You are on page 1of 18

URETEROLITHIASIS

(BATU URETER)
A. PENGERTIAN
Ureterolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi
(batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di
dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan
kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh
sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik
sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal.
Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine
berwarna keruh seperti teh atau merah. (Brunner and Suddarth, 2002: 1460).
Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter
mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu
ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung
kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan
obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak jarang terjadi
hematuria yang didahului oleh serangan kolik. (R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027).
Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut batu
ginjal.Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal. 1595).
Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut
dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat
sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi)
(30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006, ILMU
BEDAH, hal. 171).
Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih, yang
dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs & Fransica B.B,
Sistem Perkemihan, hal. 76).
B. ETIOLOGI
Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :
1. Ginjal
Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu
2. Immobilisasi
Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan penimbunan kalsium. Peningkatan
kalsium di plasma akan meningkatkan pembentukan batu.
3. Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan menjadi inti
pembentukan batu.
4. Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu.
5. Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan batu
dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.
6. Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan pemasukan
cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di ruang mesin
menyebabkan banyak keluar keringat, akan mengurangi produksi urin.
7. Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi terbentuknya
batu saluran kemih.

8. Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju, kacang
polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging, jeroan. Tinggi
oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.
C. KLASIFIKASI
Teori pembentukan batu renal
:
1. Teori Intimatriks
Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik Sebagai inti.
Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah
kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.
2. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat,
kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
3. Teori Presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine yang
bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap
garam-garam fosfat.
4. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat
magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran
Kencing.
D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi,
infeksi dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi
dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala namun secara
perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal
Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
3.
a.
b.
c.
d.

Batu di piala ginjal


Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke bawah
mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal, dan muncul
Mual dan muntah.
Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari
reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus besar.
Batu yang terjebak di ureter
Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan
genitalia.
Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar
Hematuri akibat aksi abrasi batu.
Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.

4. Batu yang terjebak di kandung kemih


a. Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan
hematuri.
b. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine.
E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis
belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara
lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga
peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan
sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung
pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin
dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi
pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat
dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu
struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan
terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika
cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan
pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan
batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri,
trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar
dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari
dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena
dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organorgan dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan
fungsinya secara normal.
Maka dapat terjadi penyakit GGK yang dapat menyebabkan kematian.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel
darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta serpihan,
mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin
meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat.
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.
3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus,
proteus,klebsiela,pseudomonas).
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan
elektrolit.
5. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder
terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar
bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia.
8. Sel darah merah : biasanya normal.

9. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong presipitas
pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).
10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang reabsorbsi
kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).
11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang ureter.
12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau
panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan garis bentuk
kalkuli.
13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu dan
efek obstruksi.
14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter, dan
distensi kandung kemih.
15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
G. KOMPLIKASI
1. Sumbatan : akibat pecahan batu
2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan pengangkatan
batu ginjal
H. PENCEGAHAN
1. Usahakan diuresis yang adekuat: minum air 2-3 liter per hari dapat di capai diuresis 1,5
liter/hari.
2. Pelaksanaan diet bergantung dari jenis penyakit batu (rendah kalsium tinggi sisa asam, diet
tinggi sisa basa, dan diet rendah purin).
3. Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit.
I. PENATALAKSANAAN
1. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan, morfin
diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air hangat di area panggul
dapat bermanfaat. Cairan yang diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita
gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini
meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu sehingga mendorong passase
batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi kosentrasi kristaloid
urine, mengencerkan urine dan menjamin haluaran urine yang besar.
2. Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral kecil untuk
menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika mungkin), akan segera mengurangi
tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.
3. Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu ginjal.
Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet yang merupakan
bahan utama pembentuk batu(mis.kalsium), efektif untuk mencegah pembentukan batu atau
lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Minum paling sedikit 8 gelas sehari
untuk mengencerkan urine, kecuali dikontraindikasikan.
a. Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat membantu
mencegah pembentukan batu lebih lanjut.
b. Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang memiliki batu fosfat,
untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium hidroksida dapat diresepkan karena agens

c.
d.
e.
4.
5.
6.
7.
8.

ini bercampur dengan fosfor, dan mengeksikannyamelalui saluran intensial bukan ke system
urinarius.
Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah purin, untuk mengurangi
ekskresi asam urat dalam urine.
Batu oksalat, urine encer dipertahankan dengan pembatasan pemasukan oksalat. Makanan
yang harus dihindari mencakup sayuran hijau berdaun banyak, kacang,seledri, coklat,the,
kopi.
Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi, modaritas
penanganan mencakup terapi gelombang kejut ekstrakorporeal, pengankatan batu perkutan,
atau uteroroskopi.
Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur noninvasive yang digunakan
untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang kecil
seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan
Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi menggabungkan keterampilan
ahli radiologi dan urologi untuk mengankat batu renal tanpa pembedahan mayor.
Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan suatu alat ureteroskop
melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik,
atau ultrasound kemudian diangkat.
Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai
alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain, dan menolak
metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal secara bedah
merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan
nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau nefrektomi, jika ginjal tidak
berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di piala ginjal diangat dengan pielolitotomi,
sedangkan batu yang diangkat dengan ureterolitotomi, dan sistostomi jika batu berada di
kandung kemih., batu kemudian dihancur dengan penjepit alat ini. Prosedur ini disebut
sistolitolapaksi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarths (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. (Edisi kedelapan). Jakarta :
EGC.
Baradero, Mary, MN, SPC,Dkk,(2005). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E, RN. BSN, MA, CS (2000). Rencana Asuhan Keperawatan.(Edisi ketiga).
Jakarta : EGC.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. (Buku 3). Bandung : IAPK Padjajaran.
Noer, H.M, Sjaifoellah (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Jilid kedua, Edisi ketiga). Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
Nursalam, DR. M.Nurs,dkk.(2006). System Perkemihan. Jakarta : salemba medika
Price, Sylvia Anderson, Ph.D., R.N (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. (Edisi keempat). Jakarta : EGC

I.

Mekanisme Penyakit

1.

A. Definisi Ureterolithiasis
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter .Batu ureter pada umumnya berasal dari
batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan
kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian
berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil
menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimtomatik.
Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik. (R. Sjamsuhidajat, 2003 Hal.
1027).
Ureterolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada
ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan.
Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu
tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi
bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter
cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang,
nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah. (Brunner and
Suddarth, 2002: 1460).

1.

B. Klasifikasi
Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black dalam buku Medical Surgical Nursing, 2001
hal 822-824 dan Basuki B Purnomo, 2000 hal 64-66 adalah:
1)

Batu Kalsium

Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya terdiri dari fosfat atau
kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil disebut pasir atau kerikil sampai ke ukuran yang
sangat besar staghorn yang berada di pelvis dan dapat masuk ke kaliks.

Faktor penyebab terjadinya batu kalsium adalah:


a)
Hypercalsuria (peningkatan jumlah kalsium dalam urin) biasanya disebabkan
komponen:

oleh

(1) Peningkatan resopsi kalsium tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroid primer atau
pada tumor paratiroid
(2) Peningkatan absorbs kalsium pada usus yang biasanya dinamakan susu-alkali syndrome,
sarcoidosis
(3)

Gangguan kemampuan renal mereabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal

(4)

Abnormalitas struktur biasanya pada daerah pelvikalises ginjal

b)
Hiperoksaluria: eksresi oksalat urine melebihi 45 gram perhari. Keadaan ini banyak dijumpai
pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani pembedahan usus dan

pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink,
jeruk sitrun, sayuran berdaun hijan banyak terutama bayam
c)
Hipositraturi: di dalam urin sitrat akan bereaksi menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat
atau fosfat. Karena sitrat dapat bertindak sebagai penghambat pembentukan batu kalsium. Hal ini
dapat terjadi karena penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretic
golongan thiazid dalam jangka waktu yang lama.
d)
Hipomagnesuri: magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium, karena
didalam urin magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga
mencegah ikatan kalsium oksalat.
e)

Terhadap Batu Kalsium Oksalat/fosfat


Dapat dengan modifikasi diet dan terapi obat-obatan.
Kurangi konsumsi soft drink. Karena soft drink yang mengandung asam fosfat

berhubungan dengan peningkatan 15% kekambuhan batu dalam 3 tahun. Bagaimana mekanisme
tak begitu jelas, tapi diduga sedikit kelebihan asam akan meningkatkan ekresi kalsium dan asam
urat.
Kurangi makan protein terutama protein hewani karena banyak mengandung asam

amino yang mengandung sulfur. Hasil metabolismenya akan meningkatkan asam sulfur dan ini
akan berpengaruh terhadap ekresi kalsium, asam urat dan sitrat. Juga dianjurkan mengurangi
konsumsi makanan yang mengandung oksalat, seperti teh, kopi, bayam, dan lain-lain
Obat-obatan :
Obat-obatan yang dapat digunakan yaitu thiazide, Alupurinol, Pemberian Kalium sitrat, kalium
bikarbonat, natrium bikarbonat serta jouice orange sebagai alternatif untuk meningkatkan pH urin,
dan Selulosa fosfat akan mengikat kalsium dan eksresi di urin Diuretik.
Oksalat membentuk kristal dengan Kalsium. Hiperoksaluria terjadi karena:
1. Produksi dalam tubuh meningkat:
Karena menelan bahan-bahan yang mendorong
terbentuknya oksalat, misalnya vitamin C
Karena kekurangan vitamin B6
penyakit hiperoksaluria, adanya kelainan mclabolisine sehingga produksi meningkat
2. Intake oksalat meningkat:
Alakan bahan oksalat yang berlebihan
Penyerapan oksalat yang berlebihan karena penyakit di USUS (enteric hyperoxaluria)
Penyerapan Kalsium yang berlebihan atau diit rendah kalsfuni.
2)

Batu struvit

Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya
infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau
urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi basa melalui
hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana ini memudahkan garam-garam magnesium, ammonium
fosfat, dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman-kuman
pemecah urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter, pseudomonas, dan
stapillokokus.
Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat (batu struvit) dan kalsium
fosfat. Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri pemecah
urea. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh
pelvis dan kaliks ginjal. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan
mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal. Batu ini bersifat radioopak dan mempunyai densitas yang
berbeda. Diurin kristal batu struit berbentuk prisma empat persegi panjang. Dikatakan bahwa batu
staghorn dan struit mungkin berhubungan erat dengan destruksi yang cepat dari ginjal hal ini
mungkin karena proteus merupakan bakteri urease yang poten.
Batu infeksi ini mula-mula terjadi karena supersaturasi dari magnesium ammonium fosfat dan
karbonatapatie. Supersaturasi ini terjadi karena adanya infeksi ginjal oleh kuman Proteus yaitu
kuman yang memecah/menguraikan ureum sehingga air ken-Lih menjadi basa. Kuman-kuman lain
yang juga memecah ureum: Klebsiella, Pseudomonas, Providencia.
Pada batu struvit yang tidak dapat dibuang, maka diberikan Acetohydroxamidc acid (AHA) untuk
mencegah infeksi yang dapat mengarah terbentuknya batu.

3)

Batu asam urat

Factor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah:


a)
Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang
mengandung purine, peminum alcohol.
b)

Volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau

banyak

dehidrasi.

c)
Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam. Asam urat yang berlebih dalam urin
bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya batu kalsium oksalat.
d)
Sering terjadi karena pH urin yang rendah karena itu perlu diusahakan selain mengatasi
hiperurikosuria juga perlu alkalinisasi urin. Dalam hal ini dianjurkan pemberian allopurinol dan
Natrium Bikarbonat secukupnya.
Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu saluran kemih dan batu ini tidak mengandung kalsium dalam
bentuk murni sehingga tak terlihat dengan sinar X (Radiolusen) tapi mungkin bisa dilihat dengan
USG atau dengan Intra Venous Pyelografy (IVP). Batu asam urat ini biasanya berukuran kecil, tapi
kadang-kadang dapat cukup besar untuk membentuk batu staghorn, dan biasanya relatif lebih
mudah keluar karena rapuh dan sukar larut dalam urin yang asam. Batu asam urat ini terjadi
terutama pada wanita. Separuh dari penderita batu asam urat menderita gout; dan batu ini
biasanya bersifat famili apakah dengan atau tanpa gout. Dalam urin kristal asam urat berwarna

merah orange. Asam urat anhirat menghasilkan kristal-kristal kecil yang terlihat amorphous
dengan mikroskop cahaya. Dan kristal ini tak bisa dibedakan dengan kristal apatit. Batu jenis
dihidrat cenderung membentuk kristal seperti tetesan air mata.
4)

Batu sistin

Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang mewarisi penghambat


atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang timbul biasanya pada anak kecil dan orang tua,
jarang ditemukan pada usia dewasa.
Pemberian cairan yang banyak dan alkalinisasi urin. Namun sering tidak adekuat untuk mencegah
pembentukan batu sistin. Disamping pemberian minum yang cukup banyak pemberian
Penicillamine 0,25-1,5mg / hari akan mencegah kekambuhan dan pH dibuat 8.
Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSDK, Batu ini jarang dijumpai (tidak umum), berwarana kuning
jeruk dan berkilau. Sedang kristal sistin diurin tampak seperti plat segi enam, sangat sukar larut
dalam air. Bersifat Radioopak karena mengandung sulfur.
Jika batu cystine tidak dapat dikontrol melalui minum banyak, maka Thiola dan Cuprimine, akan
membantu menurunkan jumlah cystine dalam urine.

5)

Batu xanthine

Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi karena defisiensi oksidasi xathine.
bersifat herediter karena defisiensi xaintin oksidase. Namun bisa bersifat sekunder karena
pemberian alupurinol yang berlebihan.

Gambar ureterolithiasis (batu ureter) :

1.

C. Etiologi
Etiologi ureterolothiasis adalah kondisi-kondisi yang mendukung terbentuknya batu yaitu matrik
protein dan inflamasi bakteri, peningkatan konsentrasi urine, sebagai pencetus percepatan
pembentukan kristal seperti kalsium, asam urat dan posfat. Selain itu level keasaman yang
abnormal (alkali) juga mempercepat pembentukan kristal. Selain itu, statis urin juga sebagai
predisposisi pembentukan batu.
Faktor-faktor yang berperan pada pembentukan batu dibagi atas 2 golongan, yaitu :
1) Faktor endogen yaitu ;
a)

Faktor genetik ;
Hipersistinuria : gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya absorbsi khusus

yang berlebihan juga pengaruh vitamin D dan hiperparatiroid


Hiperkalsiuria primer : kebocoran pada ginjal
Hiperokalsuria primer : inflamasi saluran cerna, reseksi usus halus, by jejenoikal, sindrom
malabsorbsi.

2) Faktor eksogen yaitu ;


a)

Faktor lingkungan ;
Infeksi

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan batu saluran kemih. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureumdan membentuk
amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan mengendapkan garam-garam fosfat.

Jenis kelamin
Data menunjukkan bahwa batu saluran kemih lebih banyak ditemukan pada pria. Ratio pria dan
wanita yang mengalami urolithiasis adalah 4 : 1.

Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi kemungkinan terjadinya
batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urin meningkat
dan akan mempermudah pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum sesuai dengan kadar
mineralnya terutama kalsium diperkirakan mempengaruhi terbentuknya batu saluran kemih.

Pekerjaan
Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak misalnya buruh dan petani akan mengurangi
kemungkinan terjadinya batu saluran kemih bila dibandingkan dengan pekerja-pekerja yang
banyak duduk.

Makanan
Pada orang yang banyak mengkonsumsi banyak protein hewani angka morbiditas batu saluran
berkurang. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu
saluran kemih.

Suhu
Tempat yang bersuhu panas, misalnya daerah tropis, menyebabkan banyak mengeluarkan
keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan saluran kemih.
(Toto s, Abdul. 2010)

1.

D. Patofisiologi
Pembentukan batu meliputi idiopatik, gangguan aliran kemih, gangguan metabolisme, infeksi
saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus mirabilis), dehidrasi, benda
asing, jaringan mati (nekrosis papil) dan multifaktor (www.detikhealth.com/konsultasi/ urologi/html,
07 Oktober 2003 Jam 09.00).
Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih; tetapi hingga kini
masih belum jelas teori mana yang paling benar.
Beberapa teori pembentukan batu adalah :
1)

Teori Nukleasi

Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus). Partikelpartikel yang berada dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated) akan mengendap di
dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda
asing di saluran kemih.
2)

Teori Matriks

Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan mukoprotein)
merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.
3)

Penghambatan kristalisasi

Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara lain :
magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau
beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih.
(Basuki, 2000 hal. 63).
5)

Insiden

penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di
negara kita. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-negara
berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas; hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan
aktivitas pasien sehari-hari. (Basuki, 2000 Hal. 62).

Pathway :

Faktor yang mempengaruhi terjadinya Ureterolithiasis :

Konsentrasi larutan urin


Kristalisasi mineral seputar Obstruksi saluran kemih parsial
Pembentukan Batu ginjal
Ureterolithiasis

Vesikolithiasis
UrolithiasisUreter

Peningkatan distensi abdomen

Perubahan pola eliminasi urin

Ggn rasa nyaman: nyerihipotalamus Merangsang nociseptor

Mual, muntah

Operasi terbuka

Gangguan pemenuhan
Kebutuhan cairan

Kurang informasi

Resti
infeksimikroorganisme
Kurang
pengetahuan ttg kondisi
penyakitnya

1.

E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius (Batu di ureter) bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema ;

1.
2.
3.
4.

Nyeri pinggang menyebar sampai ke paha dan genitalia.


Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar
Hematuria akibat aksi abrasi batu.
Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1cm.
Gerakan pristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga menimbulkan kontraksi
yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik). Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut
bagian depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan.
Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada saat kencing
atau sering kencing. Batu yang ukurannya kecil (< 5 mm) pada umumnya dapat keluar spontan
sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi peradangan
(periureteritis) serta menimbulkan obstruksi kronik berupa hidroureter/hidronefrosis (Basuki, 2000
Hal 69).

1.

F. Komplikasi
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini dibedakan komplikasi akut dan komplikasi jangka
panjang :
1) Komplikasi akut yang sangat diperhatikan oleh penderita adalah kematian, kehilangan ginjal,
kebutuhan transfusi dan tambahan intervensi sekunder yang tidak direncanakan. Komplikasi akut
dapat dibagi menjadi yang signifikan dan kurang signifikan. Yang termasuk komplikasi signifikan
adalah avulsi ureter, sepsis, trauma vaskuler,hematuria. Sedang yang termasuk kurang signifikan
perforasi ureter, hematom perirenal, ileus, stein strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasistent.
2) Komplikasi jangka panjang adalah Gagal ginjal akut sampai kronis. Striktur tidak hanya
disebabkan oleh intervensi, tetapi juga dipicu oleh reaksi inflamasi dari batu, terutama yang
melekat. Angka kejadian striktur kemungkinan lebih besar dari yang ditemukan karena secara
klinis tidak tampak dan sebagian besar penderita tidak dilakukan evaluasi radiografi ( IVP ) pasca
operasi( Suparman, et.al. 2003 )

G. Pemeriksaan Diagnostik

1) Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya sel darah
merah, sel darah putih dan kristal serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam.
2) Urine (24 jam) : kreatinin, oksalat atau sistin meningkat.
3) Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan
elektrolit.
4) Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar
bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
5) Darah lengkap :
- Leukosit : meningkat menunjukkan adanya infeksi.
- Eritrosit : biasanya normal.
- Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
6) Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang ureter.
7) IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul.
8) USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

1.

H. Penatalaksanan
1.
a. Non farmakologi
1) Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan dapat keluar spontan.
Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian
diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar.
2) ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980.
Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui
tindakan invasif atau pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih.
3) Endourologi

1.

2.
3.

PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) : mengeluarkan batu yang berada di saluran ginjal
dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu.
Litotripsi : memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah
batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna
melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang

berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi
atau uretero-renoskopi ini.
4) Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya dengan keranjang Dormia.
5)

Bedah Laparoskopi

Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang.
Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
6)
1.

1.

Bedah terbuka :
Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter

b. Pengobatan farmakologi :
Obat-obatan dalam tindakan penatalaksanaan medis :
1) Analgesia untuk meredakan nyeri dan memberi kesempatan batu untuk keluar sendiri.
2) Opioid (injecsi morfin sulfat, petidin hidroklorida)au obat AINS (mis ketorolac dan naproxen)
dapat diberikan, bergantung pada intensitas nyeri.
3) Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter.
4) Allopurinol untuk batu asam urat.
5) Renisillin untuk batu systin.
6) Pada batu struvit yang tidak dapat dibuang, maka diberikan Acetohydroxamidc acid (AHA)
untuk mencegah infeksi yang dapat mengarah terbentuknya batu.
7) Jika batu cystine tidak dapat dikontrol melalui minum banyak, maka Thiola dan Cuprimine,
akan membantu menurunkan jumlah cystine dalam urine.
8) Pemberian antibiotic dilakukan apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan
batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah dikeluarkan, batu ginjal dapat dianalisis dan obat
tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.
Preparat diuretic tiazida akan mengurangi kandungan kalsium dalam urine dengan menurunkan
ekskresi kalsium dalam tubulus ginjal. Produksi asam urat dapat dikurangi dengan pemberian
alopurinal. Urine yang asam harus dibuat basa dengan preparat sitrat. (Chang, Esther, 2009 hal:
239).
Obat yang bisa diberikan pada pasien batu ureter :
1)

BATUGIN ELIXIR 120 ML

Indikasi :

Membantu meluruhkan batu urin dan batu saluran kemih serta memperlancar keluarnya air kemih.
Disarankan untuk melanjutkan pengobatan secara teratur, untuk menghindari pembentukan
kembali batu urin atau batu saluran kemih yang baru.
2)

BATUREN Exilir

Indikasi:
Membantu meluruhkan batu urin / batu ginjal
Mencegah pembentukan batu urin / batu ginjal
Melancarkan keluarnya air kencing.

3) BATUREN KAPSUL
Indikasi :
Membantu meluruhkan batu urin / ginjal, mencegah pembentukan batu urin / ginjal, melancarkan
keluarnya air kencing dan mengurangi sakit pinggang.
4)

ENATIN SOFT GIRL

Indikasi :
Membantu meluruhkan batu urin/ginjal.
Membantu mengurangi peradangan pada saluran kemin akibat luka yang ditimbulkan
batu urin.

1.

I. Pencegahan
Untuk mencegah pembentukan kristal fosfat, ammonium, magnesium, semua batu yang ada
dalam saluran kemih harus dihilangkan karena kuman B.Proteus dapat berada di bagian yang sulit
dicapai oleh antibiotic. Karena itu untuk batu struvit mutlak harus dicegah adanya batu residu agar
infeksi dapat dibasmi sempurna. Kristalisasi asam urat sangat tergantung pada pH urin. Bila pH
selalu di atas 6,2 maka tidak akan terbentuk kristal asam urat. Pencegahannya adalah dengan diit
dan pada penyakit asam urat yang tinggi dalam serum dapat diberikan alopurinol.
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan :
1) Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium oksalat seperti
bayam, daun seledri, kacang-kacangan, kopi, teh, dan coklat. Sedangkan baut kalsium fosfat :
mengurangi makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut, kerang, daging, sarden,
keju dan sari buah.

2) Batu asam urat


Makanan yang dikurangi : daging, kerang, gandum, kentang, tepung-tepungan, saus dan lain-lain.
3) Batu struvite
Makanan yang dikurangi : keju, telur, buah murbai, susu dan daging.
4) Batu cystin
Makanan yang dikurangi : sari buah, susu, kentang.
Anjurkan pasien banyak minum : 3-4 liter/hari serta olahraga yang teratur.
Faktor utama yang menentukan saturasi oksalat kalsium adalah kalsium dan oksalat. Oksalat
mempunyai potensi jauh lebih besar jika dibanding dengan kalsium sebagai faktor saturasi di air
kemih sehingga untuk menghindari terjadinya kristalisasi kalsium oksalat yang terpenting adalah
mencegah ekskresi oksalat di air kemih. Ekskresi oksalat di air kemih sebagian berasal dari
makanan, tetapi sebagian besar bersumber dari metabolisme endogen. Dari bahan makanan yang
paling banyak mengandung oksalat adalah bayam, teh, kopi dan coklat. Makanan dengan rendah
oksalat merupakan cara yang bermanfaat untk mengurangi ekskresi okasalat.

You might also like