Professional Documents
Culture Documents
Nama Mahasiswa
NIM
: 1110211116
TandaTangan:
TandaTangan:
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. N
Umur
: 75 tahun
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Status perkawinan
: Menikah
Pendidikan
: D3
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
No CM
: 03xx17
Tanggal masuk RS
Tanggal keluar RS
: 13 Juli 2016
II. SUBJEKTIF
Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis (Istri Pasien), 08 Juli 2016, jam 14.30 WIB
Keluhan Utama:
Lemas pada sisi tubuh bagian kiri sejak 1 jam SMRS.
Keluhan Tambahan :
Bicara pelo, mulut miring ke kanan, Lemas
Diabetes Melitus
: Disangkal
: Disangkal
Kejang
: Disangkal
Jantung
: Disangkal
Ginjal
: Disangkal
Kolestrol
:Diakui
sejak
tahun
2000
ketika
Keganasan
: Disangkal
Asam Urat
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Asma
: Disangkal
ada
Anamnesis Sistem
Sistem serebrospinal
wajah merot (+), bicara pelo (+), kesemutan/baal (+), Gangguan penglihatan (-), mata sering
melikirik ke satu sisi (-), gangguan membedakan arah kiri dan kanan (-)
Sistem kardiovaskular
(-)
Sistem respirasi
Sistem gastroinstestinal
Sistem neurologi
Sistem integument
: ruam (-)
Sistem urogenitasl
RESUME ANAMNESIS
Pasien laki-laki usia 75 tahun datang ke RSUD Ambarawa dengan keluhan kelemahan
pada ekstremitas sebelah kanan, dengan onset mendadak yaitu ketika pasien bangun tidur
tepatnya 4 jam SMRS, keluhan tersebut disertai dengan keluhan wajah merot dan bicara pelo,
keluhan nyeri kepala, mual muntah, kejang, pingsan, gangguan pada saat berkemih dan buang
air besar, kesulitan membaca, menulis, berhitung, membedakan arah kanan kiri, pusing
berputar, baal, kesemutan, demam, kaku pada leher disangkal
Pasien memiliki riwayat hiperteni tiak terkontrol sejak 15 tahun, Pasien pernah
mengalami TIA kira kira 7 tahun yang lalu, pasien mempunyai riwayat kolestrol tinggi pada
tahun 2000 dan tidak pernah memeriksakan diri ke dokter setelah itu, pasien juga punya
riwayat cephalgia sejak 5 tahun yang lalu.
DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Klinis
2. Topis
3. Etiologi
: Vascular :
a. Stroke hemoragic
b. Stroke Infark
Infeksi :
Meningoensfalitis :
a. Bakteri
b. Virus
c. Jamur
Tumor : Tumor Intracranial
Trauma : Trauma Capitis :
a. EDH
b. SDH
c. SAH
DISKUSI I
Pada pasien ini dari anamnesis didapatkan gejala kelemahan anggota gerak sebelah kiri yang
terjadi secara tiba-tiba, saat istirahat terutama setelah bangun pagi, tidak ada gejala sakit
kepala, tidak ada kejang, serta tidak ada riwayat diabetis dan gangguan katup jantung,
keluhan kelemahan pada anggota gerak disebut juga parese. Tubuh manusia dapat melkukan
gerakan dan kordinasi melalui susunan neuromuscular, yang pengaturannya terdapat pada
otak, otak dibagi menjadi dua bagian oleh longitudinal fisura yaitu menjadi hemisfer dextra
dan sinistra, dimana hemisfer dextra berkaitan dengan kecerdasan sedangkan hemisfer
sinistra berkaitan dengan kretivitas mereka berhubungan secara kontralateral, selain itu otak
manusia juga dibagi menjadi empat lobus besar yaitu
1. Lobus frontalis yang memiliki fungsi :
1. motoric berdasarkan area broadman (4,6) tepatnya pada gyrus presentralis
korteks cerebri
2. pengaturan sikap area broadman (9,10,11,12)
3. bicara area broadman (44,45) area broca
2. Lobus parietalis yang memiliki fungsi :
1. Sensoris area broadman (1,2,3)
2. Bahasa area brioadman (29,30)
3. Lobus temporal memiliki fungsi yaitu :
1. Pendengaran area broadman (41,42) wernicke
2. memori
4. lobus oksipital yang memiliki fungsi :
1. penglihatan : area broadman (17,18,19)
Sudut yang dibentuk kedua bangunan interna itu dikenal sebagai genu. Penataan
somatotopik yang telah dijumpai pada korteks motorik ditemukan kembali di kawasan
kapsula interna mulai dari genu sampai seluruh kawasan krus posterior.
Di tingkat mesencephalon, serabut saraf itu berkumpul 3/5 bagian tengah pedunkulus
serebri dan diapit oleh daerah-daerah serabut fropontin dari sisi medial dan serabutserabut parietotemporopontin dari sisi lateral. Maka dari itu, bangunan yang
merupakan lanjutan dari pes pontis, mengandung hanya serabut-serabut kortikobulbar
dan kortikospinal saja. Bangunan itu dikenal sebagai piramis dan merupakan bagian
ventral medulla oblongata.
Sepanjang batang otak, serabut-serabut kortikobulbar meninggalkan kawasan mereka
(di dalam pedunkulus serebri, lalu di dalam pes pontis dan akhirnya di piramis), untuk
menyilang garis tengah dan berakhir secara langsung di motoneuron saraf kranial
motorik (n.III, n.IV, n.V, n.VI, n.VII, n.IX, n.X, n.XI, dan n.XII) atau interneuronnya
disisi kontralateral. Sebagian dari serabut kortikobulbar berakhir di inti-inti saraf
kranial motorik sisi ipsilateral juga.
Di perbatasan antara medulla oblongata dan medulla spinalis, serabut-serabut
kortikospinal sebagian besar menyilang dan membentuk jaras kortikospinal lateral
(=traktus piramidalis
lateralis),
sukar tapi masih bisa dilakukan walaupun dengan gerakan yang terbatas, menimbulkan
kelemhanpada belahan tubuh kontralateral yang ringan sampai berat.1
Parese yang terjadi memberikan gambaran bahwa adanya kelainan
atau lesi
sepanjang traktus piramidalis. Lesi ini dapat disebabkan oleh berkurangnya suplai darah,
kerusakan jaringan oleh trauma atau infeksi, ataupun penekanan langsung dan tidak langsung
oleh massa hematoma, abses, dan tumor. Hal tersebut selanjutnya akan mengakibatkan
adanya gangguan pada tractus kortikospinalis yang bertanggung jawab pada otot-otot anggota
gerak atas dan bawah.
Jenis-jenis paresis, yaitu1:
a.
Monoparesis
Monoparesis adalah kelemahan pada salah satu ekstremitas atas atau salah satu ekstermitas
bawah.
b.
Hemiparesis
Hemiparesis adalah kelemahan otot pada lengan dan tungkai pada satu sisi.
c.
Paraparesis
Tetraparesis/Quadraparesis
Tetraparesis adalah kelemahan pada kedua ekstremitas atas dan kedua ekstemitas bawah.
Pada pasien ini mengalami kelumpuhan pada bagian tubuh sebelah kiri berarti pasien
ini mengalami Hemiparese sinistra yang timbul secara mendadak.
Hemiparesis berarti kelemahan pada satu sisi tubuh. Contohnya, pasien dapat
mengeluhkan kelemahan pada satu sisi tubuh yang mengarah pada lesi hemisfer serebri
kontralateral. Dalam mendiagnosis, harus dilakukan pertanyaan lebih lanjut dan mendetil
mengenai waktu terjadinya gejala sehingga dapat mengklarifikasikan perjalanan patologis
dari lesi ini. Hubungan antara waktu dengan penyebab neuropatologis spesifik, dengan
mengambil contoh lesi hemisfer serebri dengan gejala kelemahan tubuh kontralateral1 :
kesan suatu kejadian
vascular (stroke), yaitu perdarahan atau infark.
an dengan progresi lambat lebih mengarah ke lesi berupa massa, yaitu
tumor dan infeksi .
Karena hemiparese yang terjadi pada pasien ini timbul dengan onset mendadak sesuai
dengan gejala klinis dari stroke, suspect infark karena pada pasien ini tidak ada tanda tanda
peningkatan tekanan intracranial, dan tingkat kesadaran pada pasien ini masih baik karena
pada pasien dengan stroke hemoragik biasanya memiliki keadaan umum yang kurang baik
namun untuk mendiganosa stroke infark ataupun stroke hemoragik dibutuhkan pemeriksaan
lebih lanjut tidak bias hanya dari anamnesa saja. selain itu pada pasien ini di dukung dengan
pernah terjadinya kejadian serupa beberapa tahun lalu kemudian sembuh sendiri <24 jam
yang di duga adalah TIA, Karena pada pasien pernah mengalami keluhan serupa dan
kurangnya pemahaman mengenai penyakit stroke ketika pasien mengalami keluhan serupa
pasien menganggap biasa namun ketika keadaan tersebut tidak kunjung membaik keluarga
pasien baru berinisiatif untuk memeriksakan diri kedokter.
Selain itu pasien memiliki factor resiko terhadap terjadinya stroke menurut literature
faktro tersebut ada 2 jenis yaitu factor resiko yang dapat di modifikasi dan tidak dapat
dimodifikasi, factor yang tidak dapat di modifikasi adalah Usia, Jenis Kelamin,herediter, Ras,
sedangkan factor yang dapat di modifikasi adalah Hipertensi, Penyakit Jantung, Diabetes
mellitus, Rokok, TIA yang merupakan factor major sedangkanyang lainnya ada stenosis
karotis, alcohol, hyperlipidemia, obesitas, kurang olahraga, stress, gaya hidup, migraine, pada
pasien ini memiliki beberapa beberapa factor resiko yang mendukung terhadap kejadian
stroke .
Langkah ini tidak sulit karena, sekiranya memang stroke sebagai penyebab, maka sesuai
dengan definisinya, di mana kelainan saraf yang timbul adalah secara mendadak. Bila sudah
ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah berikutnya adalah menetapkan
stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragik atau stroke non hemoragik.2
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah kumpulan gejala
klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak baik fokal atau global secara tiba-tiba,
disertai gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain selain gangguan vaskuler.3-6
a. Klasifikasi Stroke
Banyak aspek yang dipertimbangkan dalam menetapkan pembagian stroke.
Berdasarkan kausanya, stroke terbagi dua yaitu hemoragik dan iskemik:4-7
1. Jenis perdarahan (stroke hemoragik)
Disebabkan pecahnya pembuluh darah otak, baik intrakranial maupun subaraknoid.
Pada perdarahan intrakranial, pecahnya pembuluh darah otak dapat terjadi karena
berry aneurysm akibat hipertensi tak terkontrol yang mengubah morfologi arteriol
otak atau pecahnya pembuluh darah otak karena kelainan kongenital pada pembuluh
darah otak tersebut. Perdarahan subaraknoid dapat disebabkan pecahnya aneurisma
kongenital pembuluh darah arteri otak di ruang subaraknoidal.
pembuluh
arteri
otak
baik
intrakranial
maupun
ekstrakranial
atau
Cryptogenic stroke
Lain-lain
(kadar
protrombin,
dissections,
arteritis,
migrain/vasospasm,
ketergantungan obat)
- Ada hipertensi
- Terjadi dalam keadaan aktif
- Didahului nyeri kepala
- Kesadaran menurun (tidak selalu)
- Ada meningismus (tidak selalu kecuali pada perdarahan subaraknoid)
Stroke iskemik :
Berdasarkan hasil anamnesis, dapat ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti tertulis
pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan anamnesa antara perdarahan dan infark
ANAMNESA
PERDARAHAN
EMBOLI
TROMBOSIS
Gejala terjadi
akut
Akut
subakut
Waktu
aktif
Aktif
bangun pagi
Peringatan (TIA)
Nyeri kepala
Muntah
Kejang
Diabetes
Gangguan katup
PERDARAHAN
EMBOLI
TROMBOSIS
rendah
Sedikit
sedikit
plegi
Parese
parese
Kaku kuduk
Deviation conjugree
Bradikardi
hari ke-4
Papiledema
Stroke hemoragik
Mendadak
Mendadak
sedang aktif
Istirahat
+++
Kejang
Muntah
Penurunan kesadaran
2. Jenis kelamin
3. Ras
4. Pernah menderita stroke
5. Kecenderungan stroke pada keluarga (faktor keturunan/genetik)
6. Arteri Vena Malformasi atau aneurisma berupa kelainan pembuluh darah otak di
mana stroke terjadi pada usia lebih muda (misalnya anak-anak dan atau remaja).
Fibrilasi atrium
Kadang-kadang
pada
kardiomiopati,
fibrosis
endokardial,
miksomatosus sistemik
c. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai :
jantung
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right sided
circulation (emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik adalah trombi
valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan, trombi mural (seperti infark
miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma.
Sebanyak 2-3% stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan 85% diantaranya terjadi
pada bulan pertama setelah terjadinya infark miokard.3
2. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk
sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus
posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri
serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri
dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko
pembentukan trombus aterosklerosis atau ulserasi plak, dan perlengketan platelet.
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisitemia, anemia sickle cell, defisiensi
protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang
berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri
serebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke trombotik (contoh: trauma, diseksi aorta
torasik, arteritis).4-7
aterosklerosis
diabetes
sampai lebih dari 1-2 jam. Gejala-gejala yang sama akan ditemukan pada stroke, tetapi pada
TIA gejala ini bersifat sementara dan reversibel. Tetapi TIA cenderung kambuh; penderita
bisa mengalami beberapa kali serangan dalam 1 hari atau hanya 2-3 kali dalam beberapa
tahun. Sekitar sepertiga kasus TIA berakhir menjadi stroke dan secara kasar separuh dari
stroke ini terjadi dalam waktu 1 tahun setelah TIA.
Gejalanya tergantung kepada bagian otak mana yang mengalami kekurangan darah:
Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri karotis, maka yang paling sering
ditemukan adalah kebutaan pada salah satu mata atau kelainan rasa dan kelemahan
Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri vertebralis, biasanya terjadi pusing,
penglihatan ganda dan kelemahan menyeluruh.
Hilang rasa atau kelainan sensasi pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
Kelemahan atau kelumpuhan pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
Pingsan
Namun demikian walupun pada pasien ini memiliki gejala subjektif yang sesuai
dengan gejala stroke yang telah disebutkan dalam literature namun kita belum dapat begitu
saja menegakan diagnosis bahwa pasien tersebut mengalami stroke, dibutuhkan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakan diagnose stroke
yang mana diagnosis stroke pun menurut literatur tebagi menjadi dua jenis ada stroke
hemoragic dan stroke infark, gold standard dalam pengakan diagnose stroke adalah Haed CtScan sehingga dokter spesialis saraf disini akan melakukan inform consent untuk
dilakukannya head Ct Scan .
Beberapa minggu SMRS pasien mengeluhkan kesemutan yang dalam bahasa medis
disebut dengan paresthesia merupakan gangguan pada saraf sensorik yg dapat disebababkan
oleh tertekuk, metabolic seperti diabetes mellitus,gangguan pembuluh darah seperti
atherosclerotic, defisiensi B12 mengindikasikan terdapat gangguan .
DEFINISI
Parestesia adalah sensasi abnormal berupa kesemutan, tertusuk, atau terbakar pada
kulit yang umumnya dirasakan di tangan, kaki, lengan, dan tungkai. Parestesia dapat bersifat
sementara atau kronik.3
GEJALA KLINIK
Sensasi pada parestesia dideskipsikan penderita dalam berbagai istilah, antara lain
kesemutan, mati rasa, gatal, tertusul, dan terbakar. Parestesia paling sering terjadi pada
anggota gerak, namun dapat terjadi di bagian tubuh mana pun. Parestesia sementara akan
hilang dalam waktu singkat, sedangkan parestesia kronik umumnya disebabkan gangguan
tertentu sehingga disertai gejala lain yang berkaitan dengan penyakit penyebab. Parestesia
dapat disertai atau tidak disertai nyeri, tergantung dari penyakit penyebab. Parestesia yang
tidak hilang dalam beberapa menit memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.3
PENYEBAB
Parestesia sementara pada kaki atau tangan dapat disebabkan oleh napas yang terlalu
cepat, serangan panik, atau tekanan yang lama. Tekanan pada kaki atau tangan (misalnya
legan tertekan saat tertidur di meja atau kaki tertekan saat duduk bersila) menyebabkan
persarafan tertekan sehingga mengganggu fungsi saraf dan menimbulkan sensasi kesemutan
atau tertusuk. Parestesia sementara hilang dengan cepat jika penyebab teratasi.
Parestesia kronik umumnya adalah suatu gejala dari penyakit tertentu yang menyebabkan
kerusakan saraf. Beberapa penyebab parestesia kronik antara lain:
1. Gangguan persarafan: berupa stroke, tumor otak, radang otak, penjepitan saraf, radang
pada saraf, dan kerusakan saraf (neuropati);
2. Gangguan tulang: misalnya patah tulang atau penggunaan bidai / balut yang terlalu
kencang;
3. Gangguan pembuluh darah: berupa penyumbatan pembuluh darah oleh plak
kolesterol;
4. Gangguan metabolik: berupa defisiensi vitamin B, kurang gizi, diabetes, lupus,
hipotiroid, hipoglikemia, hiperkalemia, hiperglikemia, dan dehidrasi;
5. Gangguan sendi: berupa artritis rematik atau rematik pada penyakit psoriasis;
6. Obat dan zat zat: berupa obat kemoterapi, obat anti-kejang, serta keracunan merkuri,
pestisida, radiasi, nitrat, narkotika, dan logam berat;
7. Penyakit infeksi: seperti rabies dan herpes zoster
III. OBJEKTIF (dilakukan pada tanggal anamnesis 08 Juli 2016 pukul 15.00 WIB)
1. Status Generalis
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. TD
: 170/110 mmHg
d. Nadi
: 75 x/menit, Reguller
e. Pernapasan
f. Suhu
: 36,4oC
g. BB
: 85 Kg
h. TB
: 170 cm
i. BMI
: 29.4
j. Kepala
k. Mata
l. THT
m. Mulut
Thoraks
: Cor :
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
: Kanan jantung
: ICS 4 linea
sternalis dextra
Pinggang jantung
: ICS 3 linea
parasternalis sinistra
d. Kiri jantung : ICS 5, 2 cm medial linea midclavicula
sinistra
e. Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Depan
Pulmo
Dextra
Sinistra
(+)
Per: sonor
Per: Sonor
Aus: suara dasar vesikuler, suara Aus: suara dasar vesikuler, suara
tambahan : wheezing (-), ronchi (- tambahan
)
wheezing
(-),
ronchi(-)
(-)
Per: Sonor
Per: Sonor
Aus: suara dasar vesikuler, suara Aus: suara dasar vesikuler, suara
tambahan : wheezing (-), ronchi(-) tambahan
ronchi(-)
wheezing
(-),
Depan
Belakang
o. Abdomen
: datar, supel, timpani, BU (+) normal, hepar & lien tidak teraba
p. Kelamin
q. Ekstremitas
2. Status psikikus
a. Cara berpikir
b. Perasaan hati
: Mudah sedih
c. Tingkah laku
d. Ingatan
e. Kecerdasan
3. Status neurologikus
a. Kepala
i. Bentuk
: normosefali
: negatif
iii. Simetris
: simetris
iv. Pulsasi
: positif
b. Leher
i. Sikap
: Simetris
ii. Pergerakan
: Bebas
: negatif
kanan
kiri
Baik
Baik
Tidak dilakukan
ii. N. II
kanan
kiri
Tajam penglihatan
Tidak dilakukan
Lapangan penglihatan
Tidak dilakukan
Melihat warna
Tidak dilakukan
Fundus okuli
Tidak dilakukan
iii. N. III
kanan
kiri
Ptosis
(-)
(-)
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Nistagmus
(-)
(-)
Eksoftalmus
(-)
(-)
Enoftalmus
(-)
(-)
Pupil - Besar
3 mm
3 mm
- Bentuk
(+)
(+)
Refleks konvergensi
(+)
(+)
Refleks Akomodasi
(+)
(+)
Melihat ganda
(-)
(-)
kanan
kiri
(ke bawah-lateral)
Baik
Baik
Srabismus konvergen
(-)
(-)
Melihat ganda
(-)
(-)
kanan
kiri
Membuka mulut
Baik
Baik
Menggigit
Baik
Baik
Refleks kornea
Baik
Baik
iv. N.IV
Pergerakan mata
v. N.V
Sensibilitas
Baik
Baik
Reflek bersin
Baik
Baik
Trismus
Baik
Baik
vi. N.VI
kanan
kiri
Normal
normal
Strabismus konvergen
(-)
(-)
Melihat ganda
(-)
(-)
vii. N.VII
kanan
kiri
Sulcus nasolabialis
Kedipan mata
Baik
Baik
Sudut Mulut
Baik
Baik
Mengerutkan dahi
(+)
(+)
Menutup mata
(+)
(+)
Meringis
(+)
(-)
Mengembungkan pipi
(+)
(-)
viii. N.VIII
Tidak dilakukan
kanan
kiri
Detik arloji
Tidak dilakukan
Suara berisik
Tidak dilakukan
Weber
Tidak dilakukan
Rinne
Tidak dilakukan
ix. N.IX
Perasaan lidah 1/3 belakang
Tidak dilakukan
Refleks Muntah
Baik
Arcus pharynx
Baik
Tersedak
Sengau
x. N.X
Arcus pharynx
Simteris
Menelan
Baik
Bicara
Pelo
Denyut Nadi
75x/ menit
xi. N.XI
kanan
kiri
Mengangkat bahu
Baik
Baik
Memalingkan kepala
Baik
Baik
Eutrofi
Eutrofi
Sikap Bahu
Simetris
Simteris
xii. N.XII
Sikap lidah
Deviasi ke kiri
Arikulasi
Disartria
Menjulurkan lidah
lateralisasi ke kiri
Tremor lidah
(-)
Fasikulasi
(-)
Eutrofi
Kekuatan lidah
menurun
ii. Duduk
b. Sensibilitas
kanan
kiri
Taktil
Nyeri
Thermi
Tidak dilakukan
Diskriminasi
Lokalisasi
c. Refleks
Refleks kulit perut atas
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
Refleks kremaster
: Tidak dilakukan
Pemeriksaan Motorik
B T
5 1
N N
Eu Eu
G B T
K 5 3
Tn N N
Tr Eu Eu
RF
RP
b. Tes Romberg
c. Disdiadokokinesia
: Tidak dilakukan
d. Ataksia
e. Rebound phenomenon
: Tidak dilakukan
f. Dismetria
: Tidak dilakukan
5. Gerakan-gerakan abnormal
a. Tremor
: (-)
b. Miokloni
: (-)
c. Khorea
: (-)
6. Rangsang Meningeal
a) Kaku Kuduk
: (-)
b) Brudzinski I
: (-)
c) Brudzinski II
: (-/-)
d) Laseque Sign
: (-/-)
Cl
e) Kernig Sign
: (-/-)
7. SISTEM OTONOM
a. Miksi
b. Defekasi
Alert
Mengantuk (drowsy)
Stupor
Coma
Normal
Partial hemianopia
Complete hemianopia
Bilateral hemianopia
Minor paralysis
Partial paralysis
Complete paralysis
Fungsi motorik
Normal
lengan kiri
Drift
Fungsi motorik
Normal
lengan kanan
Drift
Pertanyaan orientasi
Pandangan mata
Lapang pandang
Gerakan wajah
Fungsi motorik
Normal
kaki kiri
Drift
Fungsi motorik
Normal
kaki kanan
Drift
Normal
Baal
Afasia berat
Artikulasi normal
Ada kontak
Ataksia
Sensoris
Kemampuan berbahasa
Artikulasi
Kontak
Total
= Stroke Iskemik
: (-)
Nyeri Kepala
: (-)
Babinski
: (-)
= Stroke Iskemik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 8 Juli 2016
DARAH LENGKAP
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Lekosit
8.7
3,8 10,6
Eritrosit
4.35
4,4 5,9
Hemoglobin
12.0
13,2 17,3
Hematokrit
40.9
40 52
MCV
84,00
80 100
MCH
28,90
26 34
MCHC
34,20
32 36
246000
150 440
Trombosit
DIFF
Basofil
: 0%
Eosinofil
: 2%
Netrophile stab
: 3%
Neutrophil segmen
:50%
Limfosit
: 40%
Monosit
: 5%
KIMIA DARAH
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Harga normal
GDP
117
Mg/dL
82-115
SGOT
27
U/L
0 35
SGPT
32
U/L
0 35
Ureum
53.1
Mg/dL
10,00 50,00
Kreatinin
1.36
Mg/dL
0,70 1,10
Kalium
4.7
Mmol/L
3,5 5,0
Natrium
140
Mmol/L
135 145
Chlorida
100
Mmol/L
95 105
HDL direct
28
Mg/dL
28-63
Trigliserid
176
Mg/dL
70-140
151.8
Mg/dL
<150
241
Mg/dL
<200 danjurkan
LDL cholesterol
Cholesterol
200-239resiko
sedang>=240
resiko tinggi
Asam Urat
6.80
Mg/dL
2-7
Kesan :
Infark di crus anterior dan posterior capsula interna kanan dan corona radiate kanan.
Waterhed infark lobus parietoocipital kanan
Suspect petechial hemorrhage globus palidus kiri. DD/ Kalsifikasi
Fokal atrofi cerebri
IV. RESUME
Objektif :
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, GCS 15 (E4M6V5),
Pupil : Isokor, 3mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+. Pada Pemeriksaan saraf cranial paresis
sinistra, N VII paresis sinistra UMN, N XII paresis sinistra UMN. Kekuatan motorik
ekxtremitas atas (5/1), ekstremitas bawah (5/1), atrofi (-), tonus otot normal. Refleks
fisiologis (+) dan refleks patologis (-) pada semua ekstremitas.
NIHSS
= 9 (Stroke Sedang)
V. DIAGNOSIS AKHIR
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
Diagnosis Etiologi
DISKUSI II
Pada kasus ini pasien laki-laki usia 75 Tahun didiagnosa dengan stroke infark dd/
thrombus, emboli, dengan sindroma arteri cerebri media, disertai dengan hipertensi grade II,
dyslipidemia, serta anemia normokrom berdasarkan hasil anamnesis yang telah dilakukan
baik secara alloanamnesis maupun secara autoanamnesa yang kemudian di konfirmasi
dengan pemeriksaan fisik, neurologis, dan pemeriksaan penunjang.
28
Hemihipestesia kontralateral
Gangguan penglihatan pada 1 mata (amaurosis fugaks) atau pada 2 belahan mata
(hemianopsia homonim)
Inkontinensia urin
Ada suatu penilaian sederhana yang dikenal dengan singkatan FAST (Face, Arms drive,
Speech, dan Three of signs) yang merupakan gejala awal stroke yang harus diwaspadai.
F = Face (wajah)
29
Wajah tampak mencong sebelah atau tidak simetris. Sebelah sudut mulut tertarik ke
bawah dan lekukan antara hidung ke sudut mulut atas tampak mendatar.
A = Arms Drive (gerakan lengan)
Angkat tangan lurus sejajar kedepan (90 derajat) dengan telapak tangan terbuka ke
atas selama 30 detik. Apabila terdapat kelumpuhan lengan yang ringan dan tidak disadari
penderita, maka lengan yang lumpuh tersebut akan turun (menjadi tidak sejajar lagi). Pada
kelumpuhan yang berat, lengan yang lumpuh tersebut sudah tidak bisa diangkat lagi bahkan
sampai tidak bisa digerakkan sama sekali.
S = Speech (bicara)
Bicara menjadi pelo (artikulasi terganggu) atau tidak dapat berkata-kata (gagu) atau
dapat bicara akan tetapi tidak mengerti pertanyaan orang lain sehingga komunikasi verbal
tidak nyambung.
T = Three of signs (ketiga tanda diatas)
Ada ketiga-tiga gejala yaitu perubahan wajah, kelumpuhan, dan bicara.
Orang tiba-tiba terlihat mengantuk berat atau kehilangan kesadaran atau pingsan
Pusing berputar
Diagnosis Stroke
Untuk menegakkan diagnosis stroke pencitraan CT scan (Computerised Tomography
Scanning) yang merupakan pemeriksaan baku emas (Gold Standard). Mengingat bahwa alat
tersebut saat ini hanya dijumpai di kota tertentu, maka dalam menghadapi kasus dengan
kecurigaan stroke, langkah pertama yang ditempuh adalah menentukan lebih dahulu apakah
benar kasus tersebut kasus stroke, karena abses otak, tumor otak, infeksi otak, trauma kepala,
juga dapat memberikan kelainan neurologis yang sama, kemudian menentukan jenis stroke
yang dialaminya. Dengan perjalanan waktu, gejala klinis stroke dapat mengalami perubahan.
30
Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragik atau non hemoragik atau
keduanya, dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan berikut:8
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan klinis
Tabel 2. Perbedaan klinis antara perdarahan dan infark
KLINIS
PERDARAHAN
EMBOLI
TROMBOSIS
rendah
Sedikit
sedikit
plegi
Parese
parese
Kaku kuduk
Deviation conjugree
Bradikardi
hari ke-4
Papiledema
Stroke hemoragik
Mendadak
Mendadak
sedang aktif
Istirahat
+++
Kejang
Muntah
Penurunan kesadaran
Stroke Hemoragik
Stroke Infark
(dari awal)
(hari ke-4)
Edema papil
sering +
Kaku kuduk
++
Bradikardi
31
KORTIKAL
SUBKORTIKAL
Afasia
++
Astereognosis
++
++
Graphesthesi terganggu
++
Extinction phenomenon
++
++
++
Dystonic posture
++
++
++
ya
Stroke perdarahan
intraserebral
Tidak
Penurunan kesadaran (+)
Nyeri kepala (-)
ya
Stroke perdarahan
intraserebral
32
Ya
Stroke perdarahan
intraserebral
Tidak
Penurunan kesadaran (-)
ya
tidak
Penurunan kesadaran (-)
ya
Kesadaran
Penilaian
Indeks
Skor
X 2,5
X2
X2
2.
Muntah
(0) Tidak
(1) Ya
3.
Nyeri kepala
(0) Tidak
(1) Ya
33
4.
Tekanan darah
5.
Ateroma
Diastolik
a. DM
(0) Tidak
b. Angina pectoris
(1) Ya
X 10%
X (-3)
-12
-12
c. Klaudikasio
intermiten
6.
Konstanta
Stroke hemoragik
a. Funduskopi
Crossing phenomen
korpus vitreum
- Tekanan
Meningkat
Normal
- Warna
Merah
Jernih
c. Arteriografi
Ada shift
Oklusi
d. CT Scan
e. MRI
**
b. Pungsi lumbal
Infark
atau
penurunan
ringan
densitas
adanya
cytotoxic
edema
dan
mungkin
14-21 hari
> 21 hari
Hemoragik
11 hari 2 bulan
- Menjadi
hipodens
dengan
penyangatan
deposisi
hemosiderin
dan
defect hipodens)
Stroke infark
T 2 weighted image
hipointens (hitam)
hiperintens (putih)
Isointens
Hipointens
Hiperintens
Isointens
Hiperintens
Hiperintens
35
Hiperintens
Sangat hipointens
E. Patofisiologi
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :8-10
1. Stroke trombotik/ateriosklerotik fokal
Jenis stroke ini terjadi ketika gumpalan darah (trombus) terbentuk di salah satu arteri
yang memasok darah ke otak yang berangsur-angsur menyempit dan akhirnya
tersumbat. Bekuan biasanya terbentuk di kawasan yang rusak oleh aterosklerosis yaitu
penyakit di mana arteri tersumbat oleh timbunan lemak (plak). Proses ini dapat terjadi
dalam satu dari dua arteri karotis leher yang membawa darah ke otak, serta di arteri lain
dari leher atau otak. Trombosis (penyakit trombo-oklusif) merupakan penyebab stroke
yang paling sering. Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama trombosis serebral. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit
kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan
kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis serebral
tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia
pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteri
besar. Bagian intima arteri sereberi menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel sel
ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen
pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada
percabangan atau tempat-tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan
tempat-tempat khusus tersebut. Pembuluh-pembuluh darah yang mempunyai resiko
dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut: arteria karotis interna, vertebralis
bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar.
Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding
pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat
yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat fibrinotrombosit dapat terlepas dan
membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu
akan tersumbat dengan sempurna.
36
2. Stroke embolik
Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis.
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah
yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Setiap bagian otak
dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya embolus akan menyumbat bagianbagian yang sempit. Tempat yang paling sering terserang embolus sereberi adalah arteria
sereberi media, terutama bagian atas.
3. Hipoperfusi sistemik : Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya
gangguan denyut jantung.
37
a. Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg (Wilson LM, 1995).
1. Etiologi
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi
primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan
berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer
yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut,
kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada penderita
hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif hipertensi
tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan
yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain
faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi
meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M, 2006).
38
b. Dislipdemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau
penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan
kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar kolesterol
HDL (Sunita, 2004).
c. Anemia
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red
cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara
praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count). (Bakta, 2009)
d. BMI
Body Mass Index (BMI) merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan
atau membandingkan berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan
39
indeks, BMI sebenarnya adalah rasio yang dinyatakan sebagai berat badan
(dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter).8 Interpretasi
BMI tergantung pada umur dan jenis kelamin anak, karena anak lelaki dan
perempuan memiliki lemak tubuh yang berbeda. Berbeda dengan orang dewasa,
BMI pada anak berubah sesuai umur dan sesuai dengan peningkatan panjang dan
berat badan.8
Rumus BMI = berat badan (kg)/ tinggi badan (m) x tinggi badan (m)
Table BMI.
selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dari mulai dari vital sign sampai dengan
Head to Toe pada vital sign yang didapatkan berupa tekanan darah pasien yang
meningkat yaitu 170/110 mmHg dimana pada kondisi ini dinamakan hipertensi grade II
menurut literature JNC 7 dan sesuai dengan pernyataan pasien dimana pada anamnesa
pasien mengaku memiliki riwayat darah tingggi yang tidak terkontrol, dalam literature
juga disebutkan hipertensi merupakan factor resiko yang dapat di modikasi terhadap
terjadinya stroke, selain itu pada pasien ini juga didapatkan nilai BMI yang masuk dalam
kriteria Overweight dimana Overweeight termasuk dalam klasifikasi factor resiko stroke
yang dapat di modifikasi, dari hasil pemeriksaan fisik dari kepala tidak didapatkan
kelainan namun pada pemeriksaan inspeksi abdomen berbentuk cembung yg mendukung
postural overweight namun yang lainnya masih dalam bata normal, kemudian dilakukan
pemeriksaan lab darah lengkap dan kimia klinik, di dapatkan penurunan Hb yaitu 12.0
Mg/Dl, MCV, MCH dalam batas normal dimana dari hasil tersebut dapat menyimpulkan
kesan anemia normositik normokrom dimana telah disebutkan dalm literature nilai kadar
Hb < 13 termasuk dalam klasifikasi anemia, daan dalam literature juga disebutkan
anemia normositik normokrom dapat disebkan akibat penyakit kronik yang mendukung
40
pada pasien ini yang telah menderita penyakit hipertensi sejak 15 tahun yg lalu,
kemudian di liat nilai leukosit yang normal sehingga menginterpretasikan tidak
terjadinya proses infeksi sehingga dapat melemahkan dugaan infeksi yang dapat
menyebabkan deficit neurlogis seperti mengioensfalitis namun gold standard untuk
pemeriksaan ini adalah pungsi lumbal untuk dapat benar benar menyingkirkan
meningoensefaltis sehingga dapat kita masukan dalam planning diagnosa hasil profil
lipid dimana profil lipid berperan dalam pembentukan plak ateroskelorosis yang dapat
menyebabkan sumbatan pada aliran darah pada pasien ini didapatkan peningkatan dari
kadar kolestrol total, LDL & HDL, serta trigliserid dimana dalam literature disebutkan
jika terjadi peningkatan kadar kolestrol total, HDL & LDL, serta trigliserid merupakan
trias Dislipidemia . Dislipedemia itu sendiri menurut literature merupakan factor resiko
dari hipertensi yang mana hipertensi juga merupakan factor resiko terjadinya stroke, hasil
pemeriksaan ini mengkonfirmasi pernyataan pasien dalam anamnesis dimana pasien
mengaku pernah sakit kolestrol pada tahun 2000 namun tidak diobati. Dari hasil tersebut
kuat lebih mengarahkan diagnosis pasien tersebut stroke ditunjang dengan penilaian hasil
score siriraj dengan score -2 yg menginterpretasikan bahwa ini merupakan jenis stroke
infark dan ditunjang juga dengan algoritma gajah mada yang menginterpretasikan
bahawa ini merupakan stroke infark namun untuk menegakan diagnosis stroke jenis
sumbatan atau perdarahan dibutuhkan hasil Head CT-scan yang dalam literature
disebutkan bahwa head CT scan merupakan Gold Standard dari stroke, setelah itu
dilakukan Head CT scan tanpa kontras didapatkan kesan Infark di crus anterior dan
posterior capsula interna kanan dan corona radiate kanan. Waterhed infark lobus
parietoocipital kanan dari hasil tersebut pasien dapat diagnosis akhir stroke infark, dan
tidak didapatkan perdarahan sehingga dapat menyingkirkan deficit neurologi akibat
SAH,EDH,SDH, dan dalam hasil head CT Scan tidak ditemukan masa tumor sehingga
menyingkirkan deficit neurologis akibat tumor, walaupun sudah dapat ditegakan
diagnosis infark stroke namun masih terdapat dd dari stroke infark yaitu emboli dan
thrombus dimana dalam literature juga disebutkan bahwa stroke infark dapat disebabkan
karena thrombus atau emboli untuk mengkonfimasi hal tersebut perlu dilakukan planning
diagnose yaitu pemeriksaan antitrombin III, ACA IgG, IgM, Rontgen Thoraks, MRI,
MRA, MRV atau DSA untuk menentukan jenis sumbatan yang terjadi namun
pemeriksaan tersebut mahal dan tidak semua rumash sakit memiliki fasilitas tersebut
maka tidak dapat dilakukan pemeriksaan tersebut.
41
PLANING
A. Diagnosa :
Pungsi lumbal
Antitrombin III
ACA IgG, IgA
Rontgent Thoraks
EKG
MRI, MRA, MRV, DSA
B. Terapi :
IVFD RL 20 Tpm
Fisioterapi rutin
Mobilisasi bertahap
- Medikamentosa :
- Inj. Piracetam 3x3 gr IV
- Inj. Ranitidine 2x1 IV
- Inj. Brainact 2x 500 IV
- Inj. Furosemid 3x1 IV
- Inj. Ceftriakson 2x1 gr IV
- Inj. Kalmeco 1x1 IV
- Inf. Cernevit 1x1 IV
- Inj. Dexametason 3x1amp iv
- Inj. Citikolin 2x500 IV
- Inj. Manitol 2x125 (tap off)
- Ksr 2x1 PO
- Simvastatin 1x1 PO
- Ingatol 2x1 PO
- Clopidogrel 1x 75 PO
C. Edukasi :
a. Mengendalikan faktor resiko.
42
D. Monitoring :
a. Keadaan umum
b. GCS
c. Tanda vital
d. Deficit neurologis
e. Pemeriksaan penunjang
VIII. PROGNOSIS
Death
: Dubia
Disease
: Dubia
Dissability
: Dubia
Discomfort
: Dubia
Dissatisfaction : Dubia
Distutition
: Dubia
DISKUSI III
PENATALAKSANAAN PASIEN STROKE
1.
Terapi umum
a) Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
Observasi status neurologis, nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi
oksigen
Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring/ETT, bila > dua
minggu dianjurkan trakeostomi
Pasien stroke iskemik akut yang non hipoksia tidak perlu terapi O2
b) Stabilisasi hemodinamik
Bila tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, dapat
diberikan obat-obat vasopressor titrasi dengan target TD sistolik 140 mmHg
Tekanan darah
Pemeriksaan jantung
Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9 dan pasien yang
mengalami penurunan kesadaran
Hindari hipertermia
Jaga normovolemia
2. Pengobatan hiper/hipoglikemia
3. Trombolisis pada stroke akut
4. Antikoagulan:
Heparin, LMWH, heparinoid untuk terapi stroke iskemik akut dan cegah
reembolisasi, diseksi arteri, stenosis berat arteri karotis pre bedah.
KI heparin: infark besar > 50%, hipertensi tak terkontrol, dan perubahan
mikrovaskuler otak yang luas
5. Antiplatelet Clopidrogel
Aspirin dosis awal 325 mg dalam 24-48 jam setelah awitan stroke iskemik akut
Tidak boleh diganti sebagai pengganti tindakan intervensi akut, yaitu rtPA
intravena.
Clopidogrel sahaja atau kombinasi dengan aspirin tidak dianjurkan kecuali pada
pasien dengan indikasi spesifik seperti non-Q-wave MI, recent stenting,
pengobatan harus diberikan sampai 9 bulan pengobatan.
mmHg selama 24 jam setelah pemberian rtPA. Obat anti hipertensi yang
digunakan adalah labtalol, nitropaste, nitropusid, nikardipun, atau ditialzem
intravena.
Apabilan TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg, disertai dengan gejala dan
tanda peningkatan tekanan intrakranial, dilakukan pemantauan tekanan
intrakranial. Tekanan darah diturunkan dengan menggunakan obat antihipertensi
intravena secara kontinu atau intermiten dengan pemantauan tekanan perfusi
serebral 60mmHg.
Apabila TDS >180 mmHg atau MAP > 130 mmHg tanpa disertai gejala dan
tanda peningkatan tekanan intrakranial, tekanan darah diturunkan secara hati-hati
dengan menggunakan obat antihipertensi intravena kontinu atau intermiten
dengan pemantauan tekanan darah setiap 15 menit hingga MAP < 110 mmHg
atau tekanan darah 160/90 mmHg. Pada studi INTERACT 2010, penurunan
tekanan darah hingga 140 mmHg masih diperbolehkan.
Penanganan nyeri penting dalam mengontrol tekanan darah pasien.
Pemakaian obat antihipertensi perenteral golongan beta blocker (labetolol dan
esmolol), penyekat kanal kalsium (nikardipin dan ditialzem) intravena dipakai
dalam upaya di atas.
Hidralasin dan nitropusid sebaiknya tidak dipakai karena menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial meskipun bukan kontraindikasi mutlak.
Pemberian obat yang dapat menyebabkan hipertensi tidak direkomendasikan
diberikan pada kebanyakan stroke iskemik.
8. Pengobatan terhadap hipoglikemia atau hiperglikemia
Hindari gula darah lebih 180 mg/dL, disarankan dengan infuse saline dan
menghindari larutan glukosa dalam 24 jam pertama setelah serangan stroke.
Kontrol gula darah selama fase akut stroke dengan pemberian insulin subkutan
mengikut sliding scale. Sasaran gula darah 80-180 mg/dL (80-110 untuk ICU).
Standard drip insulin 100 U/100mL 0.9% NaCl via infuse (1 U/mL). Infus insulin
harus dihentikan apabila penderita makan dan menerima dosis pertama dari
insulin subkutan.
Memantau gula darah dengan memeriksa gula darah kapiler tiap jam sampai pada
target gula darah selama 4 jam, kemudian diturunkan tiap 2 jam. Bila gula darah
tetap stabil, infuse insulin dapat dikurangi tiap 4 jam. Pemantauan tiap jam untuk
penderita sakit kritis walaupun gula darah stabil.
9. Hemodiluasi dengan atau tanpa venaseksi dan ekspansi volume tidak dianjurkan
dalam terapi stroke iskemik akut.
10. Pemakaian vasodilator seperti pentoksifilin tidak dianjurkan dalam terapi iskemik
akut.
11. Dalam keadaan tertentu vasopressor terkadang digunakan untuk memperbaiki aliran
darah ke otak. Pada keadaan tersebut, pemantauan kondisi neurologis dan jantung
harus dilakukan secara ketat.
12. Tindakan endarterektomi carotid pada stroke iskemik akut dapat mengakibatkan
risiko serius dan keluaran yang tidak menyenangkan. Tindakan endovascular belum
menunjukkan hasilyang bermanfaat, sehingga tidak dianjurkan.6-12
2.10
Komplikasi Stroke
47
2.11
1.
Olahraga yang cukup dan teratur dengan melakukan aktivitas fisik yang punya
nilai aerobik (jalan cepat, bersepeda, berenang, dan lain-lain) secara teratur
minimal 30 menit dan minimal 3 kali per minggu.
2.
Kadar lemak (kolesterol) dalam darah kurang dari 200 mg% (hasil laboratorium)
Kadar gula darah puasa kurang dari 100 mg/dl (hasil laboratorium)
Edukasi
Adalah upaya pencegahan agar tidak terkena stroke berulang caranya adalah dengan:
Mengendalikan faktor resiko yang telah ada seperti mengontrol darah tinggi,
kadar kolesterol, gula darah, asam urat
Fungsi: Antiplatlet
5. Inj. Ranitidine 50 mg
Isi : Ranitidine Hcl
Cara pemberian : 2x1 IV
Fungsi : Antagonis reseptor H2
9. Cernevit inj
Isi: Multivitamin yang larut dalam air dan lemak kecuali vitamin K. Antaranya Vit A, Vit
D, Vit E, Vit C, Vit B-complex, Vit B1, B2, B3, B6, B12.
Cara Pemberian: 1x1 inj iv
Fungsi: Sebagai supplement, antioksidan
13. Simvastatin
Isi : Simvastatin
Cara Pemberian : 1x1 PO
Fungsi : antikolesterol
14. Ingatol
Isi : Vinca minor ekstrak 20mg, Vitamin B1 10mg, B6 10mg, B12 10mg .
Cara Pemberian : 2x1 PO
Fungsi : suplemen/ vitamin untuk memperbaiki sirkulasi darah terdiri dari vit B1 B6 B12
50
Prognosis
1. Prognosis bervariasi tergantung dari keparahan stroke, lokasi dan volume perdarahan
2. Semakin rendah nilai GCS maka prognosis semakin buruk dan tingkat mortalitasnya
tinggi
3. Semakin besar volume perdarahan maka prognosis semakin buruk, dan adanya darah
di dalam ventrikel berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi
4. Adanya darah di dalam ventrikel meningkatkan angka kematian sebanyak 2 kali lipat
(Nassisi, 2009). Hal ini mungkin diakibatkan oleh obstructive hydrocephalus atau
efek massa langsung dari darah ventrikular pada struktur periventrikular, yang mana
berhubungan dengan hipoperfusi global korteks yang didasarinya. Darah ventrikular
juga mengganggu fungsi normal dari CSF dengan mengakibatkan asidosis laktat
lokal.
5. Prognosis ad vitam tergantung berat stroke dan komplikasi yang timbul, sementara
prognosis ad functionam dapat dinilai dengan parameter Activity Daily Living
(Barthel Index) dan NIH Stroke Scale (NIHSS). Risiko kecacatan dan ketergantungan
fisik/kognitif setelah 1 tahun adalah 20 30%.
FOLLOW UP
07 Juli 2016
S
08 Juli 2016
09 Juli 2016
digerakkan,
kirinya
lemas,
digerakkan,
sulit
juga
masih
sulit
tidak jelas.
(pelo).
(pelo).
KU : TSS, Kes : CM
KU : TSS, Kes : CM
KU : TSS, Kes : CM
GCS = 15 (E4M6V5)
GCS = 15 (E4M6V5)
GCS = 15 (E4M6V5)
S : 36,5o C, N: 70x/mnt
S : 36,5o C, N: 64x/mnt
S : 36,5o C, N: 48x/mnt
RR: 20x/mnt
RR: 20x/mnt
RR: 20x/mnt
TD : 241/116 mmHg
TD : 170/110 mmHg
TD : 170/110mmHg
Pupil:Isokor,
RCL +/+, RCTL +/+
Pupil:Isokor,
RCL +/+, RCTL +/+
Pupil:Isokor,
RCL +/+, RCTL +/+
Deviasi konjugae kanan
Motorik :
5555 1111
5555 3333
Motorik :
5555 1111
5555 3333
Motorik :
5555 1111
51
5555 3333
RF:
++ ++
++ ++
RP :
- -
RF:
++ ++
++ ++
RP :
- - -
RF:
++ ++
++ ++
RP :
- -
N.Kranialis :
N.Kranialis :
N.Kranialis :
dirawat di bangsal
Inf. RL 20 tpm
(ext)
(ext)
mg
off)
mg
KSR 2x1
Simvastatin 1x1Simvastatin
1x1
Planning : Head CT scan
tanpa kontras
10 Juli 2016
S
11 Juli 2016
12 Juli 2016
bisa
digerakkan kirinya
sudah
berkurang
dan
KU : TSS, Kes : CM
KU : TSS, Kes : CM
KU : TSS, Kes : CM
GCS = 15 (E4M6V5)
GCS = 15 (E4M6V5)
GCS = 15 (E4M6V5)
S : 36,5o C, N: 50x/mnt
S : 36,5o C, N: 68x/mnt
S : 36,5o C, N: 70x/mnt
52
RR: 20x/mnt
RR: 20x/mnt
RR: 20x/mnt
TD : 160/100 mmHg
TD : 150/100 mmHg
TD : 140/70 mmHg
Pupil:Isokor,
RCL +/+, RCTL +/+
Pupil:Isokor,
RCL +/+, RCTL +/+
Pupil:Isokor,
RCL +/+, RCTL +/+
Motorik :
5555 3322
5555 4444
Motorik :
5555 5532
5555 4444
Motorik :
5555 5544
5555 5555
RF:
++ ++
++ ++
RP :
- - -
RF:
++ ++
++ ++
RP :
- -
RF:
++ ++
++ ++
RP :
- - -
N.Kranialis :
N.Kranialis :
N.Kranialis :
Inf. RL 20 tpm
Inf. RL 20 tpm
Inf. RL 20 tpm
Inj. Mannitol 3x125 (tap Inj. Mannitol 3x125 (tap Inj. Mannitol 3x125 (tap
off)
off)
off)
KSR 2x1
KSR 2x1
KSR 2x1
Simvastatin 1x1
Simvastatin 1x1
Simvastatin 1x1
Inj.
Dexametason
3x1 Inj.
Dexametason
3x1
Ingatol 2x1
Ingatol 2x1
Clopidogrel 1x75
Clopidogrel 1x75
53
13 Juli 2016
S
TAK
KU : TSS, Kes : CM
GCS = 15 (E4M6V5)
S : 36,5o C, N: 70x/mnt
RR: 20x/mnt
TD : 130/90mmHg
Pupil:Isokor,
RCL +/+, RCTL +/+
Motorik :
5555 3322
5555 4444
RF:
++ ++
++ ++
RP :
- - -
N.Kranialis :
N.VII paresis kiri central
N.XII Deviasi ke kiri
A
Inf. RL 20 tpm
Inj. Brainact 2x500
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Ranitidine 2x1
Inj. Piracetam 3x3gr
Inj. Kalmeco 1x1
Inj. Mannitol 3x125 (tap
off)
Inj. Furosemide 3X1
KSR 2x1
Simvastatin 1x1
Inj.
Dexametason
3x1
54
Daftar pustaka
1. Baehr M, Frotscher M. Suplai darah dan gangguan vaskular sistem darah pusat.
Dalam: Diagnosis Topik Neurologi DUUS: Anatomi, fisiologi, Tanda, Gejala). Edisi
4. EGC, Jakarta. 2005;371438.
2. Sutrisno, Alfred. Stroke. You Must Know Before you Get It. PT. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta; 2007.hal.1-13. (5)
3. Feigin, Valery. Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan stroke. PT.
Bhuana Ilmu Populer: Jakarta; 2006
4. Rasyid Al, Soertidewi L. Unit Stroke Manajemen Stroke secara Komprehensif. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 2011.
5. Mardjono M, Sidharta P. Mekanisme Gangguan Vaskular Susunan Saraf: Neurologi
Klinis Dasar. Cetakan ke-14. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta. 2009;267292.
6. Soetjipto H, Muhibbi S. Stroke: Pengenalan & Penatalaksanaan Kasus-kasus
Neurologi. Ed II. Departemen Saraf RSPAD GS Ditkesad, Jakarta. 2007;1834.
7. Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Basyiruddin A, Suroto, Rasyid Al, et al. Guideline
Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI, Jakarta. 2011.
8. Sidiarto L, kusumoputro S. Cermin Dunia Kedokteran no.34. Afasia sebagai
gangguan komunikasi pada kelainan otak. Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
55
56