You are on page 1of 4

Matthew 11

February 24, 2013


Language A1 Indo
Bumi Manusia WS 3
1. Berikan opinimu atas percakapan antara Minke dengan Robert Millema
berdasarkan bagian novel halaman 154-160. Tuliskan 5 hal yang menjadi
perdebatan mereka.
Pada awalnya, terlihat seperti semuanya berjalan baik baik saja. Robert
mencoba untuk berbincang-bincang dengan Minke. Ia mengajak Minke
kedalam kamarnya. Namun ternyata seiring berjalannya waktu, Nada dari
Robert menandakan ketidaksukaannya dengan Minke. Ini disebabkan oleh
kehadiran Minke dirumahnya dan Minke yang sudah sangat akrab dengan
adiknya Annelies. Robert yang sangat tidak menyukai Pribumi sampai sampai
ia tidak mengakui dirinya sebagai seorang Indo juga menyebabkan ketidak
sukaannya terhadap Minke yang adalah Pribumi. Hal hal yang mereka
debatkan adalah persoalan tentang bersekolah di HBS, masa depan Minke
setelah lulus dari HBS, Keinginan Robert untuk pergi dan meninggalkan usaha
keluarga, kebenaran tentang stereotip pribumi buaya darat, dan juga tentang
identitas diri mereka.
2. Cari informasi selengkapnya mengenai tokoh-tokoh di bawah ini dan
menurutmu mengapa seorang Pramoedya perlu memasukkan namanama mereka dalam novel ini:
a) Victor Hugo
Victor-Marie Hugo (lahir 26 Februari 1802 meninggal 22 Mei 1885 pada
umur 83 tahun) adalah salah satu penulis aliran romantisme pada abad ke19 dan sering dianggap sebagai salah satu penyair terbesar Perancis.
Karya-karyanya yang paling dikenal adalah Les Misrables dan NotreDame de Paris. Karya puisinya yang dianggap sangat terkenal diantaranya
adalah Les Contemplations dan La Lgende des Sicles. Tidak hanya itu,
Victor Hugo juga merupakan seorang sastrawan pada abad ke-19, yaitu
pada saat novel ini ditulis oleh Pramoedya. Pada usia tua, karyanya
menggambarkan hampir semua isu politik dan sosial, serta kecendrungan
artistik pada zamannya. Menurut saya Pramoedya memasukkan nama
Victor Hugo karena ia ingin memberitahu kepada pembaca bahwa Minke
adalah orang yang sangat pintar, sampai-sampai dapat dibandingkan
dengan seorang Victor Hugo. Di dalam novel, Nyai Ontosoroh berharap
Minke dapat menjadi seperti Hugo.
b) G. Francis
G. Francis adalah seorang sastrawan Indonesia yang terkenal pada abad
ke-19 dengan karyanya yang berjudul Tjerita Njai Dasima. Novel tersebut
pun akhirnya diadaptasi menjadi sebuah film pada tahun 1929 dan 1932.
Menurut saya nama ini dimasukkan oleh Pramoedya ke dalam novelnya
karena pertama-tama karya dari G. Francis sendiri mempunyai seorang
tokoh yang sama, yaitu Nyai. Kemudian, novel tersebut pun ditulis pada
waktu yang kurang lebih mempunyai era yang sama dengan pada saat
novel Bumi Manusia ditulis oleh Pramoedya.

c) Multatuli & Max Havelaar


Eduard Douwes Dekker (lahir di Amsterdam, Belanda, 2 Maret 1820
meninggal di Ingelheim am Rhein, Jerman, 19 Februari 1887 pada umur
66 tahun), atau yang dikenal pula dengan nama pena Multatuli (dari bahasa
Latin multa tuli "banyak yang aku sudah derita") , adalah penulis Belanda
yang terkenal dengan novelnya, Max Havelaar (1860). Novel yang
mempunyai genre satir ini berisi kritik atas perlakuan buruk para penjajah
terhadap orang-orang pribumi di Indonesia. Eduard memiliki saudara
bernama Jan yang adalah tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, Ernest
Douwes Dekker dikenal pula dengan nama Danudirja Setiabudi. Dari
konteks novelnya sendiri, kita sudah bisa melihat adanya persamaan antara
isi novel Max Havelaar dan Bumi Manusia, yakni keduanya menceritakan
tentang kekuasaan penajajah terhadap orang-orang pribumi HindiaBelanda. Pada awalnya pun, novel Max Havelaar tidak diperkenankan
untuk dipublikasikan, dan hal serupa terjadi kepada novel-novel yang
ditulis oleh Pramoedya. Oleh karena itu, Pramoedya ingin menggunakan
novel Max Havelaar sebagai kritik dan sindiran kepada negara.
d) Van Eysinga
Frans Julius Johan van Eysinga (Wommels, 31 Desember 1818
Leeuwarden, 16 April 1901) adalah seorang politisi asal Belanda. Ia salah
satu dari 12 senator Belanda yang membuat undang=undang tentang
penghapusan perbudakan di seluruh Kerajaan Belanda. Pramoedya ingin
memasukkan Van Eysinga untuk menggambarkan Nyai Ontosoroh yang
sedang melakukan sesuatu yang menentang norma masyarakat. Van
Eysingan ingin menghapus perbudakkan, sedangkan Nyai Ontosoroh
adalah seorang Nyai yang memegang perusahaan yang sangat besar yang
pernah dimiliki oleh orng Belanda dan ia adalah seorang Pribumi.
3) Berikan komentarmu atas pengalaman Minke bertemu dengan bupati B
yang ternyata adalah ayahnya. Kutip bagian dialog yang mendukung
komentarmu!
Sebelum bertemu dengan Bupati, Minke sudah mulai merasakan hal hal yang
aneh dan meresahkan hati. Minke merasa bahwa ada perasaan yang tidak enak
dan ia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Pertemuan antar ayah dan anak
yang sudah lama tidak bertemu seharusnya mengharukan dan penuh tangis.
Seharusnya menjadi waktu yang indah. Tetapi pertemuan antara Minke dan
Ayahnya malah memicu amarah ayahnya. Bukannya penuh haru, malah penuh
amarah dan emosi.
Makin tinggi sekolah makin jadi buaya bangkong! Bosan main-main dengan
gadis-gadis sebaya sekarang mengeram di sarang nyai. Mau jadi apa kau ini?
(Hal. 184)

4) Interptretasikan kutipan-kutipan di bawah ini dan mengapa kutipan


tersebut penting?
a) Bunda tak hukum kau. Kau sudah temukan jalanmu sendiri. Bunda
tak akan halangi, juga tak kan panggil kembali. Tempuhlah jalan yang
kau anggap terbaik. Hanya jangan sakiti orang tuamu, dan orang yang
kau anggap tak tahu segala yang kau tahu. (hal. 194)
Kutipan tersebut dikatakan oleh Ibu Minke pada saat pertemuan mereka.
Pertemuan Minke dengan Ibunya tidak seperti pertemuannya dengan ayahnya
yang penuh amarah dan emosi. Pertemuan ini juga tidak begitu dpenuhi rasa
haru dan keindahan. Ibu Minke lebih mentolerir kelakuan Minke. Minke sudah
dewasa, oleh karena itu iya berhak memilih jalannya sendiri, termasuk
mengambil keputusan dalam pekerjaan dan pericntaan. Minke tau mana yang
baik untuk dirinya. Namun ibu Minke memberinya pesan bahwa jangan sakiti
hati orang tuanya dan orang orang yang ia anggap lemah. Kutipan ini penting
buat saya supaya saya sadar bahwa ketika saya membuat keputusan dalam
hidup, aya tidak boleh sampai menyakiti hati orang tua saya ataupun orang
orang yang saya anggap remeh.
b) Seorang pribumi yang mendapat didikan Eropa. Bagus. Dan sudah
begitu banyak yang kau ketahui tentang Eropa. Mungkin kau tak tahu
banyak tentang negerimu sendiri. Barangkali. Bukan? Aku tak salah
kan? (hal. 211)
Kata-kata ini dikatakan oleh Miriam De La Croix kepada Minke. Kutipan ini
adalah sebuah sindiran keras untuk tingkah laku Minke yang ingin menjadi
orang Eropa dan mencoba untuk melupakan identitas dirinya yang adalah
pribumi Indonesia. Sebagai seorang murid yang bersekolah di sekolah
international yang setiap hari berbahasa inggris, saya harus tetap mengakui
identitas saya sebagai warga negara Indonesia. Identitas sebagai warga negara
Indonesia lah yang terpenting dan saya seharusnya tidak bertingkah seperti
orang amerika atau eropa melainkan tetap mengakui sebagai orang Indonesia
yang sudah sangat international dan fasih berbahasa inggris.
5) Jelaskan latar sosial yang melatari kehidupan Robert Millema dan Maiko.
Isu-isu apa sajakah yang diangkat oleh Pramoedya melalui kehidupan dua
tokoh ini?
Kehidupan Robert Milemma dan Maiko tentu saja dipenuhi dengan orangorang dari berbagai daerah di belahan dunia yang baru saja mulai menduduki
Indonesia. Pada saat itu, Cina dan India merupakan dua negara yang sangat
aktif dalam trading di antara pulau-pulau di Indonesia. Maka dari itu, wajar
jika tidak sedikit orang-orang Cina dan India memilih untuk tinggal di pualu
tersebut untuk sejenak atau bahkan selama-lamanya, seperti Ah Tjong. Pada
saat zaman penajajahan Belanda tersebut, memang orang-orang yang memiliki
darah Belanda masih dipandang sebagai orang yang paling berkuasa, orang
yang berada di tingkat palign atas di tingkat strata sosial masyarakat. Hal
tersebut menyebabkan orang-orang lain dari suku lain untuk bersikap dengan
sangat sopan dan menghargai orang-orang yang berdarah Belanda.
Perdagangan yang dilakukan oleh beberapa negara tersebut pun bukan hanya
perdagangan barang-barang, namun manusia pun sering kali dijadikan sesuatu
yang diperdagangkan, seperti halnya perempuan-perempuan yang menjadi
pelacur di Indonesia, salah satunya adalah Maiko. Isu yang ingin disampaikan

oleh Pramoedya melalui kehidupan kedua tokoh tersebut adalah pertama


kehidupan sosial masyarakat yang tinggal di Indonesia pada masa penjajahan
Belanda, kehidupan seorang pelacur yang hanya bisa patuh kepada majikannya
dan harus menuruti apa yang mereka katakana, hubungan antara orang-orang
Belanda dan orang Tionghoa, dan nafsu seksual yang dimilki oleh orang
Belanda.

You might also like