Professional Documents
Culture Documents
Nama Mahasiswa
NIM
: 1110211116
TandaTangan:
TandaTangan:
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. N
Umur
: 75 tahun
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Status perkawinan
: Menikah
Pendidikan
: D3
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
No CM
: 035187-2013
Tanggal masuk RS
Tanggal keluar RS
: 13 Juli 2016
II. SUBJEKTIF
Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis (Istri Pasien), 08 Juli 2016, jam 14.30 WIB
Keluhan Utama:
Lemas pada sisi tubuh bagian kiri sejak 1 jam SMRS.
Keluhan Tambahan :
Bicara pelo, mulut miring ke kanan, Lemas
Diabetes Melitus
: Disangkal
: Disangkal
Kejang
: Disangkal
Jantung
: Disangkal
Ginjal
: Disangkal
Kolestrol
:Diakui
sejak
tahun
2000
ketika
ada
Keganasan
: Disangkal
Asam Urat
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Asma
: Disangkal
RESUME ANAMNESIS
Pasien laki-laki usia 75 tahun datang ke RSUD Ambarawa dengan keluhan kelemahan
pada ekstremitas sebelah kanan, dengan onset mendadak yaitu ketika pasien bangun tidur
tepatnya 4 jam SMRS, keluhan tersebut disertai dengan keluhan wajah merot dan bicara pelo,
keluhan nyeri kepala, mual muntah, kejang, pingsan, gangguan pada saat berkemih dan buang
air besar, kesulitan membaca, menulis, berhitung, membedakan arah kanan kiri, pusing
berputar, baal, kesemutan, demam, kaku pada leher disangkal
Pasien memiliki
III. OBJEKTIF (dilakukan pada tanggal anamnesis 08 Juli 2016 pukul 15.00 WIB)
1. Status Generalis
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. TD
: 170/110 mmHg
d. Nadi
: 75 x/menit, Reguller
e. Pernapasan
f. Suhu
: 36,4oC
g. BB
: 85 Kg
h. TB
: 170 cm
i. BMI
: 29.4
j. Kepala
k. Mata
l. THT
m. Mulut
n. Leher
Thoraks
: Cor :
a. Inspeksi
b. Palpasi
2 cm
medial di ICS 5 linea Midclavikula
sinistra,
c.
: Kanan jantung
: ICS 4 linea
sternalis dextra
Pinggang jantung
: ICS 3 linea
parasternalis sinistra
d. Kiri jantung : ICS 5, 2 cm medial linea midclavicula
sinistra
e. Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Depan
Perkusi
Pulmo
Dextra
Sinistra
(+)
Per: sonor
Per: Sonor
Aus: suara dasar vesikuler, suara Aus: suara dasar vesikuler, suara
tambahan : wheezing (-), ronchi tambahan
wheezing
(-),
(-)
ronchi(-)
Belakang I: Simetris, retraksi dinding dada I: Simetris, retraksi dinding dada
(-)
(-)
Per: Sonor
Per: Sonor
Aus: suara dasar vesikuler, suara Aus: suara dasar vesikuler, suara
tambahan : wheezing (-), ronchi(-) tambahan
wheezing
(-),
ronchi(-)
Depan
Belakang
5
o. Abdomen
: datar, supel, timpani, BU (+) normal, hepar & lien tidak teraba
p. Kelamin
q. Ekstremitas
2. Status psikikus
a. Cara berpikir
b. Perasaan hati
: Mudah sedih
c. Tingkah laku
d. Ingatan
e. Kecerdasan
3. Status neurologikus
a. Kepala
i. Bentuk
: normosefali
: negatif
iii. Simetris
: simetris
iv. Pulsasi
: positif
b. Leher
i. Sikap
: Simetris
ii. Pergerakan
: Bebas
: negatif
kanan
kiri
Baik
Baik
Tidak dilakukan
ii. N. II
kanan
kiri
Tajam penglihatan
Tidak dilakukan
Lapangan penglihatan
Tidak dilakukan
Melihat warna
Tidak dilakukan
Fundus okuli
Tidak dilakukan
iii. N. III
kanan
kiri
Ptosis
(-)
(-)
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Nistagmus
(-)
(-)
Eksoftalmus
(-)
(-)
Enoftalmus
(-)
(-)
Pupil - Besar
3 mm
3 mm
- Bentuk
(+)
(+)
Refleks konvergensi
(+)
(+)
Refleks Akomodasi(+)
Melihat ganda
(+)
(-)
(-)
kanan
kiri
(ke bawah-lateral)
Baik
Baik
Srabismus konvergen
(-)
(-)
Melihat ganda
(-)
(-)
kanan
kiri
Membuka mulut
Baik
Baik
Menggigit
Baik
Baik
Refleks kornea
Baik
Baik
Sensibilitas
Baik
Baik
iv. N.IV
Pergerakan mata
v. N.V
Reflek bersin
Baik
Baik
Trismus
Baik
Baik
vi. N.VI
kanan
kiri
Normal
Parese
Strabismus konvergen
(-)
(-)
Melihat ganda
(-)
(-)
vii. N.VII
kanan
kiri
Sulcus nasolabialis
Kedipan mata
Baik
Baik
Sudut Mulut
Baik
Baik
Mengerutkan dahi
(+)
(+)
Menutup mata
(+)
(+)
Meringis
(+)
(-)
Mengembungkan pipi
(+)
(-)
Tidak dilakukan
kanan
kiri
Detik arloji
Tidak dilakukan
Suara berisik
Tidak dilakukan
Weber
Tidak dilakukan
Rinne
Tidak dilakukan
ix. N.IX
Perasaan lidah 1/3 belakang
Tidak dilakukan
Refleks Muntah
Baik
Arcus pharynx
Baik
Tersedak
Sengau
x. N.X
Arcus pharynx
Simteris
Menelan
Baik
8
Bicara
Pelo
Denyut Nadi
75x/ menit
xi. N.XI
kanan
kiri
Mengangkat bahu
Baik
Baik
Memalingkan kepala
Baik
Baik
Eutrofi
Eutrofi
Sikap Bahu
Simetris
Simteris
xii. N.XII
Sikap lidah
Deviasi ke kiri
Arikulasi
Disartria
Menjulurkan lidah
lateralisasi ke kiri
Tremor lidah
(-)
Fasikulasi
(-)
Eutrofi
Kekuatan lidah
menurun
ii. Duduk
b. Sensibilitas
kanan
kiri
Taktil
Nyeri
Thermi
Tidak dilakukan
Diskriminasi
Lokalisasi
c. Refleks
9
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
Refleks kremaster
: Tidak dilakukan
kanan
kiri
Pergerakan
Kekuatan
5-5-5-5
Tonus
Normotoni
Normotoni
Atrofi
(-)
(-)
kanan
kiri
Taktil
Baik
Baik
Nyeri
Baik
Baik
b. Sensibilitas
Thermi
1-1-1-1
Tidak dilakukan
Diskriminasi
Baik
Baik
Lokalisasi
Baik
Baik
kanan
kiri
Biceps
Triceps
Brachioradialis
Tromner-hoffman
(-)
(-)
kanan
kiri
Pergerakan
Kekuatan
5-5-5-5
Tonus
Normotoni
Normotoni
Atrofi
(-)
(-)
kanan
kiri
Baik
Baik
c. Refleks
b. Sensibilitas
Taktil
3-3-3-3
10
Nyeri
Baik
Thermi
Baik
Tidak dilakukan
Diskriminasi
Baik
Baik
Lokalisasi
Baik
Baik
kanan
kiri
Patella
Achilles
Babinski
(-)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Rossolimo
(-)
(-)
Mendel-Bechterev
(-)
(-)
Schaefer
(-)
(-)
Oppenheim
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Klonus kaki
(-)
(-)
c. Refleks
Cara berjalan
b.
Tes Romberg
c.
Disdiadokokinesia
: Tidak dilakukan
d.
Ataksia
e.
Rebound phenomenon
: Tidak dilakukan
f.
Dismetria
: Tidak dilakukan
5. Gerakan-gerakan abnormal
a.
Tremor
b.
Miokloni
c.
Khorea
: (-)
: (-)
: (-)
6. Rangsang Meningeal
a) Kaku Kuduk
: (-)
b) Brudzinski I
: (-)
c) Brudzinski II
: (-/-)
11
d) Laseque Sign
: (-/-)
e) Kernig Sign
: (-/-)
7. Alat Vegetatif
a. Miksi
b. Defekasi
Pertanyaan orientasi
Pandangan mata
Lapang pandang
Gerakan wajah
Fungsi motorik
lengan kiri
Fungsi motorik
lengan kanan
Fungsi motorik
kaki kiri
Fungsi motorik
0
1
2
3
0
1
2
0
1
2
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3
4
X
0
1
2
3
4
X
0
1
2
3
4
X
0
12
kaki kanan
Ataksia
Sensoris
Kemampuan berbahasa
Artikulasi
Kontak
Drift
Beberapa upaya melawan gravitasi
Tidak ada upaya melawan gravitasi
Tidak ada pergerakan
Tidak dapat dinilai (sebut alasan)
Tidak ada ataksia
Ataksia pada salah satu ekstremitas
Ataksia pada kedua ekstremitas
Normal
Hilang sebagian (ringan)
Baal
Tidak ada afasia
Afasia ringan sampai sedang
Afasia berat
Tidak ada perkataan yang keluar dari mulut
Artikulasi normal
Disartria ringan sampai sedang
Perkataannya sedikit atau tidak dapat dipahami
Dalam intubasi atau keterbatasan fisik yang lain
Ada kontak
Ada kontak sebagian
Tidak ada kontak sama sekali
1
2
3
4
X
0
1
2
0
1
2
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
Total
10
: (-)
: (-)
: (-)
= Stroke Iskemik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal (23 Augustus 2013)
DARAH LENGKAP
Hb
: 11,9g/dl
Leukosit
: 8,2 ribu/mm3
Ht
: 35 %
Trombosit
: 215 ribu/mm3
LED
: 35 mm/jam
13
DIFF
Basofil
: 0%
Eosinofil
: 2%
Netrophile stab
: 3%
Neutrophil segmen
:50%
Limfosit
: 40%
MonOSIT
: 5%
KIMIA DARAH
Glukosa sewaktu
: 108mg/dl
SGOT
: 31U/L
SGPT
: 35U/L
Natrium
: 139 MEQ/L
Kalium
: 3,76 MEQ/L
Chlorida
: 108 MEQ/L
Ureum
: 22 mg/dl
Kreatinin
: 0,6 mg/dl.
ASTRUB/GAS DARAH
Ph
: 7,539
PCO2
: 27,1 mmol/Hg
PO2
: 116,4 mmol/Hg
tCO2
: 23,5 mmol/Hg
HCO3
: 22,7 mmol/lt
BEecf
: 0,1 mmol/lt
SO2(c)
: 98,7%
Temperatur
: 36,4
O2
: 3 liter
FiO2
: 32%
Hemoglobin
: 11,9 mg/dl
: 185 mg/dl
14
Trigliserida
: 51 mg/dl
HDL Cholesterol
: 50 mg/dl
LDL Cholesterol
: 116 mg/dl
: Negative 10,6
ACA IgG
CT SCAN OtTAK
Kesan:
15
Kesan :
MRI Otak: Infark iskemik baru dan luas di bagian fronto-temporal kanan, tidak tampak SOL.
MRA Otak: Stenosis dengan collateralisasi pada arteri cerebri media di M1 kanan dan
insufisiensi pada arterial flow di area M2/3 kanan
16
MRV Otak: Masih dalam batas normal. Tak tampak kelainan thrombus di sinus-sinus
intrakranial.
I.
RESUME
Subjektif :
Pasien perempuan, usia 27 tahun datang ke UGD RS Bhakti Yudha dengan keluhan
lemas pada tubuh sisi kiri sejak 1 jam SMRS. Rasa lemas ini dirasakan tiba-tiba setelah os
bangun dari tidur. 1 minggu SMRS, Os mulai terasa kesemutan dari telapak kaki menjalar ke
bagian kaki kiri sehingga ke lengan tangan kiri, tetapi tidak berobat. Os sempat muntah 1x.
Mulut os terlihat miring ke kanan dan bicara pelo. Os ada riwayat migrain dan sering
pingsan.
Objektif :
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, GCS 15 (E4M6V5),
Tekanan darah : 130/80 mmHg, Nadi : 68x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36,4 oC, Pupil :
Isokor, 3mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+, deviasi konjugae kanan. Pemeriksaan saraf cranial
N III paresis dextra, N VI paresis sinistra, N VII paresis sinistra central, N XII paresis sinistra
central. Kekuatan motorik ekxtremitas atas (5/1), ekstremitas bawah (5/1), atrofi (-), tonus
otot normal. Refleks fisiologis (+) dan refleks patologis (-) pada kesemua ekstremitas.
NIHSS
= 10 (Stroke Sedang)
: 1. Hemiparese sinistra
2. Gaze ke kanan
4. Paresis N. VII sinistra sentral
5. Paresis N. XII sinistra sentral
2. Topis
3. Etiologi
: Vaskular
4. Patologis : Infark
17
VI. TATALAKSANA
Non-Medika mentosa
1. O2 2 liter/menit
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Medika Mentosa
1. Plavix 1x75mg (pagi)
2. Ascardia 1x80mg(sore)
3. Neulin 3x500mg
4. Asam Folat 2x400g
5. Trobesco 3x1 kapsul
VII. EDUKASI
1. Mengendalikan faktor resiko.
2. Makan obat dan kontrol ke dokter secara teratur.
3. Menjalani fisioterapi secara rutin sesuai jadual.
4. Edukasi keluarga.
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
: Bonam
Ad functionam
: Dubia ad Bonam
Ad sanationam
: Dubia
FOLLOW UP
S
24 Agustus 2013
25 Agustus 2013
26 Agustus 2013
Os merasa tangan kirinya Os masih mengeluh tangan Os masih merasa tangan
sulit
kirinya
digerakkan,
lemas,
sulit
digerakkan,
masih
O
masih
tidak jelas.
KU : TSS, Kes : CM
(pelo).
KU : TSS, Kes : CM
(pelo).
KU : TSS, Kes : CM
GCS = 15 (E4M6V5)
GCS = 15 (E4M6V5)
GCS = 15 (E4M6V5)
S : 36,5o C, N: 70x/mnt
S : 36,5o C, N: 64x/mnt
S : 36,5o C, N: 48x/mnt
RR: 20x/mnt
RR: 20x/mnt
RR: 20x/mnt
TD : 110/60 mmHg
TD : 100/70 mmHg
TD : 90/55 mmHg
Pupil:Isokor,
RCL +/+, RCTL +/+
Deviasi konjugae kanan
Pupil:Isokor,
RCL +/+, RCTL +/+
Deviasi konjugae kanan
Pupil:Isokor,
RCL +/+, RCTL +/+
Deviasi konjugae kanan
Motorik :
5555 1111
5555 3333
Motorik :
5555 1111
5555 3333
Motorik :
5555 1111
5555 3333
RF:
++ ++
++ ++
A
P
juga
RP :
-
RF:
++ ++
++ ++
RP :
-
RF:
++ ++
++ ++
sulit
RP :
-
N.Kranialis :
N.Kranialis :
N.Kranialis :
N VI paresis kiri
N VI paresis kiri
N VI paresis kiri
Asering
Cernevit
1 ampul 20 tpm/8jam
20 tpm/8jam
ampul 20 tpm/8jam
Ascardia 1x80mg(sore)
Ascardia 1x80mg(sore)
Ascardia 1x80mg(sore)
Neulin 3x500mg
Neulin 3x500mg
Neulin 3x500mg
Folavit 2x400g
Folavit 2x400g
Folavit 2x400g
Fisioterapi 2x sehari
27 Agustus 2013
28 Agustus 2013
29 Agustus 2013
Os merasa tangan kirinya Os merasa tangan dan kaki Tidak ada keluhan
sudah
bisa
digerakkan kirinya
sudah
semakin
jelas.
KU : TSS, Kes : CM
KU : TSS, Kes : CM
KU : TSS, Kes : CM
GCS = 15 (E4M6V5)
GCS = 15 (E4M6V5)
GCS = 15 (E4M6V5)
S : 36,5o C, N: 50x/mnt
S : 36,5o C, N: 68x/mnt
S : 36,5o C, N: 70x/mnt
RR: 20x/mnt
RR: 20x/mnt
RR: 20x/mnt
TD : 100/60 mmHg
TD : 100/50 mmHg
TD : 100/60 mmHg
Pupil:Isokor,
RCL +/+, RCTL +/+
Deviasi konjugae kanan
Pupil:Isokor,
RCL +/+, RCTL +/+
Deviasi konjugae (-)
Pupil:Isokor,
RCL +/+, RCTL +/+
Deviasi konjugae (-)
Motorik :
5555 3322
5555 4444
Motorik :
5555 5532
5555 4444
Motorik :
5555 5544
5555 5555
RF:
++ ++
++ ++
RP :
-
RF:
++ ++
++ ++
RP :
-
RF:
++ ++
++ ++
RP :
-
N.Kranialis :
N.Kranialis :
N.Kranialis :
N VI paresis kiri
Cernevit
Ascardia 1x80mg(sore)
ampul 20 tpm/8jam
Ascardia 1x80mg(sore)
Neulin 3x500mg
Neulin 3x500mg
Folavit 2x400g
Ascardia 1x80mg(sore)
Folavit 2x400g
Neulin 3x500mg
Fisioterapi 2x sehari
Folavit 2x400g
Fisioterapi 2x sehari
hari Sabtu
Fisioterapi 2x sehari
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah kumpulan gejala
klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak baik fokal atau global secara tiba-tiba,
disertai gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain selain gangguan vaskuler.3-6
Stroke termasuk penyakit serebrovaskular (pembuluh darah otak) yang ditandai
dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran
darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan
adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. Stroke terjadi ketika pasokan
darah ke bagian otak terganggu atau sangat berkurang, sehingga kurangnya oksigen dan
makanan untuk jaringan otak. Dalam waktu beberapa menit, sel-sel otak mulai mati.3,6
2.2.
masing-masing dilindungi oleh struktur yang keras seperti tulang tengkorak kepala dan
vertebral atau tulang belakang serta struktur yang lunak seperti kulit, selaput otak atau
duramater sampai ke cairan otak.
Otak merupakan bagian depan dari sistem saraf pusat yang mengalami perubahan dan
pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh 3 selaput otak yang disebut meningen (duramater,
arachnoid, dan piamater) dan berada di dalam rongga tengkorak.
1. Cerebrum
21
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama
Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang
membedakan manusia dengan binatang.Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan
berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan
visual.Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.Cerebrum
secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus.Bagian lobus yang menonjol
disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus
tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus
Temporal.
Bagian-bagian serebri yang utama:
1.
Lobus Frontalis : sangat banyak berhubungan dengan fungsi luhur dan kognitif serta
pusat bicara motorik. Pada keadaan stroke, daerah yang sering terkena adalah pusat
bicara motorik (girus frontalis inferior) maka gejala yang didapat berupa gangguan
bicara motorik (afasi motorik/afasi broca).
2.
Lobus Parietalis : merupakan pusat sensorik tubuh, pada stroke gejala yang terkena
adalah gangguan sensoris dan dapat timbul rasa nyeri (central pain).
3.
Lobus Occipitalis : pusat penglihatan, bila daerah ini terkena pasien mengalami buta
sentral (central blindness).
4.
2. Diensefalon
Bagian ini mencakup talamus dengan korpus genikulatum, epitalamus, subtalamus
dan hipotalamus.Talamus merupakan struktur penentu bagi persepsi beberapa tipe
sensasi.Hipotalamus yang terletak di sebelah ventral talamus dan membentuk lantai serta
dinding inferior lateral dari ventrikel III.Kerusakan pada regio hipotalamus dapat
menghasilkan berbagai macam gejala termasuk diabetes insipidus, obesitas, distrofi seksual,
somnolen, kehilangan nafsu seks dan kehilangan pengendalian temperatur.
Batang Otak
22
Mesensefalon
Merupakan bagian otak yang pendek dan terletak diantara pons dan hemisfer
serebri.di sisi terletak nukleus saraf kranialis okulomotorius (N.III) dan troklearis (N.IV)
yang berperan dalam gerakan bola mata.
Pons
Terletak di sebelah ventral serebelum dan anterior medula.Pada pons ini terletak inti
dari saraf kranialis trigeminus (N.V), abdusens (N.VI), fasialis (N.VII), dan vestibulariskoklearis (N.VIII).Lesi di daerah batang otak dapat menyebabkan gejala yang dapat
dihubungkan dengan terlibatnya lintasan motorik dan sensorik yang melewati lesi tersebut, terutama
dengan terlibatnya nuklei saraf kranialis yang berada dalam daerah lesi.
Medula Oblongata
Merupakan bagian batang otak yang berbentuk piramid di antara medula spinalis dan
pons.Pada medula oblongata terletak nukleus saraf kranialis glossofaringeus (N.IX), vagus (N.X),
assesorius (N.XI), dan hipoglossus (N.XII).
Serebelum
Terletak pada fossa posterior tengkorak di belakang pons dan medulla, dipisahkan dengan
serebrum yang berada dibagian superior oleh perluasan duramater yaitu tentorium serebeli. Fungsi
serebelum ini antara lain mempertahankan posisi tubuh, mengendalikan otot-otot anti gravitasi dari
tubuh, dan mengerem pada gerakan di bawah kemauan, terutama gerakan yang memerlukan
pengawasan dan penghentian serta gerakan halus dari tangan. 4
23
Hemisfer otak diperdarahan oleh 3 pasang arteri utama yaitu a. cerebri anterior, a. cerebri
media, dan a. cerebri posterior. Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem
karotis (arteri karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. Arteri karotis interna
masuk ke rongga tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosum,
mensuplai arteri oftalmika untuk nervus optikus dan retina, dan bercabang dua menjadi arteri
serebri anterior dan arteri serebri media.5
Anterior Cerebral Artery (ACA) memperdarahi bagian medial lobus frontal dan parietal dan
bagian anterior dari ganglia basal dan kapsula interna anterior.
Middle Cerebral artery (MCA) memperdarahi bagian lateral lobus frontal dan parietal, serta
bagian anterior dan lateral lobus temporal, dan menimbulkan perforantes cabang ke globus
pallidus, putamen dan kapsula interna.
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal di arteri
subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis tranversalis di kolumna vertebralis
servikal, masuk rongga kranium melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masingmasing sepasang arteri serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya
bersatu arteri basilaris, dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat
mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang:5
Posterior Cerebral Artery (PCA)memperdarahi talamus dan batang otak dan cabang-cabang
kortikal ke lobus temporal medial dan posterior dan lobus oksipital. Cerebellum diperdarahi
Posterior Inferior Cerebellar Artery (PICA) cabang dari arteri vertebralis, dan bagian superior
oleh arteri cerebellaris superior, dan anterolateral oleh Anterior Inferior Cerebllar Artery
(AICA) dari basilar Artery.
Gambar 2.2. Gambaran Suplai Pendarahan
Otak.5.
24
dari belahan otak, termasuk parietal frontal lateral, dan lobus temporal anterior, insula dan ganglia basal.
ACA(biru) memasok lobus frontal dan parietal medial. PCA(hijau) memasok lobus temporal dan oksipital
talamus dan inferior. Arteri Choroidal anterior (kuning) memasok tungkai posterior kapsul internal dan bagian
dari hippocampus memperluas ke permukaan anterior dan superior dari tanduk oksipital ventrikel lateral.
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna, yang
mengumpulkan darah ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang
terletak dipermukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior dan
sinus-sinus basalis laterales, dan seterusnya melalui vena-vena jugularis dicurahkan menuju
ke jantung.5
Sistem karotis terutama melayani kedua hemisfer otak, dan sistem vertebrabasilaris terutama
memberi darah bagi batang otak, serebelum dan bagian posterior hemisfer. Aliran darah di
otak (ADO) dipengaruhi terutama 3 faktor.5
pembuluh
arteri
otak
baik
intrakranial
maupun
ekstrakranial
atau
25
Cryptogenic stroke
Lain-lain
(kadar
protrombin,
dissections,
arteritis,
migrain/vasospasm,
ketergantungan obat)
Berdasarkan waktu terjadinya :
1.
Transient Ischemic Attack (TIA) : merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul
mendadak dan menghilang dalam beberapa menit sampai kurang 24 jam.
2.
3.
4.
2. Sistem vertebrobasiler
2.4
Etiologi Stroke
Fibrilasi atrium
Kadang-kadang
pada
kardiomiopati,
fibrosis
endokardial,
jantung
miksomatosus sistemik
c. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai :
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right sided
circulation (emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik adalah trombi
valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan, trombi mural (seperti infark
miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma.
Sebanyak 2-3% stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan 85% diantaranya terjadi
pada bulan pertama setelah terjadinya infark miokard.
2. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk
sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus
posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri
serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri
dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko
pembentukan trombus aterosklerosis atau ulserasi plak, dan perlengketan platelet.
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisitemia, anemia sickle cell, defisiensi
protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang
berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri
serebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke trombotik (contoh: trauma, diseksi aorta
torasik, arteritis).4-7
2.5
(hemianopsia homonim)
Bila mengenai daerah subkortikal, gejala hanya gangguan motorik murni
2. Sindroma arteri serebri anterior
Monoparese tungkai kontralateral, kadang-kadang lengan bagian proksimal dapat
terkena
Inkontinensia urin
Grasp refleks (+)
Apraksia dan gangguan kognitif lainnya.
Hemihipestesia
Ada suatu penilaian sederhana yang dikenal dengan singkatan FAST (Face, Arms drive,
Speech, dan Three of signs) yang merupakan gejala awal stroke yang harus diwaspadai.
F = Face (wajah)
Wajah tampak mencong sebelah atau tidak simetris. Sebelah sudut mulut tertarik ke
bawah dan lekukan antara hidung ke sudut mulut atas tampak mendatar.
A = Arms Drive (gerakan lengan)
Angkat tangan lurus sejajar kedepan (90 derajat) dengan telapak tangan terbuka ke
atas selama 30 detik. Apabila terdapat kelumpuhan lengan yang ringan dan tidak disadari
penderita, maka lengan yang lumpuh tersebut akan turun (menjadi tidak sejajar lagi). Pada
kelumpuhan yang berat, lengan yang lumpuh tersebut sudah tidak bisa diangkat lagi bahkan
sampai tidak bisa digerakkan sama sekali.
S = Speech (bicara)
Bicara menjadi pelo (artikulasi terganggu) atau tidak dapat berkata-kata (gagu) atau
dapat bicara akan tetapi tidak mengerti pertanyaan orang lain sehingga komunikasi verbal
tidak nyambung.
T = Three of signs (ketiga tanda diatas)
Ada ketiga-tiga gejala yaitu perubahan wajah, kelumpuhan, dan bicara.
Terdapat gejala atau tanda lain stroke yaitu:
2.7
Orang tiba-tiba terlihat mengantuk berat atau kehilangan kesadaran atau pingsan
Pusing berputar
Scanning) yang merupakan pemeriksaan baku emas (Gold Standard). Mengingat bahwa alat
tersebut saat ini hanya dijumpai di kota tertentu, maka dalam menghadapi kasus dengan
30
kecurigaan stroke, langkah pertama yang ditempuh adalah menentukan lebih dahulu apakah
benar kasus tersebut kasus stroke, karena abses otak, tumor otak, infeksi otak, trauma kepala,
juga dapat memberikan kelainan neurologis yang sama, kemudian menentukan jenis stroke
yang dialaminya. Dengan perjalanan waktu, gejala klinis stroke dapat mengalami perubahan.
Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragik atau non hemoragik atau
keduanya, dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan berikut:8
1. Anamnesis
Langkah ini tidak sulit karena, sekiranya memang stroke sebagai penyebab, maka sesuai
dengan definisinya, di mana kelainan saraf yang timbul adalah secara mendadak. Bila sudah
ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah berikutnya adalah menetapkan
stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragik atau stroke non hemoragik.2
Untuk keperluan tersebut, pengambilan anamnesis harus dilakukan seteliti mungkin.
Stroke haemorhagik :
31
Berdasarkan hasil anamnesis, dapat ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti tertulis
pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan anamnesa antara perdarahan dan infark
ANAMNESA
Gejala terjadi
Waktu
Peringatan (TIA)
Nyeri kepala
Muntah
Kejang
Diabetes
Gangguan katup
PERDARAHAN
akut
aktif
+
+
+
-
EMBOLI
Akut
Aktif
+
+
+
TROMBOSIS
subakut
bangun pagi
+
+
-
EMBOLI
Sedikit
Parese
-
TROMBOSIS
sedikit
parese
hari ke-4
-
PERDARAHAN
rendah
plegi
+
+
+
+
+
Stroke hemoragik
Mendadak
sedang aktif
+++
Stroke Hemoragik
(dari awal)
Stroke Infark
(hari ke-4)
32
Edema papil
Kaku kuduk
Tanda Kernig, Brudzinski
sering +
+
++
KORTIKAL
++
++
++
++
++
++
++
-
SUBKORTIKAL
++
++
++
33
Gambar 2.4 :Deviasi konjugat akibat fokus kortikal dan pons(iritatif dan destruktif)
34
Tidak
Penurunan kesadaran (+)
Nyeri kepala (-)
Refleks babinski (-)
ya
Stroke perdarahan
intraserebral
ya
Stroke perdarahan
intraserebral
Ya
Stroke perdarahan
intraserebral
ya
ya
tidak
b.
Tabel
6.
Penetapan
jenis
Muntah
3.
Nyeri kepala
4.
5.
Tekanan darah
Ateroma
a. DM
b. Angina pectoris
c. Klaudikasio
6.
intermiten
Konstanta
Penilaian
(0) Kompos mentis
(1) Mengantuk
(2) Semi koma / koma
(0) Tidak
(1) Ya
(0) Tidak
(1) Ya
Diastolik
Indeks
Skor
X 2,5
X2
X2
X 10%
(0) Tidak
(1) Ya
X (-3)
-12
-12
35
Stroke hemoragik
Perdarahan retina dan
korpus vitreum
Meningkat
Normal
Merah
Ada shift
*
**
Jernih
Oklusi
atau
penurunan
ringan
densitas
3-5 hari
adanya
cytotoxic
edema
dan
mungkin
14-21 hari
Hemoragik
> 21 hari
7-10 hari pertama
ipsilateral.
- Lesi hiperdens (putih) tak beraturan dikelilingi
11 hari 2 bulan
penyangatan
deposisi
hemosiderin
dan
defect hipodens)
T 2 weighted image
hiperintens (putih)
pemeriksaan MRI)
Isointens
Hipointens
Hiperintens
Isointens
Hiperintens
Hiperintens
Hiperintens
Sangat hipointens
kontralateral.
Gangguan motorik dan sensorik bilateral
Gangguan pergerakan konjugat mata (horizontal et vertical)
Disfungsi serebelar tanpa gangguan long tract ipsilateral
Isolated hemianopia atau buta kortikal
Penurunan kesadaran yang cukup berat karena gangguan pada traktus retikularis.
STROKE ISKEMIK
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah
ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% dari stroke adalah stroke iskemik.
38
Patofisiologi
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :8-10
1. Stroke trombotik/ateriosklerotik fokal
Jenis stroke ini terjadi ketika gumpalan darah (trombus) terbentuk di salah satu arteri
yang memasok darah ke otak yang berangsur-angsur menyempit dan akhirnya
tersumbat. Bekuan biasanya terbentuk di kawasan yang rusak oleh aterosklerosis yaitu
penyakit di mana arteri tersumbat oleh timbunan lemak (plak). Proses ini dapat terjadi
dalam satu dari dua arteri karotis leher yang membawa darah ke otak, serta di arteri lain
dari leher atau otak. Trombosis (penyakit trombo-oklusif) merupakan penyebab stroke
yang paling sering. Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama trombosis serebral. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit
kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan
kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis serebral
tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia
pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteri
besar. Bagian intima arteri sereberi menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel sel
ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen
pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada
percabangan atau tempat-tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan
tempat-tempat khusus tersebut. Pembuluh-pembuluh darah yang mempunyai resiko
dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut: arteria karotis interna, vertebralis
bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar.
Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding
pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat
yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan
membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu
akan tersumbat dengan sempurna.
2. Stroke embolik
Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis.
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah
39
yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Setiap bagian otak
dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat bagianbagian yang sempit. Tempat yang paling sering terserang embolus sereberi adalah arteria
sereberi media, terutama bagian atas.
3. Hipoperfusi sistemik : Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya
gangguan denyut jantung.
Patofisiologi stroke iskemik akut
a) Masalah vaskular, hematologi, dan jantung akibat berkurang atau berhentinya aliran
darah.
b) Masalah perubahan biokimia akibat iskemik, dapat terjadi dekrosis jaringan otak:
neuron, sel glia, dan lain-lain.
Jika terjadi oklusi atau hipoperfusi otak yang aliran darah otak normal 15-20 % dari
cardiac output, jika CBF atau aliran darah otak 20 ml/menit/100gr otak maka otak akan
berada dalam keadaan iskemik, sehingga terjadi gangguan fungsi otak dan pada EEG akan
timbul perlambatan, namun bila CBF kembali normal, maka gangguan fungsi akan pulih
kembali.8-10
Bila CBF 8-10 ml/menit/100gr otak, sel otak dalam keadaan infark dan bila tidak
segera diatasi akan timbul defisit neurologis sehingga timbul kecacatan dan kematian. Daerah
sekeliling yang terancam disebut daerah penumbra, di mana sel belum mati tapi fungsi
berkurang dan mengakibatkan defisit neurologik. Maka dari itu, sasaran terapi stroke iskemik
akut agar daerah penumbra dapat direperfusi dan sel otak dapat berfungsi kembali.
Reversibilitas tergantung faktor waktu. Disekeliling daerah penumbra terdapat area
hyperemik karena aliran darah kolateral/luxury perfusion area.
40
- Nyeri talamik, suatu rasa nyeri yang terus menerus dan sukar dihilangkan.
- Terdapat rasa anastesi, tetapi pada tes tusukan timbul nyeri (anastesi dolorosa)
- Hemikhorea, disertaihemiparesis, disebut sindrom Dejerine Marie.
41
sama, gangguan N.II dan refleks kornea hilang pada sisi yang sama
Sindroma Horner sesisi dengan lesi
Disfagia, bila mengenai nucleus ambigus ipsilateral
Nistagmus, bila mengenai nukleus vestibular
Hemihipestesi alternans
4. Sumbatan / gangguan pada cabang kecil arteri basilaris adalah paresis nervi kranialis
yang nukleusnya terletakdi tengah-tengah N.III, VI, XII, disertai hemiparesis
kontralateral
Gejala lesi di korteks:
1. Hemiplegia kontralateral
2. Afasia
3. Ada fase syok/fase akut yaitu dimana gejala kelumpuhan UMN belum menunjukkan
gangguan kelumpuhan tipe UMN
Gejala lesi di subkorteks:
1. Hemiplegia kontralateral
2. Afasia
gangguan
ekstrapiramidal
berupa
rigiditas
atau
hiperefleksi-
untuk
42
aterosklerosis
diabetes
sampai lebih dari 1-2 jam. Gejala-gejala yang sama akan ditemukan pada stroke, tetapi pada
TIA gejala ini bersifat sementara dan reversibel. Tetapi TIA cenderung kambuh; penderita
bisa mengalami beberapa kali serangan dalam 1 hari atau hanya 2-3 kali dalam beberapa
tahun. Sekitar sepertiga kasus TIA berakhir menjadi stroke dan secara kasar separuh dari
stroke ini terjadi dalam waktu 1 tahun setelah TIA.
43
Gejalanya tergantung kepada bagian otak mana yang mengalami kekurangan darah:
Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri karotis, maka yang paling sering
ditemukan adalah kebutaan pada salah satu mata atau kelainan rasa dan kelemahan
Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri vertebralis, biasanya terjadi pusing,
penglihatan ganda dan kelemahan menyeluruh.
Hilang rasa atau kelainan sensasi pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
Kelemahan atau kelumpuhan pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
Pingsan
2.8
2.8.1
2.8.2
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik neurologi penting untuk membuktikan gangguan fungsi motorik,
gangguan saraf otak, dan penurunan kesadaran atau koma. Tanda dan gejala klinis sesuai
definisi stroke menurut WHO yaitu hilangnya fungsi otak sebagian atau defisit neurologi
fokal misalnya:7-12
44
1. Hemiparese/hemiplegi,
dilakukan
pemeriksaan
dengan
memerintah
pasien
Pemeriksaan penunjang
pewarna disuntikkan ke dalam pembuluh darah untuk mengevaluasi arteri di leher dan
otak.
USG karotis
Prosedur ini dapat menunjukkan adanya penyempitan atau penyumbatan dalam arteri
karotis. Perangkat seperti tongkat (transduser) tanpa rasa sakit mengirimkan frekuensi
tinggi gelombang suara menjadi leher. Gelombang suara melewati jaringan dan
kemudian kembali, menciptakan pada layar gambar.
Arteriografi
Prosedur ini memberikan pandangan, arteri di dalam otak tidak biasanya terlihat dalam
sinar-X. Tabung tipis dan fleksibel (kateter) dimasukkan melalui sayatan kecil, biasanya
di pangkal paha. Kateter dimanipulasi melalui arteri utama dan ke dalam arteri karotis
atau vertebralis. Kemudian suntikkan pewarna melalui kateter untuk menyediakan X-ray
dari arteri.
Echocardiography
Teknologi USG ini menciptakan gambar jantung, memungkinkan dokter untuk melihat
apakah bekuan (embolus) dari jantung meuju ke otak dan menyebabkan stroke.
Prosedur tambahan dengan menggunakan transesophageal echocardiography (TEE)
untuk melihat jantung dengan jelas dan memungkinkan pandangan yang lebih baik dari
bekuan darah yang mungkin tidak terlihat jelas dalam ujian ekokardiografi tradisional.
2.8.4
dengan penanganan yang tepat pada jam-jam pertama, angka kecatatan stroke dapat
berkurang 30%. Stroke dan TIA merupakan medical emergency, menyelamatkan nyawa dan
mencegah kecacatan jangka panjang.
1. Deteksi terhadap tanda-tanda stroke dan TIA terutama pasien dengan faktor resiko
tinggi seperti hipertensi, fibrilasi atrial, diabetes, dan penyakit vaskuler lain. Tandatanda awal antaranya hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau
buta mendadak, diplopia, vertigo, afasia, disfagia, disatria, ataksia, kejang, dan
penurunan kesadaran secara mendadak. Dapat juga digunakan kriteria FAST:
46
- Facial movement
- Arm movement
- Speech
- Test all three
2. Pengiriman pasien ke fasilitas yang tepat menangani stroke: amulans
3. Transportasi/ambulans (fasilitas SDM, alat-alat gawat darurat, EKG, resusitasi, obat
neuroprotektan, telemedisin)
4. Pelayanan stroke komprehensif: ICU, stroke unit
2.8.5
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Studi diagnostik stroke akut meliputi CT scan tanpa kontras, KGD, elektrolit darah,
tes fungsi ginjal, EKG, penanda iskemik jantung, darah rutin, PT/INR, aPTT, dan
saturasi oksigen.
2.
Terapi umum
a) Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
Observasi status neurologis, nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi
oksigen
Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring/ETT, bila > dua
minggu dianjurkan trakeostomi
Pasien stroke iskemik akut yang non hipoksia tidak perlu terapi O2
b) Stabilisasi hemodinamik
Bila tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, dapat
diberikan obat-obat vasopressor titrasi dengan target TD sistolik 140 mmHg
Tekanan darah
Pemeriksaan jantung
Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9 dan pasien yang
mengalami penurunan kesadaran
Hindari hipertermia
Jaga normovolemia
48
e) Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat IV 5-20 mg dan diikuti fenitoin loading
dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit. Pada stroke
perdarahan intraserebral dapat diberikan obat antiepilepsi profilaksis, selama 1
bulan dan kemudian diturunkan dan dihentikan bila kejang tidak ada.
f)
g) Pemeriksaan penunjang
EKG
Laboratorium: kimia darah, fungsi ginjal, hematologi dan faal hemostasis, KGD,
analisa urin, AGDA dan elektrolit
2.8.6
1. Cairan
Berikan cairan isotonis seperti 0,9 % salin, CVP pertahankan antara 5-12 mmHg
Elektrolit (Na, K, Ca, Mg) harus selalu diperiksaa dan diganti bila terjadi
kekurangan
49
2. Nutrisi
Beri makanan lewat pipa orogastrik bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran
menurun
Berikan antibiotik sesuai indikasi dan usahakan tes kultur dan sensitivitas kuman
Hiperglikemia GD > 180 mg/dL pada stroke akut harus diobati, titrasi insulin, dan
terjaga normoglikemia. Hipoglikemia berat GD < 50 mg/dL, berikan dekstrosa 40
% iv atau infus glukosa 10-20 %
Jika gelisah dapat diberikan benzodiazepin atau obat anti cemas lainnya
Rehabilitasi
Edukasi keluarga
Discharge planning
2.9
2.9.1
1.
2.
Pengobatan hiper/hipoglikemia
3.
50
4.
Antikoagulan:
Tidak direkomendasikan penderita stroke akut sedang sampai berat, karena resiko
komplikasi perdarahan intrakranial mengingkat
Heparin, LMWH, heparinoid untuk terapi stroke iskemik akut dan cegah
reembolisasi, diseksi arteri, stenosis berat arteri karotis pre bedah.
KI heparin: infark besar > 50%, hipertensi tak terkontrol, dan perubahan
mikrovaskuler otak yang luas
5.
Antiplatelet Clopidrogel
Aspirin dosis awal 325 mg dalam 24-48 jam setelah awitan stroke iskemik akut
Tidak boleh diganti sebagai pengganti tindakan intervensi akut, yaitu rtPA
intravena.
Clopidogrel sahaja atau kombinasi dengan aspirin tidak dianjurkan kecuali pada
pasien dengan indikasi spesifik seperti non-Q-wave MI, recent stenting,
pengobatan harus diberikan sampai 9 bulan pengobatan.
6.
7.
mmHg selama 24 jam setelah pemberian rtPA. Obat anti hipertensi yang
digunakan adalah labtalol, nitropaste, nitropusid, nikardipun, atau ditialzem
intravena.
Apabilan TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg, disertai dengan gejala dan
tanda peningkatan tekanan intrakranial, dilakukan pemantauan tekanan
intrakranial. Tekanan darah diturunkan dengan menggunakan obat antihipertensi
intravena secara kontinu atau intermiten dengan pemantauan tekanan perfusi
serebral 60mmHg.
Apabila TDS >180 mmHg atau MAP > 130 mmHg tanpa disertai gejala dan tanda
peningkatan tekanan intrakranial, tekanan darah diturunkan secara hati-hati
dengan menggunakan obat antihipertensi intravena kontinu atau intermiten
dengan pemantauan tekanan darah setiap 15 menit hingga MAP < 110 mmHg
atau tekanan darah 160/90 mmHg. Pada studi INTERACT 2010, penurunan
tekanan darah hingga 140 mmHg masih diperbolehkan.
Penanganan nyeri penting dalam mengontrol tekanan darah pasien.
Pemakaian obat antihipertensi perenteral golongan beta blocker (labetolol dan
esmolol), penyekat kanal kalsium (nikardipin dan ditialzem) intravena dipakai
dalam upaya di atas.
Hidralasin dan nitropusid sebaiknya tidak dipakai karena menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial meskipun bukan kontraindikasi mutlak.
Pemberian obat yang dapat menyebabkan hipertensi tidak direkomendasikan
8.
dengan IDDM atau NIDDM. Bukan stroke lakunar dengan diabetes mellitus.
Kontrol gula darah selama fase akut stroke dengan pemberian insulin subkutan
mengikut sliding scale. Sasaran gula darah 80-180 mg/dL (80-110 untuk ICU).
52
Standard drip insulin 100 U/100mL 0.9% NaCl via infuse (1 U/mL). Infus insulin
harus dihentikan apabila penderita makan dan menerima dosis pertama dari
insulin subkutan.
Memantau gula darah dengan memeriksa gula darah kapiler tiap jam sampai pada
target gula darah selama 4 jam, kemudian diturunkan tiap 2 jam. Bila gula darah
tetap stabil, infuse insulin dapat dikurangi tiap 4 jam. Pemantauan tiap jam untuk
9.
10.
11.
12.
2.11
2.
Pencegahan sekunder
Adalah upaya pencegahan agar tidak terkena stroke berulang caranya adalah dengan:
Mengendalikan faktor resiko yang telah ada seperti mengontrol darah tinggi,
kadar kolesterol, gula darah, asam urat
2.12
Prognosis
1. Prognosis bervariasi tergantung dari keparahan stroke, lokasi dan volume perdarahan
2. Semakin rendah nilai GCS maka prognosis semakin buruk dan tingkat mortalitasnya
tinggi
3. Semakin besar volume perdarahan maka prognosis semakin buruk, dan adanya darah
di dalam ventrikel berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi
4. Adanya darah di dalam ventrikel meningkatkan angka kematian sebanyak 2 kali lipat
(Nassisi, 2009). Hal ini mungkin diakibatkan oleh obstructive hydrocephalus atau
efek massa langsung dari darah ventrikular pada struktur periventrikular, yang mana
berhubungan dengan hipoperfusi global korteks yang didasarinya. Darah ventrikular
juga mengganggu fungsi normal dari CSF dengan mengakibatkan asidosis laktat
lokal.
54
5. Prognosis ad vitam tergantung berat stroke dan komplikasi yang timbul, sementara
prognosis ad functionam dapat dinilai dengan parameter Activity Daily Living
(Barthel Index) dan NIH Stroke Scale (NIHSS). Risiko kecacatan dan ketergantungan
fisik/kognitif setelah 1 tahun adalah 20 30%.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Pasein perempuan usia 27 tahun dengan diagnosa stroke infark ditegakkan berdasarkan:
1. Klinis
: 1. Hemiparese sinistra
2. Gaze ke kanan
4. Paresis N. VII sinistra sentral
5. Paresis N. XII sinistra sentral
5. Topis
6. Etiologi
: Vaskular
7. Patologis : Infark
55
Pada pasien ini didiagnosis stroke infark apabila dari anamnesis didapatkan gejala
hemiparese sinistra terjadi secara tiba-tiba, saat istirahat terutama setelah bangun pagi, tidak
ada gejala sakit kepala, tidak ada kejang, adanya peringatan (TIA) beberapa kali, serta tidak
ada riwayat diabetis dan gangguan katup jantung. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
kesadaran compos mentis dengan GCS=15, tanda rangsang meningeal negatif dan adanya
tanda bradikardi pada hari ke-4 apabila didapatkan nadi 48x/menit. Berdasarkan Algoritma
Stroke Gajah Mada didapatkan stroke iskemik apabila tiada penurunan kesadaran, tiada sakit
kepala dan tidak ditemukan refleks patologis pada pasien. Manakala berdasarkan siriraj
stroke score didapatkan -3 yaitu mengarah ke stroke iskemik. Hal ini dapat menyingkirkan
adaya perdarahan intraserebral maupun subarachnoid. Diangnosis ditegakkan lagi dengan
pemeriksaan penunjang CT Scan apabila didapatkan tidak tampak ICH, SDH, EDH, SOL di
cerebrum atau cerebelum.
Pada awalnya, setelah dilakukan anamnesis, stroke infark pada pasien ini diduga akibat
trombus karena gejala terjadi saat istirahat terutama setelah bangun pagi dan tidak didapatkan
kelainan katup jantung. Namun setelah dilakukan pemeriksaan penunjang didapatkan anti
trombin 3 (AT3) = 115 dan dari hasil MRV jelas menyatakan tidak adanya trombus pada
sinus-sinus intracerebri. Maka jelas bahwa stroke infark pada pasien ini bukan disebabkan
oleh trombus.
Pada pasien ini juga, didapatkan pemeriksaan ACA IgG negatif dan ACA IgM low positive.
Di samping itu, hasil EKG menunjukan tidak ada kelainan atrium fibrilasi dan dari
pemeriksaan aukustasi tidak ditemukan bunyi murmur menunjukan tiada kelainan katup
jantung pada pasien. Hal ini jelas menunjukkan bahwa stroke pada pasien ini tidak terjadi
akibat cardioemboli.
Penyebab terjadinya stroke infark pada pasien ini jelas ditegakkan dengan adanya hasil MRA
otak apabila didapatkan adanya stenosis dengan collateralisasi pada arteri cerebri media di
M1 kanan dan insufisiensi pada arterial flow di area M2/3 kanan. Stenosis pembuluh darah
menyebabkan aliran darah ke otak terganggu sehingga terjadinya hipoperfusi sistemik. Pada
daerah iskemik akan ditemukan tekanan perfusi yang rendah, PO2 turun, CO2 dan asam laktat
tertimbun sehingga mengakibatkan infark atau kematian sel pada lesi yang terkena. Menurut
Bamford Classification, tipe infark pada pasien ini termasuk dalam golongan Partial Anterior
Circulation Infarct(PACI), dimana gejala lebih terbatas pada daerah yang lebih kecil dari
56
sirkulasi serebral pada sistem karotis dan defisit motorik/sensorik murni yang kurang
ekstensif dibandingkan infark lakunar (hanya monoparesis monosensorik).
Pada pasien ini, dari pemeriksaan fisik didapatkan hemiparese sinistra lengan lebih menonjol
dari tungkai kiri menunjukkan bahwa gejala defisit neurologis yang timbul terkena pada
sistem pembuluh darah karotis karena didapatkan sindroma arteri serebri media yaitu
hemiparese kontralateral dan kadang-kadang hanya mengenai otot wajah dan lengan, tungkai
tidak terkena atau lebih ringan manakala bila mengenai daerah subkortikal, gejala hanya
gangguan motorik murni. Pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras
kortikospinalis lateralis (traktus piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada
decussatio piramidalis di medulla oblongata sehingga lesi di salah satu hemisfer akan
menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya.
Pada pasien ini infark dikatakan mengenai daerah kortikal apabila dari pemeriksaan fisik
didapatkan kelumpuhan lengan dan tungkai adalah tidak sama. Hal ini ditegakkan lagi
apabila dari pemeriksaan penunjang MRI didapatkan infark iskemik baru dan luas di frontotemporal kanan.
pada usia setengah baya dan resikonya meningkat sejalan dengan bertambahnya umur.
Biasanya berlangsung kurang dari lima menit namun cenderung kambuh; penderita bisa
mengalami beberapa kali serangan dalam 1 hari atau hanya 2-3 kali dalam beberapa
tahun. Sekitar sepertiga kasus TIA berakhir menjadi stroke.
Pada pemeriksaan nervus cranialis didapatkan adanya deviasi konjugae kanan sesuai dengan
lesi ipsilateral yang di temukan pada hasil MRI yaitu infark iskemik baru dan luas di frontotemporal kanan. Pada pasien didapatkan lidah deviasi ke kiri yaitu kontralateral dengan lesi
menandakan adanya paresis N. XII sinistra sentral sehingga menyebabkan bicara pasien
menjadi pelo (disatria). Pasien tidak dapat menggerakkan otot wajah sebelah kiri bawah
menunjukan adanya paresis N. VII sinistra sentral.
Pengobatan yang diberikan pada pasien adalah:
1. Plavit tab 75mg
Isi: Clopidogrel 75mg
Cara Pemberian: 1x1 oral (pagi)
Fungsi: Antiplatlet
2. Ascardia tab 80mg
Isi: Asetosal 80mg enteric coated
Cara Pemberian: 1x1 oral (sore)
Fungsi: Antiplatlet
3. Folavit tab 400mg
Isi: Asam Folat 400mg
Cara Pemberian: 2x1 oral (pagi dan sore)
Fungsi: Sebagai supplement, dapat mencegah meningkatan homosistein
4. Trobesco cap
Isi: Nattokinase 22.000 FU/g 50 mg, Talcium powder, Dicalcium phosphate, Lactose
Cara Pemberian: 3 x1 oral
Fungsi: Sebagai agen fibrinolitik yang alami
5. Neulin inj 500mg
Isi: Citicoline (125mg/ml)
Cara Pemberian: 3 x1 inj iv
Fungsi: Neuroprotektor, terbukti efektif pada stroke akut iskemik
6. Cernevit inj
Isi: Multivitamin yang larut dalam air dan lemak kecuali vitamin K. Antaranya Vit A, Vit
D, Vit E, Vit C, Vit B-complex, Vit B1, B2, B3, B6, B12.
Cara Pemberian: 1x1 inj iv
Fungsi: Sebagai supplement, antioksidan
58
Prognosis ad vitam bonam karena kesadaran tidak terganggu dan tanda-tanda vital dalam
batas normal. Ad fungsionam dubia ad bonam karena setelah 7 hari dirawat inap didapatkan
kekuatan motorik tangan dan kaki kiri pasien bertambah baik nilai skor 5, mata sudah bisa
melirik ke semua arah, namun saat bicara mulut pasien masih miring ke kanan, kadangkadang lidah masih deviasi ke kiri dan bicara pasien sedikit pelo. Ad sanationam dubia
karena pasien ada riwayat serangan TIA beberapa kali saat usia muda dan salah satu faktor
risiko stroke pada pasien ini adalah kelainan pembulah darah yaitu stenosis kolateral arteri
cerebri media bisa meningkatkan resiko berulangnya serangan stroke.
Daftar pustaka
1. Baehr M, Frotscher M. Suplai darah dan gangguan vaskular sistem darah pusat.
Dalam: Diagnosis Topik Neurologi DUUS: Anatomi, fisiologi, Tanda, Gejala). Edisi
4. EGC, Jakarta. 2005;371438.
2. Sutrisno, Alfred. Stroke. You Must Know Before you Get It. PT. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta; 2007.hal.1-13. (5)
3. Feigin, Valery. Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke. PT.
Bhuana Ilmu Populer: Jakarta; 2006
4. Rasyid Al, Soertidewi L. Unit Stroke Manajemen Stroke secara Komprehensif. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2011.
5. Mardjono M, Sidharta P. Mekanisme Gangguan Vaskular Susunan Saraf: Neurologi
Klinis Dasar. Cetakan ke-14. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta. 2009;267292.
6. Soetjipto H, Muhibbi S. Stroke: Pengenalan & Penatalaksanaan Kasus-kasus
Neurologi. Ed II. Departemen Saraf RSPAD GS Ditkesad, Jakarta. 2007;1834.
7. Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Basyiruddin A, Suroto, Rasyid Al, et al. Guideline
Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI, Jakarta. 2011.
8. Sidiarto L, kusumoputro S. Cermin Dunia Kedokteran no.34. Afasia sebagai
gangguan komunikasi pada kelainan otak. Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
9. Price SA, Wilson LM. Bagian IX : Penyakit Neurologi, Pemeriksaan Neurologis,
Evaluasi Penderita Neurologis. Patofisologi : Konsep Klinis Proses Penyakit Edisi 4.
Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta.1995.
10. Peter Duus. Diagnosis Topik Neurologis : Anatomi, Fisiologis, Tanda,Gejala Edisi IV.
Penerbit Buku kedokteran EGC,Jakarta. 2010.
59
11. Lumbantobing SM. Neurologi Klinis. Pemeriksaan Fisik dan Mental. Bab XI :
Berbahasa. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.
60