You are on page 1of 16

Bahasa Indonesia

Teks Cerita Sejarah Nasional

KELOMPOK 4:
Nelly Rosaline (22)
Ni Kadek Swari Nandini (23)
Ni Kadek Widiantari (24)
Ni Koman Gorin Sabatini (25)
Ni Luh Indah Sukma P (26)
Ni Made Ayu Astari Badung (27)
Ni Made Ayu Irayanti (28)

XII MIPA 1

I.

Memahami Struktur dan Kaidah Teks Cerita Sejarah


A. Pengertian Teks Sejarah
Teks Sejarah merupakan teks yang didalamnya menjelaskan/menceritakan suatu
peristiwa sejarah yang terjadi di masa lampau dan berdasarkan fakta (kejadian
yang sebenarnya). Peristiwa sejarah tersebut disusun secara kronologis
berdasarkan urutan waktu terjadinya, dan peristiwa tersebut memiliki makna
penting bagi kehidupan masyarakat.

B. Ciri - Ciri Teks Sejarah


1.

Disajikan secara kronologis atau urutan peristiwa

2.

Bentuk teks rekon atau teks cerita ulang

3.

Struktur teks orientasi, urutan peristiwa, reorientasi

4.

Sering menggunakan konjungsi temporal

5.

Berisi berupa fakta

C. Struktur Teks Sejarah


1.

Orientasi
Merupakan bagian pengenalan atau pembukaan dari teks cerita sejarah. Berisi mengenai
penjelasan singkat dari suatu peristiwa yang diceritakan.

2. Urutan Peristiwa
Merupakan rekaman peristiwa sejarah yang terjadi, yang biasanya disampaikan dalam
urutan kronologis. Bagian ini merupakan bagian pokok dari teks cerita sejarah yang
biasanya dituliskan secara rinci dan mendetail sehingga para pembaca akan lebih memahami
hal apa sebenarnya yang terjadi pada masa lalu.
3. Reorientasi
Merupakan bagian akhir dari teks cerita sejarah. Biasanya pada bagian ini berisi
mengenai komentar pribadi dari si penulis tentang peristiwa atau kejadian sejarah yang
diceritakan. Bagian ini merupakan tahapan yang bersifat pilihan, artinya boleh saja bagian
ini tidak disajikan oleh penulis teks cerita sejarah.

D. Kaidah Kebahasaan Teks Sejarah


1.

Pronomina (kata ganti)


Kata yang digunakan untuk menggantikan benda dan menamai seseorang atau sesuatu
secara tidak langsung.
a. Pronomina Pesona adalah pronominal yang dipakai untuk mengacu pada orang
misalnya: ia, -nya, mereka, kita dan kami
b. Pronomna penunjuk adalah pronominal yang dipakai untuk mengacu pada tempat,
waktu, atau suatu peristiwa, misalnya ini, itu, disini,di sana, dan di situ.
.

2.

Verba material
Kata yang berfungsi untuk menunjukan aktivitas atau perbuatan nyata yang dilakukan
oleh partisipan. Kata kerja material menunjukan perbuatan fisik atau peristiwa, misalnya
membaca, menulis, dan menyapu.

3.

Konjungsi Temporal (kata sambung waktu)


Berguna untuk menata urutan-urutan peristiwa yang diceritakan, teks cerita sejarah
banya memanfaatkan konjungsi (kata penghubung) temporal.

E. Jenis - Jenis Teks Sejarah

Sejarah Fiksi :
1. Novel : sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam
bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia
novella yang berarti "sebuah kisah atau sepotong berita".
2. Cerpen : Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk
prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya
dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella (dalam
pengertian modern) dan novel.
3. Legenda : cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai
sesuatu yang benar-benar terjadi.

4. Roman : sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya
melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing. Bisa
juga roman artinya adalah "kisah percintaan"

Sejarah Non-Fiksi :
1. Biografi : kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang yang ditulis oleh
orang lain.
2. Autobiografi : kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang yang ditulis
oleh orang itu sendiri.
3. Certia Perjalanan : teks yang didalamnya menceritakan tentang perjalanan.
4. Catatan Sejarah : teks yang didalamnya menjelaskan/menceritakan tentang
fakta/kejadian masa lalu yang menjadi asal muasal sesuatu yang memiliki nilai
sejarah.

F. Perbedaan Sejarah Fiksi dan Non-Fiksi

Sejarah Fiksi :
o Jalan pengisahan disusun bedasarkan dunia nyata atau menurunkan pengisahanya
dari dunia nyata.
o Penggambaran kehidupan batin seorang tokoh lebih mendalam.
o Pengembangan kharakter tokoh tidak diungkapkan sepenuhnya.
o Menyajikan kehidupan sesuai dengan pandangan pribadi pengarang.

Sejarah Non-Fiksi :
o Disusun bedasarkan data atau fakta yang objektif
o Penggambaran tokoh ditulis lengkap bedasarkan fakta.

o Menyajikan kehidupan sesuai dengan data atau fakta.


G. Perbedaan Teks Cerita Sejarah dengan Berita Sejarah
- Teks cerita sejarah : Teks cerita masa lalu
- Berita Sejarah : Cerita yang di ceritakan melalui media massa seperti televisi dan radio.

H. Ciri Ciri Teks Cerita Sejarah

1. Cerita yang disampaikan disajikan secara berurutan atau sesuai dengan kronologisnya
dari awal sampai akhir.
2. Teks dalam cerita sejarah berbentuk teks yang diceritakan ulang.
3. Konjungsi yang digunakan dalam teks cerita sejarah merupakan konjungsi temporal.
4. Cerita yang disampaikan merupakan fakta yang pernah terjadi, bukan imajinasi dari
penulis.

II.

Membandingkan Teks Cerita Sejarah


Teks Sejarah 1
Bandung Lautan Api
Suatu hari di Bulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk mengukir
sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota Bandung menuju
pegunungan di selatan.
Ultimatum agar Tentara Republik Indonesia (TRI) meninggalkan kota dan rakyat, melahirkan
politik "bumihangus". Rakyat tidak rela Kota Bandung dimanfaatkan oleh musuh. Mereka
mengungsi ke arah selatan bersama para pejuang.
Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III, mengumumkan hasil
musyawarah tersebut dan memerintahkan rakyat untuk meninggalkan Kota Bandung. Hari itu
juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota.
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat
menggunakannya lagi. Di sana-sini asap hitam mengepul membubung tinggi di udara. Semua
listrik mati. Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang
paling seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat pabrik mesiu
yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud menghancurkan gudang mesiu tersebut
Pembumihangusan Bandung tersebut merupakan tindakan yang tepat, karena kekuatan TRI
dan rakyat tidak akan sanggup melawan pihak musuh yang berkekuatan besar. Selanjutnya TRI
bersama rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini
melahirkan lagu "Halo-Halo Bandung" yang bersemangat membakar daya juang rakyat
Indonesia.
Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka tanggal 26 Maret 1946.
Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan pembakaran
Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu Atje
Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi

Teks Sejarah 2

Gempa Bumi Sumatera Barat 30 September 2009


BMKG 30/9/15, Hari ini 6 (enam) tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 30 September
2009 pukul 17:16:09 WIB seluruh wilayah Sumatera Barat merasakan guncangan gempabumi
yang sangat kuat, guncangan yang disebabkan oleh gempabumi tersebut juga dirasakan di kotakota Sumatera lainnya, bahkan guncangan tersebut terasa sampai ke Singapura, Malaysia,
Thailand dan juga di Jakarta dengan intensitas III MMI. Gempabumi dengan kekuatan 7.9 SR
dengan kedalaman 71 km dan pusat gempa pada 0.84 LS 99.65 BT ini kurang lebih sekitar 57
Km Barat Daya Pariaman, Sumatera Barat, gempa ini telah memporak-porandakan hampir
seluruh wilayah Sumatera Barat khususnya wilayah pantai Barat Sumbar.
Melihat hasil peta guncangan (shakemap) yang diakibatkan oleh gempabumi tanggal 30
September 2009, maka intensitas guncangan gempa yang sangat kuat terjadi di Pariaman, Agam,
Padang dengan intensitas VIII MMI, berdasarkan skala Modified Mercalli Intensity merupakan
skala ukuran kerusakan akibat gempabumi berdasarkan pengamatan efek gempabumi terhadap
manusia, struktur bangunan, lingkungan pada suatu tempat tertentu maka intensitas pada skala
VIII MMI ini dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan yang tidak kuat , kerusakan ringan
pada bangunan-bangunan dengan konstruksi yang kuat, retak-retak pada bangunan yang kuat,
dinding dapat terlepas dari kerangka rumah, sedangkan kota-kota di Sumatera Barat lainnya
dengan intensitas VI-VII MMI antara lain di Bukit Tinggi, Padang Panjang,Pasaman, Pasaman
Barat, Batu Sangkar, Solok, Solok selatan, dan Pesisir Selatan.
Gempa bumi tersebut telah menyebabkan sedikitnya 1100 orang meninggal, 2180 orang
luka-luka dan 2650 bangunan rumah rusak berat/ringan termasuk gedung-gedung kantor,
sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, pasar, jalan, jembatan dengan kerusakan paling parah
sepanjang pantai Barat Sumatera Barat juga telah menyebabkan jaringan listrik dan komunikasi
terputus, sebagian besar korban disebabkan karena tertimpa reruntuhan bangunan dikarenakan
kontruksi bangunan yang tidak aman,akibat gempa juga terjadi eksodus besar-besaran warga
yang tinggal disekitar pantai ke tempat lain karena adanya isu akan datangnya gelombang
tsunami.
Wilayah barat pulau Sumatera merupakan salah satu kawasan yang terletak pada
pinggiran lempeng aktif dunia hal ini dapat dilihat pada tingginya kejadian gempabumi
diwilayah ini karena wilayah ini adalah daerah pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia
dengan lempeng tektonik Eurasia. Sumber gempa di wilayah ini tidak hanya bersumber dari
pertemuan lempeng tektonik tersebut tetapi juga dikarenakan adanya sesar Mentawai (Mentawai
Fault System) dan sesar Sumatera (Sumatera Fault System). Dengan adanya 3 (tiga) sumber
gempabumi tersebut menambah kompleknya tektonik wilayah Sumatera dan menyebabkan
wilayah Sumatera merupakan daerah yang rawan terhadap Gempabumi.
Berdasarkan katalog gempabumi merusak BMKG, ke-tiga sumber gempabumi di
Sumatera tersebut, baik gempabumi yang terjadi di Subduksi, sesar Mentawai dan sesar

Sumatera telah menyebabkan kerusakan bangunan dan juga korban jiwa, yaitu dimulai pada
tahun 1926 gempabumi terjadi disekitar danau Singkarak yang menyebabkan 354 orang
meninggal dunia, kejadian gempabumi selanjutnya berturut-turut terjadi pada tahun 1977, 1979,
1993, 1994, 1995, 1998, 2004, 2005, 2007, 2008, 2009 dan 2010. Beberapa gempabumi tersebut
disamping menyebabkan kerusakan bangunan juga menimbulkan tsunami.
Kini setelah 6 tahun berlalu kejadian itu masih teringat pada sebagian besar masyarakat
Sumatera Barat karena disamping diantaranya menjadi korban reruntuhan bangunan yang
disebabkan oleh gempabumi juga sebagian dari mereka kehilangan keluarga dan harta bendanya
dan mereka juga masih trauma dengan kejadian gempabumi 30 September 2009.
Mengingat wilayah Sumatera merupakan wilayah yang rawan terjadinya gempabumi
dimana gempabumi juga mempunyai return periode kejadiannya maka dengan melihat kembali
sejarah kejadian gempabumi dimasa lalu dapat meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya
pemahaman tentang gempa bumi, Mengetahui daerah-daerah rawan gempabumi, respon atau
tindakan sebelum,sesaat dan setelah terjadinya gempabumi haruslah dipahami dan yang penting
adalah sosialisasi yang menerus kepada masyarakat tentang ancaman bahaya gempabumi serta
sosialisasi dari pemerintah pusat daerah dan juga lembaga swadaya masyarakat tentang
pentingnya kontruksi rumah aman gempa pada daerah rawan gempa, sedangkan masyarakat yang
tinggal didaerah pantai disamping memahami hal tersebut diatas juga mengetahui jalur-jalur
evakuasi yang sudah ada disetiap wilayah perkampungan, juga meningkatkan kesadaran tentang
pentingnya melakukan evakuasi sesegera mungkin sesaat setelah merasakan guncangan
gempabumi yang kuat untuk menjauh dari pantai mencari tempat-tempat yang tinggi.(gst)

Ada beberapa hal yang dapat menjadi pembanding antara teks sejarah 1 dan 2
Berdasarkan 5W + 1H pada Setiap Teks
Teks Cerita Sejarah Bandung Lautan Api
a) What
Pertanyaan
Jawab

: Peristiwa apa yang diceritakan pada teks tersebut?


: Peristiwa Bandung Lautan Api

b) Where
Pertanyaan
Jawab

: Dimana peristiwa tersebut terjadi?


: Kota Bandung, dari Cicadas sampai Cimindi

c) When
Pertanyaan
Jawab

: Kapan peristiwa tersebut terjadi?


: Pada bulan Maret 1946

d) Who

Pertanyaan
Jawab

e) Why
Pertanyaan
Jawab

f) How
Pertanyaan
Jawab

: Siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut?


: Sekitar 200,000 penduduk Bandung diantaranya Tentara Republik
Indonesia, Kolonel Abdul Haris Nasution selaku komandan divisi,
pemuda Muhammad Toha dan Ramdan, dan Sekutu (Inggris)
: Mengapa peristiwa tersebut bisa terjadi di Sumatera Barat?
: Karena daerah Sumatera Barat adalah daerah pertemuan lempeng
tektonik Indo-Australia dengan lempeng tektonik Eurasia. Sumber
gempa di wilayah ini tidak hanya bersumber dari pertemuan
lempeng tektonik tersebut tetapi juga dikarenakan adanya sesar
Mentawai (Mentawai Fault System) dan sesar Sumatera (Sumatera
Fault System). Dengan adanya 3 (tiga) sumber gempabumi tersebut
menambah kompleknya tektonik wilayah Sumatera dan
menyebabkan wilayah Sumatera merupakan daerah yang rawan
terhadap Gempa bumi
: Bagaimana peristiwa tersebut bisa terjadi?
: Berawal dari niat Sekutu untuk mengambil alih kota Bandung
oleh karena itu TRI dan rakyat sepakat untuk membumihanguskan
kota Bandung agar tidak dapat dimanfaatkan oleh Sekutu.

Teks Cerita Sejarah Gempa Bumi Sumatera Barat 30 September 2009


a) What
Pertanyaan
: Peristiwa apa yang diceritakan pada teks tersebut?
Jawab
: Peristiwa Gempa Bumi Sumatera Barat tanggal 30 September
2009
b) Where
Pertanyaan
: Dimana peristiwa tersebut terjadi?
Jawab
: seluruh wilayah Sumatera Barat, bahkan guncangan tersebut
terasa sampai ke Singapura, Malaysia, Thailand.
c) When
Pertanyaan
Jawab

: Kapan peristiwa tersebut terjadi?


: Tanggal 30 September 2009 pukul 17:16:09 WIB

d) Who
Pertanyaan
Jawab

: Siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut?


: Seluruh warga Sumatera Barat

e) Why

Pertanyaan
Jawab

: Mengapa peristiwa tersebut bisa terjadi?


:

f) How
Pertanyaan
Jawab

: Bagaimana peristiwa tersebut bisa terjadi?


:
Tanggal 30 September seluruh wilayah Sumatera Barat
merasakan guncangan gempabumi yang sangat kuat, guncangan
yang disebabkan oleh gempabumi tersebut juga dirasakan di kotakota Sumatera lainnya, Gempabumi dengan kekuatan 7.9 SR, yang
salah satu penyebabnya adalah karena derah ini merupakan daerah
pertemuan lempeng tektonik. Dengan kekuatan gempa yang besar itu
menyebabkan 1100 orang meninggal, 2180 orang luka-luka dan 2650
bangunan rumah rusak berat/ringan termasuk gedung-gedung kantor,
sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, pasar, jalan, jembatan dengan
kerusakan paling parah sepanjang pantai Barat Sumatera Barat

Berdasarkan Struktur Teks


Teks 1
BANDUNG LAUTAN API
PARAGRAF
KE-

STRUKTUR
TEKS

URAIAN TEKS

1.

Orientasi

2.

Urutan
Peristiwa 1

3.

Urutan
Peristiwa 2

4.

Urutan
Peristiwa 3

Suatu hari di Bulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam,


sekitar 200.000 penduduk mengukir sejarah dengan membakar
rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota Bandung
menuju pegunungan di selatan.
Ultimatum agar Tentara Republik Indonesia (TRI)
meninggalkan kota dan rakyat, melahirkan politik
"bumihangus". Rakyat tidak rela Kota Bandung dimanfaatkan
oleh musuh. Mereka mengungsi ke arah selatan bersama para
pejuang.
Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III,
mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan
rakyat untuk meninggalkan Kota Bandung. Hari itu juga,
rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang
meninggalkan kota.
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat dengan maksud
agar Sekutu tidak dapat menggunakannya lagi. Di sana-sini
asap hitam mengepul membubung tinggi di udara. Semua
listrik mati. Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran
sengit terjadi. Pertempuran yang paling seru terjadi di Desa
Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat

5.

Urutan
Peristiwa 4

6.

Reorientasi

pabrik mesiu yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud


menghancurkan gudang mesiu tersebut
Pembumihangusan Bandung tersebut merupakan tindakan
yang tepat, karena kekuatan TRI dan rakyat tidak akan
sanggup melawan pihak musuh yang berkekuatan besar.
Selanjutnya TRI bersama rakyat melakukan perlawanan secara
gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini melahirkan lagu
"Halo-Halo Bandung" yang bersemangat membakar daya
juang rakyat Indonesia.
Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara
Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda saat
itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan
pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar
Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu Atje Bastaman melihat
Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi.

Teks 2
Gempa Bumi Sumatera Barat 30 September 2009
PARAGRAF
KE-

STRUKTUR
TEKS

URAIAN TEKS

1.

Orientasi

BMKG 30/9/15, Hari ini 6 (enam) tahun yang lalu


tepatnya pada tanggal 30 September 2009 pukul 17:16:09 WIB
seluruh wilayah Sumatera Barat merasakan guncangan
gempabumi yang sangat kuat, guncangan yang disebabkan
oleh gempabumi tersebut juga dirasakan di kota-kota Sumatera
lainnya, bahkan guncangan tersebut terasa sampai ke
Singapura, Malaysia, Thailand dan juga di Jakarta dengan
intensitas III MMI. Gempabumi dengan kekuatan 7.9 SR
dengan kedalaman 71 km dan pusat gempa pada 0.84 LS
99.65 BT ini kurang lebih sekitar 57 Km Barat Daya Pariaman,
Sumatera Barat, gempa ini telah memporak-porandakan
hampir seluruh wilayah Sumatera Barat khususnya wilayah
pantai Barat Sumbar.

2.

Urutan
Peristiwa

Melihat hasil peta guncangan (shakemap) yang


diakibatkan oleh gempabumi tanggal 30 September 2009,
maka intensitas guncangan gempa yang sangat kuat terjadi di
Pariaman, Agam, Padang dengan intensitas VIII MMI,
berdasarkan skala Modified Mercalli Intensity merupakan
skala ukuran kerusakan akibat gempabumi berdasarkan
pengamatan efek gempabumi terhadap manusia, struktur
bangunan, lingkungan pada suatu tempat tertentu maka
intensitas pada skala VIII MMI ini dapat menyebabkan
kerusakan pada bangunan yang tidak kuat , kerusakan ringan

pada bangunan-bangunan dengan konstruksi yang kuat, retakretak pada bangunan yang kuat, dinding dapat terlepas dari
kerangka rumah, sedangkan kota-kota di Sumatera Barat
lainnya dengan intensitas VI-VII MMI antara lain di Bukit
Tinggi, Padang Panjang,Pasaman, Pasaman Barat, Batu
Sangkar, Solok, Solok selatan, dan Pesisir Selatan.
Gempa bumi tersebut telah menyebabkan sedikitnya
1100 orang meninggal, 2180 orang luka-luka dan 2650
bangunan rumah rusak berat/ringan termasuk gedung-gedung
kantor, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, pasar, jalan,
jembatan dengan kerusakan paling parah sepanjang pantai
Barat Sumatera Barat juga telah menyebabkan jaringan listrik
dan komunikasi terputus, sebagian besar korban disebabkan
karena tertimpa reruntuhan bangunan dikarenakan kontruksi
bangunan yang tidak aman,akibat gempa juga terjadi eksodus
besar-besaran warga yang tinggal disekitar pantai ke tempat
lain karena adanya isu akan datangnya gelombang tsunami.
Wilayah barat pulau Sumatera merupakan salah satu
kawasan yang terletak pada pinggiran lempeng aktif dunia hal
ini dapat dilihat pada tingginya kejadian gempabumi diwilayah
ini karena wilayah ini adalah daerah pertemuan lempeng
tektonik Indo-Australia dengan lempeng tektonik Eurasia.
Sumber gempa di wilayah ini tidak hanya bersumber dari
pertemuan lempeng tektonik tersebut tetapi juga dikarenakan
adanya sesar Mentawai (Mentawai Fault System) dan sesar
Sumatera (Sumatera Fault System). Dengan adanya 3 (tiga)
sumber gempabumi tersebut menambah kompleknya tektonik
wilayah Sumatera dan menyebabkan wilayah Sumatera
merupakan daerah yang rawan terhadap Gempabumi.
Berdasarkan katalog gempabumi merusak BMKG, ketiga sumber gempabumi di Sumatera tersebut, baik gempabumi
yang terjadi di Subduksi, sesar Mentawai dan sesar Sumatera
telah menyebabkan kerusakan bangunan dan juga korban jiwa,
yaitu dimulai pada tahun 1926 gempabumi terjadi disekitar
danau Singkarak yang menyebabkan 354 orang meninggal
dunia, kejadian gempabumi selanjutnya berturut-turut terjadi
pada tahun 1977, 1979, 1993, 1994, 1995, 1998, 2004, 2005,
2007, 2008, 2009 dan 2010. Beberapa gempabumi tersebut
disamping menyebabkan kerusakan bangunan juga
menimbulkan tsunami.
3.

Reorientasi

Kini setelah 6 tahun berlalu kejadian itu masih teringat

pada sebagian besar masyarakat Sumatera Barat karena


disamping diantaranya menjadi korban reruntuhan bangunan
yang disebabkan oleh gempa bumi juga sebagian dari mereka
kehilangan keluarga dan harta bendanya dan mereka juga
masih trauma dengan kejadian gempabumi 30 September
2009.
Mengingat wilayah Sumatera merupakan wilayah yang
rawan terjadinya gempabumi dimana gempabumi juga
mempunyai return periode kejadiannya maka dengan melihat
kembali sejarah kejadian gempabumi dimasa lalu dapat
meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya pemahaman
tentang gempa bumi, Mengetahui daerah-daerah rawan
gempabumi, respon atau tindakan sebelum,sesaat dan setelah
terjadinya gempabumi haruslah dipahami dan yang penting
adalah sosialisasi yang menerus kepada masyarakat tentang
ancaman bahaya gempabumi serta sosialisasi dari pemerintah
pusat daerah dan juga lembaga swadaya masyarakat tentang
pentingnya kontruksi rumah aman gempa pada daerah rawan
gempa, sedangkan masyarakat yang tinggal didaerah pantai
disamping memahami hal tersebut diatas juga mengetahui
jalur-jalur evakuasi yang sudah ada disetiap wilayah
perkampungan, juga meningkatkan kesadaran tentang
pentingnya melakukan evakuasi sesegera mungkin sesaat
setelah merasakan guncangan gempabumi yang kuat untuk
menjauh dari pantai mencari tempat-tempat yang tinggi.(gst)
Berdasarkan Kaidah Kebahasaan
a. Penggunaan konjungsi
Konjungsi temporal yang digunakan pada teks cerita sejarah Bandung
Lautan Api diantaranya : selanjutnya ( pada kalimat Selanjutnya TRI bersama
rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar bandung ), kemudian,
dansetelah ( pada kalimat Bandung Lautan Api kemudian menjadi istilah yang
terkenal setelah peristiwa pembakaran tersebut. ).
b. Ejaan
Secara keseluruhan ejaan pada setiap kalimat sudah cukup baik, karena
tidak terdapat kesalahan penulisan kata pada teks ini.
c. Pronomina
Dalam teks tersebut terdapat penggunaan pronomina seperti pronominal
pesona yang data ditemukan pada kalimat penduduk mengukir sejarah dengan
membakar rumah dan harta benda mereka

d. Verba Material
Dalam teks tersebut meggunakan verba material , diantaranya membakar
Sedangkan pada teks 2 adalah
a. Penggunaan konjungsi
Konjungsi temporal yang digunakan pada teks cerita sejarah Gempa
Bumi Sumatera Barat 30 September 2009 diantaranya Kini setelah 6 tahun
berlalu kejadian itu masih teringat pada sebagian besar masyarakat Sumatera
Barat karena
b. Ejaan
Secara keseluruhan ejaan pada setiap kalimat sudah cukup baik, namun
terdapat kesalahan pada penulisan kata gempa bumi yaitu yang seharusnya dipish
tapi pada teks ditulis tersambung.

c. Pronomina
Dalam teks tersebut terdapat penggunaan pronomina seperti pronominal
pesona yang data ditemukan pada kalimat disebabkan oleh gempabumi juga
sebagian dari mereka kehilangan keluarga
d. Verba Material
Dalam teks 2 tidak ditemukan penggunaan verba material.

III. Menganalisis Teks Cerita Sejarah


Sebagai contoh kami menganalsis teks cerita sejarah Bandung Lautan Api
a) What
Pertanyaan
Jawab

: Peristiwa apa yang diceritakan pada teks tersebut?


: Peristiwa Bandung Lautan Api

b) Where
Pertanyaan
Jawab

: Dimana peristiwa tersebut terjadi?


: Kota Bandung, dari Cicadas sampai Cimindi

c) When
Pertanyaan
Jawab

: Kapan peristiwa tersebut terjadi?


: Pada bulan Maret 1946

d) Who
Pertanyaan

: Siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut?

Jawab

e) Why
Pertanyaan
Jawab

f) How
Pertanyaan
Jawab

: Sekitar 200,000 penduduk Bandung diantaranya Tentara Republik


Indonesia, Kolonel Abdul Haris Nasution selaku komandan divisi,
pemuda Muhammad Toha dan Ramdan, dan Sekutu (Inggris)
: Mengapa peristiwa tersebut bisa terjadi di Sumatera Barat?
: Karena daerah Sumatera Barat adalah daerah pertemuan lempeng
tektonik Indo-Australia dengan lempeng tektonik Eurasia. Sumber
gempa di wilayah ini tidak hanya bersumber dari pertemuan
lempeng tektonik tersebut tetapi juga dikarenakan adanya sesar
Mentawai (Mentawai Fault System) dan sesar Sumatera (Sumatera
Fault System). Dengan adanya 3 (tiga) sumber gempabumi tersebut
menambah kompleknya tektonik wilayah Sumatera dan
menyebabkan wilayah Sumatera merupakan daerah yang rawan
terhadap Gempa bumi
: Bagaimana peristiwa tersebut bisa terjadi?
: Berawal dari niat Sekutu untuk mengambil alih kota Bandung
oleh karena itu TRI dan rakyat sepakat untuk membumihanguskan
kota Bandung agar tidak dapat dimanfaatkan oleh Sekutu.

Berdasarkan data di atas menyatakan bahwa Teks Sejarah Bandung Lautan Api memiliki
memenuhi konsep 5W+1H
BANDUNG LAUTAN API
PARAGRAF
KE-

STRUKTUR
TEKS

URAIAN TEKS

1.

Orientasi

2.

Urutan
Peristiwa 1

3.

Urutan
Peristiwa 2

4.

Urutan

Suatu hari di Bulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam,


sekitar 200.000 penduduk mengukir sejarah dengan membakar
rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota Bandung
menuju pegunungan di selatan.
Ultimatum agar Tentara Republik Indonesia (TRI)
meninggalkan kota dan rakyat, melahirkan politik
"bumihangus". Rakyat tidak rela Kota Bandung dimanfaatkan
oleh musuh. Mereka mengungsi ke arah selatan bersama para
pejuang.
Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III,
mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan
rakyat untuk meninggalkan Kota Bandung. Hari itu juga,
rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang
meninggalkan kota.
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat dengan maksud

Peristiwa 3

5.

Urutan
Peristiwa 4

6.

Reorientasi

agar Sekutu tidak dapat menggunakannya lagi. Di sana-sini


asap hitam mengepul membubung tinggi di udara. Semua
listrik mati. Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran
sengit terjadi. Pertempuran yang paling seru terjadi di Desa
Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat
pabrik mesiu yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud
menghancurkan gudang mesiu tersebut
Pembumihangusan Bandung tersebut merupakan tindakan
yang tepat, karena kekuatan TRI dan rakyat tidak akan
sanggup melawan pihak musuh yang berkekuatan besar.
Selanjutnya TRI bersama rakyat melakukan perlawanan secara
gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini melahirkan lagu
"Halo-Halo Bandung" yang bersemangat membakar daya
juang rakyat Indonesia.
Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara
Merdeka tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda saat
itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan
pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar
Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu Atje Bastaman melihat
Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi.

Data diatas merupakan struktur dari teks cerita sejarah Bandung Lautan Api
Selanjutnya kami menganalisis kaidah kebahasaan yang ada di Teks Sejarah Bandung Lautan
Api
a. Penggunaan konjungsi
Konjungsi temporal yang digunakan pada teks cerita sejarah Bandung Lautan
Api diantaranya : selanjutnya ( pada kalimat Selanjutnya TRI bersama rakyat
melakukan perlawanan secara gerilya dari luar bandung ), kemudian,
dansetelah ( pada kalimat Bandung Lautan Api kemudian menjadi istilah yang
terkenal setelah peristiwa pembakaran tersebut.
e. Ejaan
Secara keseluruhan ejaan pada setiap kalimat sudah cukup baik, karena tidak
terdapat kesalahan penulisan kata pada teks ini.
f. Pronomina
Dalam teks tersebut terdapat penggunaan pronomina seperti pronominal
pesona yang data ditemukan pada kalimat penduduk mengukir sejarah dengan
membakar rumah dan harta benda mereka
g. Verba Material
Dalam teks tersebut meggunakan verba material , diantaranya membakar

IV.

Mengevaluasi Teks Cerita Sejarah

Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa Teks Cerita
Sejarah Bandung Lautan Api memiliki struktur yang lengkap, ejaan yang cukup,
menggunakan pronomina atau kata ganti, selain itu juga menggunakan verba material
sehingga teks tersebut sesuai dengan kaidah kebahasaan Teks Cerita Sejarah

V.

Menginterpretasi Makna Teks Cerita Sejarah


Makna dari Teks Cerita Sejarah Bandung Lautan Api yang dapat kami petik
adalah sebagai seorang warga Negara kita harus menghormati pemimpin atau
mengikuti aturan dan perintah dari pemimpin kita. Dan jangan dengan mudah
memberikan suatu hal yang sudah diperjuangkan dengan susah payah oleh para
pejuang kita kepada orang lain atau Negara lain, karena kita tidak tau apa maksud
mereka , jika kita ceroboh maka celakalah kita.

You might also like