You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTRITIS AKUT (DIARE AKUT)

A. PENGERTIAN
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil, diare
adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau
tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan
merupakan

suatu

menurut C.L Betz & L.A Sowden diare


keadaan

terjadinya

inflamasi

mukosa

lambung atau usus.


Menurut Suradi & Rita (2005), diare diartikan sebagai
suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer
atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air
besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai
darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses
inflamasi pada lambung atau usus
B. PENYEBAB
Menurut

Haroen

N.S,

Suraatmaja

dan

P.O

Asnil,

ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat


dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen
seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B.
Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus,
comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-

bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan,


makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis
(ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin,
alergi dan sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin
A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya
bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi

makanan:

karbohidrat,

lemak

(LCT),

protein, vitamin dan mineral.


b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah, penyebab diare dapat
dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare, yang meliputi:
infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis,
virus

echo

coxsackie).

Adeno

virus,

rota

virus,

astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris,


trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba
histolytica,

giardia

lamblia,

trichomonas

homunis)

jamur (canida albicous).


b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan
makanan

seperti

otitis

tonsilitis/tonsilofaringits,

media

(OMA)

bronkopeneumonia,

ensefalitis dan sebagainya.


2. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.

akut

3. Faktor makanan
4. Faktor psikologis
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang
pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan
atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan
elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga

gangguan

hiperperistaltik

motalitas

akan

usus,

mengakibatkan

terjadinya

berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul


diare

sebaliknya

bila

peristaltik

usus

menurun

akan

mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya


dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya
mikroorganisme hidup

ke

dalam usus

setelah berhasil

melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut


berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat
toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal
sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih


banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab
terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama
tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda
kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan
asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan
terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler
kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat,
hal ini disebabkan oleh:
-

Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut


diare atau muntah yang bertambah hebat.

Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan


pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu
lama.

Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan


diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan
terjadi

hipoksia,

asidosis

bertambah

berat,

dapat

mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan


bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

D. MANIFESTASI KLINIS DIARE


1. Mula-mula

cengeng

gelisah,

suhu

tubuh

mungkin

meningkat, nafsu makan berkurang.


2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau
encer, kadang disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan
tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas
(elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung
membran mukosa kering dan disertai penurunan berat
badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat
tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat
lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat
dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam
darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan
analisa gas darah.

3. Pemeriksaan

kadar

ureum

dan

kreatinin

untuk

mengetahui faal ginjal.


4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan
Posfat.
E. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau
hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot,
lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi
enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi

energi,

protein,

karena

selain

diare

dan

muntah, penderita juga mengalami kelaparan.


F. DERAJAT DEHIDRASI
Menurut

banyaknya

cairan

yang

hilang,

derajat

dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:


a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan
2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan
2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 510%
b. Skor Mavrice King
Bagian tubuh
Yang
diperiksa
Keadaan

Nilai untuk gejala yang ditemukan


0
1
2
Sehat

Gelisah,

Mengigau,

umum

cengeng

koma, atau

Normal

Apatis,

syok

Kekenyalan

Normal

ngantuk

Sangat kurang

kulit

Normal

Sedikit

Sangat cekung

Mata

Normal

kurang

Sangat cekung

Ubun-ubun

Kuat <120 Sedikit

Kering &

besar

cekung

sianosis

Mulut

Sedikit

Lemas >40

Denyut

cekung

nadi/mata

Kering
Sedang (120140)

Keterangan
-

Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan

Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang

Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat

c. Gejala klinis
Ringan

Gejala klinis
Sedang

Berat

Baik (CM)

Gelisah

Apatis-koma

++

+++

N (120)

Cepat

Cepat sekali

Biasa

Agak cepat

Kusz maull

Agak cekung

Cekung

Cekung sekali

Kulit

Agak cekung

Cekung

Cekung sekali

Biasa

Agak

Kurang sekali

Normal

kurang

Anuri

Gejala klinis
Keadaan
umum
Kesadaran
Rasa haus
Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasa

Uub

Normal

Oliguri

Kering/asidosis

Agak kering
G. KEBUTUHAN CAIRAN
Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40
% zat padat seperti protein, lemak dan mineral. Pada anak
pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila terganggu
harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral,
secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di
gambarkan sebagai berikut :
Kebutuhan
Umur

Berat Badan

Total/24 jam

Cairan/Kg

3 hari

3.0

250-300

BB/24 jam
80-100

10 hari

3.2

400-500

125-150

3 bulan

5.4

750-850

140-160

6bulan

7.3

950-1100

130-155

9 bulan

8.6

1100-1250

125-165

1 tahun

9.5

1150-1300

120-135

2 tahun

11.8

1350-1500

115-125

4 tahun

16.2

1600-1800

100-1100

6 tahun

20.0

1800-2000

90-100

10 tahun

28.7

2000-2500

70-85

14 tahun

45.0

2000-2700

50-60

18 tahun

54.0

2200-2700

40-50

Whaley and Wong, Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil,


Suharyono, Aswitha, Halimun dan Bagian Ilmu Kesehatan FK
UI, menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut

derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai


berikut :
Derajat

PWL

NWL

CWL

Jumlah

50

100

25

175

Sedang

75

100

25

200

Berat

125

100

25

250

Dehidrasi
Ringan

Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)

H. PATHWAYS
Faktor infeksi

Faktor malabsorbsi

Gangguan

Tekanan osmotik

Hiperperistaltik

peristaltik
Endotoksin
Hipoperistaltik
merusak mukosa
usus

Pergeseran cairan

Makanan tidak

Pertumbuhan bakteri
dan elektrolit ke

sempat diserap

lumen usus
Endotoksin berlebih
Hipersekresi
cairan
dan
elektrolit
Isi lumen usus
Rangsangan pengeluaran
Hiperperistaltik
Diare
Gangguan keseimbangan cairan

Gangguan

keseimbangan elektrolit
Kurang volume cairan (dehidrasi)

Hiponatremia
Hipokalemia

Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia,

Penurunan

klorida serum
mual, muntah, haus, oliguri, turgor kulit
kurang, mukosa mulut kering, mata dan
postural, kulit dingin,
suhu

Hipotensi

ubun-ubun cekung, peningkatan

tremor

tubuh, penurunan berat badan

kejang, peka
rangsang,

denyut

jantung cepat dan lemah


(Horne & Swearingen, 2001; Smeltzer & Bare, 2002

10

I. PENTALAKSANAAN
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian

cairan,

jenis

cairan,

cara

memberikan

cairan, jumlah pemberiannya.


1) Cairan per oral
Pada
sedang

klien

diberikan

dengan
peroral

dehidrasi
berupa

ringan
cairan

dan
yang

bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare


akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar
Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 5060 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan
larutan gula garam dan tajin disebut formula yang
tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan
sukrosa.
2) Cairan parentral
a) Pengobatan dietetic
b) Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang
hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atau karbohidrat lain.
2. Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah
resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebutuhan
nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan
nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
proses penyakit.

11

Mengingat diare sebagian besar menular, maka


perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak
terjadi penularan pada klien lain.
a. Data fokus
1) Hidrasi
-

Turgor kulit

Membran mukosa

Asupan dan haluaran

2) Abdomen
-

Nyeri

Kekauan

Bising usus

Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik

Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik

Kram

Tenesmus

b. Diagnosa keperawatan
-

Resiko

tinggi

berhubungan

kekurangan

dengan

volume

ketidakseimbangan

cairan
antara

intake dan out put.


-

Resiko

tinggi

infeksi

berhubungan

dengan

kontaminasi usus dengan mikroorganisme.


-

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


iritasi yang disebabkan oleh peningkatan frekuensi
BAB.

Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan


orang tua, tidak mengenal lingkungan, prosedur
yang dilaksanakan.

Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis


situasi atau kurangnya pengetahuan.

12

c. Intervensi
1) Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan
elektrolit
-

Pantau cairan IV

Kaji asupan dan keluaran

Kaji status hidrasi

Pantau berat badan harian

Pantau kemampuan pasien untuk rehidrasi

Melalui mulut

2) Cegah iritabilitas saluran gastro intestinal lebih


lanjut
-

Kaji kemampuan pasien untuk mengkonsumsi


melalui mulut (misalnya: pertama diberi cairan
rehidrasi oral, kemudian meningkat ke makanan
biasa yang mudah dicerna seperti: pisang, nasi,
roti atau asi.

Hindari memberikan susu produk.

Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pemilihan


makanan.

3) Cegah iritasi dan kerusakan kulit


-

Ganti popok dengan sering, kaji kondisi kulit


setiap saat.

Basuh perineum dengan sabun ringan dan air dan


paparkan terhadap udara.

Berikan
perineum

salep

pelumas

pada

rektum

dan

yang

bersifat

asam

akan

(feses

mengiritasi kulit).
4) Ikuti tindakan pencegahan umum atau enterik untuk
mencegah

penularan

infeksi

kebijakan dan prosedur institusi).

13

(merujuk

pada

5) Penuhi kebutuhan perkembangan pasien selama


hospitalisasi.
-

Sediakan mainan sesuai usia.

Masukan rutinitas di rumah selama hospitalisasi.

Dorong pengungkapan perasaan dengan caracara yang sesuai usia.

6) Berikan dukungan emosional keluarga.


-

Dorong

untuk

mengekspresikan

kekhawatirannya.
-

Rujuk layanan sosial bila perlu.

Beri kenyamanan fisik dan psikologis.

7) Rencana pemulangan.
-

Ajarkan keluarga dan pasien tentang higiene


personal dan lingkungan.

Kuatkan informasi tentang diet.

Beri informasi tentang tanda-tanda dehidrasi


pada orang tua.

Ajarkan

orang

tua

pemeriksaan ulang.

DAFTAR PUSTAKA

14

tentang

perjanjian

Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan


Pediatik. Jakarta: EGC
Sachasin Rosa M. 2005. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih
bahasa : Manulang R.F. Jakarta: EGC
Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang Mengancam Jiwa.
Jakarta : Gaya baru

15

You might also like