You are on page 1of 12

Tinjauan Pustaka

GANGGUAN SOMATOFORM PADA ANAK-ANAK DAN REMAJA


Satyakam Mohapatra, Sardar J.K. Deo, Ashirbad Sataphaty, dan Neelmadhav Rath
Institut Kesehatan Mental, Fakultas Kedokteran SCB, Cuttack, Odisha, India
Penulis: Satyakam Mohapatra, Residen Senior, Institut Kesehatan Mental, Departemen
Psikiatri, Fakultas Kedokteran SCB, Cuttack, Odisha, India, 753007

ABSTRAK
Gangguan somatoform tetap menjadi area yang paling diabaikan dalam psikiatri anak dan
remaja. Gangguan somatoform pada anak dan remaja menyebabkan penurunan dalam
fungsi pendidikan dan fungsi sosial dan menyebabkan tekanan psikososial yang besar.
Pasien dengan gangguan ini biasanya mendatangi layanan kesehatan umum daripada
layanan kesehatan mental. Rujukan awal ke seorang profesional dalam bidang kesehatan
mental diperlukan untuk menghindari penyelidikan yang tidak perlu dan keterlambatan
diagnosa gangguan somatoform pada anak-anak (German J Psychiatry 2014; 17 (1): 19-24).
Kata kunci: somatoform, gangguan, anak-anak, remaja
Diterima: 7.10.2013
Versi yang Telah Direvisi: 21.2.2014
Diterbitkan: 29.4.2014

PENDAHULUAN
Gangguan somatoform tetap menjadi satu dari area yang paling diabaikan dalam psikiatri
anak-anak dan remaja. Gejala-gejala fisik atau keluhan sakit dengan penyebab yang tidak
diketahui cukup umum terjadi pada anak anak dan remaja (Kelly et al., 2010). Gejala-gejala
fisik yang tak dapat dijelaskan secara medis pada anak-anak dan remaja ini terjadi sebanyak
50% dari kunjungan rawat jalan medis yang baru. Anak-anak dan remaja kesulitan
mengungkapkan apa yang mereka rasakan dengan kata-kata. Karena hal ini, tekanan
psikososial dapat dilihat sebagai gejala-gejala fisik (somatis). 2%-10% anak-anak dalam
populasi masyarakat umum mengeluh rasa sakit (contohnya: sakit perut, nyeri sendi dan sakit
kepala) yang tidak dapat dijelaskan secara medis, tapi keluhan-keluhan ini biasanya bersifat
sementara dan tidak mempengaruhi fungsi anak secara keselurugan (Garralda, 2010).
Gangguan somatoform tersebut mewakili suatu akhir yang parah dari gejala-gejala fisik
(somatis) yang berkelanjutan.

Gangguan somatoform ditandai dengan beberapa gejala-gejala fisik (gastrointestinal, nyeri,


seksual, pseudo neurologis) serta gejala-gejala fisik berulang yang tidak dapat dijelaskan
secara medis atau sebagai efek dari suatu zat (Garralda, 1992). Gejala-gejala tersebut
bukannya tidak sengaja dibuat atau pura-pura dan gejala-gejala tersebut dipercaya
berhubungan dengan faktor-faktor psikologis. Penurunan fungsi dapat terjadi pada anak-anak
dengan gejala gejala somatis yang tidak dapat dijelaskan secara medis pada semua umur dan
pada semua tingkat keparahan, dan gejala-gejalanya, khususnya ketika gejalanya lebih dari
satu, cenderung berhubungan dengan masalah-masalah psikologis. Terdapat bukti bahwa
bahkan pada anak-anak dengan usia yang sangat muda (usia sekolah), anak-anak yang sering
menunjukkan gejala-gejala somatis secara signifikan lebih mungkin memiliki masalah
perilaku dan masalah emosi daripada anak-anak tanpa gejala somatis (Domenech et al.,
2004). Anak-anak ini juga mungkin mengalami risiko yang meningkat untuk mengalami
gejala fisik yang lebih lanjut dan kesulitan-kesulitan psikologis di masa anak-anak atau
remaja. Pasien dengan gejala-gejala tersebut dapat memberikan beban yang signifikan dalam
sistem penyediaan layanan kesehatan, dengan pemanfaatan berlebih dari sumber daya
manusia melalui perawatan berulang, konsultasi dari spesialis yang berbeda, dan pemeriksaan
dan penatalaksanaan yang tidak efektif (Sumathipala et al., 2008).

KLASIFIKASI
Kriteria diagnostik untuk gangguan somatoform dulunya dibuat untuk orang dewasa dan
diaplikasikan ke anak-anak karena kurangnya penelitian yang berbasis child-specific dan
sistem alternatif yang sesuai dengan tahapan perkembangan. Bentuk-bentuk berbeda dari
gangguan somatoform yang ditemukan selama perjalanan masa kanak-kanak dan remaja
tidaklah sama dan pola klinis dari presentasi pada masa remaja memiliki kemiripan yang
lebih besar dengan gangguan pada masa dewasa dibandingkan dengan kasus pada masa awal
kanak-kanak. ICD-10 (Organisasi Kesehatan Dunia, 1992) membagi gangguan-gangguan ini
menjadi gangguan somatisasi, gangguan somatoform tak terinci, gangguan hipokondrik,
disfungsi otonomik somatoform, gangguan nyeri somatoform menetap, dan gangguan
gangguan somatoform lainnya. Gangguan-gangguan lain yang juga memiliki gejala
somatisasi sebagai fitur kunci seperti gangguan disosiatif (gangguan konversi dalam DSMIV-TR) dan neurasthenia (sindrom kelelahan kronis) dikategorikan secara terpisah pada ICD10. Dari semua gangguan somatoform ini, yang paling sering terlihat pada masa anak-anak
dan remaja adalah gangguan nyeri somatoform menetap. Baru-baru ini, pada DSM-5
(Asosiasi Psikiater Amerika, 2013) gangguan-gangguan somatoform sekarang ini disebut
sebagai gejala somatik dan gangguan-gangguan terkait. Diagnosa-diagnosa gangguan
somatisasi, hipokondriasis, gangguan nyeri dan gangguan somatoform tak terinci dihapus
pada DSM-5. Pada DSM-5, orang-orang dengan nyeri kronis dapat didiagnosa dengan
gangguan gejala somatik dengan predominan nyeri; atau faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi kondisi medis lain. Gangguan somatisasi dan gangguan somatoform tak
terinci dikombinasikan menjadi gangguan gejala somatik, sebuah diagnosa yang tidak lagi
memerlukan gejala somatik dalam jumlah tertentu.

EPIDEMIOLOGI
Sedikit diketahui tentang angka kejadian atau prevalensi yang pasti dari gangguan
somatoform pada anak-anak dan remaja. Bagaimanapun, epidemiologi dari keluhan somatik
secara umum, faktor-faktor psikosomatis dan gejala-gejala yang tidak dapat dijelaskan secara
medis didokumentasikan dengan lebih baik. Dalam sebuah studi pada rawat jalan psikiatri
anak (Lieb et al., 2000), tingkat keluhan somatik berkisar dari 1.3 sampai 5%. Dalam studi
populasi umum, keluhan somatik ditemukan pada 11% anak perempuan dan 4% anak lakilaki (Fritz et al., 1997).
Kebanyakan gangguan nyeri dan gangguan tak terinci berawal pada masa anak-anak atau
masa remaja awal. Gejala-gejala pada perut meningkat frekuensinya dari usia 3 sampai 9
tahun dan kemudian terus meningkat sampai remaja. Sakit kepala kurang sering terjadi pada
anak-anak pra sekolah daripada anak-anak yang lebih tua atau remaja (Lieb et al, 2000). Pada
perempuan, gangguan nyeri terjadi pada onset 11-19 tahun, sedangkan pada laki-laki terjadi
pada onset dibawah 13 tahun. Prevalensi dari gejala-gejala yang terkait dengan somatisasi
pada populasi anak sangat tinggi: nyeri perut berulang terjadi sebanyak 5% dari kunjungan
pada spesialis anak, dan sakit kepala telah dilaporkan mempengaruhi 20% hingga 55% dari
anak-anak secara keseluruhan, dengan 10% anak remaja melaporkan sakit kepala, nyeri dada,
mual dan kelelahan berulang.
Gejala-gejala somatik dan gangguan somatoform secara umum lebih sering terjadi pada
perempuan daripada laki-laki dengan rasio 5:1 (Aro, 1987). Studi pada anak-anak pra
pubertas melaporkan rasio yang setara antara laki-laki dan perempuan; pada anak-anak pasca
pubertas, insiden pada perempuan meningkat. Pada sebagian besar studi, perempuan
melaporkan gejala-gejala mengalami peningkatan selama masa remaja, sementara pada lakilaki gejala-gejala mengalami penurunan selama masa ini. Dengan demikian, seiring dengan
meningkatnya usia, terlihat bahwa laki-laki melaporkan gejala-gejala somatik yang lebih
sedikit (Kin & Coles, 1992). Kira-kira, faktor-faktor budaya dalam sosialisasi dari gender
yang berbeda juga relevan. Dalam beberapa, tapi tidak dalam semua studi, onset dari
perkembangan pubertas dan menarke berhubungan dengan meningkatnya gejala-gejala yang
dilaporkan pada perempuan.
Gangguan somatoform dipercaya lebih sering terjadi pada populasi yang kurang modern dan
kurang berpendidikan dan grup SES yang lebih rendah (Haughland et al., 2001; Alfven,
1993).

GEJALA KLINIS
Gangguan nyeri somatoform menetap merupakan tipe yang paling umum diantara semua
varian gangguan somatoform pada anak anak dan remaja. Gejala-gejala somatik yang paling
umum terjadi adalah nyeri perut berulang, nyeri muskuloskeletal dan sakit kepala, tetapi
beberapa gejala dapat muncul secara bersamaan.

GANGGUAN SOMATISASI
Kriteria untuk gangguan somatisasi dirancang untuk orang dewasa dan upaya-upaya telah
dibuat untuk mengaplikasikan kriteria tersebut pada populasi pediatrik. Namun, diagnosa ini
sangat jarang dibuat pada populasi anak-anak dan remaja, utamanya dikarenakan oleh kriteria
waktu beberapa tahun yang dibutuhkan untuk mencapai kriteria gejala tersebut.
GANGGUAN NYERI SOMATOFORM MENETAP
Nyeri perut, sakit kepala, nyeri sendi dan nyeri lainnya dapat merupakan gangguan nyeri
somatoform menetap ketika nyeri itu menetap, parah, menimbulkan stress dan terjadi
behubungan dengan stressor psikososial yang cukup untuk menjadi etiologi yang signifikan.
Biasanya, nyeri perut fungsional terlihat seperti nyeri yang difus atau nyeri hebat pada
periumbilikalis. Nyeri tersebut cenderung memburuk pada siang hari dan tidak terjadi pada
malam hari atau pada saat liburan sekolah. Keluhan ini mungkin disertai dengan muntahmuntah, sakit kepala, letargi dan anak dapat terlihat pucat, yang dapat memperkuat keyakinan
keluarga terhadap patologi organik. Sakit kepala lebih mungkin digolongkan sebagai tension
headache (sering, bilateral, nyeri pada bagian frontal) tetapi hal ini biasanya dapat terjadi
bersamaan dengan serangan migrain (nyeri periodik, parah, unilateral disertai aura, mual dan
riwayat keluarga).
Nyeri perut berulang merupakan keluhan nyeri berulang yang paling umum pada anak-anak.
Nyeri perut berulang telah didefinisikan sebagai nyeri intermiten dengan pemulihan penuh
diantara setiap episode yang bertahan lebih dari 3 bulan (Schulte & Petermann, 2011). Studi
epidemiologis mengatakan bahwa nyeri perut berulang terjadi pada 8-25% dari anak-anak
usia sekolah berumur 9-12 tahun, lebih lazim terjadi pada anak perempuan, dan terhitung
sebanyak 2-4% pada kunjungan ke spesialis anak (Duffon et al., 2009). Terdapat hubungan
yang kuat antara nyeri perut berulang dengan kecemasan pada anak. Prevalensi jangka waktu
gangguan kecemasan pada anak-anak dengan nyeri perut berulang lebih tinggi dari yang
diharapkan pada populasi umum. Studi-studi menunjukkan bahwa orang tua yang
menghadapi keluhan nyeri perut berulang menilai anak-anak mereka secara signifkan lebih
tinggi daripada anak-anak sehat dalam ukuran kecemasan, masalah afektif dan gejala
somatik.
GANGGUAN SOMATOFORM TAK TERINCI
Anak-anak dan remaja lebih mungkin memenuhi kriteria untuk gangguan somatoform tak
terinci atau gangguan somatoform NOS daripada gangguan somatisasi (DeMaso & Beasly,
1998). Kondisi ini muncul selama masa remaja, menyebabkan penurunan fungsi yang
signifikan. Beberapa gejala yang parah dengan durasi minimal 6 bulan diperlukan untuk
menegakkan diagnosa. Keluhan termasuk, tapi tidak terbatas pada, sindrom nyeri, keluhan
gastrointestinal atau urogenital, kelelahan, kehilangan nafsu makan dan gejala pseudo
neurologis.
HIPOKONDRIASIS

Preokupasi dengan ketakutan untuk memiliki atau sebuah ide bahwa seseorang memiliki
penyakit serius berdasarkan interpretasi yang salah dari gejala-gejala fisik. Preokupasi ini
tetap ada meskipun telah ada jaminan dan evaluasi medis yang tepat. Hipokondriasis
dibedakan oleh suatu keyakinan dan sikap terhadap penyakit. Tidak terdapat literatur
pendukung untuk hipokondriasis sebagai gangguan pada masa kanak-kanak, dan ini lebih
umum dilihat pada masa remaja akhir dan masa dewasa (Silber, 2011). Pasien dengan
hipokondriasis telah ditemukan memiliki korelasi yang tinggi dengan depresi, kecemasan dan
gejala-gejala somatik. Komorbiditas OCD sudah umum, dengan 8% prevalensi jangka waktu
dari OCD pada orang-orang denngan hipokondriasis (dibandingkan dengan 2% pada populasi
umum) (Shaw et al., 2010). Individu dengan gangguan ini merupakan pengguna tetap dari
pelayanan medis tapi mereka sering melaporkan ketidakpuasan dengan pelayanan yang
mereka terima.
GANGGUAN DISMORFIK TUBUH
Gangguan dismorfik tubuh diartikan sebagai preokupasi dengan imajinasi kecacatan pada
penampilan atau perhatian yang berlebihan pada anomali fisik yang sangat minimal.
Preokupasi yang menimbulkan distress tersebut dapat melibatkan bagian tubuh manapun;
namun, paling sering melibatkan noda kecil atau noda yang dibayangkan pada wajah atau
kepala seperti jerawat, bekas luka, rambut yang menipis, wajah tidak simetris atau rambut
wajah yang berlebihan. Hanya ada sedikit laporan mengenai gangguan ini pada literatur
tentang anak dan remaja karena kebanyakan pasien menyembunyikan gejala-gejala mereka
dan enggan mencari perawatan psikiatrik. Onset tersebut sering terjadi selama masa remaja,
dengan rasio laki-laki dibandingkan perempuan yang hampir seimbang, tidak seperti
gangguan somatoform yang lain (Shaw & DeMasi, 2006). Banyak dari pasien-pasien ini telah
berkonsultasi dengan ahli bedah dan ahli kulit dan sering mencari operasi kosmetik tetapi
merupakan kandidat yang buruk karena mereka seringkali tidak puas dengan hasilnya (Didie
et al., 2006).
Proporsi yang tinggi dari seseorang dengan gangguan dismorfik tubuh melaporkan riwayat
perlakuan yang tidak pantas selama masa kanak-kanak, termasuk pelecehan fisik, seksual dan
emosional dan penelantaran fisik. Gangguan psikiatrik kormobid termasuk, tetapi tidak
terbatas pada, depresi, gangguan obsesif-kompulsif, fobia sosial, gangguan delusional,
anorexia nervosa, gangguan identitas jenis kelamin. Gangguan dismorfik tubuh juga terkait
dengan tingginya tingkat keinginan dan upaya bunuh diri, dengan 24-28% yang sudah
berupaya bunuh diri (Philips & Kelly, 2009).

PEMERIKSAAN
Wawancara psikiatri yang terperinci merupakan kunci untuk mendiagnosa gangguangangguan ini (DeMaso et al., 2009). Beberapa skala penilaian untuk anak-anak sudah
dikembangkan untuk membantu penilaian dari klaster gejala fisik dan somatisasi. The
Childrens Somatization Inventory (CSI) (Walker et al., 2009) merupakan skala self-report
dengan 35 item dengan versi anak dan versi orang tua. Screening ini menyediakan informasi

mengenai gejala somatik pediatrik selama 2 minggu sebelum penilaian (Campo & Fritz,
2001) dan dapat digunakan pada anak mulai usia 7 tahun. The Functional Disability
Inventory (FDI) dapat digunakan bersamaan dengan CSI untuk menilai tingkat keparahan
dari gejala-gejala yang ada. FDI berkorelasi dengan baik absensi sekolah dan laporan dari
gejala somatik. Illness Atitude Scales and Soma Assesment Interview (SAI) merupakan
kuesioner wawancara untuk orang tua (Rask et al., 2009).

KOMORBIDITAS
Gangguan psikiatri komorbid mungkin mendahului perkembangan gejala-gejala somatik
tetapi sering berkembang selama perjalanan gangguan somatoform. Diantara anak-anak yang
datang ke layanan kesehatan, sepertiga sampai setengahnya memiliki gangguan psikiatri
komorbid. Pada anak-anak usia sekolah, kecemasan dan depresi merupakan komorbiditas
yang paling umum (Shaw et al., 2010). Gangguan hiperaktifitas dengan defisit perhatian
komorbid dan oppositional defiant disorder juga sering, terutama pada anak laki-laki.
Keluhan-keluhan somatik muncul dua kali lebih sering secara umum pada anak-anak dan
remaja yang memenuhi kriteria DSM-IV TR untuk depresi daripada subjek kontrol
(McCauley et al., 1991), dengan gejala-gejala somatik yang muncul selama 4 tahun setelah
onset depresi (Zwaigenbaum et al., 1999). Gangguan kecemasan (contohnya gangguan
anxietas perpisahan, gangguan stress pasca trauma) dapat muncul dengan keluhan-keluhan
somatik (contohnya sakit kepala, sakit perut, mual, muntah-muntah) (Ibeziako & Bujoreanu,
2011). Dengan demikian, sangat kritis untuk mempertimbangkan penyakit psikiatri komorbid
(contohnya kecemasan, depresi) pada setiap pasien pediatri yang datang dengan gejala-gejala
yang tidak dapat dijelaskan secara medis.

PENATALAKSANAAN
STRATEGI MANAJEMEN UMUM
Setelah penilaian dan jika gangguan fisik dan psikiatrik telah ditegakkan atau disingkirkan,
manajemen gangguan somatoform harus direncanakan. Strategi-strategi dibawah ini mungkin
dapat membantu:

Berusaha memahami kepercayaan keluarga mengenai penyakit, tingkat keyakinan


untuk penyebab fisik, kepuasan terhadap wawancara dan pandangan mengenai
referensi kesehatan mental dan penatalaksanaannya.
Jangan menanyakan realita dari gejala-gejala tersebut.
Mengetahui bahwa pasien mengalami penyakit yang nyata yang mengganggu
hidupnya dan berpengaruh terhadap keluarganya.
Menggali penjelasan alternatif dari gejala-gejala tersebut.
Mendiskusikan sepenuhnya segala keprihatinan fisik yang menyibukkan keluarga dan
hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan.

Mendiskusikan sepenuhnya mekanisme psikologis yang berkontribusi terhadap gejala.


Jangan menyiratkan rasa malu ketika mengkomunikasikan diagnosa gangguan
somatoform atau diagnosa psikiatri lain.
Menekankan bahwa mungkin memakan waktu untuk pulih tetapi kebanyakan anak
muda dapat melewatinya dengan baik.
Menolong keluarga dan anak-anak untuk mengembangkan cara mengatasi gejalagejala dan mengurangi penurunan fungsional.

STRATEGI MANAJEMEN SPESIFIK


Terdapat kekurangan pada praktek evidence-based yang berkaitan dengan penatalaksanaan
gangguan somatoform pada anak-anak dan remaja (Campo & Fritz, 2001). Terdapat sejumlah
studi terkontrol mengenai farmakoterapi and psikoterapi untuk gangguan somatoform pada
orang dewasa. Percobaan terkontrol pada orang dewasa menunjukkan bukti pendukung yang
paling kuat dan konsisten tentang keberhasilan CBT sebagai penanganan beberapa tipe
gangguan somatoform (Jackson et al., 2006; Allen et al., 2006; Sumathipala et al., 2000).
Percobaan acak dan terkontrol oleh Allen et al, 2006 pada keberhasilan CBT untuk gangguan
somatisasi menunjukkan bahwa dengan 10 sesi yang dimanualisasi, yang diberikan regimen
CBT secara individual, gejala somatisasi menjadi lebih baik secara signifikan. Protokol
penatalaksanaan termasuk pelatihan relaksasi, regulasi aktifitas, fasilitasi kesadaran
emosional, restrukturisasi kognitif dan komunikasi interpersonal. Perbaikan dari gejala
somatik diawasi langsung setelah fase intervensi dan bertahan selama tambahan waktu 12
bulan. Studi ini menunjukkan bahwa CBT dapat menghasilkan perubahan jangka panjang di
simtomatologi, fungsi dan penggunaan pelayanan kesehatan pada oleh pasien dengan
gangguan somatisasi. Percobaan terkontrol acak lain (Spakens et al., 1995a; Escobar et al.,
2007 Sumathipala et al., 2000) yang memeriksa keberhasilan dari CBT untuk gangguan
somatoform dengan pasien yang datang baik dengan dengan level somatisasi yang parah atau
ringan menunjukkan CBT individualis menghasilkan pengurangan yang besar dalam keluhan
somatik daripada yang dilakukan pelayanan medis standar. Secara keseluruhan, literatur
tentang penatalaksanaan gangguan somatisasi mendukung penggunaan 6-16 sesi CBT yang
disampaikan oleh seorang profesional dalam bidang kesehatan mental.
Percobaan terkontrol acak baru-baru ini menilai akseptabilitas dan keefektivitasan dari terapi
kognitif berbasis mindfulness (MBCT) untuk pasien dengan gejala yang menetap yang tidak
dapat dijelaskan secara medis (Fjorback e al., 2013). Pasien yang menjalani MBCT
melaporkan kemajuan yang lebih baik yang signifikan pada fungsi mental di akhir
penatalaksanaan, khususnya yang berkaitan dengan fungsi vitalitas dan fungsi sosial. Metaanalisis yang lain mengindikasikan efek positif MBCT dari kecil hingga sedang dalam
mengurangi nyeri, tingkat keparahan gejala, depresi, dan kecemasan yang berhubungan
dengan gangguan somatisasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan gangguan ini
(Lakhan et al., 2013). Jadi MBCT merupakan pilihan yang layak untuk pasien yang sering
datang dengan gejala yang menetap yang tidak dapat dijelaskan secara medis dalam
pelayanan primer.

Intervensi psikoterapi selain CBT (contohnya terapi interpersonal, terapi pemecahan masalah,
terapi psikodinamik singkat ) serta penatalaksanaan diluar dari apa yang secara tradisional
disebut psikologis (contohnya analgesik yang optimal, penggunaan program selfmanagement nyeri ) pantas dipelajari lebih lanjut untuk gangguan somatoform.
Beberapa percobaan kontrol yang menilai keberhasilan dari antidepresan berbeda pada
gangguan somatoform pada orang dewasa telah dilakukan. Dalam 12 minggu, penelitian
multicenter, acak, double-blind study mengevaluasi keberhasilan dan tolerabilitas dari
venlafaxine (venlafaxine ER) pada layanan rawat jalan primer untuk orang dewasa dengan
gangguan multisomatoform (MSD) dan gangguan depresi mayor komorbid, gangguan
kecemasan menyeluruh atau gangguan kecemasan sosial (kriteria DSM-IV). Penelitia ini
menunjukkan venlafaxine ER terbukti efektif dalam menghilangkan gejala-gejala fisik
somatik, nyeri secara khususnya, pada pasien dengan gangguan depresi dan/atau kecemasan
(Kroenke et al., 2006).
Dalam penelitian acak, double blind placebo-controlled selama 8 minggu, fluoxetine
memiliki efek analgesik yang lebih baik daripada plasebo dalam mengobati gangguan nyeri
somatoform menetap dan dianggap sebagai penatalaksanaan yang aman; efek analgesiknya
mungkin berhubungan dengan efek antidepresan (Luo et al., 2009).
Percobaan acak open-label yang dilakukan selama 12 minggu dari fluoxetine (10-60 mg/d)
dan sertraline (25-350 mg/d) pada pasien dengan gangguan somatoform tak terinci
menunjukkan bahwa kedua agen tersebut memiliki peran potensial dalam penatalaksanaan
gangguan somatoform tak terinci dan keduanya ditolerir dengan baik dan tidak memiliki efek
samping yang berbahaya (Han et al., 2008). Percobaan double-blind placebo-controlled dan
atau penelitian perbandingan head-to-head dengan sampel yang lebih banyak dibutuhkan
untuk menarik kesimpuan yang lebih pasti.
Percobaan klinis multicenter, acak, placebo-controlled yang dilakukan selama 6 minggu
dilakukan pada 200 pasien yang menderira gangguan somatoform menurut ICD-10.
Opipramol (200mg/d) secara statistik lebih efektif daripada plasebo. Hasil dari penelitian
placebo-controlled pertama ini pada gangguan somatoform mendukung keberhasilan
opipramol dalam indikasi ini tetapi masih membutuhkan replikasi (Volz et al., 2000).
Penelitian-penelitian diatas menunjukkan bahwa beberapa antidepresan bermanfaat dalam
gangguan somatoform, tapi apakah efeknya dimediasi melalui membaiknya gejala depresi
dan kecemasan ataukah efek spesifik pada gejala somatik perlu untuk dipastikan kembali.
Penatalaksanaan spesifik untuk anak-anak dan remaja mungkin melibatkan bantuan
psikologis individu, bantuan keluarga, hubungan dengan sekolah dan pelayanan sosial lain.
Penatalaksanaan harus bertujuan untuk membangun hubungan dengan anak, keluarga dan
semua profesional yang terlibat, termasuk guru. Strategi spesifik akan bermacam-macam
tergantung dari sifat asli dari gangguan somatoform tersebut.
Penatalaksanaan psikologis spesifik dan seringnya hubungan akan bermacam-macam
tergantung dari sifat gangguan itu sendiri. Intervensi akan melibatkan:

Penekanan pengurangan penurunan fungsi.


Teknik motivasi yang disesuaikan untuk merangsang anak-anak yang ambivalen.
Secara kolaboratif menemukan solusi untuk menjadi lebih baik yang dapat diterima
anak-anak.
Penggunaan buku harian untuk memonitor variasi gejala, penurunan fungsi dan
kemajuan. Hal ini mugkin memotivasi pasien dan keluarga untuk menjalani
penatalaksanaan lebih lanjut.
Pengakuan bahwa rehabilitasi mungkin bisa memperburuk gejala-gejala pada awalnya
dan memberikan perhatian disekitar masalah ini.
Mengembangkan teknik untuk berurusan dengan gejala-gejala spesifik dan penurunan
fungsi (contohnya distraksi, relaksasi otot untuk sakit kepala, latihan fisik bertingkat
untuk masalah otot dan kelelahan).
Mengembangkan strategi yang aktif, terfokus pada masalah, mengatasi strategi dan
perilaku.
Kebersihan tidur dan saran diet.
Intervensi psikologis seperti terapi perilaku kognitif untuk gangguan emosional
komorbid.
Secara bertahap menggeser beban tanggung jawab dari dokter ke orang tua dan
pasien.
Gunakan keluarga untuk menghadapi faktor keluarga yang mungkin berkontribusi
pada gejala-gejala atau mengintervensi dengan resolusi mereka.

KESIMPULAN
Gangguan somatoform pada anak-anak dan remaja menyebabkan penurunan dalam fungsi
pendidikan dan sosial dan menyebabkan masalah besar dari tekanan psikologis. Diagnosa
dari gangguan tersebut sangat rumit dikarenakan fakta bahwa gangguan-gangguan tersebut
muncul sebagai kondisi medis. Pasien dengan gangguan ini biasanya mendatangi pelayanan
medis umum daripada pelayanan kesehatan mental. Rujukan awal dari seorang profesional
dalam bidang kesehatan mental sangat diperlukan untuk menghindari pemeriksaan yang tidak
diperlukan dan keterlambatan dalam menegakkan diagnosa gangguan somatoform pada anakanak. Penelitian empiris mengenai penatalaksanaan gangguan somatoform relatif kurang,
penelitian yang lebih lanjut diperlukan mengingat pentingnya penatalaksanaan untuk anakanak dengan gangguan somatoform dan keluarga mereka.

REFERENSI
Alfven G. The covariation of common psychosomatic symp- toms among children from
socio-economically differing residential areas. An epidemiological study. Acta Paediatr.
1993;82:484487.
Allen LA, Woolfolk RL, Escobar JI, Gara MA, Hamer RM : Cognitive-behavioral therapy for

somatization disorder: a randomized controlled trial. Arch Intern Med .2006. 166:1512-8.
American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 4th
edition.Washington, DC: American Psychiatric Association; 2000.
American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 5th
edition. Washington, DC: American Psychiatric Association; 2013.
Aro, H. & Taipale, V. The impact of timing of puberty on psychosomatic symptoms among
fourteen to sixteen year old Finnish girls. Child Development, 1987: 58, 261268.
Aro, H. Life stress and psychosomatic symptoms among 14 16 year old Finnish adolescents.
Psychological Medicine, 1987: 17, 191201.
Campo JV, Fritz G. A management model for pediatric somatization. Psychosomatics. NovDec 2001;42(6):467-76.
DeMaso DR, Beasley PJ. The somatoform disorders. In: Klykylo WM, Kay J, Rube D, eds.
Clinical Child Psychiatry. Philadelphia, Pa: WB Saunders Co; 1998:429.
DeMaso DR, Martini DR, Cahen LA et al. Practice parameter for the psychiatric assessment
and management of physically ill children and adolescents. J Am Acad Child Adolesc
Psychiatry. Feb 2009;48(2):213-33.
Didie ER, Tortolani CC, Pope CG et al. Childhood abuse and neglect in body dysmorphic
disorder. Child Abuse Negl. Oct 2006;30(10):1105-15.
Domenech- Llaberia E, Jan C, Canals J et al. Parental reports of somatic symptoms in
preschool children: prevalence and associations in a Spanish sample. Journal of the American
Academy of Child and Adolescent Psy- chiatry, 2004:43:598-604.
Dufton LM, Dunn MJ, Compas BE. Anxiety and somatic complaints in children with
recurrent abdominalpain and anxiety disorders. J Pediatr Psychol. Mar 2009;34(2):176-86.
Escobar, J. I., Gara, M. I., Diaz-Martinez, A. M., Interian, A., Warman, M., Allen, L. A.,
Woolfolk, R. L., Jahn, E., Rodgers, D. Effectiveness of a time-limited cognitive behavior
therapytype intervention among primary care patients with medically unexplained
symptoms. Annals of Family Medicine, 2007.5, 328-335.
Fjorback LO, Arendt M, Ornbol E, Walach H, Rehfeld E, Schroder A, Fink P : Mindfulness
therapy for somatization disorder and functional somatic syndromes: randomized trial with
one-year follow-up. J Psycho- som Res. 2013. 74:31-40
Fritz GK, Fritsch S, Hagino O. Somatoform disorders in children and adolescents: a review
of the past 10 years. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. 1997;36:1329 1337
Garralda ME. A selective review of child psychiatric syndromes with a somatic presentation.

Br J Psychiatry. 1992;161:759- 73
Garralda ME. Unexplained physical complaints. Child Adolesc Psychiatr Clin N Am. Apr
2010;19(2):199- 209, vii. Han C, Pae CU, Lee BH, Ko YH, Masand PS, Patkar AA, Jung IK :
Fluoxetine versus sertraline in the treatment of patients with undifferentiated somatoform
disorder:
a
randomized,
open-label,
12-week,
parallel-group
trial.
Prog
Neuropsychopharmacol Biol Psychiatry. 2008c .32:437-44.Haugland S, Wold B, Stevenson J, et al . Subjective health
complaints in adolescence. A cross-national comparison of prevalence and dimensionality.
Eur J Public Health. 2001;11:410
Ibeziako P, Bujoreanu S. Approach to psychosomatic illness in adolescents. Curr Opin
Pediatr. Aug 2011;23(4):384-9.
Jackson JL, O'Malley PG, Kroenke K. Antidepressants and cognitive-behavioral therapy for
symptom syndromes. CNS Spectr 2006; 11: 212 22.
Kelly C, Molcho M, Doyle P, et al . Psychosomatic symptoms among school children. Int J
Adolesc Med Health. Apr-Jun 2010;22(2):229-35.
King, A. J. & Coles, B. The Health of Canada's Youth: Views and Behaviours of 11-, 13- and
15-Year Olds from 11 Countries. Canada: Minister of National Health and Welfare. 1992
Kroenke K, Messina N, 3rd, Benattia I, Graepel J, Musgnung J (): Venlafaxine extended
release in the short-term treatment of depressed and anxious primary care patients with
multisomatoform disorder. J Clin Psychia- try .2006.67:72-80.
Lakhan SE, Schofield KL (): Mindfulness-based therapies in the treatment of somatization
disorders: a systematic review and meta-analysis. PLoS One. 2013. 8:e71834
Lieb R, Pfister H, Mastaler M et al . Somatoform syndromes and disorders in a representative
population sample of adolescents and young adults. Prevalence, comorbidity and
impairments. Acta Psychiatrica Scandinavica:2000, 101:194-208.
LuoYL,ZhangMY,WuWY,LiCB,LuZ,LiQW():A randomized double-blind clinical trial on
analgesic efficacy of fluoxetine for persistent somatoform pain dis- order. Prog
Neuropsychopharmacol Biol Psychia- try. 2009. 33:1522-5.
McCauley E, Carlson GA, Calderon R. The role of somatic complaints in the diagnosis of
depression in children and adolescents. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. Jul
1991;30(4):631-5.
Phillips KA, Kelly MM. Suicidality in a placebo-controlled fluoxetine study of body
dysmorphic disorder.Int Clin Psychopharmacol. Jan 2009;24(1):26-8.

Rask CU, Christensen MF, Borg C, et al . The Soma Assessment Interview: new parent
interview on functional somatic symptoms in children. J Psychosom Res. May
2009;66(5):455-64.
Schulte IE, Petermann F. Somatoform disorders: 30 years of debate about criteria! What
about children and adolescents?. J Psychosom Res. Mar 2011;70(3):218-28.
Shaw RJ, DeMaso DR. Mental Health Consultation With Physically Ill Children and
Adolescents. In: Somatoform Disorders. Clinical Manual of Pediatric Psychosomatic
Medicine. 8. Washington, DC: American Psy- chiatric Publishing; 2006:143166.
Shaw RJ, Spratt EJ, Bernard RS, DeMaso DR. Somatoform Disorders. In: Shaw RJ, DeMaso
DR eds. Textbook of Pediatric Psychosomatic Medicine: Mental Health Consultation with
Physically Ill Children. 8. Washington DC: American Psychiatric Press; 2010:121-139.
Silber TJ. Somatization disorders: diagnosis, treatment, and prognosis. Pediatr Rev. Feb
2011;32(2):56- 63; quiz 63-4.
Speckens, A. E. M., van Hemert, A. M., Spinhoven, P., Hawton, K. E., Bolk, J. H., &
Rooijmans, G. M. Cognitive behavioural therapy for medically unexplained physical
symptoms: A randomised controlled trial. British Medical Journal, 1995a, 311, 1328-1332
Sumathipala A, Siribaddana S, Hewege S, et al . Understanding the explanatory model of the
patient on their medically unexplained symptoms and its implication on treatment
development research: a Sri Lanka Study. BMC Psychiatry. 2008;8:54.
Sumathipala, A., Hewege, S., Hanwella, R., & Mann, A. H. Randomized controlled trial of
cognitive behaviour therapy for repeated consultations for medically unexplained complaints:
A feasibility study in Sri Lanka. Psychological Medicine, 2000.30, 747-757
Volz HP, Moller HJ, Reimann I, Stoll KD (): Opipramol for the treatment of somatoform
disorders results from a placebo-controlled trial. Eur Neuropsychopharmacol .2000.10:211-7.
Walker LS, Beck JE, Garber J et al . Children's Somatization Inventory: psychometric
properties of the revised form (CSI-24). J Pediatr Psychol. May 2009;34(4):430- 40.
World Health Organization.. Mental disorders: Glossary and guide to their classification in
accordance with the Tenth Revision of the International Classification of Diseases.
Geneva,Switzerland: World Health Organization. 1992
Zwaigenbaum L, Szatmari P, Boyle MH et al . Highly somatizing young adolescents and the
risk of depression. Pediatrics. Jun 1999;103(6 Pt 1):1203-9.

You might also like

  • Fisio Kontraksi Otot Rangka
    Fisio Kontraksi Otot Rangka
    Document9 pages
    Fisio Kontraksi Otot Rangka
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • Skills Stations EKG
    Skills Stations EKG
    Document34 pages
    Skills Stations EKG
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • Pankreatit Is
    Pankreatit Is
    Document19 pages
    Pankreatit Is
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • Diare
    Diare
    Document22 pages
    Diare
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • Ppok 2015
    Ppok 2015
    Document39 pages
    Ppok 2015
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • Makalah PHBS
    Makalah PHBS
    Document5 pages
    Makalah PHBS
    GracitaGeminica
    No ratings yet
  • 07 - 221CPD-Infeksi Saluran Kemih Akibat Pemasangan Kateter-Diagnosis Dan Penatalaksanaan
    07 - 221CPD-Infeksi Saluran Kemih Akibat Pemasangan Kateter-Diagnosis Dan Penatalaksanaan
    Document4 pages
    07 - 221CPD-Infeksi Saluran Kemih Akibat Pemasangan Kateter-Diagnosis Dan Penatalaksanaan
    Intan Wahyu Cahyani
    No ratings yet
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document0 pages
    Bab Ii
    Riniez Scatzy Ciimenirr YPas
    No ratings yet
  • Abstrak Penefsdlitian DM
    Abstrak Penefsdlitian DM
    Document1 page
    Abstrak Penefsdlitian DM
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • Aneuro Anatomy
    Aneuro Anatomy
    Document8 pages
    Aneuro Anatomy
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • PPTM
    PPTM
    Document29 pages
    PPTM
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • Sinus Paranasal & Sinusitis
    Sinus Paranasal & Sinusitis
    Document29 pages
    Sinus Paranasal & Sinusitis
    WilonaSouhuwat
    No ratings yet
  • Dis Tosia
    Dis Tosia
    Document8 pages
    Dis Tosia
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • Geokel 1
    Geokel 1
    Document12 pages
    Geokel 1
    Eriss Hutapea
    No ratings yet
  • Sinus Paranasal & Sinusitis
    Sinus Paranasal & Sinusitis
    Document29 pages
    Sinus Paranasal & Sinusitis
    WilonaSouhuwat
    No ratings yet
  • PTM
    PTM
    Document97 pages
    PTM
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    100% (3)
  • 04 Syok
    04 Syok
    Document25 pages
    04 Syok
    Nesa Telge Ginting
    No ratings yet
  • Meningitis Signs
    Meningitis Signs
    Document3 pages
    Meningitis Signs
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • Faktor Pendidikan
    Faktor Pendidikan
    Document1 page
    Faktor Pendidikan
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • Presentasi
    Presentasi
    Document4 pages
    Presentasi
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • Neuroanatomi Sirkulus Wilisi
    Neuroanatomi Sirkulus Wilisi
    Document42 pages
    Neuroanatomi Sirkulus Wilisi
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • Asam Urat
    Asam Urat
    Document26 pages
    Asam Urat
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • Mbo
    Mbo
    Document22 pages
    Mbo
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • Rumah Sehat
    Rumah Sehat
    Document5 pages
    Rumah Sehat
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • Sirkulus Willis
    Sirkulus Willis
    Document13 pages
    Sirkulus Willis
    Naomi Laura
    No ratings yet
  • Mbo
    Mbo
    Document22 pages
    Mbo
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • PHBS
    PHBS
    Document21 pages
    PHBS
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet
  • Kodein
    Kodein
    Document45 pages
    Kodein
    Ilham Suryo Wibowo Antono
    No ratings yet