Professional Documents
Culture Documents
Kata Pengantar......................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Struktur sel pada sistem saraf..........................................................................6
2.2 Fisiologi sinaps.................................................................................................9
2.3 Sistem saraf pusat..........................................................................................11
2.4 Sistem saraf
tepi.............................................................................................17
BAB III PENUTUP
3.1Kesimpulan......................................................................................................2
4
Daftar
Pustaka......................................................................................................25
BAB 1
PENDAHULUAN
Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron dan
jaringan penunjang yang disebut neuroglia . Tersusun membentuk sistem saraf
pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri atas otak dan medula
spinalis sedangkan sistem saraf tepi merupakan susunan saraf diluar SSP yang
membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem persarafan berfungsi
dalam mempertahankan kelangsungan hidup melalui berbagai mekanisme
sehingga tubuh tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi yang diterima oleh
tubuh baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal
menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut tubuh dapat mengadaptasi
sehingga tubuh tetap seimbang.
Otak (bahasa Inggris: encephalon) adalah pusat sistem saraf (bahasa Inggris:
central nervous system, CNS) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar
1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak mengatur dan
mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis
seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu
tubuh. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan
dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan
pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai dapat memengaruhi kognisi
manusia.
Saraf kranial (Latin: nervii craniales) adalah 12 pasang saraf pada
manusia yang mencuat dari otak, berbeda dari saraf spinal yang mencuat dari
sumsum tulang belakang. Saraf kranial merupakan bagian dari sistem saraf
sadar
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Neuron
Neuron adalah sel saraf yang merupakan unit dasar sistem saraf dan
berfungsi untuk menghantarkan impuls yang membawa informasi dari
lingkungan. Neuron juga dapat mengontrol kontraksi/gerakan otot dan
berkomunikasi satu sama lain. Neuron berbeda-beda dalam ukuran dan
bentuknya tergantung pada tugas khusus yang harus dilakukannya, namun
secara umum setiap neuron terdiri dari: badan sel (perikarion/soma), nucleus (inti
sel), axon, dendrit, dan tombol terminal. Setiap neuron memiliki sebuah badan
sel yang berisi nucleus yang di dalamnya terdapat kromosom (DNA).
Dari badan sel menjulur prosesus-prosesus (tonjolan) yang disebut axon
dan dendrit. Axon merupakan prosesus yang menghantarkan impuls dari badan
sel ke tombol terminal dan jumlahnya biasanya satu. Sedangkan dendrit
merupakan prosesus yang menghantarkan impuls menuju badan sel dan
jumlahnya biasanya banyak.
Axon dari sebagian besar neuron diselimuti oleh selaput tipis berlemak
yang disebut selubung myelin yang berfungsi mengisolasi axon. Jika selubung
myelin bersambungan, konduksi dapat dihindari, tetapi selubung myelin ini selalu
terhalang oleh sambungan yang disebut nodus Ranvier yang ada pada hampir
6
setiap 2 mm, dimana myelin itu sangat tipis atau sama sekali tidak ada. Konduksi
dalam benang bermyelin berlangsung lebih cepat daripada dalam benang yang
tidak bermyelin. Dalam evolusi , perkembangan selubung myelin itu lambat.
Kenyataan bahwa pembentukan selubung myelin dalam banyak bagian otak
belum sempurna sampai beberapa waktu setelah lahir, menunjukan bahwa
pematangan sensorik dan kemampuan motorik bayi berhubungan dengan proses
pembentukan myelin yang lambat.
Ada 3 jenis neuron, yaitu :
a) Neuron sensorik = neuron aferen
Fungsinya mengirimkan impuls yang diterima reseptor ke saraf pusat (otak).
Reseptor itu merupakan sel khusus dalam organ penginderaan, otot, kulit, serta
sendi yang mendeteksi adanya perubahan lingkungan.
b) Neuron motorik = neuron eferen
Fungsinya membawa isyarat atau impuls yang keluar dari otak/medulla spinalis
menuju ke organ efektor terutama otot dan kelenjar sehingga terjadi respon
motorik.
c) Interneuron = neuron-neuron asosiatif
Fungsinya menerima isyarat atau impuls dari neuron sensorik dan mengirimkan
impuls ke interneuron lain atau ke neuron motorik.
B. Konduksi Aksonal
Penjalaran impuls saraf terjadi di sepanjang axon. Jika axon terkena
rangsangan pada pusatnya, axon itu akan mengeluarkan impuls ke salah satu
arah, yaitu menuju badan sel atau menjauhi badan sel. Gerakan impuls saraf ini
bersifat elektrokimiawi. Selaput tipis yang menghubungkan protoplasma sel daya
tembusnya tidak sama terhadap berbagai jenis muatan ion listrik yang biasanya
mengapung dalam protoplasma dan cairan sekeliling sel. Dalam keadaan
istirahat, selaput sel mengeluarkan muatan ion sodium positif (Na+) dan memberi
jalan masuk ion potassium (K+) serta klorida(Cl-). Akibatnya terdapat kekuatan
listrik lemah, atau perbedaan voltase di seberang selaput. Di bagian dalam sel
saraf lebih negatif daripada di bagian luar. Keadaan demikian disebut potensi
istirahat (resting potential). Jika axon erkena rangsangan, kekuatan elektrik di
seberang selaput berkurang tepat pada waktu adanya rangsang. Jika
pengurangan potensi itu cukup besar, daya tembus selaput sel mengalami
perubahan sehingga ion sodium memasuki sel, proses ini disebut depolarisasi,
dan sekarang bagian luar selaput sel menjadi lebih negatif dibanding dengan
10
bagian luar sel. Fenomena ini disebut potensial aksi (action potential) sebagai
lawan dari potensi istirahat.
C. Transmisi Sinaptik
Hubungan sinaps antar neuron merupakan hal yang sangat penting
karena di sanalah sel saraf mengantar isyarat sebuah neuron dilepaskan atau
dibakar, ketika stimulus menyentuhnya melalui banyak axon yang melampaui
tahap gerbang tertentu. Aksi potensial pada neuron mengikuti asas semuanya
atau tidak sama sekali (all or none). Terbakar atau tidaknya neuron itu
tergantung pada potensi bertahap yang ada dalam dendrit dan badan sel.
Potensi bertahap itu digerakan oleh rangsangan dari neuron di seberang sinaps,
dan ukuran potensi itu berubah mengikuti jumlah dan jenis kegiatan yang masuk.
Ketika jumlah potensi bertahap menjadi cukup besar, depolarisasi yang memadai
dikeluarkan untuk menggerakan aksi potensial yang bersifat all or none,
sehingga informasi dapat dihantarkan. Misalnya neuron yang menanggapi
peregangan otot akan terbakar dalam ukuran yang sesuai dengan jumlah
peregangan, makin panjang peregangan makin banyak
neuron yang terbakar.
11
12
13
1)
Lobus Frontal
Lobus frontal merupakan lobus terbesar yang mencakup bagian dari
korteks serebrum bagian depan, yaitu dari sulcus sentralis (suatu fisura atau
jalur) dan di dasar sulcus lateralis. Area Broca terletak di lubos frontalis dn
mengontrol ekspresi bicara. Area asosiasi di lobus frontalis menerima informasi
dari seluruh otak dan menggabungkan informasi-informasi tersebut menjadi
pikiran, rencana, dan perilaku. Area ini mengontrol perilaku individu, membuat
keputusan, kepribadian, dan menahan diri.
2)
Lobus Parietal- lobus sensori
Lobus parientalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulcus
sentralis, di atas fisura lateralis dan meluas ke belakang ke fisura parietooksipitalis. Area ini menginterprestasikan sensasi. Sensasi yang tidak
berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu mampu mengetahui
posisi dan letak bagian tubuhnya. Kerusakan pada daerah ini menyebabkan
sindrom hemineglect .
3)
Lobus Temporal
Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke
bawah dari fisura lateralis dan ke sebelah postarior dari fisura parieto-oksipitalis.
14
15
16
2. Medulla Spinalis
b) Struktur Umum
Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Walaupun
diameter medulla spinalis bervariasi, diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran
jari kelingking. Panjang rata-rata 42 cm. Dua pembesaran, pembesaran lumbal
dan serviks menandai sisi keluar saraf spinal besar yang mensuplai lengan dan
17
tungkai. Tiga puluh satu pasang (31) saraf spinal keluar dari area urutan korda
melalui foramina intervertebral.
c) Struktur Internal
Terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang diselubungi substansi
putih. Kanal sentral berukuran kecil dikelilingi oleh substansi abu-abu bentuknya
seperti huruf H. Batang atas dan bawah huruf H disebut tanduk atau kolumna
dan mengandung badan sel, dendrite asosiasi dan neuron eferen serta akson
tidak termielinisasi. Tanduk dorsal adalah batang vertical atas substansi abu-abu.
Tanduk ventral adalah batang vertical bawah. Tanduk lateral adalah protrusi di
antara tanduk posterior dan anterior pada area toraks dan lumbal sistem saraf
perifer. Komisura abu-abu menghubungkan substansi abu-abu di sisi kiri dan
kanan medulla spinalis. Setiap saraf spinal memiliki satu radiks dorsal dan satu
radiks ventral.
d) Traktus Spinal
Substansi putih korda yang terdiri dari akson termielinisasi, dibagi menjadi
funikulus anterior,posterior dan lateral. Dalam funikulus terdapat fasiukulu atau
traktus. Traktus diberi nama sesuai dengan lokasi, asal dan tujuannya.
2.4 Sistem saraf tepi
Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang menghubungkan semua
bagian tubuh dengan sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi terdiri atas reseptor
sensorik dan efektor motorik. Reseptor sensorik terletak pada organ, bertugas
mendeteksi perubahan lingkungan luar atau dalam tubuh, serta
mengkomunikasikannya pada sistem saraf pusat melalui saraf sensorik aferen.
Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada di bagian luar otak dan
medulla spinalis (sumsum tulang belakang). Sistem ini juga mencakup saraf
kranial yang berasal dari otak, saraf spinal yang berasal dari medulla spinalis,
ganglia, reseptor sensorik yang berhubungan, dan sistem saraf otonom yang
18
mempunyai dua divisi utama: sistem saraf simpatis (torakolumbar) dan sistem
saraf parasimpatis (kraniosakral) (Sloane, 2003).
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar (sistem saraf somatik) dan sistem
saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas
yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas
yang tidak dapat diatur otak, antara lain denyut jantung, gerak saluran
pencernaan, dan sekresi keringat (Putrz & Pabst, 2000).
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf somatik (sadar) dan sistem saraf
otonom (tak sadar).
a.
saraf-saraf yang keluar dari otak dan serabut saraf sumsum tulang belakang
(saraf spinal), yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang
(Sloane, 2003). Saraf otak di khususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali
nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga
perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah
jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan
sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.
Serabut saraf otak (saraf kranial) ada 12 pasang yang terdiri dari (Sloane, 2003):
1)
Saraf Kranial I (Olfactorius)
Saraf Kranial I (olfactorius) merupakan saraf sensorik. Berfungsi untuk
penciuman, sensori menerima rangsang dari hidung, dan menghantarkannya ke
otak untuk diproses sebagai sensasi bau II.
Mekanisme: sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima
rangsangan olfaktorius. Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabutserabutnya berasal dari membran mukosa hidung dan menembus area
kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius, dan dari
sinilah traktus olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus
temporal bagian medial sisi yang sama.
2)
19
pergerakan bola mata elevasi alis, konstriksi pupil, dan memfokuskan lensa.
Saraf ini mengontrol sebagian besar gerakan mata, konstriksi pupil, dan
mempertahankan terbukanya kelopak mata (saraf kranial IV dan VI juga
membantu pengontrolan gerakan mata.)
4)
20
5)
Saraf Kranial V (Trigeminus) adalah saraf motorik dan saraf sensorik. Terbagi
atas:
a)
rongga hidung bagian atas, kulit kepala bagian frontal, dahi, bagian atas
alis, konjungtiva kelenjar air mata.
b) Syaraf maksilaris adalah saraf sensorik. Berfungsi: input dari dagu,
bibir atas, gigi atas, mukosa rongga hidung, palatum, faring.
c) Syaraf mandibularis adalah saraf motorik dan sensorik.
Berfungsi:sensorik untuk input dari lidah (bukan pengecapan), gigi
6)
sensorik untuk menerima rangsang dari bagian anterior lidah untuk diproses di
otak sebagai sensasi rasa; motoric untuk mengendalikan otot wajah untuk
menciptakan ekspresi wajah.
Mekanisme:saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik
fungsi motorik berasal dari nukleus motorik yang terletak pada bagian
ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat medulla oblongata. Fungsi
sensorik berasal dari nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus motorik
dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus
interna.Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah yang
terdiri dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot
stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior, dan otot platisma.
Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah.
8)
21
22
23
b.
disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan organ
tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung.
Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik (Wilson, 2005).
Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf
preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12.
Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di
sumsum tulang belakang yang mempunyai aktivitas perangsangan. Fungsi dari
sistem saraf simpatik adalah untuk mempercepat denyut jantung, memperlebar
pembuluh darah, memperlebar bronkus, mempertinggi tekanan darah,
memperlambat gerak peristaltis, memperlebar pupil, menghambat sekresi
empedu, menurunkan sekresi ludah, dan meningkatkan sekresi adrenalin
(Wilson, 2005).
Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral,
karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan
saraf parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan
ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh
yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik berkaitan
dengan pertahanan tubuh dan perbaikan sumber-sumber tubuhdan memiliki
fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada
sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada
sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung(Wilson, 2005).
24
25
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Otak (bahasa Inggris: encephalon) adalah pusat sistem saraf (bahasa
Inggris: central nervous system, CNS) pada vertebrata dan banyak invertebrata
lainnya. Saraf kranial (Latin: nervii craniales) adalah 12
pasang saraf pada manusia yang mencuat dari otak, berbeda dari saraf
spinal yang mencuat dari sumsum tulang belakang. Saraf kranial merupakan
bagian dari sistem saraf sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis
sensori (saraf I, II, VIII); 5 pasang jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4
pasang jenis gabungan (saraf V, VII, IX, X).
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis
Eds 5. Jakarta : EGC.
Potter perry. 2006. Fundamental keperawatan ed 2. Jakarta: EGC.
Sloane et all. (2004). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC.
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah
Brunner& Suddarth, Edisi 8, Volume 3, Penerbit EGC, Jakarta.
Heryati,Euis dan Nur Faizah. 2008. Psikologi Faal, Diktat Kuliah. Fakultas Ilmu
Pendidikan UPI.
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit; alih bahasa, Brahm U. Pendit, dkk; editor
edisis bahasa Indonesia, Huriawan Hertanto, dkk. Volume 2. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sloane, Ethel. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula; alih bahasa, James
Veldman, editor edisi bahasa Indonesia, Palupi Widyastuti. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
28