You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Banyak orang yang beranggapan bahwa Matematika itu rumit, karena
alasan itulah banyak orang yang menghindari Matematika. Padahal Matematika
dapat kita jumpai di dalam kehidupan sehari-hari, dan mau tidak mau kita pasti
menggunakan Matematika. Oleh karena itu saya membuat makalah ini dengan
maksud membantu pemahaman agar mereka tidak menilai Matematika adalah
sesuatu yang buruk. Secara khusus dalam ilmu pengetahuan Aljabar Linear.

B. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan utama untuk memenuhi Tugas Mandiri
mata kuliah Aljabar Linear Elementer, yang diberikan oleh dosen saya. Dan tujuan
berikutnya adalah sebagai sumber informasi yang saya harapkan bermanfaat dan
dapat menambah wawasan para pembaca makalah ini.

BAB II

ISI
DETERMINAN
Determinan : Produk (hasil kali) bertanda dari unsur-unsur matriks
sedemikian hingga berasal dari baris dan kolom yang berbeda, kemudian hasilnya
di jumlahkan.
A = a11 a12
a21 a22

det (A) = a11 a22 a12 a21

A. Fungsi Determinan
Definisi:
Suatu permutasi dari bilangan-bilangan bulat {1, 2, 3, , n} adalah penyusunan
bilangan bilangan tersebut dengan urutan tanpa pengulangan.
Contoh:
Permutasi dari {1, 2, 3} adalah
(1, 2, 3)
(2, 1, 3)
(3, 1, 2)
(1, 3, 2)
(2, 3, 1)
(3, 2, 1)
Secara umum, bilangan-bilangan pada {1, 2, , n} akan mempunyai n!
permutasi.
Sub Bahasan Determinan:
1.
2.
3.
4.
5.

Menghitung determinan dengan perkalian elementer


Menghitung determinan dengan operasi baris elementer
Sifat-sifat determinan suatu matriks
Menghitung determinan dengan expansi kofaktor
Penyelesaian SPL dengan aturan cramer

1. Menghitung Determinan dengan Perkalian Elementer


Pada bagian ini kita akan membahas tentang determinan dan cara
mencarinya. Determinan merupakan nilai yang paling penting dalam perhitungan
matriks. Definisi-definisi maupun teorema yang penting yang berhubungan
dengan pencarian matriks.
Definisi 1.

Sebuah permutasi dari himpunan bilangan bulat positif {1,2,3, . . . .,n} adalah
susunan

bilangan-bilangan

bulat

ini

menurut

aturan

tertentu

tanpa

menghilangkan tanpa mengurangi bilangan bulat tersebut.


Contoh 1.
Permutasi dari {1,2} adalan (1,2) dan (2,1).
Permutasi dari {1,2,3} adalah (1,2,3),(3,1,2),(2,3,1),(2,1,3),
(1,3,2),dan (3,2,1).
Dari definisi permutasi, apabila ada 4 bagian, maka banyaknya permutasi adalah
24 buah. Hal ini dapat di hitung dari rumus n.
Dapat dilihat untuk n = 2, maka ada 2 permutasi. Untuk n = 3, maka ada 6 = 3.2.1
permutasi. Untuk n = 4, maka ada 24 = 4.3.2.1 permutasi.
Contoh 2.
Tentukan jumlah inversi dari permutasi berikut :
a. (6,5,3,1,4,2)
b. (2,4,1,3)
c. (1,2,3,4)
Penyelesaian :

Jumlah inversi/pembalik : 5 + 4 + 2 + 0 + 1 + = 12
Jumlah inversi/pembalik : 1 + +2 + 0 =3
Tidak ada inversi/pembalik dalam permutasi ini

Definisi 2.
Dalam permutasi, di katakan terjadi sebuah inversi apabila sebuah bilangan bulat
yang lebih besar mendahului sebuah bilangan yang lebih kecil.
Contoh :
Kita akan menghitung inversi dalam dalam permutasi (2,4,1,3). caranya
sebuah berikut :
Banyak nya bilangan bulat lebih kecil daripada j 1 = 2 dan mengikuti (yaitu j3 = 1),
dapat di lihat pada permutasi (2,4,1,3). Dalam permutasi tersebut j1 = 2 , j2 = 4, j3 =
1, dan j4 = 3.

Banyaknya bilangan bulat yang lebih kecil daripada j2 = 4 dan mengikutinya, ada
dua ( yaitu j3 = 1 dan j4 = 3).
Banyaknya bilangan bulat yang lebih kecil daripada j 3 = 1 dan mengikutinya
adalah nol.
Sehingga banyaknya inversi dalam permutasi ini adalah 1 + 2 + 0 = 3
Definisi 3.
Sebuah permutasi di namakan permutasi genap jika banyaknya inversi dalam
permutasi tersebut genap. Sebaliknya sebuah permutasi di namakan permutasi
ganjil jika banyaknya inversi dalam permutasi tersebut ganjil.
Contoh :
Permutasi (2,4,1,3) adalah permutasi ganjil karena banyaknya inversi
dalam permutasi tersebut ganjil.sementara itu ,permutasi (1,2,3,4,5,6) adalah
permutasi genap.
Contoh :
Tabel berikut merupakan klasifikasi berbagai permutasi dari {1,2,3}
sebagai genap atau ganjil

Permutasi
(1,2,3)

Jumlah Inversi
0

Klasifikasi
Genap

(1,3,2)

Ganjil

(2,1,3)

Ganjil

(2,3,1)

Genap

(3,1,2)

Genap

(3,2,1)

Ganjil

Definisi 4.

Hasil perkalian elementer matriks A yang berukuran n x n adalah hasil perkalian


elemen-elemen tersebut berasal dari baris yang sama atau kolom yang sama.
Contoh :
Hasil perkalian elemen matriks A yang berukuran 4 x 4 adalan a31 a22 a43 a14.
a11

a12

a13

a14

a21

a22

a23

a24

a31

a32

a33

a34

a41

a42

a43

a44

Sementara itu ,a11,a12,a23,a34 adalah bukan hasil perkalian elementer sebab bentuk
a11,a12,a23,a34 mempunnyai elemen pada baris yang sama, yaitu elemen a11 dan a12
terletak pada baris yang sama.
Cara mencari seluruh hasil perkalian elementer dalam matriks A yang berukuran n
x n adalah sebagai berikut.
1. Tulislah bentuk a1.,a2.,a3.,....,an.
2. Tanda dalam bentuk tersebut di ganti dengan seluruh permutasi (j 1,j2,j3,....jn)
maka tentulah di dapat n.
Hasil perkalian elementer.
Contoh :

a11

a12

a13

Dipunyai matriks a =

a21

a22

a23

a31

a32

a33

maka kita tuliskan a1.,a2.,a3. Dan permutasi-permutasi dari n = 3 adalah :


(1,2,3,) (2,1,3) (3,1,2)
(1,3,2) (2,3,1) (3,2,1)
Hasil perkalian elemennya adalah :
(1,2,3)

a11 a22 a33

(2,1,3)

a12 a21 a33

Definisi 5.

Sebuah hasil perkalian elementer bertanda dari A adalah sebuah hasil perkalian
elementer (a1.,a2.,...an) yang di kalikan dengan + 1 jika permutasinya genap dan
dikalikan dengan 1 jika permutasinya ganjil.
Contoh :
Untuk matrisk A yang berukuran 3 x 3,maka hasil perkalian bertanda dari
a11 a23 a

32

adalah a11 a23 a32 (karena permutasi yang bersesuaian adalah (1,3,2)

yang merupakan permutasi ganjil.


Definisi 6.
A adalah matriks bujur sangkar. Determinan matriks A yang di simbolkan det (A)
dapat di definisikan sebagai jumlahan semua hasil perkalian elementer bertanda
dari matriks A.
Definisi di atas apabila di notasikan akan berbentuk :
Det(A) =

a1j1 a2j2 a3j3 . . .an jn


(j1j2jn)

Contoh :
Hasil untuk pencarian determinan akan di jabarkan dalam bagian berikut
ini :
Untuk n = 2
permutasi

A = A11 A12
A21 a22

invers

hasil

perkalian

elementer

bertanda
(1,2)

a11 a22

(2,1)

-a12 a21

Jadi,det (A) = a11 a22 a12 a21

2. Menghitung Determinan dengan Operasi Baris Elementer


Determinan suatu matriks dapat di hitung dengan menggunakan operasi
baris elementer yang telah di perkenalkan pada bab sebelumnya .Perhitungan

determinan suatu matriks dapat di lakukan dengan mudah apabila kita mengenal
sifat-sifat atau teorema yang berhubungan dengan determinan.
Teorema-teorema yang berhubungan denga determinan adalah sebagai
berikut :
Teorema 1.
Apabila A adalah suatu matriks yang berukuran n x n dan memuat sebuah baris
(kolom) yang elemenya semua nol,maka det(A) = 0.
Contoh :
1 2 1 -1
det
3 -1 2 0 = 0
0 0 0 0
-1 -1 2 1
Teorema 2.
Apabila A adalah suatu matriks yang berukuran n x n dan terdapat 2 baris (kolom)
yang sama maka,det A = 0.

Contoh :
1
det

-2

-2

2 4

-1

-2

=0

Teorema 3.
Jika A adalah matriks segitiga (atas/bawah) yang berukuran n x n,maka det(A)
adalah hasil dari perkalian elemen-elemen di agonal utama,yaitu det (A) = a 11 a22 a
a .

33 ... nn

Contoh :
1
1

-1

0 0

-1 -1 0

-2

-3

= (1)(2)(-3)(2) = - 12

det

-3

2 -1 0 0

3 -1 2 0

6 4

= (1)(-1)(-1)(2)(1) =2
Teorema 4.
Apabila A1 adalah matriks sebagai hasil dari matriks A

yang sebuah

baris/kolomnya di kalikan dengan konstanta k,maka det A1) = kdet(A).


Contoh :
1 1 1
Bila A
2 -1 2 ,maka kita dapat menghitung det(B)
1 -2 2
1 1 1
4 -2 4
1 -2 -4

Untuk B

Jelas di hitung bahwa det (A) = 15,maka det (B) = 30 (sebab matriks B di peroleh
dari A dengan baris ke dua dari matriks A di kalikan 2).
Teorema 5.
Apabila B1 adalah matriks sebagai hasil dari matriks B ( bila dua baris matriks B
di pertukarkan letak tempatnya,maka det(B1) = -det (B).
Contoh :
Coba tunjukkan dengan perkalian elementer bertanda
apakah benar :

det

1
2
1

-2
-1
1

-4
2
1

1
= -det 2
1

1 1
-1 2 = 15
-2 -4

Teorema 6.
Jika C1 adalah matriks yang di hasilkan bila sebuah kelipatan suatu konstanta k 0
dari 1 baris (kolom) matriks C yang di tambahkan ke baris atau (kolom) yang
lain,maka det (C1) = det (C).
Contoh :

det

1 1 1
0 -3 0

= det

1 1
2 -1

1
2

= 15

1 -2 -4

1 -2 -4

Sebab matriks di atas di hasilkan dari matriks A dengan operasi baris elementer
yang ke tiga, yaitu R2 R2 + (2) R1 atau perkalian konstanta (2) terhadap baris satu
yang di tambahkan ke baris 2.
Dan akhirnya dari teorema 1 sampai dengan teorema 6, kita akan dapat
menghitung determinan matriks dengan lebih cepat secara manual.

3. Sifat-Sifat Determinan Suatu Matriks


Pada bagian berikut ini akan di bahas beberapa sifat determinan sebagai
lanjutan dari ke enam sifat determinan yang telah di berikan pada bagian
sebelumnya.
Teorema 1.
Bila A adalah matriks yang berukuran n x n,maka :
Det (AT) = det (A)
Contoh :
Elemen matriks ini menggunakan perkalian elementer bertanda
1
det

-1
2

0 -1
1

1
dan det 2

-2

-1 2
0

-1 -2

Teorema 2.
Misalkan A,A1 dan A2 adalah matriks yang berukuran n x n yang berbeda di dalam
sebuah baris/kolom saja (katankanlah baris/kolom b) dan baris/kolom b dari A2 di
peroleh dari penjumlahan elemen-elemen yang bersesuaian di dalam baris/kolom
b dari matriks A dan matriks A1,maka :
Det (A2) = det (A) + det (A1)
Contoh :
2

A= 1

A1=

-1

-3
2

A2= 2
1

1
1

Teorema 3.
Jika A dan B adalah matriks bujur sangkar dengan ukuran n x n,maka det(AB) =
det (A) + det (B).Contoh :
A=

-1

-1

B=

-1

0 0

-1

-1

Teorema 4.
Sebuah matriks A yang berukuran n x n merupakan matriks invertilbe jika dan
hanya jika det (A) 0.
Teorema 5.
Jika A merupakan matriks invertible,maka
det (A-1) =

1
det (A)

Teorema 6.
Diberikan E adalah matriks elementer yang berukuran n x n.
a) Jika E di hasilkan dari pertukaran 2 baris In,maka det (E) = -1.
b) Jika E di hasilkan dari mengalikan satu baris In dengan konstanta k,maka
det (E) = k.
c) Jika E di hasilkan dari penambahan k kali baris kepada baris yang lain dari
In,maka det (E) = 1.

4. Menghitung Determinan dengan Ekspansi Kofaktor

Nilai determinan suatu matriks dapat juga di hitung dengan menggunakan


ekspansi kofaktor sebeelum kita menghitung determinan suatu matriks.Namun
sebelum itu,perhatikan terlebih dahulu beberapa definisi dan istilah-istilah yang
berhubungan dengan kosep perhitungan tersebut.
Definisi 1.
Bila A adalah sebuah matriks bujur sangkar,maka minor elemen a ij (disimbolkan
dengan Mij) di definisikan sebagai determinan dari submatriks yang ada setelah
baris ke i dan kolom ke j di coret dari A.
Nilai (-1)i+j di tuls sebagai Cij dan dinamakan kofaktor elemen aij.
Jadi, Cij = (-1)i+j Mij.
Contoh :
Diberikan A

M32 = det

1 2
-1 3
2 -2

1
-3
1

,maka

-1

-3

= det 1 1 = (1)(-3)-(1)(-1) = -3 += -2
-1 -3

Dan C32 = (-1)3+2 M32 = (-1)(-2) = 2


Jadi, C32 = 2 dan M32 = -2.
Contoh lain :
Hitunglah determinan matriks A berikut ini :
A=

Dengan menggunakan ekspansi kofaktor baris 1 ekspansi kofaktor baris 2.


Jawab :
Perhitungan determinan dengan ekspansi kofaktor baris 1 adalah sebagai berikut :
Det(A) = (1)

3 -2 1

3 +1 1

= (-2)(-8) + 2(-2) -1(2) = 16-4-2 =10


Definisi 2. (Matriks Kofaktor)
Jika A adalah sembarang matriks n x n dan Cik adalah kofaktor dari aij,maka
matriks dengan bentuk :
C11

C12 .... C1n

C21

C22

Cn1

Cn2

C2n

....

Cnn

Dinamakan matriks kofaktor dari matriks A.


Reduksi Baris
Determinan sebuah matriks dapat di hitung dengan mereduksi matriks
menggunakan operasi baris elementer sehingga matriks berada pada bentuk eselon
baris.
Defenisi 3.
Matriks adjoin A di simbolkan dengan Ajd(A) adalah transpose dari matriks
kofaktor A.
Definisi 4.
Jika A adalah matriks yang berukuran n x n dan A adalah matriks yang
invertibel,maka :
A-1 =

adj(A)

det(A)
Denga kata lain kita dapat mencari A-1 dengan menggunakan det (A) dan adj (A).
Contoh 1.

-4

Tentukan A-1,bila A = 6

-2

Dengan menggunakan Adj (A).

Jawab :

-4

-2

maka

Sedangkan apabila di hitung,maka di dapat det (A) = 43 sehingga :

-9/43

13 -9
34/43

A-1=1/43
-18/43

a11

a 21

a
31

a12

a13

a 22

a 23

a32

-8

34
-18 =

13/43
-8/43

7/43

a33

Contoh 2.

A=

Ekspansi melalui baris pertama :


Det(A) = a11C11 + a12C12 + a13C13
Atau ekspansi melalui baris ketiga :
Det(A) = a31 C31 + a32 C32 + a33 C33
Atau ekspansi melalui kolom kedua :
Det(A) = a12C12 + a22C22 + a32C32

5. Penyelesaian SPL dengan Aturan Cramer


Kita dapar menggunakan konsep determinan untuk mendapatkan
penyelesaian SPL.caranya adalah dengan menggunakan aturan Cramer.
Aturan Cramer :

Bila Ax = B adalah SPL yang terdiri dari n persaman linier dengan n variabel
yang tidak di ketahui dan det (A) 0,maka SP; tersebut mempunyai
penyelesaian tunggal dan penyelesaiaanya adalah :
x1 = det (A1)
x2 = det (A2)
x3 = det (An)
det (A)
det(A)
det(A)
Dengan matriks Aj,j = 1,2,4,. . . .,n adalah matriks yang di peroleh dengan
mengganti elemen kolom j dari matriks A dengan matriks :
b2
B=
b3

b1

bn
Contoh : Dipunyai SPL

x + y -2z =1

SPL ini bersesuaian dengan SPL bentuk A x =B

2x y + z = 2

x -2y 4z = -4
Dengan A =

-2

x1

-1

x = x2

-2 -4

x3

1
dan B =

2
-4

-2

Det (A) = det 2

-1

1 =21 ;det(A1) = det

-2

-4

-4

-2

-4

-4

-2

-4

Det (A2)=det

-4

-4

=25 ;det(A3)=det

-2

= 26

= 15

Jadi dengan menggunakan aturan Cramer di dapat :


x = det(A1)
det(A)

26

y = det(A2)

= 25

21

det(A)

21

z = det(A3) = 15
det(A)

21

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Determinan adalah suatu fungsi tertentu yang menghubungkan suatu
bilangan real dengan suatu matriks bujursangkar. Determinan memiliki
penyelesaian, yaitu himpunan angka yang akan memenuhi suatu determinan
matriks. Ada beberapa macam penyelesaian determinan di antaranya dengan
Ekspansi Kofaktor, Adjoin, Matirks Segitiga, Metode Cramer dan metode
metode lainnya, dan yang paling sering di gunakan yaitu dengan Ekspansi
Kofaktor.
B. Saran
Dalam menyusun makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi
makalah ini belumlah sempurna dan masih kurang baik mengenai materi maupun
cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari pihak lain yang dapat menyempurnakan makalah
ini. Dan alangkah baiknya juga apabila kita terus mengembangkan berbagai
makalah-makalah tentang Pengetahuan Aljabar Linier Elementer di tengah-tengah
masyarakat luas secara khusus dalam mahasiswa agar lebih mengerti bagaimana
langkah-langkah yang lebih mudah dalam memecahkan suatu masalah dalam
suatu determinan pada Aljabar Linier.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Dasar-Dasar Aljabar Linear Jilid 1
Dasar-Dasar Aljabar Linear Jilid 2
Aljabar Linear Elementer
Sumber Lain :
www.wikipedia.com
www.google.co.id

You might also like