You are on page 1of 13

TUGAS UJIAN KEPANITERAAN

BAGIAN KEDOKTERAN GIGI ANAK

Disusun oleh:
Siti Ramadania W. 10/299560/KG/8711
Nurlina Puspita 10/305024/KG/8777
Farisah Atsari 10/296898/KG/08605

Tanggal Ujian : 15 Agustus 2016

Dosen Penguji :
drg. Rinaldi Budi Utomo, M.S., Sp. KGA (K)
Prof. Dr. drg. Al Supartinah, S.U., Sp. KGA (K)

BAGIAN KEDOKTERAN GIGI ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

I. Definisi Pendekatan dalam Perawatan Kesehatan


1. Holistik
Dalam teori holistik, semua organisme hidup dipandang sebagai salah satu
kesatuan yang utuh dan berinteraksi yang lebih dari sekedar jumlah bagian-bagiannya.
Menurut pandangan ini, setiap gangguan pada salah satu bagian adalah gangguan
pada keseluruhan sistem; dengan kata lain, gangguan tersebut mempengaruhi
makhluk secara utuh. Oleh karena itu, tenaga kesehatan harus tetap memandang
makhluk sebagai satu kesatuan saat mengkaji salah satu bagian dari individu dan
memerhatikan bagaimana bagian tersebut berhubungan dengan yang lain. Tenaga
kesehatan juga harus memerhatikan bagaimana individu tersebut berinteraksi dan
berhubungan dengan lingkungan luar dan orang lain (Kozier dkk, 2010).
Kesehatan holistik melibatkan individu yang utuh; keutuhan diri dan keseluruhan
kualitas gaya hidup orang tersebut. Layanan kesehatan holistik meliputi pendidikan
kesehatan, promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
perawatan pemulihan-rehabilitasi. Identifikasi kebutuhan pasien, serta rencana,
implementasi, dan evaluasi perawatan yang holistik membutuhkan kepekaan terhadap
nilai-nilai individu, keluarga, dan budaya (Kozier dkk, 2010).
2. Total-care
Total care adalah konsep dan sistem sikap dimana pasien menerima diagnosis
komplit; motivasi dan edukasi terhadap pencegahan dengan penekanan dan
pemeliharaan pada kondisi kesehatan optimal; rencana perawatan yang sepadan
dengan keinginan pasien, penerimaan, dan pemahaman rencana perawatan; prosedur
terapeutik dalam batas medis, psikologi, keuangan, dan penerimaan pasien;
pemeliharaan keadaan kesehatan pasien yang telah dicapai secara berkelanjutan.
3. Komprehensif

Pada tingkat individu, pendekatan kesehatan secara komprehensif terdiri dari


melakukan beberapa prosedur yang sesuai dengan pasien yang dirawat. Hal ini akan
memperhitungkan tidak hanya kebutuhan perawatan dental namun juga kebutuhan
emosional dan fisik pasien. Selain itu, faktor sosial dan ekonomi juga harus
diperhitungkan (Crandell, 1979).

4. Integratif
Integrated care atau perawatan terintegrasi merujuk pada perawatan kesehatan
inter-profesional, yaitu pendekatan kesehatan dengan melibatkan kolaborasi dan
komunikasi antar tenaga kesehatan inter-profesional (Contohnya: dokter, psikolog,
dan tenaga kesehatan lainnya), sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien dan
dengan tujuan untuk memberikan perawatan yang menyeluruh serta meningkatkan
kesejahteraan pasien (American Psychological Association, 2016).
II. Definisi Standar Pelayanan
1. Standar Pelayanan Minimal
Standar pelayanan minimal menurut Kemenkes RI No. 828 tahun 2008 tentang
petunjuk teknis pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota, didefinisikan
sebagai ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga Negara secara minimal. Indikator
standar pelayanan minimal adalah tolak ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang
digunakan untuk menggambarkan besar sasaran yang hendak dipenuhi dalam
pencapaian suatu SPM tertentu. Merupakan variabel ukuran atau tolok ukur yang
dapat menunjukkan indikasi-indikasi terjadinya perubahan tertentu. Untuk mengukur
kinerja rumah sakit ada beberapa indikator, yaitu:

1) Input, yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang
memberikan pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap
dan lain-lain.
2) Proses, yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan yang misalnya
kecepatan pelayanan, pelayanan dengan ramah dan lain-lain.
3) Output, yang dapat menjadi tolok ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah
yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.
4) Outcome, yang menjadi tolok ukur dan merupakan dampak dari hasil pelayanan
sebagai misalnya keluhan pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan dan
lain-lain.
5) Benefit, adalah tolok ukur dari keuntungan yang diperoleh pihak rumah sakit
maupun penerima pelayanan atau pasien yang misal biaya pelayanan yang lebih
murah, peningkatan pendapatan rumah sakit.
6) Impact, adalah tolok ukur dampak pada lingkungan atau masyarakat luas
misalnya angka kematian ibu yang menurun, meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat, meningkatnya kesejahteraan karyawan.
Jenis pelayanan adalah pelayanan publik yang mutlak dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan dasar yang layak dalam kehidupan. Sedangkan pelayanan dasar adalah
jenis pelayanan punlik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam kehidupan social, ekonomi, dan pemerintahan (Kemenkes RI,
2008).
4

2. Standar Pelayanan Medis


Menurut Adisasmito (2008) standar pelayanan medis adalah standar pelayanan
yang harus diikuti oleh dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik
kedokteran sesuai dengan bidang masing-masing. Standar pelayanan medis disusun
oleh profesi yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan bidangnya,
sebagai acuan penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO). Pola penyusunan
standar pelayanan medik dirancang dengan format yang sama untuk semua profesi
dalam suatu fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu terdiri dari :
1)
Nama penyakit atau diagnosis, dengan mencantumkan nama penyakit atau dibagi
dalam kelompok sesuai dengan kepentingan, bila perlu dilengkapi dengan kode
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)

ICD X
Kriteria diagnosis, terutama klinis dan waktu
Diagnosis diferensial, maksimum 3 diagnosis
Pemeriksaan penunjang
Konsultasi, rujukan kepada spesialis terkait di luar bidangnya
Perawatan RS, perlu atau tidak
Terapi farmakologik, non-farmakologik, bedah, dan non-bedah
Standar RS, sesuai kelas RS yang menangani
Penyulit, komplikasi yang mungkin terjadi
Informed consent
Standar tenaga
Lama perawatan, khusus untuk penayakit tanpa komplikasi
Masa pemulihan
Output, keterangan sembuh/komplikasi/kematian pada saat pasien pulang
Patologi anatomi, khusus bedah
Autopsi/risalah rapat, bila terjadi kasus kematian.

Pada penyusunan terdapat kesepakatan bahwa standar no 8 (standar RS) dan no 11


(standar tenaga) tidak harus selalu disebutkan agar pelaksana pelayanan medis tidak
dibatasi, selama pelaksanaan memenuhi prosedur yang ditetapkan (Adisasmito, 2008).

3. Standar Prosedur Operasional

Menurut Permenkes No. 1438 Tahun 2010, standar prosedur operasional adalah
suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan
proses kerja rutin tertentu, atau langkah yang benar dan terbaik berdasarkan
konsensus bersama dalam melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang
dibuat oleh fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi.

III.

Standar Kompetensi dan Contohnya yang Berkaitan dengan Kedokteran


Gigi Anak

1. Definisi Kompetensi
-Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan kompetensi sebagai seperangkat
kemampuan untuk dapat bertindak cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang untuk dapat dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugastugas di bidang tertentu (KKI, 2006).
-Chambers (1993) menyatakan bahwa kompetensi dalam kedokteran gigi adalah
perilaku yang diharapkan dari dokter gigi yang baru memulai praktik, yang meliputi
penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sebagai respon terpadu
terhadap berbagai tuntutan yang dihadapi dalam praktik (KKI, 2006).

2. Definisi Standar Kompetensi


Kriteria minimal yang harus dicapai oleh setiap lulusan institusi pendidikan dokter
gigi di Indonesia agar para lulusannya kelak dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat dengan mutu yang hampir sama (KKI, 2006).

3. Contoh Penerapan Standar Kompetensi yang Berkaitan dengan Kedokteran Gigi


Anak
Domain I Profesionalisme
1. Etik dan Jurisprudensi
Melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan kode etik serta
memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan hukum yang berkaitan
dengan praktik kedokteran gigi.
Contoh : Dokter gigi merujuk pasien dengan keterbelakangan mental ke spesialis
kedokteran gigi anak.

2. Analisis informasi kesehatan secara kritis, ilmiah dan efektif


Menganalisis, mengelola informasi kesehatan secara kritis, ilmiah, efektif, sistematis
dan komprehensif.
Contoh : Dokter gigi melakukan atau memberikan perawatan pada anak berdasarkan
pada bukti ilmiah seperti pemilihan bahan pulpotomi pada gigi desidui tidak
dianjurkan menggunakan kalsium hidroksida karena dapat menyebabkan resorpsi
internal.
3. Komunikasi
Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi secara efektif dan bertanggung jawab
baik secara lisan maupun tertulis dengan pasien, keluarga atau pendamping pasien
serta masyarakat, teman sejawat dan profesi kesehatan lain yang terkait.
Contoh : Ketika akan melakukan perawatan pada pasien anak, dokter gigi harus
mengkomunikasikan diagnosis perawatan, menginformasikan prosedur yang akan
dilakukan, dan edukasi pasca perawatan pada anak atau orang tua pasien.

4. Hubungan sosio kultural dalam bidang kesehatan gigi dan mulut

Mengelola dan menghargai pasien dengan keanekaragaman sosial, ekonomi, budaya,


agama dan ras melalui kerjasama dengan pasien dan berbagai pihak terkait untuk
menunjang pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang bermutu.
Contoh : Dokter gigi tidak boleh memilih atau membeda-bedakan pasien berdasarkan
tingkat sosial, ekonomi, budaya, agama tau ras.

Domain II Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi


5. Ilmu Kedokteran Dasar
Mengintergrasikan ilmu pengetahuan biomedik yang relevan sebagai data penunjang
untuk diagnosis dan tindakan medik kedokteran gigi
Contoh: Dokter gigi mampu memahami proses tumbuh kembang dentokraniofasial
pranatal dan pascanatal dalam melakukan perawatan pada pasien anak.

6. Ilmu Kedokteran Klinik


Memahami ilmu kedokteran klinik yang relevan sebagai pertimbangan dalam
melakukan perawatan gigi dan mulut pada pasien medik kompromis
Contoh : Dokter gigi mampu melakukan penatalaksanaan medis pada pasien anak
yang menderita diabetes melitus tipe 1 yang akan dilakukan pencabutan gigi.

7. Ilmu Kedokteran Gigi Dasar


Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi dasar mencakup: Biologi Oral, Biomaterial
dan Teknologi Kedokteran Gigi untuk menunjang keterampilan preklinik dan klinik
serta penelitiang bidang kedokteran gigi.
Contoh : Dokter gigi dapat memilih bahan atau material tumpatan berdasarkan sifat
dan indikasi material tersebut.

8. Ilmu Kedokteran Gigi Klinik


Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi klinik sebagai dasar untuk melakukan
pelayanan klinis kesehatan gigi dan mulut yang efektif dan efisien.
Contoh : Dalam praktiknya, dokter gigi harus mampu memahami prinsip pelayanan
klinis kesehatan gigi dan mulut dalam rangka promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.

Domain III Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik


9. Pemeriksaan Pasien
Mengenal dan mengelola perilaku pasien secara profesional.
Contoh : Dalam menghadapi pasien anak, dokter gigi harus dapat melakukan
pendekatan serta komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi pasien anak yang
akan ditangani. Komunikasi yang efektif dan efisien sesuai dengan segitiga perawatan
kedokteran gigi anak, yaitu dengan turut melibatkan orang tua/pendamping pasien.
Komunikasi yang dilakukan harus bersifat resiprokal, dengan fokus perhatian pada
pasien anak sehingga sikap saling menghargai dan saling percaya dapat terbangun
antar ketiganya. Komunikasi yang efektif akan mendukung terciptanya kerjasama
antara dokter, pasien dan orang tua serta mampu memicu motivasi dari dalam diri
pasien anak demi keberhasilan rencana perawatan.

10. Diagnosis
Menegakkan diagnosis dan menetapkan prognosis penyakit/kelainan gigi dan mulut
melalui interpretasi, analisis, dan sintesis hasil pemeriksaan pasien.
Contoh : Dokter gigi harus dapat mengidentifikasi keluhan utama penyakit,
menganalisis kondisi fisik, psikologis, dan sosial. Pemeriksaan lengkap dilakukan

sesuai dengan kebutuhan untuk menciptakan pemeriksaan yang komprehensif


sehingga dokter gigi dapat menegakkan diagnosis dengan tepat, menentukan rencana
perawatan sesuai dengan prioritasnya dengan tepat.

11. Rencana Perawatan


Mengembangkan, mempresentasikan dan mendiskusikan rencana perawatan yang
didasarkan pada kondisi, kepentingan dan kemampuan pasien .
Contoh : Dokter gigi harus mampu mengembangkan rencana perawatan komprehensif
dan rasional berdasarkan diagnosis yang ditetapkan serta menjelaskan temuan,
diagnosis, dan perawatan pilihan untuk mendapatkan persetujuan dilakukannya
perawatan. Aplikasi hal ini dalam kedokteran gigi anak diwujudkan dalam bentuk
informed consent dari orang tua anak setelah orang tua dijelaskan mengenai kondisi
dan perawatan yang akan diterima oleh anaknya.

Domain IV Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik


12. Pengelolaan Sakit dan Kecemasan
Mengendalikan rasa sakit dan kecemasan pasien disertai sikap empati.
Contoh : Dalam menghadapi pasien anak dengan ketakutan/kecemasan yang tinggi
dalam menjalani perawatan, dokter gigi harus mampu mengatasi rasa takut/kecemasan
tersebut dengan melakukan pendekatan tertentu (misalnya dengan menerapkan
metode desensitisasi) sehingga rasa takut yang dirasakan pasien anak dapat berangsur
hilang.

13. Tindakan Medik Kedokteran Gigi

10

Melakukan perawatan konservasi dan ortodontik gigi sulung dan permanen yang
sederhana.
Contoh : Pada kasus premature loss gigi molar pertama desidui, dokter gigi harus
mampu melakukan analisis ruang dan memilih perawatan ortodontik sederhana yang
tepat (berupa pembuatan space maintainer atau regainer) sehingga tidak terjadi
gangguan oklusi pada gigi pengganti yang akan erupsi.

Domain V Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat


14. Melakukan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat
Mendiagnosis masalah kesehatan gigi dan mulut masyarakat serta melakukan upaya
promotif dan preventif pada masyarakat.
Contoh : Dokter gigi harus mampu menilai derajat kesehatan gigi dan mulut siswa
sekolah dasar dengan menggunakan data hasil survei, mengidentifikasi faktor risiko
yang berperan dalam masalah kesehatan gigi dan mulut yang ada, serta merencanakan
program promotif-preventif yang sesuai (UKGS).

15. Manajemen Perilaku


Memahami konsep perilaku kesehatan individu dan masyarakat dalam bidang
kedokteran gigi.
Contoh : Dalam melakukan anamnesis, dokter gigi harus mampu mengidentifikasi
perilaku kesehatan gigi dan mulut anak sehari-hari. Apabila anak dinilai memiliki
perilaku kesehatan gigi dan mulut yang kurang (misalnya belum menyikat gigi
dengan cara yang benar), dokter gigi harus mampu melakukan pendekatan agar anak
memiliki kesadaran untuk mengubah perilaku kesehatan gigi dan mulutnya menjadi

11

lebih baik. Pendekatan dapat dilakukan melalui edukasi berupa penjelasan cara
menyikat gigi yang benar dengan menggunakan model dan sikat gigi.

Domain VI Manajemen Praktik Kedokteran Gigi


16. Manajemen Praktik dan Lingkungan Kerja
Menata manajemen praktik serta tatalaksana lingkungan kerja praktik kedokteran gigi
secara ergonomik dan menerapkan prinsip dasar pengelolaan praktik dan
hubungannya dengan aspek sosial
Contoh : Dokter gigi bekerjasama dengan perawat gigi untuk mempersiapkan alatalat, prosedur dan jadwal yang baik untuk mendapatkan hasil yang optimal serta
bekerja secara efisien dan efektif.

Daftar Pustaka
Adisasmito, W. 2008. Kebijakan Standar Pelayanan Medik dan Diagnosis Related
Group (DRG). Kelayakan Penerapannya di Indonesia. FKM UI. Jakarta
Crandell, CE. 1979. Comprehensive care in dentistry. PSG. New York.
Kepmenkes RI No. 828 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Minimal
bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

12

Kepmenkes No. 1438 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran.


KKI. 2006. Standar Kompetensi Dokter Gigi. Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Snyder, SJ. 2010. Fundamentals of Nursing:
Concept, Process, and Practice, 7th edi. Pearson Education inc, New York.

13

You might also like