Professional Documents
Culture Documents
1.
Cavum Oris
2.
Glandula Parotis
3.
Palatum Mole
4.
Lingula
5.
Saliva
6.
Oesofagus
7.
Gaster
8.
Hepar
9.
Vesica Biliaris
Duodenum
12. Pankreas
A. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan danair pada hewan. Mulut
biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi
oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzimenzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses
menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
DENTS
Dents dibagi menjadi empat kuadran: superior dextra, superior sinistra, inferior
dextra dan inferior sinistra
Dents deciduas: gigi susu, jumlahnya 20 buah (tidak ada geraham besar-molar)
2.
GLANDULA SALIVATORIUS
Glandula salivatorius: kelenjar ludah, terdiri 3 kelenjar
o Glandula parotis: paling besar, terletak di bagian depan bawah telinga, jika infeksi
menimbulkan penyakit parotitis (gondongen)
o Glandula sublingualis: terletak di bawah lidah
o Glandula submandibularis: terletak di bawah tulang rahang bawah (os mandibula)
3.
LINGUA
B. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani
yaitu Pharynk.
kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan
orofaring dengan laring
C. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebratayang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan
dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(daribahasa Yunani:
i, oeso membawa, dan , phagus memakan).
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
D. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu
Kardia.
Fundus.
Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi
masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3
zat penting :
Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada
lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak
lambung.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari(duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel gobletdan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk
membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti lapar dalam bahasa Inggris modern.
Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti kosong.
3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara
7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garamgaram empedu.
F. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antarausus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
Kolon transversum
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsimencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi
yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
K. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai
fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi
dalam tubuh termasuk penyimpananglikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat.
Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang
bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat-atau hepatik dari
kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah
yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung
dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta.
Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang
masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan
zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
L. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organberbentuk buah pir yang
dapat menyimpan sekitar 50 ml empeduyang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan.
Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap
bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang
dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran
empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang
berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.
HISTOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Secara garis besar, dinding saluran pencernaan terdiri atas empat lapisan yang sama.
Namun tentu pada masing-masing organ akan ada variasi yang akan memberikan ciri khas
bagi setiap organnya. Empat lapisan tersebut dimulai dari yang paling dalam (paling dekat
dengan lumen), antara lain: lapisan mukosa, lapisan submukosa, lapisan muskularis
eksterna, dan lapisan serosa (adventisia).
a. Lapisan Mukosa
Lapisan mukosa saluran pencernaa terbagi lagi menjadi tiga lapisan, yaitu:
1. Epitel
Epitel dinding saluran pencernaan bagian ujung (rongga mulut, esofagus, dan anus) terdiri
dari epitel berlapis gepeng tidak bertanduk. Epitel jenis ini berfungsi sebagai protektor atau
untuk perlindungan bagi dinding saluran pencernaan tersebut dari trauma.
Sementara epitel bagian saluran pencernaan lain selain tiga bagian di atas, terdiri dari epitel
selapis gepeng. Epitel jenis ini lebih ditujukan untuk fungsi sekresi dan juga absorpsi.
2. Lamina Propia
Lamina propia terdiri atas jaringan ikat longgar atau disebut juga sebagai jaringan ikat
areolar. Lamina propia ini mengikatkan lapisan epitel ke lapisan muskularis mukosa.
Pada lamina propia ini terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, nodulus limfe, dan juga
kelenjar linfe.
3. Muskularis Mukosa
Lapisan muskularis mukosa merupakan lapisan serabut otot polos tipis yang terdiri dari
lapisan otot sirkuler di bagian dalam dan lapisan otot longitudinal di bagian luar.
b. Lapisan Submukosa
Lapisan submukosa merupakan suatu lapisan jarigan ikat areolar yang mengandung
pembuluh darah, pembuluh limfe, dan juga suatu struktur persarafan beserta sel-sel
ganglionnya yang disebut dengan pleksus submucosa atau pleksus Meissner. Lapisan
submucosa mengikatkan lapisan mukosa ke lapisan muskularis eksterna.
d. Lapisan Serosa
Lapisan serosa merupakan lapisan terluar dari dinding saluran pencernaan. Lapisan serosa
ini biasanya dilindungi oleh selapis sel mesothelium. Lapisan serosa pada dasarnya terdiri
dari jaringan ikat. Pada lapisan serosa yang tidak diliputi oleh mesotel, jaringan ikatnya akan
langsung berhubungan dengan jaringan ikat lain yang terdapat di sekitarnya sehingga
membentuk struktur yang disebut lapisan adventisia.
Terdapat beberapa variasi pada setiap segmen saluran pencernaan dan organ-organ
asesoris pencernaan. Berikut adalah penjelasan selengkapnya:
a) Lidah
Pada permukaan dorsum lidah terdapat banyak sekali papila lidah yang terdiri atas tiga jenis
utama, yaitu:
1.
Papila Filiformis
Papila filiformis berbentuk kerucut dan tersebar merata di seluruh permukaan dorsum lidah.
Papila jenis ini tidak memiliki kuncup pengecap. Ujung-ujung papila ini mengandung epitel
berkeratin.
2.
Papila Fungiformis
3.
Papila Sirkumvalata
Papila sirkumvalata adalah papila dengan kuncup pengecap (taste bud) terbanyak di lidah.
Papila sirkumvalata biasa terdapat berderet-deret di sulcus terminalis (hingga 10-12 buah).
Permukaan atasnya yang licin lebih rendah daripada permukaan membrana mukosa.
Papila ini dikelilingi oleh celah melingkar. Di dasar celah akan bermuara kelenjar von ebner
yang menyekresikan cairan yang dapat membersihkan celah tersebut dari sisa-sisa
makanan yang larut di celah itu. Dengan demikian, celah dapat menerima makanan baru
untuk dideteksi rasanya.
Terdapat satu jenis papila lagi, yaitu papila foveola, yang terdapat di lipatan-lipatan samping
lidah. Papila ini mengalami rudimenter pada manusia, namun berkembang pesat pada
hewan pengerat.
b) Kelenjar Saliva
Kelenjar saliva ada menghasilkan sekret berupa mukosa murni, serosa murni, atau
campuran mukosa dan serosa. Cairan mukosa mirip dengan musin, lebih kental daripada
serosa. Sedangkan cairan serosa terdiri atas air, enzim, dll sehingga lebih encer daripada
cairan mukosa.
c) Esofagus
Sepertiga atas esofagus terdiri dari otot lurik, sepertiga tengah terdiri dari campuran otot
lurik dan otot polos, sedangkan sepertiga bawahnya merupakan otot polos esofagus.
Di dalam lapisan submucosa esofagus terdapat kelenjar esofagus yang menghasilkan
mukus. Pada lamina propia daerah dekat lambung juga terdapat kelenjar kardioesofageal
yang menghasilkan mukus.
e) Lambung
Lapisan submukosa dan mukosa lambung tersusun berlipat-lipat membentuk rugae. Pada
lapisan mukosa, epitel permukaannya mengalami perubahan dari epitel esofagus, yaitu
epitel selapis silindris tanpa sel goblet. Lamina propianya mengandung glandula gastrica
yang sekretnya akan bermuara di sumur-sumur lambung atau foveola gastrica. Terdapat
sekitar 15 juta glandula gastrica akan bermuara pada 3,5 juta foveola gastrica.
Glandula gastrica ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian isthmus, leher, dan dasar.
Glandula ini juga terdiri atas beberapa jenis sel, yaitu: sel mukosa leher, sel utama, sel
parietal, dan sel entero-endokrin.
Sel utama/zymogen menempati 1/3 atau bagian bawah pars sekretoria. Sel ini berbentuk
kuboid, dalam sitoplasmanya terdapat butir-butir zymogen, dan intinya bulat terdapat di
dasar. Sel ini akan menghasilkan pepsinogen yang akan diubah menjadi pepsin. Sel perietal
lebih banyak terdapat di bagian atas pars sekretorik. Sitoplasmanya penuh dengan
mitokondria. Sel ini akan menyekresikan HCl dan faktor intrisik lambung untuk absorbsi
vitamin B12 di ileum.
Sel enteroendokrin terdiri atas jenis ECL yang menghasilkan histamin, EC yang
menghasilkan serotonin, dan G yang akan menghasilkan gastrin. Lapisan muskularis
eksterna lambung terdiri atas tiga lapis, yaitu otot longitudingal, sirkuler, dan obliqum.
f)
Intestinum Tenue
Pada usus halus akan terjadi proses penyerapan makanan yang telah dicerna secara
mekanik maupun secara kimiawi. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik perluasan bidang
penyerapan oleh dinding saluran pencernaan. Upaya tersebut telah dilakukan dalam bentuk:
1. Pada tingkat sel
Berupa mikrovili pada permukaan sel epitel.
2. Pada tingkat submucosa
Terbentuknya plica circularis/valvula kerckringi
4.
Pada lapisan mukosa intestinum tenue juga dapat ditemukan glandula intestinalis atau
disebut juga dengan crypta lieberkuhn yang berinvaginasi sampai mencapai muskularis
mukosa pada dasar villus. Di bagian dasar crypta lieberkuhn ini terdapat kelompok sel
paneth yang fungsinya diduga untuk menghasilkan lisosin yang berfungsi seperti lisosom.
Jaringan limphoid pada intestinum tenue tersear di seluruh lamina propia dalam bentuk
nodulus limfatikus soliter. Khusus di ileum, jaringan limfoidnya berkelompok-kelompok
membentuk nodulud limfatikus agregatus yang disebut dengan bercak peyer.
g) Intestinum Crassum
Permukaan dalam colon licin, tidak membentuk plica circularis dan villus intestinalis. Pada
lapisan epitelnya terdapat sel absostif. Crypta lieberkuhnnya tidak memeiliki sel paneth.
Lapisan muskularisnya pars longitudinalisnya ada yang bermodifikasi menmbentuk taenia
coli.
Appendix yang terdapat pada bagian caecum memiliki ciri-ciri lumennya kecil bersudut, dan
memiliki jaringan limfoid yang mencolok karena memenuhi seluruh lamin propia. Lapisan
muskularis mukosanya kurang berkembang, dan di lapisan submukosanya terdapat jaringan
pengikat yang tebal serta anyaman pembuluh darah.
h) Rectum
Rectum dibagi menjadi bagian ampula recti dan canalis analis. Bagian ampula recti
berbentuk membesar. Membrana mukosanya memiliki struktur yang sama dengan kolon,
dengan crypta lieberkuhn yang lebih panjang. Canalis analisnya memiliki diameter yang
lebih kecil daripada bagian ampula recti (mengecil). Membranan mukosanya memiliki
columna rectalis morgagni, dan epitel silindris selapisnya berubah menjadi epitel gepeng
berlapis.
i) Anus
Epitelnya sudah menjadi epitel berlapis gepeng. Semakin ke bawah, epitelnya akan brubah
menjadi epidermis kulit, pada bagian setinggi M. Sphincter Externa (otot lurik). Di bagian ini
juga terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar cirkumanalis (apokrin).
Lamina propianya mengandung pleksus venosus yang besar. Pada kasus wasir atau
ambeyen, pleksus venosus ini mengalami pembesaran, sehingga disebut juga dengan
hemoroid.
j) Hepar
Secara mikroskopik, hepar terdiri atas lobulus hepatis klasik, lobulus portalis, dan acinus
hepatis. Komponen parenkimnya terdiri atas hepatosit (sel hati), sinusoid yang dibatasi oleh
sel-sel endotel Kupffer, dan sel perisinosuidal.
k) Kantung Empedu
Dinding kantung empedu terdiri dari lapisan tunika serosa, tunika subserosa, tunika
muskularis, dan tunika mukosa.
Tunika serosanya merupakan lanjutan tunika serosa dari selubung hati. Terdiri ari jaringan
ikat padat, da terkadang mengandung ductus Lushka. Lapisan ini dilapisi oleh sel-sel
mesotel. Tunika subserosanya juga terdiri dari jaringan pengikat, dan langsung menutupi
jaringan otot polos. Tunika muskularisnya terdiri dari lapisan tipis jaringan sel-sel otot polos.
Tunika mukosanya melipat-lipat tidak teratur. Epitelnya adala epitel silindris selapis dengan
mikrovili. Lamina propianya merupakan jaringan ikat longgar dengan anyaman serabut
elastis dan retikuler.
l) Pankreas
Pada pankreas terdapat jaringa kelenjar asiner dan pulau-pulau langerhans penghasil
insulin. Jaringan kelenjar pancreas ini terbagi dalam lobulus yang dipisahkan oleh jaringan
pengikat longga tipis. Berisi ductus interlobularis, pembuluh darah, dan saluran limfe, serta
serabut saraf. Lobulus ini tersusun atas beberapa acinus kelenjar yang tersusun oleh 40-50
sel-sel piramidal.
Pencernaan makanan dibagai atas 2 bagian yaitu pencernaan fisika dan pencernaan
kimiawi. Pencernaan fisika adalah pencernaan makanan dari bentuk besar menjadi bentuk
kecil, yang terjadi hanya perubahan bentuk dan tidak terjadi perubahan zat proses ini
berlangsung secara mekanik. Pencernaan kimiawi adalah pencernaan makanan dengan
menggunakan enzim,mengubah makanan menjadi zat baru yang lebih sederhana.
MEKANISME PERJALANAN MAKANAN
Mekanisme perjalanan makanan dalam sistem digestivus berawa dari mulut, tempat
makanan awalnya dikunyah (mastikasi) dan dicampur dengan sekresi saliva. Mastikasi
adalah proses pemecahan makanan secara mekanik yang sistematik di mulut. Mastikasi
dibantu oleh kelenjar liur, yaitu kelanjar submandibularis, kelenjar parotis dan kelenjar
sublinguaris.
Setelah dimastikasi di mulut makanan yang menuju esophagus melalui proses menelan
yaitu suatu aksi fisiogis kompleks ketika makanan berjalan dari mulut ke lambung.
Begitu melewati sfingter esophagus bawah, bolus makanan akan langsung memasuki
lambung. Di lambung, protein dalam makanan di pecah menjadi polipeptida oleh enzim
pepsin. proses ini berlanjut dalam intestenum tenue, yaitu pada bagian duodenum terutama
oleh kerja enzim-enzim pancreas yang menghidrolisi karbohidrat, lemak dan protein menjadi
zat-zat yang lebih sederhana. Fungsi kedua dari usus halus yaitu absorbsi. Proses ini
memindahkan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan protein melaluli dinding
usus ke dalam sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh.
Selanjutnya makanan akan masuk ke dalam usus besar yang terdiri atas colon, secum,
apendiks dan rectum. Pada usus besar makanan yang hanya berupa ampas akan disimpan
sementara dan akan terjadi pengeringan.
selanjutnya pada tahap akhir pada bagian distal colon, kontraksi lebih pelan dan akhirnya
feses akan terkumpul di kolon descenden. Propulsi feses kedalam rectum menyebabkan
terjadinya distensi dinding rectum dan merangsang refleks defekasi sehingga terjadilah
defekasi.
1. MASTIKASI
Mastikasi adalah proses mengunyah makanan, yang dilakukan oleh gigi menjadi bagianbagian yang halus, dan dibantu oleh saliva menjadi bulatan yang disebut bolus. Gigi yang
berperan untuk menghaluskan makanan adalah gigi incisivus (seri) dan molar (geraham).
Gigi incisivus berfungsi memotong sedang gigi molar berfungsi menggiling makanan. Selain
incisivus dan molar, gigi juga memiliki tipe kaninus (taring), namun peran kaninus hanya
berperan mengoyak makanan dan dianggap tidak sepenting gigi yang lainnya.
Mulut juga memiliki lidah yang berperan sebagai reseptor rasa dan pengaturan perubahan
posisi makanan dari satu gigi ke gigi lainnya. Lidah juga berperan mendorong makanan yang
sudah halus ke faring posterior untuk ditelan.
Proses pencernaan di mulut juga dibantu saliva yang berfungsi membasahi mulut, memunuh
kuman, dan mencerna makanan secara kimiawi. Factor factor yang merangsang sekresi
saliva ialah rangsangan rasa asam pada lidah, rangsangan taktil pada lidah terutama obyek
yang halus, langsung terutama makanan yang disukai, fantasi makanan yang disukai.
2. DIGLUSI/ MENELAN
Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring pada hampir setiap saat
melakukan fungsi lain disamping menelan dan hanya dubah dalam beberapa detik kedalam
traktus digestivus untuk mendorong makanan.
Yang amat penting adalah bahwa respirasi tidak tergangu akibat menelan. Menelan
merupakan rangkaian gerakan otot yang sangat terkoodinasi mulai dari pergerakan
volunteer lidah dilanjutkan serangkaian reflex dalam faring dan esophagus. Bagian aferen
lengkung reflex ini merupakam serabut-serabt yang terdapat dalam saraf V, IX, dan X. pusat
menelan terlerak di medulla oblongata. Dibawah koordinasi pusat ini, impuls-impuls berjalan
keluar dalam rangkaian waktu yang sempurna melalui saraf cranial V, X, dan XII menuju ke
otot-oto lidah, faring, laring, dan esophagus.
Tahap volunter
Tahap ini merupakan tahap awal proses menelan. Secara sadar, makanan didorong ke faring
oleh lidah. Secara ototmatis terjadi refleks menelan yang tidak bisa dihentikan.
2.
Tahap faringeal
Tahap ini bersifat involunteer dan membantu jalannya makanan melalui faring ke dalam
esophagus. Sentuhan makanan ke faring akan membangkitkan reseptor menelan. Reseptor
mengirim impuls (pons) dan timbul rangkaian kontraksi otot faring berupa :
1)
Palatum molle keatas menutuo nares posterior untuk mencegah makanan masuk ke
cavum nasi
2)
halus dapat masuk ke esophagus dan makanan yang belum halus tetap bertahan dimulut.
3)
4)
3. Tahap esofangeal
Fase faringeal merupakan fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari
faring ke lambung.
Seluruh tahap faringeal dari penelanan terjadi dalam waktu kurang dari 2 detik, dengan
demikian mengganggu respirasi hanya sekejap saja dalam siklus respirasi yang bisaa. Pusat
menelan secara khusus menghambat pusat respirasi medulla selama waktu ini,
menghentikan pernafasan pada titik tertentu dalam siklusnya untuk memungkinkan
berlangsungnya penelanan.
Proses berbicara tidak hanya melibatkan sistem pernafasan saja tetapi juga pusat pengatur
saraf bicara spesifik dalam korteks serebri.
Inhibisi pernafasan dan penutupan glottis merupakan bagian refleks menelan. Menelan sulit
atau tidak dapat dilakukan apabila mulut terbuka. Seorang dewasa normal sering menelan
selama makan juga diantara makan. Jumlah total menelan perhari sekitar 600 kali sama
dengan 200 kali sewaktu makan dan minum, 350 kali sewaktu terjaga tanpa makan dan 50
kali sewaktu tidur. Apabila inhibisi pernafasan tidak ada dan atau glottis tidak menutup
sempurna selama proses menelan, maka akan terjadi refleks tersedak. Hal ini penting untuk
melindungi selama pernafasan dari bolus dan bahan-bahan lainnya yang seharusnya melalui
saluran pencarnaan. Tersedak dapat terjadi antara lain saat makan sambil berbicara, makan
terlalu cepat, dll.
DEFEKASI
Defekasi merupakan proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang berupa feses.
Defekasi ditimbulkan oleh adanya refleks defekasi. Satu dari refleks-refleks ini
adalah refleks intrinsic yang diperantarai oleh sistem saraf enteric setempat didalam dinding
rectum. Bila feses memasuki rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal-sinyal
saraf aferen yang menyebar melalui pleksus mientrikusuntuk menimbulkan gelombang
peristaltic di dalam colon descenden , sigmoid, dan rectum, mendorong feses ke arah anus.
Sewaktu gelombang peristaltic mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasi oleh sinyalsinyal penghambat dari pleksus mientrikus; jika sfingter ani eksternus juga dalam keadaan
sadar, dan berelaksasi secara volunteer pada waktu yang bersamaan, terjadilah defekasi.
Refleks efekasi mientrik intrinsic yang berfungsi dengan sendirinya secara normal bersifat
relative lemah. Agar menjadi lebih efektif dalam menimbulkan defekasi, refleks bisaanya
harus diperkuat oleh refleks defekasi jenis lain, suatu refleks defekasi parasmpatisyang
melebatkan segmen sacral medulla spinalis. Bila ujung-ujung saraf dalam rectum
dirangsang sinyal-sinyal pertama dihantarkan pertama kedalam medulla spinalis dan
kemudian secara refleks kembali ke kolon descenden, sigmoid, rectum dan anus melalui
serabut-serabut saraf parasimpatis dalam nervus pelvikus. Sinyal-sinyal defekasi yang
masuk ke medulla spinalis menimbulkan efek-efek lain, seperti mengambil nafas dalam,
penutupan glottis, dan kontraksi otot-otot dinding abdomen untuk mendorong feses dari
kolon turun ke bawah dan pada saat yang bersamaan menyebabkan dasar pelvis mengalami
relaksasi ke bawah dan menarik keluar cincin anus untuk mengeluarkan feses.
Bila keadaan memungkinkan untuk defekasi, refleks defekasi secara sadar dapat diaktifkan
dengan mengambil nafas dalam untuk menggerakkan diafragma turun kebawah dan
kemudian mengontraksikan otot-otot abdomen untuk meningkatkan tekanan dalam
abdomen, jadi mendorong isi feses kedalam rectum untuk menimbulkan refleks-reflelks yang
baru. Refleks-refleks yang ditimbulkan dengan cara ini hamper tidak seefektif seperti refleks
yang timbul secara alamiah, karena alasan ini lah orang yang terlalu sering menghambat
refleks alamiahnya cenderung mengalami konstipasi berat.
Pada bayi baru lahir dan pada beberapa orang dengan medulla spinalis terpotong, refleks
defekasi otomatis menyebabkan pengosongan usus bagian bawah pada saat yang tidak
tepat sepanjang hari karena hilangnya latihan control kesadaran melalui kontraksi atau
relaksasi volunteer singter ani eksternus.
LAPAR dan KENYANG
Lapar dapat terjadi karena adanya stimulasi dari suatu faktor lapar, yang akan mengirimkan
impuls tersebut ke pusat lapar di otak, yakni hipotalamus bagian lateral, tepatnya
di nucleus bed pada otak tengah yang berikatan serat pallidohypothalamus. Otak inilah
yang akan menimbulkan rasa lapar pada manusia. Setelah tubuh mendapat cukup nutrisi
yang ditetukan oleh berbagai faktor, maka akan mengirim impuls ke pusat kenyang yakni
di nucleus ventromedial di hypothalamus. Kemudian tubuh akan merasa puas akan
makan, sehingga kita akan berhenti makan.
Bagi kebanyakan orang lapar merupakan sekumpulan rasa yang sering terpusat pada perut.
Hal itu kemungkinan dihubungkan dengan kontraksi yang terjadi pada perut atau usus. Dan
digambarkan sebagai kekosongan. Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang
mekanisme lapar ini. Yang pertama adalah teori gula darah yang dikemukakan oleh Bas,
dimana ia menyatakan bahwa letika gula darah rendah menyebabkan rasa lapar. Ada pula
teori asam lemak yang menyebutkan bahwa tubuh punya reseptor yang mencium adanya
kenaikan tingakat asam lemak. Kegiatan reseptor karena adanya perubahan asam lema
inilah yang memicu rasa lapar.
Mekanisme lapar dan kenyang tidak sepenuhnya sama. Terdapat dua mekanisme rasa
kenyang. Yang pertama di tingkat otak, sedangkan yang kedua di tingkat saluran lambung
(gastrointestinal). Di dalam otak terdapat dua tempat di hypothalamus yang mengatur lapar
dan makan. Nucleus-nukleus ventromedial memberi tanda kapan berhenti makan,
sedangkan hypothalamus lateral member tanda kapan mulai makan. Di tingkat otak, kita
merasa kenyang karena fungsi-fungsi nucleus-nukleus ventromedial. Sebaliknya, pada
tingkat salura pencernaan rasa kenyang berasal dari perut, yang mengatur aktifitas makan
dalam jangka pendek.
SALIVA
Fungsi dari saliva direfleksikan oleh masing-masing zat yang dikeluarkan. Mukus berfungsi
untuk melumasi makanan agar lebih mudah untuk menelannya dan untuk menjaga
kelembaban mulut untuk proses penghancuran dan mengaduk makanan. Saliva juga
berfungsi untuk membunuh kuman karena mengandung antiseptic. Sekresi saliva
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1.
2.
3.
4.
LAMBUNG
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencapur makanan dengan enzim-enzim. Getah lambung mengandung bermacam-macam
zat seperti air, garam organik, unsur-unsur yang tersusun atas zat lender, HCL dan enzimenzim yaitu :
1.
2.
3.
Asam Klorida yang dihasilkan menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh bakteri.
SEKRESI PANKREAS
Pankreas adalah kelenjar memanjang yang terletak di belakang dan di bawah lambung, di
atas lengkung pertama duodenum. Pankreas merupakan kelenjar campuran yang
mengandung jaringan eksokrin dan jaringan dendokrin. Bagian eksokrin yang preominan
teridiri dari kelompok-kelompok sel sekretorik seperti anggur yang membentuk kantungkantung, asinus, yang berhubungan dengan duktus yang akhirya bermuara ke duodenum.
Bagian endokrin yang lebih kecil terdiri dari pulau-pulau jaringan endokrin terisolasi, pulaupulau langerhans(islet of langherhans), yang tersebar di seluruh pankreas. Hormone
terpenting yang disekresikan oleh sel-sel pulau Lnagerhans adalah insulin dan glucagon.
Pankreas eksokrin dan endokrin tidak memiliki kesamaan kecuali berada di lokasi yang
sama. (Sherwood: 2001)
Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pankreas yang terdiri dari dua komponen sekresi
enzimatik poten dan sekresi alkali encer(cair) yang kaya akan natrium bikarbonat (NaHCO3).
Enzim-enzim pankreas secara aktif disekresikan secara akif oleh sel asinus. Komponen
NaHCO3 encer disekresikan secara aktif oleh sel ductusyang melapisi bagian awal duktus
pankreatikus, dan kemudian mengalami modifikasi sewaktu melewati duktus. (Sherwood:
2001)
Enzim pankreas disintesis oleh reticulum endoplasma dan Kompleks Golgi sel Asinus, dan
kemudian disimpan di dalam granula zimogen dan dikeluarkan melalui proses eksositosis
bila diperlukan. Sel-sel asinus mengeluarkan tigas jenis enzim pankreas yang mampu
mencerna ketiga kategori makanan. Enzim-enzim pankreas tersebut penting karena mereka
mampu mencerna hamper semua makanan secara sempurna tanpa bantuan sekresei
pencernaan lain. Ketiga jenis enzim pankreas tersebut adalah
1.
a.
2. Amilase pankreas
Seperti amylase liur, amylase pankreas juga berperan pentinga dalam pencernaan
karbohidrat dengan mengubah polisakarida menjadi disakarida. Amylase disekresikan
melalui getah pankreas dalam bentuk aktif karena amylase tidak embahayakan sel-sel
sekretorik. (Sherwood : 2001)
3. Lipase Pankreas
lipase pankreas sangat penting karena merupakan satu-satunya enzim yag disekresikan di
seluruh sistem pencernaa yang dapat menuntaskan pencernaan lemak. Lipase pankreas
yang menghidrolisis gliserida makanan menjadi monogliserida dan asam lemak bebas, yaitu
satuan lemak yang dapat diserap. Seperti amylase. Lipase disekresikan dalam bentuk aktif
karena tidak ada risiko pencernan-sendiri pankreas oleh lipase. (Sherwood : 2001)
SISTEM EMPEDU
Selain getah pankreas, produk sekrertori lain yang mengalir ke lumen duodenum adalah
empedu. Sistem empedu mencakuphati, kandung empedu dan duktus-duktus
terkait.
Hati adalah organ metabolic terbesar dna terpenting dan terpenting di tubuh. Organ ini
penting bagi sistem pencernaan unuk sekresi garam empedu, tetapi juga melakukan
berbagai fungsi lain, mencakup hal-hal berikut :
1.
Detoksifikasi atau degradasi zat-zat sisa dan hormone serta obat dan senyawa asing
lainnya
3.
pembekuan darah serta untuk mengangkut hormon tyroid, steroid, dan kolesterol darah.
4.
5.
6.
Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang usang, berkat adanya makrofag
residen.
7.
Eksresi kolesterol dan bilirubin, yang terakhir adalah produk penguraian yang berasal
BILIRUBIN
Bilirubin, konstituen utama empedu, sama sekali tidak berperan dalam pencernaan, tetapi
merupakan salah satu dari produk sisa yang diekskresikan dalam empedu. Bilirubun adalah
pigmen empedu utama yang berasal dari penguraian sel darah merah yang usang. Bilirubin
merupakan produk akhir yang dihasilkan oleh oenguraian bagian hem (mengandung besi)
dari hemoglobin yang terkandung di dalam sel-sel darah merah tersebut. Bilirubin ini
diekskresikan dari darah oleh hepatosit dan secaraaktif dieksresikan ke dalam empedu.
Di dalam saluran pencernaan, bilirubun mengalami modifikasi oleh enzim-enzim bakteri
yang kemudian menyebabkan tinja berwarna coklat khas. Jika tidak terjadi sekskresi
bilirubin, feses akan berwarna putih keabu-abuan. Dalam keadaan normal, sejumlah kecil
bilirubin direabsorbsi kebali ke dalam darah yang kemudian dikeluarkan melalui urine.
Bilirubin ini memberi warna kuning pada cairan kemih.
Sekresi empedu dapat ditingkat melalui mekanisme kimiawi, hormonal, dan saraf.
Mekanisme saraf (saraf vagus). Stimulasi terhadap saraf vagus hati hanya sedikit
berperan meningkatkan sekresi empedu selama fase sefalik pencernaan. Mekanisme
saraf meningkatkan aliran empedu hati sebelum makanan mencapai lambung atau
khusus. (Sherwood; 2010)
REFERENSI
Putz, R, dkk. Ekstremitas bawah. Dalam Atlas Anatomi Sobota edisi 22 jilid 2. Jakarta : EGC,
2006.
Gray. H. ( 1997 ). Grays Anatomy, 32th ed., Longmans, Green & Co Ltd.
Guyton, Arthur C, dkk. Fisiologi Membran, saraf, dan otot. Dalam Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC, 2006.
Leeson lesson paparo. Jaringan otot. Dalam Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC, 1996.
Sherwood lauree:Fisiologi Manusia dari Sel Hingga ke Sistem:EGC,2001:jakarta
Thieme:Color Atlas Physiology:2003