H.H Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Universitas Lampung, Lampung.
Hardiyatmo, Hary Christady. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. UGM Press:
Yogyakarta
Hardjowigeno, S, 2003. Ilmu Tanah. Aka Presindo, Bandung.
Hillel, D. 1971. Soil and Water, Physical Principles and Process Academic Press,New
York- London.
Juarti. 2012. Diktat Konservasi Lahan dan Air. UM Press: Malang
Kartasaepotra, 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Akapress, Bandung
Konkhe, H. 1968. Soil Physic, Mc graw Hill, Inc. New York.
Lenny Widya P.2011. Penetapan Tingkat Erodibilitas Tanah Berdasarkan Kemiringan
Lereng di Kecamatan Pancur Batu Dengan Berbagai Metoda. Skripsi tidak
diterbitkan. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

64

Meyer, L.D., and W.C. Harmon, 1984. Suspectibility of agricultural soils to interil
erosion. Soil Sci. Soc. Am. J. 8 :1.152-1.157.
Morgan, R.P.C. 1986. Soil Erosion and Consevation. Longman scientic and Technical,
New York.
Muklis, 2007. Analisis Tanah dan Tanaman. USU Press, Medan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Agroklimat dan Tanah (Puslitanak), 2005.
Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan Ramah
Lingkungan. Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian, Bogor.
Rafii, 1990. Ilmu Tanah. Penerbit Buana, Bandung.
Rahim, S, 2000. Pengendalian Erosi Tanah. Bumi Aksara, Jakarta.
Rusdianto. 2012. Analisis Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Di Kecamatan Pekuncen
Kabupaten Banyumas. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan. 11 September 2012. Semarang
Sinulingga, 1990. Dasar Konservasi Tanah dan Perencanaan Pertanian Konservasi, IPB
Press, Bogor.
Soepardi, G, 1983. Sifat dan Ciri Tanah, IPB, Bogor.
Suci Handayani dan Bambang Hendro Sunarminto, 2002. Kajian Struktur Tanah Lapis
Olah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sutikno, (1994), Pendekatan Geomorfologi Untuk Mitigasi Bencana Alam Akibat
Gerakan MassaTanah/Batuan.Makalah Utama Simposium Nasional Mitigasi
Bencana Alam, 16 17 September 1994,Yogyakarta.
Utomo, H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia, Rajawali Press, Jakarta.
Veiche, A. 2002. The Spatial Variability of Erodibility and Its Relation To Soil Types. A
Study for Northen Ghana.
Winarso, 2005. Kesuburan Tanah. Gava Media, Yogyakarta

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

65

LAMPIRAN

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

66

7a. Gambar di atas menunjukkan penggunaan lahan dengan vegetasi penutup sayuran
yaitu kubis yang terdapat pada lokasi 1

7b. Gambar di atas menunjukkan penggunaan lahan dengan vegetasi penutup sayuran
yaitu kubis dan tomat yang terdapat pada lokasi 2

7c. Gambar di atas menunjukkan penggunaan lahan dengan vegetasi penutup sayuran
berupa wortel yang terdapat pada lokasi 3

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

67

7d. Gambar di atas merupakan kegiatan pengambilan sampel tanah utuh pada lokasi 3 di
lapanganyang selanjutnya akan diteliti di laboratorium untuk mendapatkan nilai K
(erodibilitas tanah)

7e. Gambar di atas merupakan kegiatan pengambilan sampel tanah utuh pada lokasi 2 di
lapangan yang selanjutnya akan diteliti di laboratorium untuk mendapatkan nilai K
(erodibilitas tanah)

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

68

7f dan 7g. Gambar di atas merupakan kegiatan pengambilan sampel tanah biasa pada
lokasi 2 di lapangan yang selanjutnya akan diteliti di laboratorium untuk mendapatkan
nilai K(erodibilitas tanah)

7h. Gambar di atas merupakan kegiatan pemberian label untuk identitas masing-masing
sampel tanah sekaligus pencatatan data di lapangan

7i. Gambar di atas menunjukkan kegiatan lapangan khususnya pengukuran profil


kemiringan lereng yag dilaksanakan pada lokasi 3

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN III

69

You might also like