You are on page 1of 7

1.

Pengertian Pencemaran Udara


Pencemaran Lingkungan atau polusi adalah proses masuknya polutan ke dalam
suatu lingkungan sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan tersebut. Menurut
Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 tahun 1982,
pencemaran lingkungan atau polusi adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Menurut UU No. 32 tahun 2009, pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan
hidup yang telah ditetapkan.
Yang dikatakan sebagai polutan adalah suatu zat atau bahan yang kadarnya
melebihi ambang batas serta berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat, sehingga
merupakan bahan pencemar lingkungan, misalnya: bahan kimia, debu, panas dan
suara. Polutan tersebut dapat menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya dan akhirnya malah merugikan manusia dan makhluk hidup
lainnya.
Pencemaran Udara adalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan
(unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan
menurunnya kualitas udara (lingkungan).

Menurut Salim yang dikutip oleh Utami (2005) pencemaran udara diartikan
sebagai keadaan atmosfir, dimana satu atau lebih bahan-bahan polusi yang jumlah dan
konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan mahluk hidup, merusak properti,
mengurangi kenyamanan di udara. Berdasarkan definisi ini maka segala bahan padat,
gas dan cair yang ada di udara yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman disebut
polutan udara.
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di
dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan
normalnya (Wisnu, Dampak pencemaran lingkungan : 27)
Jadi, Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur
berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan
kualitas lingkungan.
2. Ambang Batas
Indeks
Standar
Pencemar
Udara

24 jam PM10
ug/m3

24 Jam
SO2
ug/m3

B jam CO
ug/m3

1 jam O3
mg/m3

1 jam
NO2
ug/m3

10

50

80

120

(2)

100

150

365

10

235

(2)

200

350

800

17

400

1130

300

420

1600

34

800

2260

400

500

2100

46

1000

3000

500

600

2620

57.5

1200

3750

3. Undang-Undang yang berlaku


KEPUTUSAN
KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR:
KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997

TENTANG
PEDOMAN TEKNIS
PERHITUNGAN DAN PELAPORAN SERTA INFORMASI INDEKS STANDAR
PENCEMAR UDARA
KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN
Menimbang:
a.
bahwa sebagai pelaksanaan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor: Kep- 45/MENLH/ 10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara, perlu
disusun pedoman teknis perhitungan dan pelaporan serta informasi indeks standar
pencemar udara;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu ditetapkan Keputusan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan tentang Pedoman Teknis Perhitungan dan
Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara.
Mengingat:
1.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3037);
2.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nornor 68, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3699);
3.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 1994 tertang Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan;
4.
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor:
Kep- 02/MENKLH/I/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan;
5.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep35/MENLH/10/1993 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor;
6.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep15/MENLH/4/1996 tentang Program Langit Biru;
7.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara
8.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep135 Tahun 1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan;
9.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor:
205/KABAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran
Udara Sumber Tidak Bergerak.
MEMUTUSKAN:
MENETAPKAN:
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN
DAMPAK LINGKUNGAN TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN

DAN PELAPORAN SERTA INFORMASI INDEKS STANDAR PENCEMAR


UDARA.
Pasal 1
Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar
udara ini diperlukan sebagai pedoman teknis dalam pelaksanaan perhitungan,
pelaporan dan sistem informasi Indeks Standar Pencemar Udara bagi:
a. Instansi terkait;
b.Gubernur Kepala Daerah Tmgkat I, dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah
Tmgkat II terkait;
Pasal 2
Parameter-parameter Dasar Untuk Indeks Standar Pencemar Udara dan Periode Waktu
Pengukuran adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I.

Pasal 3
Angka dan Kategori Indeks Standar Pencemar Udara adalah sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran II.
Pasal 4
Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara Terhadap Tiap Parameter Kualitas Udara
adalah sebagaimana dalam Lampiran III.

Pasal 5
Batas Indeks Standar Pencemar Udara dalam Satuan SI adalah sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran IV.
Pasal 6
Perhitungan Indeks Standar Pencemar Udara adalah sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran V.
Pasal 7
Contoh Pengambilan Indeks Standar Pencemar Udara dari beberapa Stasiun Pemantau
adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran VI.

Pasal 8

1.Penyampaian Indeks Standar Pencemar Udara kepada masyarakat wajib memuat


informasi sebagai berikut
a.
Waktu pelaporan;
b.
Ketentuan waktu;
c.
Bagian wilayah dan atau lokasi yang dilaporkan;
d.
Indeks Standar Pencemar Uda'a dari setiap parameter yang diukur;
e.
Indeks Standar Pencemar Uda'a Maksimum;
f.
Parameter pencemar kritis;
g.
Kategon Indeks Standar Pencemar Udara;
h.
Gambar kategori dan rentang Indeks Standar Pencemar Udara dengan
ketentuan waktu sebagai berikut:

1
.

kategori
baik

rentan
g

0 - 50
dengan warna hijau;

2
.

kategori
sedang

rentan
g

51 - 100
dengan wama biru;

3
.

kateoori
tidak
sehat

rentan
g

101 - 199
dengan warna kuning;

4
.

kategori
sangat
tidak
sehat

rentan
g

200 - 299
dengan wama merah;

5
.

kategori
berbahaya

rentan
g

300 - 500
dengan warna hitam.

Format Penyampaian Indeks Standat Pencemar Udara seperti diuraikan dalam Ayat
(1) adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran VII.

Pasal 9
penyampaian Indeks Standar Pencemar Udara kepada masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 dilakukan melalui:
a) Media massa dan elektronika (radio, lelevisi, surat kabar, majalah dan lainnya);
b) Papan peragaan pada tempat-tempat umum tertentu.

Pasal 10

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di: Jakarta


Pada tanggal: 21 November 1997
Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan

ttd.

Sarwono Kusumaatmadja

4. Cara Penanggulangan
Untuk melindungi masyarakat terhadap bahaya polusi udara, maka perlu dilakukan
usaha-usaha sebagai berikut, antara lain :
1. Setiap pabrik diwajibkan melakukan pengolahan terlebih dahulu terhadap asap
pabriknya sebelum di buang ke udara bebas. Pengolahan yang dapat dilakukan
adalah :
Untuk udara yang mengandung gas atau uap :
Dengan cara mencuci, yaitu udara dialirkan ke dalam air atau cairan yang mudah
bereaksi dengan gas atau uap yang terdapat dalam udara kotor tersebut sehingga
terikat.
Dengan jalan membakar, yaitu udara yang kotor di lewatkan pada alat pembakar agar
terbakar semua.
Untuk udara yang mengandung debu atau alkohol :
Udara kotor yang akan di buang di alirkan dalam satu kamar khusus, yang di sebut
kamar pengendap agar debu-debunya mengendap.
Udara kotor di lewatkan pada alat khusus perangkap kelembaban sehingga partikel
yang ada di dalamnya tidak ikut bersama aliran udara.

Udara kotor di lewatkan pada ruangan khusus secara melingkar-lingkar (cyclone)


sehingga partikel yang terdapat di dalamnya melekat di dinding.
Dengan presipitasi dinamis, alat yang bentuknya seperti baling-baling yang
menyebabkan partikel-partikel yang terdapat pada udara kotor terhempas dan
terkumpul di sekitar baling-baling.
Partikel-partikel yang terdapat dalam udara kotor di saring dengan suatu filter khusus.
Partikel dalam udara kotor di endapkan secara elektrik karena adanya perbedaan
tegangan listrik di antara dua kutub listrik.
2. Untuk kendaraan bermotor, digunakan bahan bakar yang sedikitnya mencemari
udara, seperti bahan bakar gas atau bahan bakar sinar matahari. Bagi kendaraan
bermotor yang sisa pembakarannya lebih banyak, sebaiknya menggunakan jalan-jalan
di pinggir kota.
3. Melakukan penghijauan kota, karena tumbuh-tumbuhan dapat menghasilkan
oksigen pada siang hari di samping menyerap karbon dioksida dari udara. Oleh alam,
hujan yang turun menyebabkan kotoran di udara berkurang dan angin akan
menyebabkan kotoran di udara tersebar luas, sehingga tidak terkonsentrasi pada
daerah tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Mukono. 2006. Prinsip dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua, Surabaya :
Airlangga University Press.
Sunu, Pramudya. 2011. Melindungi Lingkungan ISO 14001, Jakarta : PT Grasindo
Wardhana, Arya Wisnu. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta : Andi
Yogyakarta.

You might also like