You are on page 1of 2

Etos kerja muslim dan islam

1. Allah SWT menjadikan semua yang ada di bumi sebagai lapangan untuk mencari rezeki
atau kehidupan. Oleh karena itu, bertebaranlah di muka bumi ini untuk mencari anugerah
dari Allah SWT. Al-Quran menganjurkan manusia agar bersikap disiplin dan
menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Apabila seseorang ingin mengalami
kesuksesan dalam kehidupannya, salah satu modal utama adalah memiliki etos kerja
yang tinggi. Dalam ceramah agama ilmiah ini akan dibahas mengenai etos kerja dalam
Al-Quran. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan mengenai etos kerja. Etos
kerja bagi seorang muslim akan berbeda dengan orang yang berbeda agama. Seperti
yang terdapat dalam Surat Al-Mujadilah, Al-Jumuah, Al-Mulk dan lain sebagainya.
Definisi etos yakni sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi
terhadap nilai bekerja. Komponen dasar etos kerja dalam islam adalah a) iman dan
taqwa b) niat. Dan ada juga karateristik etos kerja islami 1. Kerja Merupakan
Penjabaran Aqidah 2. Kerja Dilandasi Ilmu 3. Kerja dengan Meneladani Sifat-Sifat
Ilahi serta Mengikuti Petunjuk-PetunjukNya
2.

Hadis mengenai Alam Barzakh

Hadis Nabi yang kontennya memperbincangkan barzakh dengan segala rupa dan
bagiannya amatlah banyak dan beragam. Diantaranya adalah hadis dari Ibnu Umar r.a.
yang menginformasikan pada kita tentang kemana ruh seseorang akan berdiam setelah
mati.
Shahih Bukhari no. 1290 (Hadis ini berkualitas hasan)
Ibnu Umar r.a menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya jika salah
seorang dari kalian meninggal dunia, akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya (di
akhirat nanti) pada pagi dan petang hari. Jika termasuk penghuni surga, maka ia akan
menghuni surga, dan jika termasuk penghuni neraka, maka ia akan menghuni neraka.
Dan dikatakan kepadanya: Inilah tempat tinggalmu hingga Allah membangkitkanmu di
hari kiamat.
3.

Mengamalkan Hadis tertolak (dhoif) dan


Hadis diterima

Sebagai upaya aktualisasi nilai-nilai Islam dengan merujuk pada al-sunnah al-Nabawiyyah
sebagai the second source of law (sumber hukum ke-dua) oleh umat maka hadits dituntut untuk
senantiasa memberikan jawaban atas segala problematika kehidupan. Keadaan demikian
menuntut pemikir-pemikir (termasuk Muhadditsin) untuk bekerja ekstra agar hadits baik
validitasnya secara sanad maupun matan benar-benar terukur. Hadits yang diterima
Nuruddin Itr Beliau membagi hadits yang diterima menjadi 5, yaitu hadits Shahih, hadits
hasan, hadits shahih Li ghairih dan hadits hasan li ghairih. Tidak jauh berbeda dengan ulama
lainnya beliau mendefinisikan hadits shahih adalah hadits yang tidak memunculkan
pertentangan antara ahli hadits yang terhindar dari cacat. 2. Hadits yang Tertolak
Nuruddin

Itr

Salah satu hadits yang tertolak menurut Nuruddin Itr adalah hadits dhaif. Tidak berbeda dengan
ulama pada umumnya beliau mendefinisikan hadits dhaif adalah sebagai berikut: Hadits dhaif
adalah hadits yang tidak memenuhi syarat hadits yang diterima (maqbul).[6]

Etika Berpakaian Wanita Muslimah dalam Al-Qur'an dan


Hadis
slam mengatur mengenai etika berpakian adalah dengan menutup aurat. Hijab salah satu
bentuk model pakaian yang dapat menutup aurat yang ditawarkan. Kata hijab berasal dari kata
hajaba, yang berarti bersembunyi dari penglihatan, yang juga berarti al-satr, suatu benda yang
menjadi sekat bagi benda yang lain. Jadi hijab adalah sesuatu yang digunakan sebagai alat
untuk memisah. Pemakaian hijab lebih dikhususkan pada isteri-isteri Nabi ketika mereka
berbicara dengan laki-laki lain, mereka harus berbicara dibalik tabir dengan begitu laki-laki
yang bukan mahram (orang yang haram dinikahi) tidak bisa melihat sosok isteri-isteri Nabi.
Menghindari pandangan atau ghadl al-bashar yang dimaksudkan untuk selalu
mewaspadai zina mata. Arti ghadl al-bashar adalah tidak memandang untuk mencari
kelezatan melainkan yang bersifat pendahuluan dalam pembicaraan saja dan
merupakan pandangan yang tidak disengaja, tidak diulangi dan tidak untuk mencari
kepuasan.

Makna Filosofis Dibalik Kewajiban Membayar Zakat Profesi


Kewajiban Membayar Zakat adalah ibadah yang berkaitan dengan harta benda.
Seseorang yang telah memenuhi syarat-syaratnya dituntut untuk menunaikannya,
bukan semata-mata atas dasar kemurahan hatinya, tetapi kalau perlu dengan
tekanan penguasa. Pensyari'atan zakat di dalam Islam menunjukkan bahwa Islam
sangat memperhatikan masalah-masalah kemasyarakatan, terutama nasib orangorang yang lemah secara ekonominya. Salah satu tujuan zakat terpenting adalah
mempersempit ketimpangan ekonomi dalam masyarakat sampai batas yang
seminimal mungkin.Tujuannya adalah menjadikan perbedaan ekonomi di antara
masyarakat secara adil dan seksama, sehingga yang kaya tidak semakin kaya
(dengan mengeksploitasi anggota masyarakat yang miskin) dan yang miskin tidak
semakin miskin
Makna filosofi yang bisa digali dari adanya kewajiban zakat profesi kiranya
mengacu dari garis besar tujuan disyariatkannya zakat. Namun dalam kesempatan
lain, kewajiban zakat pada semua hasil kerja profesi menunjukkan tingkat apresiasi
yang lebih pada sumber-sumber harta yang wajib dizakati yang muncul di masa
setelah Nabi

You might also like