You are on page 1of 28

DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Struktur sel pada sistem saraf..........................................................................6
2.2 Fisiologi sinaps.................................................................................................9
2.3 Sistem saraf pusat..........................................................................................11
2.4 Sistem saraf
tepi.............................................................................................17
BAB III PENUTUP
3.1Kesimpulan......................................................................................................2
4
Daftar
Pustaka......................................................................................................25

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron dan
jaringan penunjang yang disebut neuroglia . Tersusun membentuk sistem saraf
pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri atas otak dan medula
spinalis sedangkan sistem saraf tepi merupakan susunan saraf diluar SSP yang
membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem persarafan berfungsi
dalam mempertahankan kelangsungan hidup melalui berbagai mekanisme
sehingga tubuh tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi yang diterima oleh
tubuh baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal
menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut tubuh dapat mengadaptasi
sehingga tubuh tetap seimbang.
Otak (bahasa Inggris: encephalon) adalah pusat sistem saraf (bahasa Inggris:
central nervous system, CNS) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar
1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak mengatur dan
mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis
seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu
tubuh. Otak manusia bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan
dan pemikiran manusia. Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan
pemikiran. Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai dapat memengaruhi kognisi
manusia.
Saraf kranial (Latin: nervii craniales) adalah 12 pasang saraf pada
manusia yang mencuat dari otak, berbeda dari saraf spinal yang mencuat dari
sumsum tulang belakang. Saraf kranial merupakan bagian dari sistem saraf
sadar

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa struktur sel pada sistem saraf ?
1.2.2 Bagaimana fisiologi dari sinaps ?

1.2.3 Apa yang dimaksud dengan sistem saraf pusat ?


1.2.4 Apa yang dimaksud dengan sistem saraf tepi ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui struktur sel pada sistem saraf
1.3.2 Mengetahui fisiologi sinaps
1.3.3 Mengetahui sistem saraf pusat
1.3.4 Mengetahui sistem saraf tepi

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Struktur sel pada sistem saraf


Sistem saraf memiliki dua tipe sel saraf, yaitu neuron dan sel-sel
pendukung atau sel glia.

A. Neuron
Neuron adalah sel saraf yang merupakan unit dasar sistem saraf dan
berfungsi untuk menghantarkan impuls yang membawa informasi dari
lingkungan. Neuron juga dapat mengontrol kontraksi/gerakan otot dan
berkomunikasi satu sama lain. Neuron berbeda-beda dalam ukuran dan
bentuknya tergantung pada tugas khusus yang harus dilakukannya, namun
secara umum setiap neuron terdiri dari: badan sel (perikarion/soma), nucleus (inti
sel), axon, dendrit, dan tombol terminal. Setiap neuron memiliki sebuah badan
sel yang berisi nucleus yang di dalamnya terdapat kromosom (DNA).
Dari badan sel menjulur prosesus-prosesus (tonjolan) yang disebut axon
dan dendrit. Axon merupakan prosesus yang menghantarkan impuls dari badan
sel ke tombol terminal dan jumlahnya biasanya satu. Sedangkan dendrit
merupakan prosesus yang menghantarkan impuls menuju badan sel dan
jumlahnya biasanya banyak.

Axon dari sebagian besar neuron diselimuti oleh selaput tipis berlemak
yang disebut selubung myelin yang berfungsi mengisolasi axon. Jika selubung
myelin bersambungan, konduksi dapat dihindari, tetapi selubung myelin ini selalu
terhalang oleh sambungan yang disebut nodus Ranvier yang ada pada hampir
6

setiap 2 mm, dimana myelin itu sangat tipis atau sama sekali tidak ada. Konduksi
dalam benang bermyelin berlangsung lebih cepat daripada dalam benang yang
tidak bermyelin. Dalam evolusi , perkembangan selubung myelin itu lambat.
Kenyataan bahwa pembentukan selubung myelin dalam banyak bagian otak
belum sempurna sampai beberapa waktu setelah lahir, menunjukan bahwa
pematangan sensorik dan kemampuan motorik bayi berhubungan dengan proses
pembentukan myelin yang lambat.
Ada 3 jenis neuron, yaitu :
a) Neuron sensorik = neuron aferen
Fungsinya mengirimkan impuls yang diterima reseptor ke saraf pusat (otak).
Reseptor itu merupakan sel khusus dalam organ penginderaan, otot, kulit, serta
sendi yang mendeteksi adanya perubahan lingkungan.
b) Neuron motorik = neuron eferen
Fungsinya membawa isyarat atau impuls yang keluar dari otak/medulla spinalis
menuju ke organ efektor terutama otot dan kelenjar sehingga terjadi respon
motorik.
c) Interneuron = neuron-neuron asosiatif
Fungsinya menerima isyarat atau impuls dari neuron sensorik dan mengirimkan
impuls ke interneuron lain atau ke neuron motorik.

Dendrit adalah tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan


informasi menuju badan sel. Dendirt dan axon secara kolektif sering disebut
serabut saraf atau tonjolan saraf. Kemampuan untuk menerima, menyampaikan
dan meneruskan pesan-pesan neural disebabkan karena sifat khusus membran
sel neuron yang mudah dirangsang dan dapat menghantarkan pesan
elektrokimia

Sel Schwann membentuk myelin maupun neurolemma saraf tepi. Tidak


semua neuron susunan saraf tepi bermielin. Neurolema adalah membran
sitoplasma halus yang dibentuk oleh sel-sel Schwann yang membungkus semua
neuron sistem saraf tepi ( bermilein atau tidak bermielin. Neurolema merupakan
struktur penyokong dan pelindung bagi tonjolan saraf.

Mielin merupakan suatu kompleks protein berwarna putih yang


mengisolasi tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran ion natrium dan kalium
melintasi membran neuronal dengan hampir sempurna. Selubung mielin tidak
kontinu di sepanjang tonjolan saraf dan terdapat di celah-celah yang tidak
memiliki mielin, dinamakan nodus Ranvier. Tonjolan saraf pada susunan saraf
pusat dan tepi dapat bermielin atau tidak bermielin. Serabut saraf yang
mempunyai selubung mielin dinamakan serabut bermielin dan dalam sistem
saraf pusat dinamakan massa putih (Substansia Alba). Serabut-serabut yang tak
bermielin dinamakan serabut tak bermielin dan terdapat dalam massa kelabu
(Substansia Grisea) SSP. Transmisi impuls saraf di sepanjang serabut bermielin
lebih cepat dari transmisi di sepanjang serabut tak bermielin, keran impuls
berjalan dengan cara meloncat dari nodus ke nodus yang lain di sepanjang
selubung mielin. Cara transmisi seperti ini dinamakan konduksi saltatorik.

B. Sel Glia (neuroglia)


Di antara neuron-neuron terdapat sel glia (neuroglia) yang merupakan sel-sel
pendukung (supporting cells) untuk keefektifan kerja neuron. Sel glia ini dapat
membantu neuron melekat pada tempatnya dan memberinya nutrisi. Macammacam sel glia yaitu :
1. Astrocyte (star cell), berfungsi mengikat neuron-neuron dengan pembuluh
darah, mengatur larutan kimia dalam cairan yang mengelilingi neuron,
menyokong dan memproteksi sistem saraf.
8

2. Oligodendrocyte, berfungsi mengikat neuron-neuron dengan jarikngan ikat,


membentuk selubung myelin di sekitar axon pada SSP.
3. Microglia, berfungsi sebagai fagosit pada proses fagositosis sel-sel mati di
jaringan otak yang rusak.

2.2 Fisiologi Sinaps


A. Struktur Sinaps
Informasi yang dijalarkan dalam sistem saraf berbentuk impuls saraf yang
melewati serangkaian neuron-neuron, dari satu neuron ke neuron berikutnya
melalui penghubung antar neuron (interneuronal junctions) yang disebut sebagai
sinaps.

Fungsi sinaps ini menghubungkan tombol terminal pada ujung axon


sebuah neuron dengan membran neuron yang lain. Membran pada tombol
terminal dikenal sebagai membran presinaps, sedangkan membran pada

neorron penerima dikenal sebagai membran postsinaps. Kedua membran


tersebut dipisahkan oleh suatu celah sinaps (synaptic cleft) yang lebarnya 200300 angstrom. Ujung presinaps mempunyai 2 struktur dalam yang berguna untuk
penerus rangsang atau penghambat sinaps, yaitu kantong sinaps (synaptic
vesicle) dan mitokondria. Sebagian besar ujung presinaps bersifat mudah
dirangsang (excitatory) dan akan mensekresi suatu bahan yang merangsang
neuron postsinaps, sedangkan yang lainnya bersifat mudah dihambat (inhibitory)
dan akan mensekresi suatu bahan yang dapat menghambat neuron.
Kantong sinaps mengandung bahan transmitter (neurotransmiter) yang
bila dilepaskan ke dalam celah sinaps dapat merangsang atau menghambat
neuron tergantung reseptor pada membran neuron. Mitokondria akan
menyediakan ATP yang dibutuhkan untuk mensintesa bahan-bahan transmitter
baru.

B. Konduksi Aksonal
Penjalaran impuls saraf terjadi di sepanjang axon. Jika axon terkena
rangsangan pada pusatnya, axon itu akan mengeluarkan impuls ke salah satu
arah, yaitu menuju badan sel atau menjauhi badan sel. Gerakan impuls saraf ini
bersifat elektrokimiawi. Selaput tipis yang menghubungkan protoplasma sel daya
tembusnya tidak sama terhadap berbagai jenis muatan ion listrik yang biasanya
mengapung dalam protoplasma dan cairan sekeliling sel. Dalam keadaan
istirahat, selaput sel mengeluarkan muatan ion sodium positif (Na+) dan memberi
jalan masuk ion potassium (K+) serta klorida(Cl-). Akibatnya terdapat kekuatan
listrik lemah, atau perbedaan voltase di seberang selaput. Di bagian dalam sel
saraf lebih negatif daripada di bagian luar. Keadaan demikian disebut potensi
istirahat (resting potential). Jika axon erkena rangsangan, kekuatan elektrik di
seberang selaput berkurang tepat pada waktu adanya rangsang. Jika
pengurangan potensi itu cukup besar, daya tembus selaput sel mengalami
perubahan sehingga ion sodium memasuki sel, proses ini disebut depolarisasi,
dan sekarang bagian luar selaput sel menjadi lebih negatif dibanding dengan

10

bagian luar sel. Fenomena ini disebut potensial aksi (action potential) sebagai
lawan dari potensi istirahat.

C. Transmisi Sinaptik
Hubungan sinaps antar neuron merupakan hal yang sangat penting
karena di sanalah sel saraf mengantar isyarat sebuah neuron dilepaskan atau
dibakar, ketika stimulus menyentuhnya melalui banyak axon yang melampaui
tahap gerbang tertentu. Aksi potensial pada neuron mengikuti asas semuanya
atau tidak sama sekali (all or none). Terbakar atau tidaknya neuron itu
tergantung pada potensi bertahap yang ada dalam dendrit dan badan sel.
Potensi bertahap itu digerakan oleh rangsangan dari neuron di seberang sinaps,
dan ukuran potensi itu berubah mengikuti jumlah dan jenis kegiatan yang masuk.
Ketika jumlah potensi bertahap menjadi cukup besar, depolarisasi yang memadai
dikeluarkan untuk menggerakan aksi potensial yang bersifat all or none,
sehingga informasi dapat dihantarkan. Misalnya neuron yang menanggapi
peregangan otot akan terbakar dalam ukuran yang sesuai dengan jumlah
peregangan, makin panjang peregangan makin banyak
neuron yang terbakar.

2.3 Sistem saraf pusat


Sistem Saraf Pusat (SSP) meliputi otak (ensephalon) dan sumsum
tulang belakang (medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat
lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain
tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput
meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang
disebut meningitis.
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:

11

1. Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan


tengkorak sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang
mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan
duramater terdapat rongga epidural.
2. Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang
labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor
cerebrospinalis; semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran
araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk
melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik.
3. Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan
dengan lipatan-lipatan permukaan otak.
Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
1. badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
2. serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3. sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di
dalam sistem saraf pusat
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama
tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau
kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang
belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan
bagian korteks berupa materi putih.
1. Otak
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah
(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata),
dan jembatan varol.

12

a) Otak besar (serebrum)


Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental,
yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),
kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua
kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga
beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna
kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di
sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau
merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan
area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan
ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua
area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi.
Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat,

13

analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian


belakang.

1)

Lobus Frontal
Lobus frontal merupakan lobus terbesar yang mencakup bagian dari

korteks serebrum bagian depan, yaitu dari sulcus sentralis (suatu fisura atau
jalur) dan di dasar sulcus lateralis. Area Broca terletak di lubos frontalis dn
mengontrol ekspresi bicara. Area asosiasi di lobus frontalis menerima informasi
dari seluruh otak dan menggabungkan informasi-informasi tersebut menjadi
pikiran, rencana, dan perilaku. Area ini mengontrol perilaku individu, membuat
keputusan, kepribadian, dan menahan diri.
2)
Lobus Parietal- lobus sensori
Lobus parientalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulcus
sentralis, di atas fisura lateralis dan meluas ke belakang ke fisura parietooksipitalis. Area ini menginterprestasikan sensasi. Sensasi yang tidak
berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu mampu mengetahui
posisi dan letak bagian tubuhnya. Kerusakan pada daerah ini menyebabkan
sindrom hemineglect .
3)
Lobus Temporal
Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke
bawah dari fisura lateralis dan ke sebelah postarior dari fisura parieto-oksipitalis.

14

Berfungsi mengintegrasikan sensasi pengecap, penghidu, pendengaran,dan


sebagai tempat penyimpanan memori.
4)
Lobus oksipital
Terletak di sebelah posterior dari lobus parientalis dan di atas fisura
parieto-oksipitalis yang memisahkannya dari serebelum. Lobus ini adalah pusat
asosiasi visual utama. Bagian ini bertanggung jawab menginterpretasikan
penglihatan, yaitu menerima informasi yang berasal dari retina mata.
5)
Korpus kalosum
Korpus kalosum adalah kumpulan serat-serat saraf tepi. Korpus kalosum
menghubungkan kedua hemisfer otak dan bertanggung jawab dalam transmisi
informasi dari salah satu sisi otak ke bagian lain. Informasi ini meliputi sensorik
memori dan belajar menggunakan alat gerak kiri. Beberapa orang yang dominan
menggunakan tangan kiri mempunyai bagian serebri kiri dengan kemampuan
lebih pada bicara, bahasa, aritmatika dan fungsi analisis. Daerah hemisfer yang
tidak dominan bertanggung jawab dalam kemampuan geometrik, penglihatan
serta membuat pola dan fungsi musikal. Basal ganglia terdiri atas sejumlah
nukleus dan terletak di bagian terdalam hemisfer serebri, bertanggung jawab
mengontrol gerakan halus tubuh, kedua tangan dan ektremitas bagian bawah.

b) Otak tengah (mesensefalon)


Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan
otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja
kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus
optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga
merupakan pusat pendengaran.
c) Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan.

15

d) Sumsum sambung (medulla oblongata)


Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari
medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi
jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan
kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.
Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti
bersin, batuk, dan berkedip.
e) Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil
bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang.

16

2. Medulla Spinalis

a) Fungsi Medulla Spinalis


Medulla spinalis mengendalikan berbagai aktivitas refleks dalam tubuh.
Bagian ini mentransmisi impuls ke dan dari otak melalui traktus asenden dan
desenden.

b) Struktur Umum
Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Walaupun
diameter medulla spinalis bervariasi, diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran
jari kelingking. Panjang rata-rata 42 cm. Dua pembesaran, pembesaran lumbal
dan serviks menandai sisi keluar saraf spinal besar yang mensuplai lengan dan

17

tungkai. Tiga puluh satu pasang (31) saraf spinal keluar dari area urutan korda
melalui foramina intervertebral.

c) Struktur Internal
Terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang diselubungi substansi
putih. Kanal sentral berukuran kecil dikelilingi oleh substansi abu-abu bentuknya
seperti huruf H. Batang atas dan bawah huruf H disebut tanduk atau kolumna
dan mengandung badan sel, dendrite asosiasi dan neuron eferen serta akson
tidak termielinisasi. Tanduk dorsal adalah batang vertical atas substansi abu-abu.
Tanduk ventral adalah batang vertical bawah. Tanduk lateral adalah protrusi di
antara tanduk posterior dan anterior pada area toraks dan lumbal sistem saraf
perifer. Komisura abu-abu menghubungkan substansi abu-abu di sisi kiri dan
kanan medulla spinalis. Setiap saraf spinal memiliki satu radiks dorsal dan satu
radiks ventral.
d) Traktus Spinal
Substansi putih korda yang terdiri dari akson termielinisasi, dibagi menjadi
funikulus anterior,posterior dan lateral. Dalam funikulus terdapat fasiukulu atau
traktus. Traktus diberi nama sesuai dengan lokasi, asal dan tujuannya.
2.4 Sistem saraf tepi
Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang menghubungkan semua
bagian tubuh dengan sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi terdiri atas reseptor
sensorik dan efektor motorik. Reseptor sensorik terletak pada organ, bertugas
mendeteksi perubahan lingkungan luar atau dalam tubuh, serta
mengkomunikasikannya pada sistem saraf pusat melalui saraf sensorik aferen.
Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada di bagian luar otak dan
medulla spinalis (sumsum tulang belakang). Sistem ini juga mencakup saraf
kranial yang berasal dari otak, saraf spinal yang berasal dari medulla spinalis,
ganglia, reseptor sensorik yang berhubungan, dan sistem saraf otonom yang

18

mempunyai dua divisi utama: sistem saraf simpatis (torakolumbar) dan sistem
saraf parasimpatis (kraniosakral) (Sloane, 2003).
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar (sistem saraf somatik) dan sistem
saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas
yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas
yang tidak dapat diatur otak, antara lain denyut jantung, gerak saluran
pencernaan, dan sekresi keringat (Putrz & Pabst, 2000).
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf somatik (sadar) dan sistem saraf
otonom (tak sadar).
a.

Sistem Saraf Sadar (Somatik)


Sistem saraf sadar disusun oleh serabut saraf otak (saraf kranial), yaitu

saraf-saraf yang keluar dari otak dan serabut saraf sumsum tulang belakang
(saraf spinal), yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang
(Sloane, 2003). Saraf otak di khususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali
nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga
perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah
jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan
sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.
Serabut saraf otak (saraf kranial) ada 12 pasang yang terdiri dari (Sloane, 2003):
1)
Saraf Kranial I (Olfactorius)
Saraf Kranial I (olfactorius) merupakan saraf sensorik. Berfungsi untuk
penciuman, sensori menerima rangsang dari hidung, dan menghantarkannya ke
otak untuk diproses sebagai sensasi bau II.
Mekanisme: sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima
rangsangan olfaktorius. Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabutserabutnya berasal dari membran mukosa hidung dan menembus area
kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius, dan dari
sinilah traktus olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus
temporal bagian medial sisi yang sama.
2)

Saraf Kranial II (Opticus)

19

Saraf Kranial II (Opticus) adalah saraf sensorik. Berfungsi untuk


penglihatan, input refleks focusing, dan konstriksi pupil di limbic, sensori
menerima rangsang dari mata, serta menghantarkannya ke otak untuk diproses
sebagai persepsi visual III.
Mekanisme :saraf optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai
di retina. Serabut-serabut saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri
optalmika dan bergabung dengan saraf dari sisi lainnya pada dasar otak untuk
membentuk kiasma optikum, Serabut-serabut dari lapangan visual temporal
(separuh bagian nasal retina) menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari
lapangan visual nasal tidak menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya
yang berasal dari kiasma optikum berakhir di kolikulus superior, dimana terjadi
hubungan dengan kedua nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang
meninggalkan kiasma berhubungan dengan penglihatan dan berjalan di dalam
traktus optikus menuju korpus genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut
yang berasal dari radiasio optika melewati bagian posterior kapsula interna dan
berakhir di korteks visual lobus oksipital.Dalam perjalanannya serabut-serabut
tersebut memisahkan diri sehingga serabut-serabut untuk kuadran bawah
melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus temporal.
Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma optikum serabutserabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital
kanan dan sebaliknya.
3)

Saraf Kranial III (Okulomotorius)


Saraf Kranial III (Okulomotorius) adalah saraf motorik. Berfungsi:

pergerakan bola mata elevasi alis, konstriksi pupil, dan memfokuskan lensa.
Saraf ini mengontrol sebagian besar gerakan mata, konstriksi pupil, dan
mempertahankan terbukanya kelopak mata (saraf kranial IV dan VI juga
membantu pengontrolan gerakan mata.)
4)

Saraf Kranial IV (Trochearis)


SK IV (Trochlearis) adalah saraf motorik. Berfungsi sebagai pergerakan

bola mata ke bawah.

20

5)

Saraf Kranial V (Trigeminus)

Saraf Kranial V (Trigeminus) adalah saraf motorik dan saraf sensorik. Terbagi
atas:
a)

Syaraf optalmik adalah saraf sensorik. Berfungsi: input dari kornea,

rongga hidung bagian atas, kulit kepala bagian frontal, dahi, bagian atas
alis, konjungtiva kelenjar air mata.
b) Syaraf maksilaris adalah saraf sensorik. Berfungsi: input dari dagu,
bibir atas, gigi atas, mukosa rongga hidung, palatum, faring.
c) Syaraf mandibularis adalah saraf motorik dan sensorik.
Berfungsi:sensorik untuk input dari lidah (bukan pengecapan), gigi
6)

bawah, kulit di bawah dagu; motorik untuk mengunyah.


Saraf Kranial VI (Abdusen)

Saraf Kranial VI (Abdusen) adalah saraf motorik. Berfungsi : pergerakan mata ke


lateral.
7)

Saraf Kranial VII (Fasialis)


Saraf Kranial VII (Fasialis) adalah saraf motorik dan sensorik. Berfungsi:

sensorik untuk menerima rangsang dari bagian anterior lidah untuk diproses di
otak sebagai sensasi rasa; motoric untuk mengendalikan otot wajah untuk
menciptakan ekspresi wajah.
Mekanisme:saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik
fungsi motorik berasal dari nukleus motorik yang terletak pada bagian
ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat medulla oblongata. Fungsi
sensorik berasal dari nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus motorik
dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus
interna.Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah yang
terdiri dari otot orbikularis okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot
stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus posterior, dan otot platisma.
Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah.
8)

Saraf Kranial VIII(Vestibulocochlearis)

21

Saraf Kranial VIII(Vestibulocochlearis) adalah saraf sensorik.


Berfungsi:vestibular untuk keseimbangan, sedangkan cochlearis untuk
pendengaran.
Mekanisme: saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen, yaitu
serabut-serabut sensorik (aferen) yang mengurusi pendengaran dan vestibuler
yang mengandung serabut-serabut sensorik (aferen) yang mengurusi
keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan
berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus
genikulatum medial, dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis.
Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis
semisirkularis dan bergabung dengan serabut-serabut auditorik di dalam kanalis
fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut vestibutor
berjalan menyebar melewati batang dan serebelum.
9)

Saraf Kranial IX(Glossofaringeus)


Saraf Kranial IX(Glossofaringeus) adalah saraf motorik dan sensorik.

Berfungsi: motorik untuk membantu menelan; sensorikuntuk menerima rangsang


dari bagian posterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa.
Mekanisme: saraf glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus
dan asesorius pada waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf
glosofaringeus mempunyai dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior
dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati foramen, saraf berlanjut antara
arteri karotis interna dan vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara
otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi
mukosa faring, tonsil dan sepertiga posterior lidah.
10) Saraf Kranial X (Vagus)
Saraf Kranial X (vagus) adalah saraf motorik dan sensorik. Berfungsi:
sensori untuk menerima rangsang dari organ dalam; motorik untuk
mengendalikan organ-organ dalam XI.

22

Mekanisme: nervus vagus meninggalkan anterolateral bagian atas


medula oblongata sebagai rangkaian dalam jalur oliva dan pedunculus
serebelaris inferior. Serabut saraf meninggalkan tengkorak melalui foramen
jugulare. Nervus vagus memiliki dua ganglia sensorik, yaitu ganglia superior dan
ganglio inferior. Nervus vagus kanan dan kiri akan masuk rongaa toraks dan
berjalan di posterior radix paru kanan untuk ikut membentuk plexus pulmonalis.
Selanjutnya, nervus fagus berjalan ke permukaan posterior esofagus dan ikut
membentuk plexus esogafus. Nervus fagus kanan kemudian akan
didistrubusikan ke permukaan posterior gaster melalui cabang celiaca yang
besar ke duodenum, hepar, ginjal, dan usus halus serta usus besar sampai
sepertiga kolon transversum.
11) Saraf Kranial XI(Aksesorius)
Saraf Kranial XI(Aksesorius) adalah saraf motorik. Berfungsi: motorik
untuk mengendalikan pergerakan kepal. Saraf ini dilengkapi saraf asesoris, yaitu
saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan bagian atas
otot trapezius. Otot sternokleidomastoideus yang berfungsi memutar kepala ke
samping dan otot trapezius memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.
Mekanisme: nervus asesoris merupakan saraf motorik yang dibentuk oleh
gabungan radix cranialis dan radix spinalis. Radix spinalis berasal dari C1-C5
dan masuk ke dalam tengkorak melalui foramen magnum, bersatu dengan saraf
kranial membentuk nervus asesoris. Nervus asesoris ini kemudian keluar dari
tengkorak melalui foramen jugulare dan kembali terpisah, saraf spinalnya akan
menuju otot sternocleidomastoid dan trapezius di leher yang berfungsi untuk
menggerakkan leher dan kepala, sedangkan saraf kranialnya akan bersatu
dengan vagus melakukan fungsi motorik brakial di faring, laring, dan palate.
12) Saraf Kranial XII(Hipoglosus)
Saraf Kranial XII(Hipoglosus) adalah saraf motorik. Berfungsi: pergerakan
lidah saat bicara dan mengunyah. Pasangan saraf-saraf ini diberi nomor sesuai
urutan dari depan hingga belakang, Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan
struktur yang ada di kepala dan leher manusia

23

seperti mata,hidung, telinga, mulut, dan lidah. Pasangan I dan II mencuat


dari otak besar, sementara yang lainnya mencuat dari batang otak.

b.

Sistem Saraf Tidak Sadar (Otonom)


Sistem saraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak

disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan organ
tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung.
Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik (Wilson, 2005).
Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena saraf
preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12.
Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di
sumsum tulang belakang yang mempunyai aktivitas perangsangan. Fungsi dari
sistem saraf simpatik adalah untuk mempercepat denyut jantung, memperlebar
pembuluh darah, memperlebar bronkus, mempertinggi tekanan darah,
memperlambat gerak peristaltis, memperlebar pupil, menghambat sekresi
empedu, menurunkan sekresi ludah, dan meningkatkan sekresi adrenalin
(Wilson, 2005).
Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral,
karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan
saraf parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan
ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh
yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik berkaitan
dengan pertahanan tubuh dan perbaikan sumber-sumber tubuhdan memiliki
fungsi yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada
sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan pada
sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung(Wilson, 2005).

24

25

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Otak (bahasa Inggris: encephalon) adalah pusat sistem saraf (bahasa
Inggris: central nervous system, CNS) pada vertebrata dan banyak invertebrata
lainnya. Saraf kranial (Latin: nervii craniales) adalah 12
pasang saraf pada manusia yang mencuat dari otak, berbeda dari saraf
spinal yang mencuat dari sumsum tulang belakang. Saraf kranial merupakan
bagian dari sistem saraf sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis
sensori (saraf I, II, VIII); 5 pasang jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4
pasang jenis gabungan (saraf V, VII, IX, X).

26

DAFTAR PUSTAKA

27

Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis
Eds 5. Jakarta : EGC.
Potter perry. 2006. Fundamental keperawatan ed 2. Jakarta: EGC.
Sloane et all. (2004). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC.
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah
Brunner& Suddarth, Edisi 8, Volume 3, Penerbit EGC, Jakarta.
Heryati,Euis dan Nur Faizah. 2008. Psikologi Faal, Diktat Kuliah. Fakultas Ilmu
Pendidikan UPI.
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit; alih bahasa, Brahm U. Pendit, dkk; editor
edisis bahasa Indonesia, Huriawan Hertanto, dkk. Volume 2. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sloane, Ethel. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula; alih bahasa, James
Veldman, editor edisi bahasa Indonesia, Palupi Widyastuti. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

28

You might also like