Professional Documents
Culture Documents
Pengarah:
Edi Effendi Tedjakusuma
Penanggung Jawab:
Yohandarwati Arifiyatno
Tim Penyusun:
Bambang Triyono
Haryo Raharjo
Faiq
Meitha Ika Pratiwi
Novi Mulia Ayu
Tini Partini Nuryawani
Tenaga Ahli:
Rani Toersilaningsih
ii
KATA PENGANTAR
Yohandarwati Arifiyatno
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................
v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix
Bab 1. Pendahuluan ....................................................................
1.1. Latar Belakang .................................................................................
1.2. Permasalahan ..................................................................................
1.3. Tujuan..............................................................................................
1.4. Ruang Lingkup .................................................................................
1.5. Keluaran yang Diharapkan ...............................................................
1.6. Metodologi ......................................................................................
1
1
2
7
7
7
8
29
29
30
iv
34
47
51
68
78
82
91
110
110
110
113
117
118
119
120
122
124
125
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 3.4.
Tabel 3.5.
Tabel 3.6.
Tabel 3.7.
Tabel 3.8.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Periodisasi Perkembangan PNPM ....................................
Gambar 3.1. Persentase Penduduk Miskin di Indonesia, 1996-2007 ......
Gambar 3.2. Struktur Organisasi Pelaksanaan PNPM Mandiri ...............
4
31
76
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
menurun sehingga
tercapai target baik MDGs maupun target Rencana
Pembangunan Jangka Panjang nasional.
1.2 Permasalahan
Dalam perkembangan pelaksanaan RPJMN 2004-2009, pada tahun 2008
banyak diperdebatkan jumlah dan jenis program yang termasuk di dalam program
penanggulangan kemiskinan, mengingat kemiskinan memiliki dimensi
pendapatan dan dimensi non-pendapatan yang lebih luas. Oleh karena itu,
program-program penanggulangan kemiskinan dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
kluster yaitu: (1) Program bantuan dan jaminan sosial, yaitu program yang
ditujukan untuk membantu masyarakat dan keluarga miskin dalam menjangkau
akses pelayanan dasar guna memenuhi kebutuhan dasarnya. Bantuan ini diberikan
untuk meringankan beban hidup keluarga miskin; (2) Program pemberdayaan
masyarakat atau dikenal dengan PNPM Mandiri, yaitu program yang memberi
pendampingan dan pembekalan untuk memampukan masyarakat miskin
menentukan arah, langkah, dan upaya untuk memanfaatkan sumberdaya yang
tersedia dalam rangka mengentaskan dirinya dari kemiskinan; (3) Program yang
membantu usaha mikro dan kecil untuk meningkatkan dan memperluas usahanya
agar masyarakat miskin semakin stabil dan meningkat pendapatannya. Ketiga
kelompok program ini atau ketiga kluster inilah yang diarahkan sebagai program
penanggulangan kemiskinan. Rincian dari program-program yang termasuk di
dalam 3 (tiga) kluster ini selanjutnya dijabarkan di dalam Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) setiap tahunnya.
Kelompok program pemberdayaan masyarakat (PNPM Mandiri)
dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme
dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk
mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan
kemiskinan yang berkelanjutan. PNPM Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua
kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat,
meliputi: (1) Penyediaan dan perbaikan pasarana/sarana lingkungan permukiman,
sosial dan ekonomi secara kegiatan padat karya; (2) Penyediaan sumberdaya
keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi masyarakat miskin. Perhatian yang lebih besar diberikan bagi kaum
perempuan untuk memanfaatkan dana bergulir ini; (3) Kegiatan terkait
peningkatan kualitas sumberdaya manusia, terutama yang bertujuan
mempercepat pencapaian target MDGs; dan (4) Peningkatan kapasitas
masyarakat dan pemerintahan lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan
keterampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata
kepemerintahan yang baik.
Halaman | 2
Pada saat diluncurkan (30 April 2007) PNPM Mandiri terdiri dari: (1) PNPM
Mandiri Perdesaan yang merupakan pernyempurnaan dari Program
Pengembangan Kecamatan (PPK), dan (2) PNPM Mandiri Perkotaan yang
merupakan penyempurnaan dari Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan
(P2KP). Pada Tahun 2008, pada PNPM Mandiri ditambahkan program-program
yang berbasis pemberdayaan masyarakat, sehingga PNPM Mandiri selain PNPM
Mandiri Perdesaan dan PNPM Mandiri Perkotaan ditambah dengan beberapa
program lainnya: (1) PNPM-P2DTK (Program Pembangunan Daerah Khusus dan
Tertinggal; (2) PNPM-PPIP ( Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan)
yang pada tahun 2009 menjadi RIS-PNPM (Rural Infrastructure Services; dan (3)
PNPM-PISEW/RISE (Program Infrastuktur Sosial Ekonomi Wilayah/Rural
Infrastructure for Social and Economic Activities).
Ke-5 program dalam PNPM Mandiri ini merupakan Program Inti (Core), yang
artinya program yang membangun sistem, proses dan prosedur serta wadah bagi
pemberdayaan masyarakat di setiap desa. Kemudian, sejak tahun 2008,
dikembangkan pula PNPM yang sifatnya sektoral, dalam artian tidak sepenuhnya
open menu namun sudah terfokus pada sektor tertentu, yaitu: (1) PNPM PUAP
(Program Usaha Agribisnis Perdesaan); (2) PNPM-KP (Kelautan dan Perikanan); (3)
PNPM-Pariwisata; dan (4) PNPM-Permukiman.
Halaman | 3
Halaman | 5
2.
3.
4.
5.
BAB 2
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Halaman | 7
penduduk miskin pada September 2012 yang berjumlah 28,59 juta (11,66 persen)
atau menurun sedikit sebanyak sekitar 0,29%. JIka dipilah menurut desa kota,
selama periode September 2012-Maret 2013 memperlihatkan adanya penurunan
jumlah penduduk miskin perkotaan sebanyak 0,18 juta, sedangkan di perdesaan
berkurang sebanyak 0,35 juta orang.
Adanya ketimpangan jumlah penduduk miskin di perdesaan lebih banyak
dibandingkan dengan penduduk miskin di perkotaan menyebabkan timbulnya
dorongan pada masyarakat di desa untuk meningkatkan tarfa hidupnya dengan
melakukan migrasi ke daerah perkotaan. Migrasi yang demikian ini juga
menyebabkan adanya penumpukan penduduk di perkotaan yang tidak memiliki
ketrampilan, modal kerja dan pekerjaan yang jelas. Pertimbangan utama bagi
mereka untuk pergi ke kota didasarkan atas ekspektasi bahwa pekerjaan kota di
sekotor modern akan memberikan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pendapatan yang dapat diperoleh di daerah asalnya. Migrasi dari Desa ke
Kota tersebut mempertajam ketidakseimbangan dan ketimpangan antara
kegiatan ekonomi di lingkungan kota dan di daerah pedesaan. Dalam hal ini
terdapat kasus nyata mengenai cumulative causation (asas sebab akibat yang
bersifat kumulatif) yang mengandung dampak negative. (Sumitro, 1993: 210).
Menurut laporan dari World Bank (2007) yang berjudul Era baru pengentasan
kemiskinan di Indonesia, ditemukan adanya 3 ciri utma kemiskinan di Indonesia
yaitu kerentanan, sifat multi dimensi dan ketimpangan antar daerah.
Hasil Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 menunjukkan
telah dipenuhinya target RPJMN (11,5-12,5 persen) angka kemiskinan tahun 2011,
yaitu sebesar 12,49 persen. Namun demikian, upaya penanggulangan kemiskinan
masih perlu ditingkatkan agar target tingkat kemiskinan sebesar 8-10 persen pada
tahun 2014, dapat dicapai. Secara nasional, tingkat kemiskinan mengalami
penurunan meskipun tingkat penurunannya cenderung melambat. Pada tahun
2009 terjadi penurunan kemiskinan 1,27 persen dari tahun 2008, namun kemudian
terjadi perlambatan penurunan pada tahun 2010 menjadi hanya 0,82 persen, dan
sedikit peningkatan penurunan pada tahun 2011 0,84 persen.
Secara keseluruhan garis kemiskinan meningkat dari Rp259.520 per kapita
per bulan pada September 2012 menjadi Rp271.626 per kapita per bulan pada
Maret 2013. Selama periode tersebut jumlah penduduk miskin di perkotaan
berkurang sebesar 0,18 juta, sedangkan di perdesaan berkurang sebanyak 0,35
juta. Meskipun angka kemiskinan menurun tetapi masih lebih tinggi dibandingkan
target tahun 2013 sebesar 10,5 persen. Armida S.Alisyahbana mengatakan bahwa
dengan tingkat kemiskinan per Maret 2013 yang mencapai 11,37 persen, target
akhir tahun ini 10,5 persen memang berat untuk dicapai. Salah satu pemicunya
Halaman | 9
adalah lonjakan harga sejumlah kebutuhan yang berujung pada tingkat inflasi
tinggi. Meskipun demikian upaya yang dilakukan pemerintah seperti raskin, BLSM
hingga BSM untuk membantu keluarga miskin.
Persentase penduduk miskin di Indonesia dari masa ke masa memang
menunjukkan penurunan, namun persoalannya bukan hanya persentasenya tetapi
bagaimana rentannya penduduk di seputar garis kemiskinan untuk jatuh kembali
menjadi miskin yang berkaitan dengan perubahan berbagai factor kebijakan baik
social, ekonomi maupun politik di Indonesia. Selain itu faktor perekonomian dan
kondisi politik juga menjadi faktor yang tidak boleh diabaikan. Kebijakan
pemerintah menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada perkembangan
penduduk miskin di wilayah masing-masing. Beberapa faktor yang berkaitan
dengan hal tersebut adalah:
a. Strategi pembangunan ekonomi yang mendorong sektor industri yang
menggantikan produk impor tidak berjalan dengan baik.
b. Kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak yang berlangsung terus
menyebabkan ketidakstabilan harga-harga atau inflasi yang meningkat
c. Kebijakan pemerintah banyak yang tumpang tindih yang melestarikan
ekonomi biaya tinggi di berbagai sektor
d. Budaya korupsi, kolusi dan nepotisme yang menyebabkan iklim investasi
yang tida menguntungkan bagi Indonesia.
Meskipun penurunan jumlah penduduk miskin telah sesuai target dan
sasaran RPJMN 2010-2014, namun masih banyak hal yang harus dilakukan untuk
lebih mengurangi jumlah penduduk miskin. Oleh sebab itu upaya-upaya untuk
mengurangi penduduk yang tergolong miskin masih harus dilanjutkan dan
ditingkatkan. Selain karena kemiskinan merupakan masalah sosial, upaya
mempercepat penanggulangan kemiskinan adalah keharusan ideologis dan moral.
Konstitusi mengharuskan negara untuk melakukan upaya-upaya mengeluarkan
orang dan keluarganya dari jeratan kemiskinan dan pengangguran, seperti
diamanatkan UUD 1945 Pasal 27 ayat 2. Atas dasar ini, memberantas kemiskinan
dan pengangguran adalah hak sosial rakyat, bukan caritas ataupun kebijakan
altruism filantropis. Negara memiliki tugas untuk memberdayakan warganya yang
tergolong miskin, artinya meningkatkan potensi partisipasi dan kemandirian
mereka. Ini semua mengandung arti bahwa Negara seharusnya menggunakan
pendekatan pembangunan yang people-based, people centered, dan gross rootsbased (Swasono, 2011).
Hal ini harus dilakukan untuk mempersempit jurang perbedaan
pendapatan antara kelompok masyarakat kaya dengan kelompok masyarakat
Halaman | 10
0,4
0,37
0,363 0,364
0,355
0,41
0,41
0,413
2011
2012
2013
0,38
0,35
0,35
0,329
0,308
0,3
0,25
1996
1999
2002
2005
2007
2008
2009
2010
Kondisi 2012
Tahapan
Rekonsolidasi
(2012-2014)
Tingkat
12,49
9,00 10,75
Kemiskinan
Angka Harapan
70,90
72,00 73,50
Hidup
Angka Rata-rata
7,92
8,20
Lama Sekolah
Angka Kematian
27
19
Bayi
Laju Pertumbuhan
1,49
1,39
Penduduk
PDB per kapita
3.540
4.500-5.000
Sumber: Susenas, Target MP3EI dan RPJPN
Tahapan
Transformasi dan
Perluasan (20152020)
6,50-8,00
Tahapan
Keberlanjutan
(2021-2025)
4,00-5,00
7,50- 75,50
77,00-78,00
9,20
12,00
13
6-9
1,2
0,98
8.000-10.000
14.000-16.000
bahkan sejauh mana pemenuhan satu atau beberapa asset prioritas tersebut
mampu menjadi penggerak dari pemenuhan aset lainnya.1
2.2 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
Pengentasan kemiskinan merupakan suatu masalah yang komplek dan
tidak pernah berhenti sepanjang masa.serta mempunyai dimensi tantangan yang
luas baik di tingkat local, nasional maupun global. Nelson Mandela mengatakan
bahwa seperti perbudakan dan apartheid, kemiskinan bukan sesuatu yang sifatnya
alamiah, tetapi kemiskinan terjadi karena ulah manusia.Oleh sebab itu kemiskinan
dapat diatasi dan dikurangi dengan berbagai aksi kemanusiaan.
Berdasarkan hal diatas maka kebijakan pengentasan kemiskinan tidak
dapat dilepaskan dari strategi nasional suatu negara maupun komitmen
internasional. Sebagai salah satu negara yang telah menandatangani kesepakatan
MDGs, dimana salah satu tujuan MDGs adalah menurangi kemiskinan,Indonesia
telah menyusun berbagai kebijakan untuk mencapai sasaran tersebut. Pemerintah
mentargetkan penurunan kemiskinan lebih cepat dibandingkan target MDGs pada
tahun 2015 sebagaimana tertera pada RPJMN 2010-2014.
Pemerintah Indonesia telah melaksanakan program penanggulangan
kemiskinan sejak lama sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. Pemerintah
orde Baru telah menjalankan strategi trilogi pembangunan yaitu stabilitas,
pertumbuhan dan pemerataan. Trilogi pembangunan tersebut menyiratkan suatu
upaya untuk mengurangi jumlah penduduk miskin melalui pertumbuhan dan
pemerataan sehingga stabilitas social ekonomi dan politik dapat terjamin. Pada
masa Orde Baru inilah dinamika penanggulangan kemiskinan sangat beragam.
Berbagai upaya pengentasan kemiskinan sudah dilakukan pada dasawarsa 1970an,
dengan beberapa pendekatan yaitu pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar,
pendekatan pemberdayaan masyarakat dan pendekatan berbasis hak.
Pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar dilakukan dengan memberikan fasilitas
pemenuhan kebutuhan pangan, pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar, air
bersih dan sanitasi serta papan yang layak. Sementara pendekatan pemberdayaan
masyarakat dilakukan dengan pembangunan berbasis komunitas untuk
mengurangi kesenjangan social ekonomi dengan meningkatkan partisipasi
masyarakat dan peningkatan sumber daya manusia terutama pada kelompokpenduduk miskin. Pendekatan pembangunan berbasis komunitas meliputi
pembangunan infrastruktur, pembangunan ekonomi melalui distribusi asset dan
usaha kerja serta penguatan institusi masyarakat. Pemenuhan kebutuhan dasar
berbasis hak merupakan upaya untuk memberikan hak yang sama dan adil melalui
1
Halaman | 13
Halaman | 18
PPK 1998-2006
2007
2008
30
32
32
Kabupaten
268
348
336
Kecamatan
2006
1842
2.392
34103
29.847
35.350
Desa
tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial,
ekonomi, aset dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari dimensi-dimensi dari
gejala-gejala kemiskinan tersebut muncul dalam berbagai sisi kehidupan mereka.
Dimensi Politik, sering muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah
organisasi yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat
miskin, sehingga mereka benar-benar tersingkir dari proses pengambilan
keputusan penting yang menyangkut diri mereka. Akibatnya, mereka juga tidak
memiliki akses yang memadai ke berbagai sumber daya kunci yang dibutuhkan
untuk penyelenggarakan hidup mereka secara layak, termasuk akses informasi.
Dimensi sosial sering muncul dalam bentuk tidak terintegrasikannya
warga miskin ke dalam institusi sosial yang ada, terinternalisasikannya budaya
kemiskinan yang merusak kualitas manusia dan etos kerja mereka, serta pudarnya
nilai-nilai kapital social.
Dimensi lingkungan sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku, dan
carapandang yang tidak berorientasi pada pembangunan berkelanjutan sehingga
cenderung memutuskan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kurang
menjaga kelestarian dan perlindungan lingkungan serta permukiman.
Dimensi ekonomi muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga
tidakmampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai batas yang layak.
Dimensi aset, ditandai dengan rendahnya kepemilikan masyarakat miskin
keberbagai hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk aset kualitas
sumberdaya manusia (human capital), peralatan kerja, modal dana, hunian atau
perumahan, dan lain sebagainya.
Karakteristik kemiskinan seperti tersebut di atas dan krisis ekonomi yang
terjadi telah menyadarkan semua pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih
dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah
pengokohan kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat
ini dibutuhkan dalam rangka membangun organisasi masyarakat warga yang
benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan
berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu
mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan
publik di tingkat lokal, baik aspek sosial, ekonomi maupun lingkungan, termasuk
perumahan dan permukiman.
Penguatan kelembagaan masyarakat yang dimaksud terutama juga
dititikberatkan pada upaya penguatan perannya sebagai motor penggerak dalam
melembagakan' dan membudayakan' kembali nilai-nilai kemanusiaan serta
Halaman | 22
Halaman | 25
Halaman | 27
Halaman | 29
di sektor pertanian, dengan beras sebagai produk tunggal paling penting. Meski
demikian Bangladesh saat ini sedang bergerak dan menjadi negara produsen
garmen terbesar di dunia.
Dalam mengatasi kemiskinan, negara ini mempunyai kebijakan untuk
memberikan modal kecil bagi penduduk miskin melalui gramin bank yang digagas
oleh Muhammad Yunus. Gramin bank memudahkan penduduk memperoleh
pinjaman modal dibandingkan dengan bank-bank konvensional yang memerlukan
banyak persyaratan. Keberhasilan dari sistem ini terletak pada pemberdayaan
perempuan dan sistem open source. Dalam Gramin bank 97 persen dari 25 juta
nasabahnya adalah perempuan. Pemberdayaan terhadap perempuan lebih
ditekankan karena perempuan lebih berorientasi pada keluarga dan pada nilai-nilai
kebaikan. Dalam bertindak nilai-nilai keluarga ini menjadi pertimbangan utama,
sehingga mereka lebih patuh untuk membayar cicilan kredit pinjaman mereka. Ini
merupakan salah satu faktor yang menjadikan Gramin bank cukup berhasil, karena
tingkat pengembalian kredit mencapai 97,11 persen.
Faktor yang kedua adalah penerapan system teknologi informasi berbasis
open source untuk infrastruktur TI, kita pergunakan seadanya dan semurahmurahnya. Open source adalah pilihan terbaik kami aplikasi berbasis open source
yang menjadi andalan Grameen Bank adalah MIFOS (Microfinance Opensource).
Aplikasi tersebut menerapkan konsep web based management information
sistem.
Pengentasan Kemiskinan di Vietnam
Vietnam dalam masa sesudah kemerdekaan juga menghadapi masalah
kemiskinan yang cukup besar. Namun pemerintah Vietnam melakukan kebijakan
yang menekankan pada peran Pemerintah sebagai perencana untuk
pembangunan infrastruktur di daerah dengan penduduk miskin dan daerah
terpencil untuk meningkatkan akses pada pelayanan, pasar dan peluang usaha.
Pemerintah mendorong keterlibatan penduduk dengan melibatkan keluarga dan
komunitas loal dalam pengembangan manajemen perencanaan dan manajemen
investasi infrastruktur. Adapaun beberapa langkah yang dilakukan pemerintah
Vietnam adalah:
1. Melakukan investasi untuk membangun infrasruktur sosial terutama untuk
masyarakat pedesaan, daerah terpencil dan daerah tertinggal. Memberikan
penyadaran bagi masyarakat miskin akan pentingnya jalan bagi upaya
perekonomian mereka.
Halaman | 31
Halaman | 32
BAB 3
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PNPM MANDIRI
sumber :http://economy.okezone.com/read/2013/02/21/20/765232/redirect.
Halaman | 33
Tabel 3.1 Dana BLM Yang Dialokasikan untuk PNPM Mandiri Pagu Indikatif
(dalam Rp. Milyar)
Tahun
PNPM
Perdesaan
PNPM
Perkotaan
2011
2012
2013
8.234,3
8.889,0
7.806,2
1.218,6
1.414,7
1.391,3
PNPM Infrastruktur
Perdesaan
(RIS-PNPM)
480,6
150,0
150,0
PNPM Infrastruktur
Sosial Ekonomi
Wilayah (PISEW
355,5
355,5
355,5
Sumber : Daftar Lokasi BLM PNPM Mandiri 2013 ditetapkan Pokja Pengendali tanggal 5 Oktober
2012
PNPM
2013
Anggaran
Sasaran
Anggaran
Sasaran
PNPM Perdesaan
Rp597,65 T
5.100 kec
Rp597,65 T
5.100 kec
PNPM Perkotaan
Rp 1,7 T
1.153 kec
Rp 1,7 T
1.153 kec
Rp150 M
187 kec
Rp150 M
187 kec
Rp536,5 M
237 kec
Rp536,5 M
237 kec
PNPM
Perkotaan
PNPM
Mandiri IP
Jumlah Provinsi
32
33
PNPM
Mandiri
PISEW
9
394
256
30
34
Jumlah Kecamatan
5.146
1.183
180
237
Sumber : Daftar Lokasi BLM PNPM Mandiri 2013 ditetapkan Pokja Pengendali tanggal 5 Oktober 2012
Selain menetapkan alokasi dana untuk program PNPM Mandiri pada tahun
2012 juga ditetapkan pula rencana jumlah sasaran program untuk tahun 2013.
Informasi tentang hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.3 di bawah ini. Sebanyak 32
provinsi akan menerima program PNPM Perdesaan, 33 provinsi menerima
Program PNPM Perkotaan, dan hanya 4 serta 9 provinsi yang akan menerima
PNPM IP dan PNPM PISEW. PNPM Perdesaan akan memberdayakan 5.146
Halaman | 35
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
PNPM Pedesaan
1994
2731
4371
4805
5020
5100
5146
5300
PNPM Perkotaan
PNPM daerah
Tertinggal dan
Khusus
PNPM
Infrastruktur
Pedesaan
PNPM
Infrastrutur Sosek
Wilayah
838
917
1145
885
1153
1151
1183
1189
186
156
186
186
457
479
215
215
187
186
188
109
237
237
237
237
237
6091
6625
6675
6752
6914
78.89
75.77
76.40
76.21
76.66
Total kecamatan
3018
4370
6418
% PNPM
Perdesaan
66.07
62.49
68.11
Sumber: Daftar alokasi dan lokasi PNPM Mandiri
PNPM Mandiri Perdesaan adalah PNPM yang memiliki cakupan paling luas
dan oleh sebab itu lebih banyak dijadikan sebagai acuan dalam membahas
program PNPM ini. Dengan mengacu pada pendekatan dalam PNPM Mandiri
Perdesaan yang berbentuk perencanaan partisipatif oleh masyarakat melalui
Siklus Tahapan PNPM Mandiri Perdesaan maka tampaknya juga telah
menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan dinamika di tengah masyarakat.
Misalnya saja dampak kemajuan partisipasi telah menghadirkan tahapan sosial
yang tidak saja mampu merumuskan dan memutuskan usulan sesuai dengan
kebutuhan (bukan keinginan), yang juga didukung dengan ketersediaan dan untuk
memenuhinya.
Selain itu adalah adanya peningkatan kapasitas pelaku
masyarakat secara berkesinambungan yang merupakan akibat dari intervensi
program, yang tidak hanya dalam bentuk pelatihan, tetapi juga pembiasaan
kegiatan. Berdasarkan contoh ini pula berarti para pelaku (di Desa,
Kecamatan,dan Kabupaten) telah mengambil peran dalam keputusan penting
Halaman | 37
pembangunan perdesaan dan penyelesaian masalah baik litigasi maupun nonlitigasi, sehingga terjadi sinergi positif antar keputusan masyarakat secara
partisipatif dengan keputusan pembangunan di daerah.
Dalam PNPM Mandiri Perdesaan siklus tahapan yang dilakukan untuk
menetapkan jenis kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada setiap
Tahun Anggaran dikenal sebagai Strategi Normal. Kebijakan pendanaan PNPM
Mandiri Perdesaan yang diterapkan dalam program adalah dengan mengacu
kepada UU Keuangan Negara dan mensyaratkan terjadinya pencairan dana dalam
satu tahun anggaran. Sementara itu, di sisi lain program juga dihadapkan pada
kesiapan masyarakat yang sangat beragam terkait dengan lokasi dan cakupan
geografis untuk menyelesaikan siklus PNPM Mandiri Perdesaan. Sebagai
konsekuensinya dalam pemberlakuan pendanaan Bantuan Langsung Masyarakat
(BLM) yang bersumber dari APBN dan APBD yang harus mengikuti tahun
anggaran maka diperlukan strategi fasilitasi agar dapat memenuhi pendanaan.
Konsekuensi dari kondisi tersebut pula adalah diperlukannya rancangan proses
yang dapat mengimbangi kebutuhan batas waktu tahun anggaran. Pemerintah
Pusat melalui Kementerian Keuangan telah memberikan ketentuan khusus terkait
dengan jangka waktu pencairan, yakni berupa Peraturan Menteri Keuangan
Nomor: 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat
dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan ini memberikan
kelonggaran batasan untuk pencairan PNPM Mandiri hingga April tahun
berikutnya. Dari kondisi kesiapan masyarakat dan tahun anggaran pendanaan
tersebut maka diperlukan strategi fasilitasi dan kebijakan perencanaan tanpa
melakukan pemotongan proses siklus tahapan tersebut, yang berarti seluruh
tahapan tetap dilakukan.
Sementara itu pada tahun 2006 Pilot Project Sistem Pembangunan
Partisipatif (P2SPP) mencoba untuk melakukan integrasi proses perencanaan PPK
kedalam proses perencanaan SPPN di Kabupaten. Latar belakang pilot ini adalah
bahwa program bersifat ad-hoc dan memerlukan pengakuan legitimasi hasil
perencanaan di dalam perencanaan SPPN. Berdasarkan hasil pilot tersebut
tampak bahwa kualitas perencanaan partisipatif oleh masyarakat yang difasilitasi
oleh PNPM Mandiri Perdesaan juga dapat digunakan sebagai usulan kegiatan.
Usulan kegiatan ini dikemas dalam RPJM-Desa dan diusulkan dalam RKP-Desa,
yang selanjutnya diajukan dan dibahas dalam Musrenbang Kecamatan untuk
diputuskan dalam Musrenbang Kabupaten. Keyakinan bahwa hasil perencanaan
PNPM Mandiri Perdesaan dapat berintegrasi dengan perencanaan reguler tidak
hanya pada lokasi Pilot Program, bahkan sebagian besar lokasi kecamatan juga
dinilai mampu melakukan integrasi jika difasilitasi dengan baik. Oleh sebab itu
Halaman | 38
maka pada tahun 2010 dan 2011 disediakan BLM untuk melakukan fasilitasi dalam
melakukan Review RPJM-Desa agar bersifat partisipatif dan dinyatakan sebagai
berhasil untuk menstimulasi proses penyusunan RPJM Desa secara partisipatif.
Dalam perkembangaannya proses fasilitasi ini dijadikaan pedoman untuk
melahirkan Strategi Integrasi.
Strategi Integrasi adalah strategi akses BLM dengan menggunakan
integrasi proses perencanaan PNPM Mandiri Perdesaan dengan perencanaan
daerah yang menggunakan Musrenbang. Strategi Integrasi bertujuan untuk
pembelajaran masyarakat terkait dengan perencanaan pembangunan daerah dan
pada sisi lain dengan melakukan integrasi proses perencanaan partisipatif di
PNPM Mandiri Perdesaan kedalam dokumen RPJMDes dan akan menambah
alternatif akses dana pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan merujuk kondisi tersebut diatas maka mulai TA 2011 pelaksanaan
PNPM Mandiri Perdesaan mempunyai 3 strategi proses perencanaan dalam
mengakses dana BLM yaitu: perencanaan normal (mengikuti tahapan normal),
proses perencanaan optimalisasi dan proses perencanaan integrasi.
Dampak kebijakan Strategi Perencanaan dalam PNPM Mandiri Perdesaan
adalah meningkatnya tingkat pencairan nasional untuk BLM Dana Kegiatan yang
dalam tiga tahun terakhir mencapai kisaran 97 %, di mana sebelumnya mencapai
kisaran 90 %. Pada Tahun Anggaran 2013 kondisi kecamatan yang menerapkan
strategi perencanaan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Halaman | 39
Provinsi
Kec
Strategi
Perencanaan Kec
I
N
O
100%
0%
0%
65
64%
14%
22%
100%
0%
0%
100%
0%
0%
543
41
65
84%
6%
10%
0%
Aceh
255
255
Sumatera Utara
297
191
41
Riau
59
59
Kepulauan Riau
38
38
649
RMC 1
5
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
82
Lampung
143
10
Bangka Belitung
11
Banten
141
% Kecamatan
141
0%
100%
78
77
99%
1%
0%
117
83
34
71%
0%
29%
82
100%
0%
0%
110
30
77%
21%
2%
10
0%
67%
33%
0%
15
107
107
100%
0%
RMC 2
683
459
182
42
67%
27%
6%
12
Jawa Barat
422
412
98%
1%
1%
13
Kalimantan Barat
140
137
98%
1%
1%
14
Kalimantan Tengah
124
35
10
79
28%
8%
64%
15
Kalimantan Selatan
104
86
12
83%
6%
12%
16
Kalimantan Timur
116
51
28
37
44%
24%
32%
906
721
50
135
80%
6%
15%
425
425
100%
0%
0%
36
36
100%
0%
0%
509
509
100%
0%
0%
46
46
100%
0%
0%
1016
100%
0%
0%
RMC 3
17
18
Jawa
Tengah
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
19
Jawa Timur
20
Bali
RMC 4
1.016
21
64
64
100%
0%
0%
22
284
257
23
90%
1%
8%
23
Sulawesi Selatan
236
222
14
94%
0%
6%
24
Sulawesi Barat
48
48
100%
0%
0%
25
Maluku
76
38
36
3%
50%
47%
RMC 5
708
593
42
73
84%
6%
10%
26
Sulawesi Utara
127
74
36
18
58%
28%
14%
27
Sulawesi Tengah
150
115
28
77%
5%
19%
28
Sulawesi Tenggara
184
171
93%
2%
5%
29
Gorontalo
65
54
83%
8%
8%
30
Maluku Utara
79
10
65
13%
5%
82%
605
424
56
125
70%
9%
21%
31
Papua
434
434
0%
100%
0%
32
Papua Barat
145
145
0%
100%
0%
579
579
0%
100%
0%
440
73%
18%
9%
RMC 6
RMC 7
Total 32 Provinsi
5.146
3.756
950
2009
2010
2011
2012
2013
PNPM Pedesaan
7,885,900
9,685,750
8,234,300
8,020,100
7,806,250
41,632,300
PNPM Perkotaan
PNPM daerah
Tertinggal dan Khusus
PNPM Infrastruktur
Pedesaan
PNPMInfrastrutur
Sosek Wilayah
1,849,615
1,156,425
1,218,600
1,414,733
1,391,317
7,030,690
119,750
11,375
131,125
800,000
425,000
480,600
150,000
150,000
2,005,600
355,500
355,500
355,500
355,500
355,500
1,777,500
11,010,765
11,634,050
10,289,000
9,940,333
9,703,067
52,577,215
80.68
80.45
79.18
Total kecamatan
% PNPM Perdesaan
71.62
83.25
Sumber: Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, 2013.
80.03
Jumlah
komposisi
komposisi
komposisi
mendapat
Halaman | 41
40.000 60.000
JAWA BALI
>60.000
<7.500
7.500 15.000
LUAR JAWA BALI
15.001 25.000
>25.000
<2.500
2.500 5000
PAPUA DAN PAPUA
BARAT
5000 7.500
>7.500
TidakMiskin
Alokasi BLM
(Rp)
700.000.000,-
Sedang
1.000.000.000,-
Miskin
3.000.000.000,-
TidakMiskin
800.000.000,-
Sedang
1.150.000.000,-
Miskin
3.000.000.000,-
Tidak Miskin
900.000.000,-
Sedang
1.350.000.000,-
Miskin
3.000.000.000,-
Tidak Miskin
Sedang
Miskin
600.000.000,750.000.000,1.750.000.000,-
Tidak Miskin
Sedang
Miskin
Tidak Miskin
Sedang
Miskin
Tidak Miskin
Sedang
Miskin
Tidak Miskin
Sedang
Miskin
Tidak Miskin
Sedang
Miskin
Tidak Miskin
Sedang
Miskin
Tidak Miskin
Sedang
Miskin
700.000.000,850.000.000,3.000.000.000,800.000.000,1.000.000.000,3.000.000.000,900.000.000,1.200.000.000,3.000.000.000,400.000.000,500.000.000,900.000.000,500.000.000,600.000.000,1.150.000.000,600.000.000,700.000.000,1.400.000.000,700.000.000,800.000.000,1.650.000.000,-
Halaman | 42
Disamping alokasi BLM pada tabel tersebut di atas, untuk seluruh kecamatan
dengan kategori geografis Sangat Sulit dan Ekstrim, akan mendapatkan tambahan
BLM yang bersumber dari APBN sebesar :
Rp100 juta/kec untuk kecamatan dengan kategori geografis Sangat Sulit
Rp200 juta/kec untuk kecamatan dengan kategori geografis Ekstrim
Selain pendanaan BLM Dana Kegiatan yang sesuai dengan lokasi dan alokasi
PNPM Mandiri yang ditetapkan oleh Kemenkokesra, struktur pendanaan BLM di
dalam PNPM Mandiri Perdesaan juga mengikuti prioritas kegiatan dan jenis
program khusus, pilot program dan kegiatan pendukung yang dilakukan pada
tahun anggaran terkait. Dana BLM yang dikelola PNPM Mandiri Perdesaan di
tahun 2013 sebagai berikut :
Tabel 3.8 Dana BLM yang Dikelola PNPM Mandiri Perdesaan Tahun 2013
Halaman | 43
Tabel 3.9 Kriteria penentuan Alokasi Anggaran Dana BLM yang Dikelola PNPM
Mandiri Perkotaan Tahun 2013
Kategori Lokasi
Jawa Bali
Lokasi kelurahan dg persentase
miskin > 10%
Lokasi kelurahan dg persentase
miskin < 10%
Luar Jawa Bali
Lokasi kelurahan dg persentase
miskin > 10%
Lokasi kelurahan dg persentase
miskin < 10%
3000-10.000
>10.000
150 Juta
200 juta
350 juta
Jumlah Penduduk miskin <1.500, BLM 75 Juta, Jumlah
Penduduk Miskin >=1.500, BLM = 100 juta
< 1.500
1.500 - 7.500
> 7.500
150 Juta
200 juta
350 juta
Jumlah Penduduk miskin <1.500, BLM 75 Juta, Jumlah
Penduduk Miskin >=1.500, BLM = 100 juta
3.2 Kelembagaan
Kelembagaan PNPM Mandiri pada hakekatnya bertujuan untuk penguatan
terhadap hak kepemilikan dan memberi kesempatan yang sama bagi semua
individu untuk mengerjakan aktivitas, khususnya dalam meningkatkan kapasitas
dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif. Struktur kelembagaan
PNPM Mandiri terdiri dari pemerintah, masyarakat, dunia usaha, fasilitator,
konsultan pendamping dan pemangku kepentingan lainnya yang terlibat dalam
penanggulangan kemiskinan serta upaya pencapaian tujuan PNPM Mandiri.
Sesuai dengan Perpres 15/2010 mengenai percepatan penanggulangan
kemiskinan, pengendalian seluruh program kemiskinan, termasuk PNPM Mandiri
dilaksanakan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan kemiskinan (TNP2K)
yang diketuai oleh Wakil Presiden Republik Indonesia serta dibantu oleh Kelompok
Kerja Pengendali (Pokja Pengendali) yang terdiri dari para pejabat Menko kesra,
Bappenas, Kemendagri, Kementerian Pekerjaan Umum dan kementerian terkait
lainnya yang terlibat dalam PNPM Mandiri.
Pada tingkat Pusat ini koordinasi yang dilakukan di antara sesama
program yang ada dalam PNPM Mandiri belum banyak dilakukan karena baru
dilakukan pada penentuan lokasi dan alokasi anggaran masing-masing program
PNPM serta perumusan Road Map PNPM Mandiri.
Dalam upaya meningkatkan koordinasi penanggulangan kemiskinan di
tingkat Provinsi dan kabupaten/kota dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan (TKPK) Daerah. Pada tingkat provinsi, TKPK Provinsi berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada gubernur. Di tingkat kabupaten/kota,
TKPK berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.
Halaman | 44
Halaman | 49
PUSAT
KONSULTAN NASIONAL/
REGIONAL
SATUAN KERJA
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------SKPD PELAKSANA
TKPK PROVINSI
PROVINSI
KONSULTAN PROVINSI
SATUAN KERJA
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------SKPD PELAKSANA
TKPK KABUPATEN/KOTA
KABUPATEN/KOTA
FASILITATOR/KOORDINATOR
KABUPATEN/ KOTA
SATUAN KERJA
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------FASILITATOR KECAMATAN/
DESA
PENANGGUNG JAWAB
OPERASIONAL KEGIATAN/PJOK
KECAMATAN/DESA
LEMBAGA KESWADAYAAN MASYARAKAT/
TIM PELAKSANA KEGIATAN
Keterangan :
SKPD
: Satuan Kerja Perangkat Desa
TKPK
: Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
BKAD : Badan Kerjasama Antar Desa
MAD/K : Musyawarah Antar Desa/ Kelurahan/Kampung
TNP2K : Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
UPT
: Unit Pengelola Kegiatan
Pengembangan kelembagaan PNPM Mandiri perlu mengacu pada prinsipprinsip sebagai berikut: ruang lingkup pengembangan kelembagaan PNPM
Mandiri meliputi baik aturan formal maupun informal, dan pengembangan
mekanisme penegakannya. Pengembangan aturan formal meliputi konstitusi,
Halaman | 50
Halaman | 51
Tabel 3.10 Rekap Pengaduan Masuk Berdasarkan Media dan Hasil Telaah
Periode 01-01-2013 s/d 31-10-2013
SMS
Web
Fax
Telp
Surat
Tatap
Muka
Media
Cetak/
Elektronik
Hasil
Audit
Supervisi
Jumlah
% Jmlh
dr Total
Belum di
telaah
0,00
Dihapus
1603
461
109
16
2.203
40,76
322
36
369
6,83
820
29
19
869
16,08
Relevan
1344
153
354
13
12
33
21
31
1.964
36,34
Jumlah
4.089
679
491
15
12
50
24
40
5.405
100,00
% Jmlh dr Total
75,65
12,56
9,08
0,00
0,28
0,22
0,93
0,09
0,44
0,74
100,00
No
Penyaringan
1.
2.
3.
4.
5.
Tidak
Relevan
Relevan
tidak
lengkap
Jumlah
5.676
29
1.027
762
17
814.703
Kategori
Proses
Penyimpangan prinsip &
Prosedur
Penyimpangan Dana
Baru
selesai
Proses
Proses
Jumlah
84
89
10
99
2423
90
69
2492
96
2588
Intervensi negatif
Force Majeur
Selesai
selesai
16
7
3
16
Pembinaan Program
Khusus
Total
2534
102
Sumber: Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, 2013.
74
2608
109
TEMUAN BPKP
BPKB menemukan bahwa terdapat beberapa penyalahgunaan keuangan dari
tahun 2007-2012. Temuan tersebut menunjukkan peningkatan jumlah temuan dan
beberapa tindak lanjuta yang dilakukan dari tahun ke tahun.
Tabel 3.13 Tindak lanjut hasil temuan audit BPKP
Tahun
Audit
Jumlah
Temuan
2007
288
Nilai Temuan
Tindak
Lanjut
436
323
692
496
778
Nilai Saldo
%
Tinjut
% Nilai
Temuan
55
209,993,050
80.90%
11.4%
113
3,471,516,841.00
74.08%
75.1%
196
858,360,026.00
71.68%
33.9%
218
7,100,638,850.30
71.98%
74.9%
378
11,236,222,777.37
54.35%
71.6%
437
28,080,462,576.39
20.26%
95.6%
50,957,194,121
60.87%
80.2%
1,151,424,624.23
2,530,748,867.74
2010
Saldo
1,627,469,133.84
4,622,941,465.23
2009
Nilai Tinjut
233
1,837,462,183.84
2008
560
1,672,388,841.74
2,375,369,117.55
9,476,007,967.85
2011
828
450
15,700,055,778.34
2012
Total
19
548
3,570
4,463,833,000.97
111
29,388,081,537.64
63,555,297,801
2,173
1,307,618,961.25
12,598,103,680
1,397
2717
2013
36
2012
29
2011
34
2010
11
1009
13
2008
2007
2005
Total
2
128
3.3 Pemberdayaan
PNPM Mandiri adalah gerakan nasional dalam wujud kerangka kebijakan
sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik
secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan
terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya.
Melalui PNPM Mandiri dilakukan harmonisasi dan pengembangan sistem serta
mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan
stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya
penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. Keterlibatan yang lebih besar
dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan
kesempatan, dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai menjadi
kunci keberhasilan proses pemberdayaan masyarakat.
Masyarakat yang mandiri tidak mungkin diwujudkan secara instan,
melainkan melalui serangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
direncanakan, dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat sendiri. Melalui
kegiatan yang dilakukan dari, untuk, dan oleh masyarakat, diharapkan upaya
Halaman | 54
Halaman | 55
Halaman | 56
Perdesaan (PNPM MPd) Pertanian. Pada TA. 2013, melalui surat Dirjen PMD
Nomer: 904/8284/PMD tanggal 6 Desember 2012 ditetapkan lokasi dan alokasi
Dana Bantuan Langsung Masyarakat; BLM PNPM MPd Pertanian T.A 2013, yang
dialokasikan melalui DIPA Urusan Bersama (DUB) pada 9 Kabupaten, 43
Distrik (Kecamatan) dan 215 Kampung (Desa) dengan total BLM sebesar
Rp.25,8 Milyar. PNPM MPd Pertanian, merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari PNPM Mandiri Perdesaan regular yang dilaksanakan di Provinsi
Papua dan Papua Barat. Sistem dan mekanisme pelaksanaan PNPM MPd
Pertanian, tetap mengacu pada kebijakan umum dan ketentuan-ketentuan teknis
yang, berlaku dalam PNPM Mandiri Perdesaan. Namun demikian, secara
spesifik berkenaan dengan bidang kegiatan dan pengelolaannya di lapangan
agar mengacu pada Surat menteri Dalam Negeri Nomor 900/6930/ PMD,
tanggal 28 November 2011, Hal Petunjuk Teknis Operasional (PTO) dan Penjelasan
PNPM Mandiri Perdesaan-Pertanian;
Kabupaten dan distrik lokasi program, masing-masing ditempatkan 1
orang Pendamping Kabupaten (Penkab) Pertanian dan 1 orang Pendamping Distrik
(PD) Pertanian, yang tugasnya adalah memfasilitasi perencanaan dan pelaksanaan
program di kabupaten, distrik dan kampung.Pengelolaan kontrak dan
administrasi Pemkab dan PD Pertanian dimaksud, dilakukan oleh Satker PNPM
Mandiri Perdesaan Provinsi, sesuai ketentuan yang berlaku dalam PNPM Mandiri
Perdesaan.
2.
Komponen Kegiatan
JENIS KEGIATAN
Kegiatan Infrastruktur
Kegiatan Pendidikan
Kegiatan Kesehatan
Simpan Pinjam Kelompok Perempuan
Peningkatan Kapasitas UEP
JUMLAH TOTAL
JUMLAH
USULAN
BLM ( Rp )
ASAL USULAN
SWADAYA ( Rp )
CAMP PEREMP
( Org ) ( Org )
PEMANFAAT
LAKI-2
( Org )
PEREMP
( Org )
ARTM
( Org )
38.539
2.455
1.081
24.407
152
6.034.916.038.384
128.349.320.561
30.882.209.450
930.664.269.563
8.204.740.197
187.928.653.069
4.660.394.800
1.578.135.500
3.170.334.700
239.811.500
26.399
710
128
805
35
15.688.879
167.505
248.766
419.168
4.553
66.634
7.133.016.578.155
197.577.329.569
28.077
16.528.871
Dari rekap pendanaan jenis kegiatan PNPM MPd T.A 2012 menunjukkan
bahwa pendanaan kegiatan prasarana mempunyai prosentase pendanaan
terbesar yaitu 85% dan kegiatan peningkatan kapasitas kelompok merupakan
kegiatan dengan prosentase pendanaan terkecil, yakni dibawah 0.1%. Total
pemanfaat dari kegiatan yang didanai mencapai 29,996,736 orang dan 55%
diantaranya adalah anggota RTM. Total dana BLM Rp.7,330,593,907,724,- dan
swadaya masyarakat yang bisa digali sebesar Rp.197,557,329,569,- atau berkisar
3% dari BLM.
Secara rinci komponen kegiatan infrastruktur TA 2012 sebagai berikut :
Halaman | 59
JENIS KEGIATAN
JUMLAH
PANJANG
USULAN
( m' )
INFRASTRUKTUR
1 Jalan
2 Jembatan
3 Pasar
4 Tambatan Perahu
5 Gedung (PTO Bencana)
6 Irigasi
7 Listrik
8 Sekolah
9 Gedung Kesehatan
10 Air Bersih
11 MCK
12 Bangunan Pelengkap
13 Aneka Bangunan
14 Prasarana Umum Lainnya
15 Prasarana Pendidikan Lainnya
16 Prasarana Kesehatan Lainnya
17.744 15.717.683
1.361
39.367
200
165
11.367
241
4.542 3.388.760
254
44.236
4.026
1.628
1.378 1.869.584
635
4.301 2.009.464
19
7.700
1.253
716.226
655
18.439
137
29.180
TOTAL INFRASTRUKTUR
38.539
DANA
PEMANFAAT
LUAS
( m2 )
UNIT
BLM ( Rp )
SWADAYA
( Rp )
LAKI-2
( Org )
PEREMP
( Org )
ARTM
( Org )
38.998
30.808
1.005
420.832
110.348
15.758
4.570
2.213
216.867
79.253
7.239
2.132
656
242
2.897
1.381
4.769
2.201
25.702
4.154
718
27
2.267
1.917
982
2.873.552.981.762
192.365.555.696
33.871.420.908
31.592.661.843
51.792.995.363
700.592.544.504
60.581.244.083
653.076.971.913
223.695.974.935
220.936.549.253
94.403.581.573
544.068.601.054
3.246.432.500
232.050.807.955
99.648.614.786
19.439.100.256
99.202.663.614
5.038.459.915
823.664.086
504.998.325
1.044.418.617
15.119.904.598
3.160.854.165
20.853.323.347
7.108.840.240
5.539.597.823
2.242.315.418
17.764.732.021
25.760.000
5.689.654.738
3.351.837.800
457.628.362
7.799.490
547.024
101.296
44.697
87.292
1.611.380
55.953
604.089
623.422
467.396
177.639
1.762.479
10.390
372.505
136.512
46.104
7.679.988
523.379
106.270
41.168
95.198
1.586.766
53.069
624.331
681.089
462.002
179.985
1.741.356
11.497
365.899
135.071
43.530
6.034.916.038.384 187.928.653.069
14.447.668
14.330.598 15.688.879
8.244.123
574.493
85.519
55.968
104.040
1.775.760
80.078
746.032
708.709
576.765
235.802
1.829.490
11.695
462.062
140.419
57.924
JENIS KEGIATAN
PENDIDIKAN
1 Sarana & Perlengkapan Pend.
2 Bantuan Biaya Pendidikan
3 Insentif Tenaga Pendidikan
4 Penyuluhan & Pelatihan Pend.
5 Kegiatan Pendidikan Lainnya
TOTAL PENDIDIKAN
KESEHATAN
1 Sarana & Perlengkapan Kes.
2 Bantuan Biaya Kesehatan
3 Insentif Tenaga Kesehatan
4 Penyuluhan & Pelatihan Kes.
5 Pemberian Makanan Tambahan
6 Kegiatan Kesehatan Lainnya
TOTAL KESEHATAN
JUMLAH
USULAN
UNIT
PEMANFAAT
BLM ( Rp )
SWADAYA
( Rp )
72.747
18.717
3.332
27.330
-
50.298.247.175
19.637.242.084
23.062.378.904
28.881.424.923
6.470.027.475
128.349.320.561
977.282.850
508.924.250
1.643.375.500
978.010.350
552.801.850
4.660.394.800
54.492
20.575
3.960
16.588
4.024
99.639
56.675
13.617
5.261
30.633
5.674
111.860
92.884
30.251
8.072
28.184
8.114
167.505
305
5.908
1
800
15
843
26
719
643 210.819
91
-
8.731.026.250
28.708.000
653.155.500
727.864.100
18.841.340.700
1.900.114.900
486.527.400
25.193.000
13.113.500
938.756.600
114.545.000
95.485
129
1.301
115.215
19.604
101.735
800
714
2.674
131.827
22.328
71.378
800
538
2.276
153.375
20.399
30.882.209.450
1.578.135.500
231.734
260.078
248.766
930.664.269.563
8.204.740.197
3.170.334.700
239.811.500
26.574
1.278
483.395
3.912
419.168
4.553
938.869.009.760
3.410.146.200
27.852
487.307
423.721
759
197
331
1.018
150
2.455
1.081
LAKI-2
( Org )
PEREMP
( Org )
ARTM
( Org )
24.407
152
24.559
49.087
550
Prosentase kegiatan SPP yang rata-rata terendah ada di RMC 5, yakni sebesar
77% dan disebabkan 2 provinsi yaitu NTB dan Sulawesi Selatan memiliki tingkat
validitas data yang perlu diperhatikan. Prosentase kegiatan UEP rata-rata
terendah ada di RMC 2 dengan capaian rata-rata 71 %.
Grafik 3.5 Tingkat Pertumbuhan Kelompok dalam PNPM Mandiri Perdesaan
Sampai dengan data bulan September 2013 terlihat bahwa total kelompok
yang dilayani telah mencapai 555.081 kelompok, baik itu berasal dari kegiatan SPP
maupun kegiatan UEP. Dari keseluruhan kelompok 232,417 adalah kelompok
pemula, di mana kelompok jenis ini belum melakukan pertemuan rutin, belum
memiliki tabungan dan rata-rata kelompok tersebut baru 1 tahun
terbentuk.Sejumlah 295,188 kelompok dapat dikategorikan ke dalam kelompok
berkembang, yaitu telah mulai ada administrasi kelompok, pertemuan kelompok
sudah dijadwalkan.Dan sebanyak 27,476 masuk dalam kelompok matang atau siap
di mana pertemuan kelompok telah rutin, administrasi sudah ada, aturan
kelompok telah disepakati dan dituangkan dalam berita acara, sudah ada
tabungan rutin anggota. Kelompok dalam katagori matang saat ini telah mencapai
4,95% dari total keseluruhan.
Kondisi performa kegiatan dana bergulir juga dapat dilihat dari hasil
penilaian kesehatan UPK sebagai institusi pengelola dana bergulir yang dilakukan
oleh fasilitator di 4.754 kecamatan dampingannya, dari total penilaian 61% UPK
dinilai Sehat/baik dalam mengelola kinerja keuangan kegiatan dana bergulir dan
470 kecamatan yang diantaranya dinilai memiliki kinerja kelembagaan pengelola
kegiatan dana bergulir lemah. Capaian ini lebih rendah dari posisi penilaian yang
dilakukan pada bulan Desember 2012.
Jml Kec
SEHAT
CUKUP
SEHAT
TIDAK
SEHAT
% UPK
Sehat
2009
2,770
1,634
734
402
59%
2010
4,010
2,466
1,051
493
61%
2011
4,167
2,649
1,069
449
64%
2012
4,672
3,156
1,013
503
68%
2013
4,754
2,947
1,344
463
62%
komponen ini antara lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang
dilakukan secara selektif, dan sebagainya.
d.Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program
Komponen bantuan pengelolaan dan pengembangan program meliputi
kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli
lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen,
pengendalian mutu, evaluasi dan pengembangan program.
b. Peruntukan Dana
Sumber-sumber dana bagi pelaksanaan PNPM tersebut di atas digunakan
untuk keperluan komponen-komponen program yaitu: a).Pengembangan
Masyarakat; b). Bantuan Langsung Masyarakat (BLM); c). Peningkatan Kapasitas
Pemerintahan dan Pelaku Lokal; dan d). Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan
Program. Dalam pelaksanaan komponen-komponen program tersebut di atas,
khususnya komponen BLM, harus memperhatikan aspek peruntukan dana dan
daftar negatif (negatif list) yang telah ditetapkan dan disepakati oleh masingmasing program.
c. Penganggaran dan penyaluran dana PNPM Mandiri
Harus diupayakan terjadi pendampingan pendanaan (cost-sharing) dengan
menggunakan ketentuan yang berlaku. Dana yang berasal dari pendanaan luar
negeri, baik hibah maupunpinjaman, untuk PNPM selain mengikuti ketentuan
yang berlaku, perlu mengikuti ketentuan PNPM Mandiri sebagai berikut:
Dana tersebut bersifat co-financing, sehingga memungkinkan pemanfaatan
berbagai sumber pendanaan secara optimal dalam membiayai PNPM Mandiri.
Pemanfaatan dana tersebut dikoordinasikan oleh Tim Pengendali PNPM
Mandiri.
Mekanisme penyaluran, termasuk pengadaan di tingkat komunitas (community
procurement), harus mengikuti ketentuan yang berlaku bagi program-program
pemberdayaan masyarakat. Pengaturan penganggaran dan penyaluran dana
BLM diharapkan menggunakan mekanisme yang mendukung pembangunan
partisipatif, antara lain melalui:
BLM yang berasal dari APBN dan APBD menggunakan rekening bagian
anggaran non sektor.
Penyaluran dana BLM ini langsung ke rekening masyarakat sesuai dengan
usulan yang diajukan.
Bendahara Satker mencatat sistem administrasi dan realisasi pencairan DIPA
yang dikelolanya.
Di tingkat masyarakat, BLM tersebut dikelola secara swadaya oleh masyarakat.
Pemanfaatan anggaran sektoral untuk program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan masyarakat menggunakan aturan berbasis kinerja
dengan tetap mengedepankan sinkronisasi anggaran antar sektor dan
masyarakat melalui proses perencanaan partisipatif.
Penganggaran
untuk
kegiatan-kegiatan
atau
program-program
pemberdayaan, khususnya komponen dana BLM diupayakan dapat
diperlakukan sebagai kegiatan dan anggaran yang bersifat lebih dari satu tahun
(multi years).
Halaman | 65
pencairan dana pinjaman dan hibah bagi pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri.
Rekening Khusus akan dibuka atas nama Kementerian Keuangan.
REKENING KHUSUS
BANK INDONESIA
REKENING SUMBER
DANA LAIN
Nasional
KPPN
Bank Operasional
Kabupaten/kota
Kecamatan/Desa
MASYARAKAT/KELOMPOK
Halaman | 67
dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jalur yaitu: Jalur Struktural (yang terdiri dari
Satker Pusat, Satker Provinsi, Satker Kabupaten dan PJOK) dan Jalur Fungsional
(yang terdiri dari Konsultan Manajemen Nasional, Konsultan Manajemen Regional
termasuk Tim Konsultan Provinsi,Tim Fasilitator Kabupaten dan Tim Fasilitator
Kecamatan
Tabel 3.19 Pengendalian dan Pendampingan PNPM Mandiri Perdesaan
Responsibility
Hierarchy
Task&
Functions
Program
POLICY SUPPORT
Analysisand
Planing
NMCResponsibleRole
Functional
NATIONAL SATKER
Project Management
Consultant
ManajemenProyek
ConsultingFirm
TL - NMC
Database
Management
IMPLEMENTATION
STRATEGY
Internal
Auditing
(Deconcentrat
ion fund)
TACTICAL ACTIONS
Internal
Auditing
(Block-Grant)
OPERATIONAL
ACTIONS
Supervision of
Field
Executing
D-TL
Ensure PTOimplemented
Ensure that programtarget group
proper
Ensure participation Rate of woman
& poor proper
Ensure that Community
Procurement well-done
Ensure that O&M functioned
Ensure that community oversight
functioned
Ensure Participatory Planning
integrated toreguler planning
UPK
Coordinating
Channel
Structural
REG.
CORD.
PROV. CORD
PROV. SATKER
DISTRICT
FACILITATOR
DISTRICT SATKER
SUB-DISTRICT
FACILITATOR
Sub-District
Head-PJOK
BKAD
TPK-Wakil Masy
Cadre
TargetGroups
PL
Villages HeadBPD
Sub-Vill Haed-RW-RT
Technical Coordinating
Meeting
JointSupervision
PeriodicReport
Spesific Coordinating
Meeting
Performance Evaluation
Meeting
National Coordinating
Meeting
Supervisionand
Monitoring
Implementation
Evaluationmeeting
Periodic/incidental
Reporting
Monthly Provincial
Meeting
Supervision&Monitoring
Auditing
Periodic/incidental
Reporting
Capacity Building Meeting
Sub-District Meeting
Intervilage Meeting
Capacity Building Meeting
Village Meeting (Planning,
Accountability,
Completion)
Collection Ideas Meeting
Capacity Building Mtg
Sub-Village Meeting
Collection Ideas Meeting
Halaman | 70
b. RMC 2
: Sumatera Barat, Jambi,Bengkulu,Bangka Belitung, Sumatera
Selatan, Lampung, Banten
c. RMC 3
: Jawa Barat, Kalimantan Barat,Kalimantan Tengah,Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur.
d. RMC 4
e. RMC 5
: Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,Sulawesi Selatan,
Sulawesi Barat, Maluku.
f. RMC 6
: Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo,
Maluku Utara
g. RMC 7
Position
Team Leader
Infrastructure Specialist
MIS Specialist
8
9
Position
Provincial Coordinator
Infrastructure Specialist
Training Specialist
10
11
MIS Specialist
12
13
14
Spesialist Jakarta
Staff Pendukung
Jakarta
Koordinator Provinsi
Kantor Provinsi
Deputy Korprov
Spesialist Provinsi
Staff Pendukung
Provinsi
Halaman | 72
3.4.3 Lembaga
Lembaga-lembaga di masyarakat yang terlibat dalam kegiatan PNPM
Mandiri mencakup kelompok sosial, kelompok ekonomi, maupun kelompok
perempuan. Mereka adalah LSM, kelompok arisan, kelompok pengajian,
kelompok ibu-ibu PKK, kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP), kelompok
usaha usaha ekonomi, kelompok pengelola air, kelompok pengelola pasar desa,
kelompok olah raga, Karang Taruna, Remaja Masjid, Pesantren, Posyandu,
dsb.nya.
Beberapa institusi sosial tersebut telah memberikan kontribusi dalam
memberikan perlindungan sosial kepada para anggotanya dengan; (1) kelompok
arisan membantu anggota yang terkena musibah atau membantu mendapatkan
pinjaman, (2) kelompok pengajian membantu anggota memberikan pengetahuan
mendidik anak dan menjaga hubungan baik dengan tetangga, (3) kelompok PKK
membantu anggota yang terkena musibah dan mendapatkan sarana menabung,
(4) dst.nya. (Nugroho, et all, 2010). Sejumlah insitusi sosial seperti pesantren,
kelompok pengajian, dan karang taruna juga adalah institusi sosial yang terlibat
dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur sosial ekonomi perdesaan pada
PNPM-PISEW setelah mereka terlebih dulu mendapatkan pelatihan teknis dan
administratif untuk melaksanakan pembangunan tersebut.
Demikian pula dengan kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dari
program PNPM Mandiri Perdesaan seperti yang ada di Desa Mendelem,
Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang yang berperan dalam memberikan
Halaman | 73
(11) Di Bali 46 kecamatan lokasi PNPM (100persen) memiliki BKAD dan lembaga
pendukungnya (Seminar Pengayaan PNPM Mandiri, 2013);
(12) Di Bali 3 Kabupaten memiliki Perda Pembangunan Partisipatif dan 5
kabupaten memiliki Perbup perlindungan aset (Seminar Pengayaan PNPM
Mandiri, 2013);
(13) Di Bali 558 desa memilki RPJM, 555 desa telah memilki Perdes (dari 559 desa)
(Seminar Pengayaan PNPM Mandiri, 2013);
(14) Pamong Desa memiliki informasi yang baik mengenai program dan aktif
dalam berbagai program pembangunan di desa (Akatiga, 2010);
(15) Tokoh Adat memiliki informasi (diberitahukan) mengenai program-program
pembangunan di desa, dan secara aktif (di Papua dan Sumatera Barat)
terlibat dalam rapat di desa (Akatiga, 2010);
(16) Aktivis cepat tanggap dalam mencari informasi dan mengetahui programprogram yang ada di desa. Terlibat dalam program-program desa terutama
untuk melaksanakan program-program pembangunan di desa (Akatiga,
2010);
(17) Adanya peningkatan kepedulian dalam pengawasan terhadap jalannya PNPM
Mandiri Perdesaan, baik pengawasan secara partisipatif oleh masyarakat
melalui saluran-saluran pengaduan yang terbuka luas, maupun dari supervisi,
monitoring dan audit secara berjenjang yang dilakukan oleh aparatur
pemerintah, fasilitator/konsultan (Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan,
2013);
(18) Peningkatan yang signifikan dari kapabilitas komunitas dalam pengelolaan
program PNPM Mandiri Perdesaan (Temuan studi P2E-LIPI 2010-2012);
(19) Penguatan demokratisasi, interaksi, dan komunikasi antara kelompok
masyarakat (Temuan studi P2E-LIPI 2010-2012);
(20) PNPM Mandiri adalah program pemberdayaan masyarakat untuk
peningkatan kesejahteraan yang juga diminati untuk diadopsi oleh negara
lain seperti Afganistan, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Kamboja, Laos,
Myanmar, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Timor Leste (Republika Online,
2013).
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18) Di Bali peran TKPKD belum optimal dalam melakukan koordinasi kebijakan
penanggulangan kemiskinan (Seminar Pengayaan PNPM Mandiri, 2013);
(19) Kelompok mayoritas kurang memiliki peran aktif dan tidak berpengaruh
dalam proses pengambilan keputusan, tetapi relatif lebih memiliki
pengetahuan mengenai program di desa. Hanya akan berperan aktif apabila
memiliki jaringan dekat dengan elit tradisional atau adat (Akatiga, 2010);
(20) Kelompok marjinal kurang atau tidak memiliki akses informasi dan
pengetahuan mengenai program di desa sehingga tidak aktif dalam
pertemuan desa. Kelompok ini mengetahui program apabila mereka menjadi
target penerima pembangunan di desa seperti BLT atau raskin. Hanya akan
mengetahui apabila mereka memiliki jaringan dekat dengan elit tradisional
atau adat (Akatiga, 2010).
Dari deskripsi di atas dapat diperoleh gambaran bahwa PNPM Mandiri
selain keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai selama pelaksanaannya sejak
tahun 2007-2013 juga masih memiliki kelemahan atau kekurangan yang masih
harus diperbaiki. Namun kelemahan atau kekurangan ini justeru harus dijadikan
sebagai motivasi untuk memperbaiki program ini agar menjadi lebih baik lagi
seandainya pemerintahan berikutnya yang terpilih masih akan melanjutkan
program PNPM ini sebagai program untuk memberdayakan masyarakat dalam
penanggulangan kemiskinan.
Halaman | 77
BAB 4
ANALISIS
b)
c)
d)
e)
diratakan sesuai dengan jumlah desa yang dimiliki oleh kecamatan tersebut, tetapi
dengan kriteria ada penduduk miskin untuk kriteria tertentu. Bila jumlah penduduk
miskinnya tinggi memang besaran maksimum jumlah bantuan sosial yang
diterima dari program PNPM dapat mencapai Rp 3 milyar per kecamatan. Hal ini
yang umum untuk PNPM Perdesaan atau Perkotaan. PNPM Perkotaan
pendekatannya juga agak berbeda karena pendekatannya adalah kelurahan.
Demikian pula dalam PNPM-PISEW juga agak berbeda tidak spesifik seperti itu, di
mana dalam PNPM-PISEW sendiri untuk kecamatan PIK dan kecamatan KSK
besaran dananya juga berbeda, di mana untuk kecamatan PIK besaran alokasi
dana Rp 1,5 milyar per kecamatan dan untuk kecamatan KSK besaran alokasi
dananya adalah Rp 2 milyar per kecamatan.
Terlepas dari semua perbedaan dari masing-masing PNPM ini dalam hal
alokasi jumlah dana per kecamatan, prinsipnya dalam alokasi dana bantuan sosial
per kecamatan adalah berdasarkan besaran jumlah penduduk miskin dan tingkat
penduduk miskin yang ada di kecamatan.Memang sudah disiapkan Indeks
Kemiskinan Wilayah, tetapi itu hanya sebatas sebagai pendukung dan bukan
acuan utama dan masih didalami karena sebetulnya kemiskinan itu adalah multi
dimensi sehingga berbagai hal bisa menyebabkan kemiskinan.
Hal ini disebabkan karena seringkali ada ketidakpuasan dari pelaksana
PNPM Mandiri di daerah yang menginginkan agar institusi pendanaan per alokasi
ini memiliki besaran yang ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu seperti
indeks jarak, indeks jumlah penduduk, dan indeks jumlah desa di masing-masing
kecamatan sehingga alokasi besarnya dana bantuan sosial dari PNPM bukan lagi
sama besarannya untuk setiap kecamatan, namun dapat bervariasi sesuai dengan
jumlah masing-masing desa di setiap kecamatan. Dengan demikian tingkat
meratanya itu bisa lebih merata dan bisa lebih berkeadilan, di mana kecamatan
yang memiliki jumlah desa lebih banyak memperoleh alokasi dana yang lebih
besar.
Penentuan kecamatan yang didasarkan pada jumlah penduduk miskin ini
sangat rentan terhadap penghitungan jumlah penduduk miskin, mengingat bahwa
database penduduk miskin masih selalu dipertanyakan keakuratannya. Database
PPLS yang digunakan, yang seharusnya dimutakhirkan oleh kabupaten/kota
berdasarkan kondisi kemiskiinan setempat sebagian belum dimutakhirkan secara
benar.Oleh sebab itu updating database harus selalu dilakukan agar sasaran PNPM
Mandiri tidak meleset.
Namun sekali lagi hendaknya dapat disadari bahwa PNPM Mandiri itu
adalah program pemberdayaan masyarakat, community development dan bukan
local development. Sehingga kalau suatu daerah kurang terbangun maka
Halaman | 79
program dari pusat, apapun namanya, langsung saja mengambil dokumen yang
sudah disusun sehingga masyarakat tidak lagi direpotkan dengan pertemuanpertemuan.
Terhadap anggapan yang demikian ini sebenarnya PNPM tidak meminta
masyarakat untuk melakukan musrenbangnya sendiri. Dalam musrenbang yang
resmi berdasarkan UU 25/2004 semua usulan bisa langsung terdata prioritasnya.
Dengan menyadari bahwa musrenbang itu adalah forum formal, dan
kemungkinan juga waktunya terbatas, maka disarankan di desa ada Kelompok
Diskusi Sektor seperti yang ada dalam PNPM-PISEW. Dengan demikian
masyarakat dipersilahkan untuk mendiskusikan di kelompok mereka apa yang
akan mereka bawa sebagai usulan di dalam forum musrenbang yang formal.
Dengan menyadari bahwa apa yang diinginkan oleh masyarakat adalah banyak,
namun tidak mungkin bisa dibahas satu persatu di dalam musrenbang karena
terbatasnya waktu. Adalah sesuatu yang tidak mungkin untuk membatasi usulan
masyarakat, karena merupakan usulan yang harus kita hargai bersama. Namun
secara taktis melalui pertemuan yang dilakukan dalam kegiatan PNPM maka
masyarakat diminta untuk menentukan usulan mana yang menjadi isu strategis
dan prioritas pembangunan mereka. Dengan membatasi usulan yang masuk dari
masyarakat sesuai dengan prioritasnya tersebut maka tinggal kita melihat pada
ketersediaan anggaran yang ada. Hal yang demikian ini berlaku dari tingkat
desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, bahkan hingga ke musrenbang di tingkat
nasional.
Ada suatu kelebihan pula dari kegiatan pertemuan yang dilakukan dalam
PNPM ini, yakni pelibatan perempuan dalam pertemuan-pertemuan. Hal ini
berbeda dengan sesuatu yang bersifat regular seperti dalam musrenbang dengan
berlandaskan pada UU 25/2004. Dengan demikian pertemuan yang ada dalam
kegiatan PNPM memiliki sesuatu yang bersifat nilai tambah sehingga kegiatan
pertemuan yang ada dalam kegiatan PNPM hendaknya juga tidak dijadikan
sebagai tandingan bagi sesuatu yang bersifat regular seperti musrenbang. Dengan
adanya kegiatan pertemuan untuk melakukan perencanaan secara partisipatif
maka hal itu bisa menjadi embrio dalam perencanaan yang dilakukan untuk tidak
memulai sesuatu dari nol. Hal yang harus menjadi pemikiran adalah bagaimana
mensinergikan perencanaan yang ada di dalam PNPM Mandiri dengan
perencanaan yang bersifat regular dengan mengacu pada UU 24/2005 tentang
SPPN. Dokumen-dokumen yang dihasilkan melalui kegiatan perencanaan dengan
menggunakan mekanisme yang ada dalam kegiatan perencanaan PNPM Mandiri
bisa dimasukkan dalam dokumen-dokumen perencanaan yang dihasilkan dari
perencanaan regular berdasarkan UU 25/2004 tersebut.
Halaman | 83
sebab itu RKPD selain sebagai pelaksanaan RPJMD sekaligus adalah sebagai
penjabaran RPJMN dan juga sebagai akomodasi kebutuhan masyarakat
desa/kelurahan. Ini berarti pula bahwa RKPD merupakan instrumen pelaksanaan
RPJMN di daerah dan sekaligus instrumen pelaksanaan pemenuhan
aspirasi/kebutuhan masyarakat.
Apa yang telah dilakukan oleh PNPM adalah keberhasilan untuk
memfasilitasi kegiatan pra-musrenbang desa/kelurahan, pra-musrenbang
kecamatan, dan memorandum program koordinatif di tingkat kabupaten di mana
kesemuanya ini telah berhasil mengakomodasikan kebutuhan masyarakat
desa/kelurahan sampai dengan komitmen penganggarannya dari pemerintah
daerah. PNPM-PISEW bahkan telah berhasil mengakomodasikan kebutuhan
masyarakat desa sampai dengan komitmen penganggaran activity sharing
(kegiatan pendamping) dari pemerintah daerah dan menghapuskan cost sharing
(dana pendamping).
Strategy dan Road Map PNPM kita mulai belajar bagaimana kegiatan
pemberdayaan masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan yang selama ini
dilakukan dengan sumber pembiayaan loan dan hibah secara bertahap dibiayai
dengan menggunakan sumber-sumber pembiayaan dari pendapatan-pendapatan
dalam negeri atau keuangan-keuangan yang dikelola oleh dalam negeri.
Keberadaan PNPM Mandiri bisa mengurangi kemiskinan namun tentunya
tidak sesederhana itu karena penanggulangan kemiskinan bukanlah sekedar
memberikan sesuatu. Hal yang terpenting adalah keinginan dari masyarakat itu
sendiri untuk merubah kehidupannya keluar dari kemiskinan. Tiadanya upaya dari
manusianya sendiri untuk melawan kemiskinan maka kemiskinan tidak akan bisa
ditanggulangi. Adapun suatu pemberian atau charity itu hanya bersifat
membantu, yang terpenting adalah upaya dari manusianya sendiri untuk berjuang
melawan kemiskinan.
Demikian pula halnya dengan Program PNPM Mandiri yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Pusat, yang dulunya lahir dari Program Pengembangan
Kecamatan dan juga ada Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan.
PNPM Mandiri adalah program yang dilaksanakan Pemerintah Pusat untuk
melakukan pemberdayaan masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan.
Adapun tanggungjawab untuk melakukan pemberdayaan masyarakat itu sendiri
adalah pada Pemerintah Daerah. Dengan berakhirnya Program PNPM maka
selanjutnya tanggungjawab untuk melaksanakan program pemberdayaan
masyarakat ada di tangan Pemerintah Daerah. Pemberdayaan masyarakat adalah
bagian dari pembangunan daerah di mana tugas utama Pemerintah Daerah adalah
memberdayakan masyarakatnya. Adapun peran Pemerintah Pusat selanjutnya
hanya sebatas memfasilitasi. Melalui Program PNPM banyak pelajaran yang bisa
diperoleh oleh Pemerintah Daerah bagaimana menyelenggarakan sebuah
program pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan sumberdaya lokal
yang dimiliki, karena yang namanya program akan ada batas waktunya. Daerah
dapat mereplikasi program pemberdayaan masyarakat yang telah dijalankan oleh
Pemerintah Pusat melalui PNPM untuk menjadi program pemberdayaan
masyarakat milik mereka sendiri, dan itu sudah terwujud di beberapa daerah dan
salah satunya adalah Program Samisake (Satu Milyar Satu Kecamatan) seperti
yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jambi.
Karena tidak semua daerah memiliki kapasitas fiskal yang sama, maka
telah dipikirkan pula mekanisme untuk membiayai kegiatan pemberdayaan
masyarakat ini. Bila mengacu kepada regulasi maka yang paling mungkin adalah
melakukan pembiayaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan
menggunakan mekanisme DAK-Pemberdayaan Masyarakat. Namun ini masih
dalam bahasan dan merupakan salah satu alternatif yang mungkin untuk
Halaman | 86
Selain dengan MP3KI Program PNPM Mandiri tentunya juga tidak dapat
terlepas atau dalam artian harus melakukan koordinasi dengan program-program
pemberdayaan masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan dari kementeriankementerian lainnya seperti Program KUBE-PKH dari Kementerian Sosial dan
program-program lainnya yang juga terkait dengan pengembangan wilayah
seperti Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) dan Indeks Wilayah Tertinggal
(IWT) dari Ditjen Bina Bangda Kemendagri. Hal ini disebabkan beberapa
kabupaten yang tercakup dalam Program KSCT juga adalah kabupaten-kabupaten
yang juga menjadi kabupaten target dari PNPM, khususnya PISEW.
Tanpa kerjasama dengan Pemerintah Daerah, tanpa ada suatu pemahaman yang
sungguh-sungguh dari para pemimpin di daerah, baik pemimpin formal maupun
informal, maka program-program pemberdayaan masyarakat seperti PNPM
Mandiri tidak akan berjalan. Di tataran Pemerintah Kabupaten ada posisi SKPD
Camat, SKPD Bappeda, dan beberapa SKPD Teknis yang lain. Keseluruhan SKPD
ini bergerak secara bersama-sama untuk menanggulangi kemiskinan.
Halaman | 96
Halaman | 100
BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1
Kesimpulan
2)
3)
4)
5)
5.2
Rekomendasi
2)
3)
4)
Halaman | 103
DAFTAR PUSTAKA
Halaman | 104
Halaman | 105