You are on page 1of 14

BAB II

A. PENDAHULUAN

Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang


dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya
penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi
menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau
bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan
sistem kerja. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada
Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber
bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja tersebut. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan
kerusakan dan kerugian kepada : 1) manusia yang bersifat langsung maupun tidak
langsung terhadap pekerjaan, 2) properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin,
3) lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan,
4) kualitas produk barang dan jasa, 5) nama baik perusahaan.
fakta mengenai ergonomi dan K3 internasional atau secara global:
ILO memperkirakan bahwa tiap tahun sekitar 24 juta orang meninggal
karena kecelakaan dan penyakit di lingkungan kerja termasuk didalamnya
360.000 kecelakaan fatal dan diperkirakan 1,95 juta disebabkan oleh penyakit
fatal yang timbul di ligkungan kerja.
Hal tersebut berarti bahwa pada akhir tahun hampir 1 juta pekerja akan
mengalami kecelakaan kerja dan sekitar 5.500 pekerja meninggal akibat
kecelakaan atau penyakit di lingkungan kerja.
Dalam sudut pandang ekonomi, 4% atau senilai USD 1,25 Trilyun dari
Global Gross Domestic Prodct (GDP) dialokasikan untuk biaya dari kehilangan
waktu kerja akibat kecelakaan dan penyakit di lingkungan kerja, kompensasi
untuk para pekerja, terhentinya produksi, dan biaya-biaya pengobatan pekerja.
Potensi bahaya kecelakaan kerja diperkirakan menyebabkan 651.000
angka kematian, terutama di negara-negara berkembang. Bahkan angka tersebut
mungkin dapat lebih besar lagi jika sistem pelaporan dan notifikasi nya lebih baik.
Data dari sejumlah negara-negara Industri menunjukkan bahwa para
pekerja konstruksi memiliki potensi meninggal akibat kecelakaan kerja 3 sampai 4
kali lebih besar.
Penyakit paru paru yang terjangkit pada para pekerja di perusahaan
minyak & gas, pertambangan, dan perusahaan perusahaan sejenis, sebagai akibat
paparan asbestos, batu bara dan silica, masih menjadi perhatian di negara negara
maju dan berkembang. Bahkan kematian akibat kecelakaan kerja dari paparan

asbestos saja sudah mencapai angka 100.000 dan selalu bertambah setiap
tahunnya.
Data ILO menyebutkan ada 1 juta orang di Asia yang meninggal karena
penyakit akibat kerja. "Apa yang terjadi di Asia sekarang adalah yang kami sebut
pembunuhan massal sunyi," kata seorang narasumber.
IDENTIFIKASI BAHAYA
Langkah pertama manajemen risiko kesehatan di tempat kerja adalah identifikasi
atau pengenalan bahaya kesehatan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi faktor
risiko kesehatan yang dapat tergolong fisik, kimia, biologi, ergonomik, dan
psikologi yang terpajan pada pekerja. Untuk dapat menemukan faktor risiko ini
diperlukan pengamatan terhadap proses dan simpul kegiatan produksi, bahan baku
yang digunakan, bahan atau barang yang dihasilkan termasuk hasil samping
proses produksi, serta limbah yang terbentuk proses produksi. Pada kasus terkait
dengan bahan kimia, maka diperlukan: pemilikan material safety data sheets
(MSDS) untuk setiap bahan kimia yang digunakan, pengelompokan bahan kimia
menurut jenis bahan aktif yang terkandung, mengidentifikasi bahan pelarut yang
digunakan, dan bahan inert yang menyertai, termasuk efek toksiknya. Ketika
ditemukan dua atau lebih faktor risiko secara simultan, sangat mungkin
berinteraksi dan menjadi lebih berbahaya atau mungkin juga menjadi kurang
berbahaya. Sebagai contoh, lingkungan kerja yang bising dan secara bersamaan
terdapat pajanan toluen, maka ketulian akibat bising akan lebih mudah terjadi.

FAKTOR/ POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA


Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi bahaya di
tempat kerja, Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk
mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat
kerja yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat
berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain : 1) faktor teknis, yaitu
potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan
atau dari pekerjaan itu sendiri; 2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang
berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses
produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir; 3)faktor
manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia
yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang
prima baik fisik maupun psikis.
Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan
dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut :
1. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguangangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar
kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan
kurang memadai, getaran, radiasi.

a)

Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber
radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita,
contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave
oven), komputer, dan lain-lain.
Selain benda-benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat unsur
alamiah dan berada di udara, di dalam air atau berada di dalam lapisan bumi.
Beberapa di antaranya adalah Uranium dan Thorium di dalam lapisan bumi;
Karbon dan Radon di udara serta Tritium dan Deuterium yang ada di dalam air.
Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan radiasi nonpengion.
Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi
(terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Yang
termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar
gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus.
Yang termasuk radiasi pengion adalah partikel alfa (), partikel beta (), sinar
gamma (), sinar-X, partikel neutron.
Radiasi Non Pengion
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek
ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut berada
di sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-pengion
antara lain adalah gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan
melalui radio dan televisi); gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave
oven dan transmisi seluler handphone); sinar inframerah (yang memberikan energi
dalam bentuk panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet (yang
dipancarkan matahari).
Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai berikut :
Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia, sehingga untuk mengenalinya
diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut dengan detektor radiasi. Ada
beberapa jenis detektor yang secara spesifik mempunyai kemampuan untuk
melacak keberadaan jenis radiasi tertentu yaitu detektor alpha, detektor gamma,
detektor neutron, dll.
Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses
ionisasi, eksitasi dan lain-lain. Dengan menggunakan sifat-sifat tersebut kemudian
digunakan sebagai dasar untuk membuat detektor radiasi.
Pengaruh radiasi terhadap manusia
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic
adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel
somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka
efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau
efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang

terkena paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek radiasi yang
dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi.
Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi
sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek segera adalah
kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu
singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya
rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah.
Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi.
Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu
yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.

Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi
dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik adalah
efek yang disebabkan karena kematian sel akibat paparan radiasi, sedangkan efek
stokastik adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis
yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel.
Efek Deterministi (efek non stokastik) Efek ini terjadi karena adanya proses
kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena
radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh
tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas
dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah
terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis
yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis
efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan
terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis
ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Efek Stokastik Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk
menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun
sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel
Sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang
untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel
seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek
stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang
dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis
paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat
keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang
mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut
akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan.
Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang
relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik
lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker.
Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan
yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta
merta terkait dengan paparan individu.
Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.

Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.


Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.
Contoh : Radiasi ultraviolet : pengelasan, Radiasi Inframerah : furnacesn/
tungku pembakaran, Laser : komunikasi, pembedahan .
Prinsip dasar yang harus dipatuhi dalam penggunaan radiasi untuk berbagai
keperluan
Dalam penggunaan radiasi untuk berbagai keperluan ada ketentuan yang
harus dipatuhi untuk mencegah penerimaan dosis yang tidak seharusnya terhadap
seseorang. Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh International
Commission Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu :
1.
Justifikasi, Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber lainnya harus
didasarkan pada azaz manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau
potensi paparan hanya disetujui jika kegiatan itu akan menghasilkan keuntungan
yang lebih besar bagi individu atau masyarakat dibandingkan dengan kerugian
atau bahaya yang timbul terhadap kesehatan.
2.
Limitasi, Dosis ekivalen yang diterima pekerja radiasi atau masyarakat tidak
boleh melalmpaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Batas dosis
bagi pekerja radiasi dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek deterministik
(non stokastik) dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.
3.
Optimasi, Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as
reasonably achieveable - ALARA), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi
dan sosial. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber
radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi
yang terjadi dapat ditekan serendah-rendahnya.
b) Kebisingan
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang
merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit
lingkungan (Slamet, 2006). Sedangkan kebisingan sering digunakan sebagai
istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh
kegiatan manusia atau aktifitas- aktifitas alam (Schilling, 1981). Kebisingan dapat
diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi
pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu
populasi.
Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi,
distribusi frekuensi, dan lama pajanan.

Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya


konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja.

Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu
dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis.

Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim .

Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.


Kualitas bunyi ditentukan oleh 2 hal yakni frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi
dinyatakan dalam jumlah getaran per detik yang disebut hertz (Hz), yaitu jumlah
gelombang-gelombang yang sampai di telinga setiap detiknya. Biasanya suatu
kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang dari berbagai macam

1)
2)
3)

1)

2)
3)

frekuensi. Sedangkan intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya
dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel ( DB ).
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi
maka bising dibagi dalam 3 kategori:
Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yaitu bising
yang disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, misal bising dari mesin ketik.
Audible noise (bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi
bunyi antara 31,5 . 8.000 Hz.
Impuls noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu bising yang terjadi akibat
adanya bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan meriam, tembakan
bedil.
Menurut SK Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen
Kesehatan RI Nomor 70-1/PD.03.04.Lp, (Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan
Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan Tahun 1992), tingkat
kebisingan diuraikan sebagai berikut:
Tingkat kebisingan sinambung setara (Equivalent Continuous Noise Level =Leq)
adalah tingkat kebisingan terus menerus (=steady noise) dalam ukuran dBA, berisi
energi yang sama dengan energi kebisingan terputus-putus dalam satu periode
atau interval waktu pengukuran.
Tingkat kebisingan yang dianjurkan dan maksimum yang diperbolehkan adalah
rata-rata nilai modus dari tingkat kebisingan pada siang, petang dan malam hari.
Tingkat ambien kebisingan (=Background noise level) atau tingkat latar
belakang kebisingan adalah rata-rata tingkat suara minimum dalam keadaan tanpa
gangguan kebisingan pada tempat dan saat pengukuran dilakukan, jika diambil
nilainya dari distribusi statistik adalah 95% atau L-95.
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan
pada indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh
bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi
kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang
bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus
dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan
pendengaran. Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi.
Dengan suasana yang bising memaksa pekerja berteriak didalam berkomunikasi
dengan pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau pembicaraan yang keras ini
dapat menimbulkan salah komunikasi (miss communication) atau salah persepsi
terhadap orang lain.
Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat
lingkungan kerja yang bising ini maka kadang-kadang di tengah-tengah keluarga
juga terbiasa berbicara keras. Bisa jadi timbul salah persepsi di kalangan keluarga
karena dipersepsikan sebagai sikap marah. Lebih jauh kebisingan yang terusmenerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi pekerja yang akibatnya
pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas
kerja.

Kebisingan terutama yang berasal dari alat-alat bantu kerja atau mesin dapat
dikendalikan antara lain dengan menempatkan peredam pada sumber getaran atau
memodifikasi mesin untuk mengurangi bising. Penggunaan proteksi dengan
sumbatan telinga dapat mengurangi kebisingan sekitar 20-25 dB.
Tetapi penggunaan penutup telinga ini pada umumnya tidak disenangi oleh
pekerja karena terasa risih adanya benda asing di telinganya. Untuk itu
penyuluhan terhadap mereka agar menyadari pentingnya tutup telinga bagi
kesehatannya dan akhirnya mau memakainya.
c) Penerangan / Pencahayaan ( Illuminasi )
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban
kerja karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan
kotor. Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk
menimbulkan kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan
memungkinkan pekerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan
menghindarkan dari kesalahan kerja.
Berkaitan dengan pencahayaan dalam hubungannya dengan penglihatan orang
didalam suatu lingkungan kerja maka faktor besar-kecilnya objek atau umur
pekerja juga mempengaruhi. Pekerja di suatu pabrik arloji misalnya objek yang
dikerjakan sangat kecil maka intensitas penerangan relatif harus lebih tinggi
dibandingkan dengan intensitas penerangan di pabrik mobil. Demikian juga umur
pekerja dimana makin tua umur seseorang, daya penglihatannya semakin
berkurang. Orang yang sudah tua dalam menangkap objek yang dikerjakan
memerlukan penerangan yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda.
Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan
kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan
fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya
kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir.
Disamping itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan
matanya ke objek guna mmeperbesar ukuran benda. Hal ini akomodasi mata lebih
dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap atau kabur.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan
dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar
belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus
berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat
kerja.Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan
lampu-lampu tersendiri.
Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing tenaga
kerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak diberikan
tugas di malam hari.
Disamping akibat-akibat pencahayaan yang kurang seperti diuraikan diatas,
penerangan / pencahayaan baik kurang maupun cukup kadang-kadang juga
menimbulkan masalah apabila pengaturannya kurang baik yakni silau. Silau juga

d)

menjadi beban tambahan bagi pekerja maka harus dilakukan pengaturan atau
dicegah.Pencegahan
silau
dapat
dilakukan
antara
lain
:
a. Pemilihan jenis lampu yang tepat misalnya neon. Lampu neon kurang
menyebabkan silau dibandingkan lampu biasa. b. Menempatkan sumber-sumber
cahaya
/
penerangan
sedemikian
rupa
sehingga
tidak
langsung
mengenai
bidang
yang
mengkilap.
c. Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela
yang
langsung
memasukkan
sinar
matahari.
d. Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.
e. Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidak terhalang oleh bayangan suatu
benda. Dalam ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.
Penerangan yang silau buruk (kurang maupun silau) di lingkungan kerja akan
menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
Kelelahan mata yang akan berakibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
Kelemahan mental
Kerusakan alat penglihatan (mata).
Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas maka dalam mendirikan bangunan
tempat kerja (pabrik, kantor, sekolahan, dan sebagainya) sebaiknya
mempertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain sebagai berikut :
Jarak antara gedung dan abngunan-bangunan lain tidak mengganggu masuknya
cahaya matahari ke tempat kerja, Jendela-jendela dan lubang angin untuk
masuknya
cahaya
matahari
harus
cukup,
seluruhnya sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan, Apabila cahaya
matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti
dengan penerangan lampu yang cukup, Penerangan tempat kerja tidak
menimbulkan
suhu
ruangan
panas
(tidak
melebihi 32 derajat celsius), Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau
dan bayang-bayang yang mengganggu kerja, Sumber cahaya harus menghasilkan
daya
penerangan
yang
tetap
dan
menyebar
serta tidak berkedip-kedip .Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman,
mata lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan
kecelakaan. Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja,
produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan
lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja.
Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti:
frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau
intermitten.
Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan
efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan powered tool berasosiasi
dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai Raynauds
phenomenon atau vibration-induced white fingers(VWF).

Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada
sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram
dan sakit tulang belakang.
Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.
Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai
tubuh:
3 . 9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.
6 . 10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung,
pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1,2 gram
terlihat banyak perubahan sistem peredaran darah.
10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan beresonansi.
13 . 15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi.
< 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot menjadi
lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.

2.
Potensi bahaya kimia, yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahanbahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui
pernafasan), ingestion (melalui
mulut
ke
saluran
pencernaan), skin
contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga
kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi
bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam
tubuh. Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh dapat melalui:
o
Pernapasan ( inhalation ),
o
Kulit (skin absorption )
o
Tertelan ( ingestion )

a)

b)

o
o

Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau keduaduanya.


Adapun potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan kimia adalah
Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan
tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain
tubuh yang paling umum terkena.
Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.
Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit
bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat
pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema (
bengkak )
Contoh :
Kulit : asam, basa,pelarut, minyak .
Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide,
phosgene, chlorine ,bromine, ozone.

c)

o
o
d)

o
o
e)

o
o
f)

g)

Reaksi Alergi
Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit
atau organ pernapasan
Contoh :
Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti chromium
atau nickel, epoxy hardeners, turpentine.
Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde,
nickel.
Asfiksiasi
Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang
ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen
pada udara normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara.
Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah
atau mencegah oksigenasi normal pada kulit.
Contoh :
Asfiksian sederhana : methane, ethane, hydrogen, helium
Asfiksian kimia : carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen
cyanide, hidrogen sulphide
Kanker
Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti
pada manusia.
Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas
sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan .
Contoh :
Terbukti karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver
angiosarcoma) ; 2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih ); asbestos
(kanker paru-paru , mesothelioma);
Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride,
dichromates, beryllium
Efek Reproduksi
Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari seorang
manusia.
Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat memberikan
pengaruh negatif pada keturunan orang yang terpapar, sebagai contoh :aborsi
spontan.
Contoh :
Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari
ethylene glycol, mercury. Organic mercury compounds, carbonmonoxide, lead,
thalidomide, pelarut.
Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau
sistem tubuh.
Contoh :

Otak : pelarut, lead, mercury, manganese


Sistem syaraf peripheral : n-hexane, lead, arsenic, carbon

o
o
disulphide
o
o
o

a)

b)

c)

d)

Sistem pembentukan darah : benzene, ethylene glycol ethers


Ginjal : cadmium, lead, mercury, chlorinated hydrocarbons
Paru-paru : silica, asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )
3.
Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari
atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu,
misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan
yang digunakan dalam proses produksi. Dimana pun Anda bekerja dan apa pun
bidang pekerjaan Anda, faktor biologi merupakan salah satu bahaya yang
kemungkinan ditemukan ditempat kerja. Maksudnya faktor biologi eksternal yang
mengancam kesehatan diri kita saat bekerja. Namun demikian seringkali luput
dari perhatian, sehingga bahaya dari faktor ini tidak dikenal, dikontrol,
diantisipasi dan cenderung diabaikan sampai suatu ketika menjadi keadaan yang
sulit diperbaiki. Faktor biologi ditempat kerja umumnya dalam bentuk mikro
organisma sebagai berikut :
Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan batang
(basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi
yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan
kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang
diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan
sebagainya.
Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus
tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang
khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis,
HIV, dan sebagainya.
Jamur
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena
berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan
hidup dari organisme atau hewan lain.
Mikroorganisme penyebab penyakit di tempat kerja
Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin
ditemukan di tempat kerja, diantaranya :
Daerah pertanian
Llingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat pekerja dapat
terinfeksi oleh mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacing, Asma
bronkhiale atau keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur.
Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik)

Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah


bakteri penyebab penyakit saluran napas, seperti : Tbc, Bronchitis dan Infeksi
saluran pernapasan lainnya seperti Pneumonia.
Daerah peternakan terutama yang mengolah kulit hewan serta produkproduk dari hewan
Penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti ini misalnya :
Anthrax yang penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup,
Brucellosis, Infeksi Salmonella.
Di Laboratorium
Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar terinfeksi, terutama
untuk laboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan yang
megandung organisme pathogen
Di Perkantoran : terutama yang menggunakan pendingin tanpa ventilasi
alami
Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit seperti :
Humidifier fever yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang
disebabkan organisme yang hidup pada air yang terdapat pada system pendingin,
Legionnaire disease penyakit yang juga berhubungan dengan sistem pendingin
dan akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut.
Cara penularan kedalam tubuh manusia
Banyak dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit hanya setelah
masuk kedalam tubuh manusia dan cara masuknya kedalam tubuh, yaitu :
1. Melalui saluran pernapasan
2. Melalui mulut (makanan dan minuman)
3. Melalui kulit apabila terluka

1.
2.
3.
4.
5.

Mengontrol bahaya dari faktor biologi


Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari
dengan pencegahan antara lain dengan :
Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat debu
yang mengandung organism patogen
Mengkarantina hewan yang terinfeksi dan vaksinasi
Imunisasi bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit di tempat kerja
Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak datu kali
setiap bulan
Membuat
sistem
pembersihan
yang
memungkinkan
terbunuhnya
mikroorganisme yang patogen pada system pendingin.
Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan
mencegah penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari.
4.
Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan
norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan
kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang

tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja ataupun
ketidakserasian antara manusia dan mesin.
Pembebanan Kerja Fisik
Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial
ekonomi dan derajat kesehatan.
Pembebanan tidak melebihi 30 40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga
kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari.
Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40
kg. Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban
maksimum tersebut harus disesuaikan.
Oleh karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit, parameter
praktis yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak
melebihi 30-40 permenit di atas denyut nadi sebelum bekerja.
5.
Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang
baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang
tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau
pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai,
kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai
akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu
yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut
akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
Stress
Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik terhadap
setiap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka
hal ini dinamakan stress.
Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah, gangguan kepribadian,
penyimpangan seksual, ketagihan alkohol dan psikotropika.
Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan darah
tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan, asma
bronkial, penyakit kulit seperti eksim,dll.
6.
Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal
atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi,
yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta
jenis kegiatan yang dilakukan. Potensi bahaya keselamatan terdapat pada
alat/mesin, serta bahan yang digunakan dalam proses produksi, seperti forklift
(tertabrak), gancu (tertusuk), pallet (tertimpa), dan bahan baku (tertimpa, terjatuh
dari tumpukan bahan baku), feed additive (kerusakan mata akibat terkena debu
feed additive), cutter, mesin bubut/las (kerusakan mata akibat terpercik geram,
lecet akibat terkena part panas, dan kerusakan paru-paru akibat terhirup debu las),
luka bakar akibat kebocoran gas, terjepit part, semburan panas dari blow down
otomatis, kebakaran, dan peledakan.

You might also like