You are on page 1of 5

Stadium Anestesi

Stadium Anestesia sudah dikenal sejak Morton mendemonstrasikan eter untuk


pembiusan. Selajutnya Pomley (1817) membagi stadium Anestesi menjadi 3
stadium. Setahun kemudian John Snow menambah satu stadium lagi yaitu stadium
ke IV atau Stadium paralisis atau kelebihan dosis. Kemudian, pembagian sistematik
dibagi oleh Guedel yaitu pada pasien pasien yang mendapat anesthesia umum
dengan eter dan premedikasi dengan gas sulfas atropin.
Pembagian Stadium tersebut adalah sebagai berikut, yaitu :
Tabel : Stadium anesthesia menurut Guedel
Stadium (St)
Respirasi
Ritme
Volume
I
Anelgesia sampai Tidak
Kecil
tidak sadar
teratur
II
Sampai
Tidak
Besar
pernafasan
teratur
teratur/otomatis
III

IV

Ukuran
Kecil

Pupil
Letak
Divergen

Lebar

Divergen

P1 : sampai
gerakan bola
mata hilang
P2 : sampai awal
parase otot lurik
P3 : sampai otot
nafas lumpuh

Teratur

Besar

Kecil

Divergen

Teratur

Sedang

lebar

Teratur
pause

Sedang

lebar

Menetap
di tengah
Menetap
di tengah

P4 : sampai
diafragma lumpuh
Henti nafas
henti jantung

Tidak
teratur
-

Kecil

Lebar
maksimal
-

Menetap
di tengah
-

Depresi
Refleks
Tidak ada
Bulu
mata,
kelopak
mata
Kulit,
konjungtiv
a
Kornea
Faring,
peritoniu
m
Sfingter
ani
-

Derivate opiat cenderung menyebabkan pupil miosis, sebaliknya atropine/hiosis


dosis besar menyebabkan midriasis. Apabila kedua obat ini diberikan bersamasama, golongan opiate lebih dominan.
Pada stadium I, pupil melebar Karena pengaruh emosi dan rangsang psikosensorik
(reflex), selanjutnya pada stadium III plana 1, pupil kembali normal, kemudian terus
membesar sampai maksimal pada plana 4. Perubahan ini terjadi karena pelepasan
adrenalin pada pada anesthesia dengan eter dan siklipropan, tetapi tidak terjadi
pada halotan atau barbiturate intra vena.

OBAT-OBAT PREMEDIKASI
Tujuan Premedikasi
1. Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien yang meliputi :
Bebas dari rasa takut, tegang dan khawatir
Bebas nyeri dan mencegah mual dan muntah
2. Mengurangi sekresi kelenjar dan menekan reflek vagus
3. Memudahkan/memperlancar induksi
4. Mengurangi dosis obat anesthesia
5. Mengurangi rasa sakit dan kegelisahan pasca bedah
Obat obat yang sering digunakan sebagai premedikasi adalah :
1. Obat antikholinergik
2. Obat sedatif
3. Obat anelgetik narkotik
Obat Golongan Antikholinergik
Obat Golongan Antikholinergik adalah obat obatan yang berkhasiat menekan atau
menghamat aktivitas parasimpatis.
Tujuan Utama pemberian obat golongan antikholinergik untuk premedikasi, adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Mengurangi sekresi kelenjar : saliva, saluran cerna dan saluran nafas


Mencegah spasme laring dan bronkus
Mencegah bradikardi
Mengurangi motilitas usus
Melawan efek depresi narkotik terhadap pusat nafas

Sulfas Atropin
Mekanisme kerja
Menghambat kerja asetil kholin pada organ yang diinervasi oleh serabut saraf
otonom parasimpatis atau serabut saraf yang mempunyai neurotransmitter asetil
kholin. Sulfas atropine lebih dominan pada otot jantung, usus dan bronkus .
Efek terhadap respirasi
Menghambat sekresi kelenjar pada hidung, mulut, faring, trakea dan bronkus,
menyebabkan mukosa jalan nafas kekeringan, menyebabkan relaksasi otot polos
bronkus dan bronkhioli, sehingga diameter lumennya melebar akan menyebabkan
volume ruang rugi bertambah.

Efek terhadap Kardiovaskular


Menghambat aktivitas vagus pada jantung, sehingga denyut jantung meningkat,
tetapi tidak berpengaruh langsung pada tekanan darah. Pada hipotensi karena
reflex vagas, pemberian obat ini akan meningkatkan tekanan darah.
Efek terhadap saluran cerna
Menghambat sekresi kelenjar liur sehingga mulut tersa kering dan sulit menelan.,
mengurangi sekresi getah lambung sehingga keasaman lambung bisa dikurangi.
Mengurangi tonus otot polos sehingga motilitas otot menurun.
Efek terhadap kelenjar keringat
Menghambar sekresi kelenjar keringat, sehingga menyebabkan kulit kering dan
badan terasa panas akibat pelepasan panas tubuh terhalang melalui proses
evaporasi.
Cara pemberian dan dosis
1. Intramuscular, dosis 0,01 mg/kgBB, diberikan 30-45 menit sebelum induksi
2. Intravena, dengan dosis 0,005 mg/kgBB, diberikan 5-10 menit sebelum
induksi
Kontra Indikasi
Pasien yang menderita :
1.
2.
3.
4.

Demam
Takikardi
Glukoma
Tiroksikasis

Kemasan dan sifat fisik


Dikemas dalam bentuk ampul 1 ml mengandung 0,25 dan 0,5 mg, tidak berwarna
dan larut dalam air

Golongan Analgetik Narkotik


Golongan narkotik yang sering digunakan sebagai obat premedikasi adalah : petidin
dan morfin. Sedangkan fentanyl dignakan sebagain suplemen anesthesia.
Efek Farmakologi
Terhadap susunan sarafa pusat
Sebagai analgesik, obat ini bekerja pada thalamus dan substansia gelatinosa
medulla spinalis.
Terhadap repirasi
Menimbulkan depresi pusat jalan nafas terutama pada bayi dan orang tua. Efek ini
semakin manifest pada keadaan umum pasien yang buruk sehingga perlu
pertimbangan seksama dalam penggunaannya. Terhdapa bronkus, petidin
menyebabkan dilatasi bronkus, sedangkan morfin menimbulkan konstriksi akibat
pengaruh pelepasan histamin.
Terhadap sirkulasi
Tidak menimbulkan depresi sistem sirkulasi, sehingga cukup aman diberikan pada
semua pasien kecuali bayi dan orang tua. Pada kehamilan, narkotik dapat melewati
barrier plasenta sehingga bisa menimbulkan depresi nafas pada bayi baru lahir.
Penggunaan klinik
Morfin mempunyai kekuatan 10 (sepuluh) kali dibandingkan dengan petidin, ini
berarti bahwa dosis morfin sepersepuluh dari petidin, sedangkan fentanyl 100 kali
dari petidin.
Analgetik narkotik digunakan sebagai :
1. Premedikasi : petidin diberikan intramuscular dengan dosis 1 mg/kgBB atau
intravena 0,5 mg/kgBB.
2. Analgetik untuk pasien yang menderita nyeri akut/kronis, diberikan sistemik
atau regional intratekal/epidural
3. Suplemen anestesia atau analgesia
4. Analgetik pada tindakan endoskopi
5. Suplemen sedasi dan analgetik di Unit Terapi Intensif
Kontra Indikasi
1. Orang tua

2.
3.
4.
5.
6.

Bayi
Pasien dengan keadaan umum yang buruk
Pasien yang memdapatkan terapi preparat penghambat moniamin oksidase
Pasien asma
Penderita penyakit hati

Efek samping
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Memperpanjang masa pulih anesthesia


Depresi pusat nafas sehingga pasien dapat henti nafas
Pupil miosis
Spasme bronkus pada pasien asma terutama akibat morfin
Kolik abomen akibat spasme sfinter kandung empedu
Mual muntah dan hipersalivasi
Gatal-gatal seluruh tubuh

Kemasan
1. Petidin dalam bentuk ampul 2 ml yag mengandung 50mg/ml tidak berwarna
2. Fentanyl dikemas steril dalam bentuk ampul 2 dan 10 ml tiap ml
mengandung 50ug
3. Morfin dalam bentuk ampul 1 ml yang mengandung 10 atau 20 mg, tidak
berwarna.

You might also like