You are on page 1of 113

HEMORRHOID

1. Definisi:
Pelebaran vena didalam pleksus hemorodialis yang bukan merupakan
keadaan patologis, tetapi akan menjadi patologik apabila tidak mendapat
pengobatan yang baik. Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vena saja, tetapi
diikuti dengan penambahan jaringan di sekitar vena.
2. Algoritma:

T M
p
m
F
m p
r
o
a
ss
k
H d
f
o
d k

e
e

i
b

a
e

l
er

i
e
a

a
o
i

k
g

m
o

3. Pengobatan:
a) Laktasif: bisacodil
1) Indikasi:
a)
Obstipasi
b)
Persiapan sigmoidoskopi, proktoskopi, radiologi, atau pembedahan.
2) Kontraindikasi:
a) Pasien dengan sakit perut akut, mual, muntah, dan gejala-gejala lain
apendisitis
b) Sakit perut yang tak terdiagnosa; pasien dengan obstruksi usus.

3) Efek samping:
Pada dosis oral terapetik, laksatif stimulan dapat memberikan beberapa
rasa tidak nyaman pada perut, mual, kram ringan, lemah.Pemberian
1

suppositoria bisakodil rektal dapat menyebabkan iritasi dan rasa terbakar pada
mukosa rektum serta proktitis ringan.
b) Anti hemoroid: Daflon
1) Indikasi:
hemoroid, varises tungkai
Obat ini akan bekerja sebagai vasokonstriktor, meningkatkan tonus dinding
vena, menurunkan distensi dan statis vena.
2) Efeksamping:
berbagai penelitian menyebutkan tidak ada efek samping yang bermakna
c) Anti pruritus: anusol supp
1) Indikasi:
Gatal akibat proses inflamasi di anus.
2) Kontraindikasi:
Infeksi jamur atau virus.
3) Efek samping:
Reaksi sensitivitas seperti rasa panas saat penggunaan.
d) Resep:
R/ Dulcolax tab No. IX
3 dd tab I ante coenam
R/ Daflon tab mg 500 No. IX
3 dd tab I
R/ Anusol supp No. X
prn supp I post defecatio
Pro: Tn. M (45thn)

FLUOR ALBUS

1. Definisi:
Fluor albus atau keputihan

(fluor=cairan kental, albus = putih) atau

leukorhoea adalah keluarnya cairan dari vagina/liang kemaluan secara berlebihan.


Kondisi ini terjadi karena tergangggunya keseimbangan flora normal dalam
vaginadengan berbagai penyebab.Infeksi ini disebabkan oleh jamur Candida
Albicans.Tempat utama yang diserang jamur ini adalah mulut dan vagina.
2

2. Algoritma:
F
G
lo
u
n
o
o
rr
e
A
l
b
u
s

3. Pengobatan:
a. Gonore
Pilih salah satu dari pengobatan di bawah ini:
1) Siprofloksasin 500 mg per oral, dosis tunggal
2) Ofloksasin 400 mg per oral, dosis tunggal
3) Tiamfenicol 3,5 gr mg per oral, dosis tunggal
4) Seftriakson 250 mg, injeksi i.m, dosis tunggal
5) Kanamisin 2 gr, inj i.m, dosis tunggal
6) Spektinomisin 2 gr, inj i.m, dosis tunggal
R/ Siprofloksasin tab mg 500 No1

S haustus
Pro : Ny.A (35th)
b. Klamidia

Pilih salah satu dari pengobatan di bawai ini:


1)
2)
3)
4)

Doksisiklin 100 mg per oral, 2 kali sehari selama 7 hari


Azitromisin 1 gr per oral, dosis tunggal
Tetrasiklin 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari
Eritromisin 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari

R/ Doksisiklin tab mg 100 no XIV

S 2 dd tab 1
Pro : Ny.A (35th)
c. Trikomoniasis
3

Pilih salah satu dari obat di bawah ini:


1) Metronidazol 2 g per oral dosis tunggal
2) Metronidazol 500 mg per oral, 2 kali sehari selama 7 hari
R/ Metronidazole tab g 2 no I

S haustus
Pro : Ny.A (35th)

d. Vaginosis Bakterial
Pilih salah satu dari obat di bawah ini:
1) Metronidazol 2 gr per oral dosis tunggal
2) Metronidazol 500 mg per oral, 2 kali sehari selama 7 hari
3) Ampisilin 500 mg per oral, 4 kali sehari selama 7 hari
R/ Metronidazole tab mg 500 no XIV

S 2 dd tab I
Pro : Ny.A (35th)

e. Kandidiasis
Pilih salah satu dari obat di bawah ini:
1) Klotrimazol 500 mg tablet vagina dosis tunggal sebelum tidur
2) Mikonazol/klotrimazol 200 mg tablet vagina selama 3 hari
3) Nistatin 100.000 U tablet vagina sehari sekali selama 2 mggu
4) Ketokonazol 200 mg per oral 2 kali sehari selama 5 hari
5) Itrakonazol 200 mg per oral 2 kali sehari untuk 1 hari
6) Flukonazol 150 mg per oral dosis tunggal
R/ Nystatin tab vag No. XIV
1 dd tab I per vaginam hora somni
Pro : Ny.A (35th)

GLAUKOMA
1. Definisi:
Glaukoma adalah penyakit mata yang bercirikan peningkatan tekanan
intraocular (TIO) diatas 21 mmHg, yang bisa menjepit saraf mata. Saraf ini
berangsur-angsur dirusak secara progresif sehingga penglihatan memburuk dan
akhirnya dapat menimbulkan kebutaan.
2. Algoritma:
Glaukoma

Sudut Terbuka:

Sudut Tertutup:

1. Obat penghambat adrenergic-beta


topikal kecuali apabila terdapat
kontraindikasi pemakainya. Epinefrin
dan pilokarpin merupakan pilihan
utama.
2. Kombinasi penghambat beta dan
pilokarpin jelas bermanfaat.
3. Asetazolamid oral biasanya diberikan
hanya setelah terapi topikal dan laser
trabekulopasti telah dilakukan atau
dalam penatalaksanaaan jangka
panjang, pasien tidak dapat dioperasi

1. Asetazolamid intravena dan oral


2. Obat hiperosmotik dan penghambat
beta topikal biasanya akan
menurunkan tekanan intraocular.
3. Pilokarpin 4% secara intensif mis 1
tetes setiap 15 menit selama 1-2
jam. Epinefrin jangan digunakan
karena obat ini dapat meningkatkan
penutupan sudut.
4. Steroid topikal dalam dosis tinggi
mungkin bermanfaat untuk
menurunkan kerusakan iris dan
jalinan trabekular.
5. Analgesic sistemik

3. Pengobatan:
a. Miotik:
1) Pilokarpin 2-4%, 3-6x 1 tetes sehari (membesarkan pengeluaran cairan mataoutflow).
2) Eserin -1%, 3-6x 1 tetes sehari (membesarkan pengeluaran cairan mataoutflow).
5

b. Simpatomimetik
1) Epinefrin 0,5-2%, 1-2 x 1 tetes sehari (menghambat produksi akuos humor).
c. Beta blocker
1) Timolol maleate 0,25-0,50%, 1-2x tetes sehari (menghambat produksi akuos
humor).
d. Carbonik anhidrase inhibitor
1) Asetazolamid 250 mg, 4 kali 1 tablet (menghambat produksi akuos humor).
e. Resep :
R/ Cendo carpin 4% gtt opht fl No I

S 4 dd gtt I OD et OS
R/ Cendo timolol 0,5% gtt opht fl No I

S 2 dd gtt I OD et OS
R/ Diamox tab mg 250 No XLV

S 3 dd tab I
R/ Aspar K tab mg 300 No XLV

S 3 dd tab I
Pro : Tn A (55 th)

TYPHUS ABDOMINALIS
1. Definisi:
Typhus abdominalis adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan
oleh infeksi kuman Salmonella typhi.Sedangkan, menurut Gerald T. Keush, typhus
abdominalis adalah suatu infeksi demam sistemik akut yang nyata pada fagosit
mononuklear dan membutuhkan tatanama yang terpisah.
2. Algoritma:
Tujuan Pengobatan Tipus
Abdominalis

Membasmi infeksi:
Pemberian antibiotik
Kloramfenikol

Mengurangi morbiditas:
Pemberian kortikosteroid, infus

3. Resep:
R/ Infus RL flab

No II

Infus D5 flab

No II

Cum infuse set

No II

Abocath no 20

No II

Simm
R/ Chloramphenicol tab mg 500

No XXX

S 4 dd tab I
Pro : Ny. K (38 th)

4. Antibiotika alternatif untuk kasus ini:


a. Thiamphenicol
7

Mencegah komplikasi:
Menghindari obat yang
iritatif bagi saluran
cerna

Kelebihan
Kekurangan

Angka carrierlebih sedikit pada bakteri yang benar- benar sensitif


1) Perbaikan klinis lebih lambat
2) Kasus relaps lebih banyak.

b. Golongan Penicillin
Nama Obat

Amoxicillin
Mempengaruhi sintesis dinding sel

mucopeptidesselama multiplikasi

aktif,menghasilkan aktivitas bakterisidal pada bakteri yang sensitif.


Kurang efektif dibandingkan dengan Chloramphenicoldalam menurunkan
panas dan kasus relaps. Angka carrier lebih sedikit dibandingkan
antibiotik lain pada bakteri yang benar- benar sensitif. Biasanya diberikan
Dosis Dewasa
Dosis Anak
Kontra

per oral dengan dosis harian 75-100 mg/kgBB untuk 14 hari.


1 g PO per 8 jam
20-50 mg/kg/hari PO dibagi setiap 8 jam selama 14 hari.
Riwayat hipersensitivitas terhadap golongan penicillin

Indikasi
Interaksi Obat
Perhatian

Mengurangi kemanjuran kontrasepsi oral


1) Penyesuaian dosispada pasien dengan kerusakan ginjal

Kelebihan
Kekurangan

2) Dapat meningkatkan kemungkinan candidiasis


Angka carrier lebih sedikit pada bakteri yang benar- benar sensitif
1) Perbaikan klinis lebih lambat
2) Kasus relaps lebih banyak.

c. Cotrimoxazol
Nama Obat

Trimethoprim and sulfamethoxazole


Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis dari
asam dihidrofolik. Aktivitas antibakteri dari TMP SMZ meliputi bakteri
patogen saluran kemih kecuali Pseudomonas aeruginosa. Sama efektif
seperti chloramphenicol dalam penurunan panas dan pencegahan relaps.

Dosis Dewasa
Dosis Anak

Trimethoprim sendiri juga efektif pada kelompok kecil pasien.


6.5-10 mg/kgBB/hari PO bid/tid; dapat diberikan per IV bila diperlukan;
160 mg TMP/800 mg SMZ PO setiap 12 jam selama 12-14 hari.
1) <2 bulan: pemberian tidak dianjurkan
2) >2 bulan: 15-20 mg/kgBB/hari, berdasarkan pada TMP, PO
8

Kontraindikasi
Interaksi Obat

tid/qid untuk 14 hari


1) Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap obat ini.
2) Anemia megaloblastik pada pasien dengan defisiensi folat.
1) Dapat meningkatkan Prothrombin Time ada pemberian bersama
dengan heparin (lakukan tes koagulasi dan penyesuaian dosis
bila diberikan bersamaan).
2) Pemberian dengan dapsone dapat meningkatkan kadar serum
kedua obat.
3) Pemberian bersama dengan diuretik meningkatkan insiden
trombositopenia purpura pada pasien geriatric.
4) Kadar serum phenytoin dapat meningkat pada pemberian
bersam.
5) Dapat mempotensiasi efek dari

methotrexate pada

depresi

sumsum tulang.
6) Respon hipoglikemik terhadap sulfonylureas dapat meningkat

Perhatian

pada pemberian secara bersamaan.


7) Dapat meningkatkan kadar zidovudine.
Hentikan pada timbulnya rash kulit pertama kali atau tanda reaksi
adverse: lakukan kontrol keadaan darah dengan pemeriksaan Hitung
Darah lengkap secara rutin, hentikan terapi jika timbul perubahan
hematologis yang signifikan; goiter, diuresis, and hipoglikemia dapat
terjadi pada terapi dengan

sulfonamides; pemberian per IV yang

berkepanjangan atau dosis yang tinggi dapat menyebabkan depresi


sumsum tulang (jika tanda- tanda muncul berikan

leucovorin 5-15

mg/hari); perhatian pada defisiensi folat (contoh: pada pasien


alkoholisme, geriatri, pasien yang mendapat terapi antikonvulsan, atau
pada pasien dengan sindroma malabsorbsi); hemolisis dapat terjadi pada
pasien dengan defisiensi G-6-PD; pasien dengan AIDS dapat tidak
toleran atau merespon pemberian TMP-SMZ; perhatian pada pasien
dengan kerusakan ginjal atau hepar (lakukan urinalisis dan tes fungsi
renal selama terapi); pemberian cairan untuk mencegah terbentuknya
kristaluria dan batu saluran kemih.

Kelebihan

Dapat digunakan pada pasien yang alergi terhadap Chloramphenicol,

Kekurangan

Thiamphenicol, dan golongan Penicillin


Perbaikan klinis lebih lambat

d. Golongan Quinolone (Flouroquinolone)


Nama Obat

Ciprofloxacin
Fluoroquinolone dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci,
MRSA, Staphylococcus epidermidis, dan kebanyakan organisme gram
negatif tapi tidak efektif untuk kuman anaerobe. Menghambat sintesa
DNA bakteri dan juga pertumbuhannya. Terapi dilanjutkan setelah tanda
dan gejala hilang selama sekurantg- kurangnya 2 hari (biasanya 7-14
hari). Terbukti sangat efektif untuk demem typhoid dan para typhoid.
Panas turun pada hari ke 3- 5, dan angka kejadian relaps dan carrier
jarang. Quinolone lain (seperti Ofloxacin, norfloxacin, pefloxacin)
biasanya juga efekti. Jika pasien meneluh mual atau mengalami diare
dapat diberikan per IV. Fluoroquinolone sangat efektif terhadap strain
yang multiresistendan mempunyai aktivitas antibakteri intraselluler.
Tidak dianjurkan diberikan pada anak dan wanita hamil karena potensial
untuk menyebabkan kerusakan kartilago pada percobaan terhadap hewan.
Tetapi, arthropati tidak dilaporkan pada penggunaan asam nalidiksat
(quinolon awal yang dikenal menyebabkan kerusakan sendi yang sama
pada hewan muda) pada anak atau pada anak dengan fibrosis kistik yang

Dosis Dewasa
Dosis Anak
Kontraindikasi
Interaksi Obat

memerlukan pengobatan dosis tinggi.


20-30 mg/kgBB/hari bid untuk 14 hari, tetapi jangka pengobatan yang
lebih pendek dapat adekuat; 250-500 mg PO bid untuk 7-14 hari.
1) <18 tahun: pemberian tidak dianjurkan
2) >18 tahun: dosis sama dengan dewasa
Pasien dengan riwayat hipersensitivitas
1) Antasid, garam besi dan seng dapat menurunkan kadar serum.
2) Pemberian antasid 2-4 jam sebelum atau sesudah meminum
flouruquinolone.
3) Cimetidine
dapat
fluoroquinolone.
10

mempengaruhi

metabolisme

dari

4) Mengurangi efek terapi dari phenytoin.


5) Pemberian bersama dengan probenesid dapat meningkatkan
konsentrasi serum.
6) Dapat mengingkatkan toksisitas dari theophylline, caffeine,
cyclosporine dan digoxine (monitor kadar digoxine pada

Perhatian

pemberian bersama).
7) Dapat meningkatkan efek dari koagulan (monitor PT)
Pada terapi yang jangka panjang lakukan evaluasi periodik terhadap
fungsi sistem organ(seperti ginjal, hepar, dan hematopoetik); sesuaikan
dosis pada kerusakan fungsi renal; superinfeksi dapat terjadi pada terapi

Kelebihan
Kekurangan

antibiotik yang berulang atau jangka panjang.


1) Angka relaps dan carier lebih sedikit
2) Perbaikan klinis lebih cepat
3) Obat pilihan untuk kasus Typus abdominalis MDR
1) Tidak dapat diberikan untuk anak usia dibawah 18 tahun
2) Harga lebih mahal

e. Golongan Cephalosporine Generasi Ketiga


Nama obat

Cefotaxime (Claforan)
Menghentikan

sintesis

dinding

bakteri,

yang

akan

menghambat

pertumbuhan bakteri. Merupakan cephalosporine dengan spektrum gram


Dosis Dewasa
Dosis anak

Kontraindikasi
Interaksi Obat

Perhatian
Nama Obat

negatif. Hanya tersedia sediaan untuk injeksi per IV.


2 g IV setiap 6 jam
1) 200 mg/kgBB/hari pada dosis terbagi selama 14 hari
2) Bayi dan anak- anak: 50-180 mg/kgBB/hari IV/IM dosis
terbagisetiap 4- 6 jam
3) >12 tahun: dosis sama dengan dewasa
Pasien dengan riwayat hipersensitivitas
1) Probenecid dapat meningkatkan kadar.
2) Pemberian bersama dengan furosemide dan aminoglykoside dapat
meningkatkan toksisitas terhadap ginjal.
Sesuaikan dosis pada pasien dengan gagal ginjal; berhubungan dengan
colitis yang parah.
Ceftriaxone
Cephalosporin generasi ketiga dengan aktivitas spektrum luas terhadap
11

gram negatif dan gram positif; aktivitas invitro sangat baik terhadap S.
Dosis Dewasa
Dosis Anak
Kontraindikasi
Interaksi Obat

Perhatian
Nama Obat

typhi dan salmonella yang lain.


1-2 g IV setiap 12 jam
1) >7 hari: 25-50 mg/kgBB/hari IV/IM; tidak melebihi 125 mg/hari.
2) Bayi dan anak: 50-75 mg/kgBB/hari IV/IM terbagi setiap 12 jam.
3) Tidak melebihi 2g/ hari
Pasien dengan riwayat hipersensitivitas
1) Probenecid dapat meningkatkan kadar.
2) Pemberian bersama dengan ethacrynic acid, furosemide, dan
aminoglycoside dapat meningkatkan toksisitas terhadap ginjal.
Sesuaikan dosis pada pasien dengan gagal ginjal; pseudobiliary lithiasis;
diare nonClostridium difficile ; ibu menyusui.
Cefoperazone
Cephalosporin generasi ketiga dengan spektrum gram-negatif. Kurang

Dosis Dewasa
Dosis Anak
Kontraindikasi
Interaksi Obat

Perhatian
Kelebihan
Kekurangan

efektif terhadap organisme gram positif.


2-4 g/hari dibagi 2 kali sehari; tidak melebihi 12 g/hari
Belum dipastikan, disarankan 100-150 mg/kgBB/hari dosis terbagi
setiap8- 12 jam; tidak melebihi 12 g/hari.
Pasien dengan riwayat hipersensitivitas
1) Probenecid dapat meningkatkan kadar.
2) Pemberian bersama dengan furosemide dan aminoglykoside dapat
meningkatkan toksisitas terhadap ginjal.
Sesuaikan dosis pada pasien dengan gagal ginjal; berhubungan dengan
colitis yang parah.
1) Obat pilihan untuk kasus Typus abdominals MDR
2) Angka carrier dan relaps rendah
3) Perbaikan klinis lebih cepat
1) Tidak tersedia dalam sediaan oral
2) Harga lebih mahal

12

EKSEMA MEMBASAH
1. Definisi:
Eksim merupakan peradangan pada lapisan kulit, baik di lapisan epidermis
maupun dermis.Tanda-tanda eksim antara lain, kulit kemerah-merahan, kulit kering,
basah, atau tebal, dan bersisik. Biasanya eksim baru warnanya agaklebih merah,
agak basah, disertai bengkak.Sementara pada yang kronis atau sudah lama, lebih
tebal, bersisik, kering, dan warnanya agak kehitaman.

2. Algoritma:
DE
ak
ks
oe

a
u
r

l
l

i
n

b
g

a
t

u
i

y
u

a
i

k
n

a
a

,
l

m
M
e
m
b
aa
s
a
h
3. Pengobatan:
a. Kortikosteroid
1) Lemah : hidrokortison asetat, metilprednisolon asetat
2) Sedang : Desoximetason + salis, Dexametason, Hidrokortison butirat,
Flukortolon pivalat, Flumetason pivalat, Fluosinolon asetonida, Flupredniden
asetat, Klobetason butirat, Triamsinolon asetonida.
3) Kuat: Beklometason dipropionat, Betametason

valerat,

Betametason

dipropionat, Budesonida, Diflukortolon valerat, Fluklorolon asetonida,


13

Flutikason propionate, Halometason, Halsinonida, Mometason furoat,


Prednikarbat.
4) Sangat kuat: Klobetasol propionat, betametason dipropion
b. Kontraindikasi
1) Infeksi local akibat jamur, bakteri maupun virus, kecuali bila diberika
antibiotika sistemik.
2) Penderita hipersensitif terhadap kortikosteroid dapat menimbulkan dermatitis
kontak alergi.
3) Dermatosis pada anak-anak dibawah satu tahun termasuk dermatitis dan ruam
popok.
c. Resep:
R/Hidrokortison cream 1% tube no.II

S 2 dd ue
Pro : Ny. K (38 th)
g

14

GONORRHEA
1. Definisi:
Gonorrhea

adalah

infeksi

yang

disebabkan

oleh

Neisseria

gonorrhea, suatu diplokokus gram negatif. Pada laki-laki umumnya


menyebabkan uretritis akut, sedangkan pada perempuan menyebabkan
servisitis yang mungkin bersifat asimtomatik.
2. Algoritma:
Terapi Gonorrhea

Medikamentosa:
Pilih salah satu dari pengobatan di bawah ini:
1) Siprofloksasin 500 mg per oral, dosis
tunggal
2) Ofloksasin 400 mg per oral, dosis tunggal
3) Tiamfenicol 3,5 gr mg per oral, dosis
tunggal
4) Kanamisin 2 gr, inj i.m, dosis tunggal
5) Spektinomisin 2 gr, inj i.m, dosis tunggal
6) Seftriakson 250 mg, injeksi i.m, dosis

Non medikamentosa:
1. Menghentikan hubungan
seksual dengan pasangan
yang berganti-ganti
2. Kondom yang terbuat dari
latex, yang digunakan
secara
benar
dan
konsisten,
dapat
mengurangi
risiko
penularan gonore.

tunggal (untuk bakteri penghasil


penisilinase)

3. Pengobatan:
a. Injeksi IM Ceftriaxone 250 mg single dose
1) Indikasi:
a. Infeksi akut telinga
b. Infeksi tulang dan sendi
15

c. Infeksi intra abdominal


d. Infeksi saluran nafas bagian bawah
e. Meningitis
f. PID
g. Infeksi gonokokal
2) Kontra indikasi: penderita yang hipersensitif terhadap ceftriaxone,
neonatus dengan hiperbilirubinemia.
3) Efek samping: diare, kulit kemerahan, eosinofilia, trombositosis.
4) Mekanisme kerja:
Ceftriaxone yang diinjeksikan secara IM, lebih dahulu
dilarutkan dengan cairan yang sesuai (SWI, NS, D5W) hingga
mencapai konsentrasi 250 mg/ml. Ceftriaxone yang telah dilarutkan
dapat bertahan selama 24 jam pada suhu ruangan.
Ceftriaxone merupakan cephalosporin

generasi

ketiga

spektrum luas, dengan kecenderungan ke arah aktivitas bakteri gram


negatif, dan lebih efektif melawan mikroorganisme yang telah
resisten. Ceftriaxone memiliki efek bakterisidal dengan menghambat
sintesis dinding sel dan menginterfensi sintesis peptidoglikan
(struktur penting dari dinding sel bakteri). Bakteri kemudian akan
mengalami lisis karena proses tersebut.
5) Dosis: single dose 250 mg IM
b. Doxycycline 100 mg 2 kali sehari selama 7 hari
1) Indikasi:
a. Infeksi saluran pernafasan
b. Infeksi saluran pencernaan
c. Infeksi pada saluran kemih dan kelamin
d. Infeksi jaringan lunak dan kulit
e. Infeksi telinga, hidung, dan tenggorokan
2) Kontra indikasi: pada penderita yang alergi atau hipersensitif
terhadap doxycyxline.
16

3) Efek samping:
a) Beberapa pasien yang peka dapat mengalami fotosensitivitas,
alergi kulit jika terkena sinar matahari.
b) Gangguan pencernaan: mual muntah, diare.
c) Dapat terjadi anemia hemolitik, dan trombositopenia.
4) Mekanisme Kerja:
Merupakan antibiotik golongan tetrasiklinyang bersifat
bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein
kuman.Untuk dapat hidup, sel mikroba perlu mensintesis berbagai
protein.Sintesis protein berlangsung di ribosomdengan bantuan
mRNA dan tRNA.Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit,
yaitu ribosom 30S dan 50S. Agar dapat berfungsi pada sintesis
protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai
mRNA menjadi ribosom 70S.
Mekanisme kerja golongan

tetrasiklin

adalah

dengan

menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.Paling sedikit


terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri
gram negatif. Mekanisme tersebut adalah difusi pasif melalui kanal
hidrofilik yang dilanjutkan melalui

sistem transport aktif.Setelah

masuk,antibiotik berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi


masuknya tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.
5) Dosis: 2 kali 100 mg selama 7 hari.

ANEMIA DEFISIENSI BESI

17

1. Definisi:
Seseorang, baik pria maupun wanita, dinyatakan menderita anemia apabila
kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12 g/100 ml yang dapat disebabkan
karena gangguan reabsorpsi, gangguan penggunaanatau karena terlampau banyaknya
besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan.
2. Algoritma:

l10g/m
<
brep
H
atbP
.C G
v
l+
sio
itIT
r,k
ey
p
u
g
an
sl H
:b
6g/10m
b<
l:
3. Pengobatan:
a. Besi Oral
1)
Generic ferrous sulfate ( 325 mg ), besi elementalo : 65 mg
2)
Iron polysaccharide ( 150 mg ), besi elemental : tidak diketahui
3)
Ferrous gluconate ( 325 mg ), besi elemental : 35 mg
4)
Ferrous furamat ( 325 mg ), besi elemental : 108 mg
b. Besi parenteral
1)
Iron dextran
2)
Iron sucrose
3)
Iron gluconate
c. Kontra indikasi:
1) Hipersensitivitas terhadap besi
2) Gangguan fungsi hati berat
3) Kandungan besi tubuh berlebih ( iron overload )
d. Resep:
R/ FeSO4 tab mg 200 No XX
3 dd tab I

R/ Vit C tab mg 50 no XX
18

3 dd tab I

Pro : Ny. K (38 th)

19

DIABETES MELITUS
Di bedakan menjadi 2 tipe, yaitu:
A. Diabetes Melitus Tipe 1
1. Definisi: kondisi dimana sel pankreas tidak menghasilkan insulin, predileksi usia
muda < 30 tahun.
2. Terapi : Injeksi Insulin
3. Resep :
R/ Insulin regular injeksi 100 IU
Cum spuit insulin injeksi
S imm
Pro.Nn. A (19 th)
4. Mekanisme kerja: mengatur kadar glukosa dengan target utama hepar, otot, dan
jaringan adipose.
B. Diabetes Melitus Tipe 2
1. Definisi :kondisi dimana terjadi resistensi insulin. GDS 200 mg/dl atau GDP
126 mg/dl.
2. Pilihan obat :
a. First choice : gol. sulfenilurea (glibenklamid, klorpropamid)
b. Gol. Biguanid (Metformin)
c. Tiazolidindion (pioglitazon, rasiglitazon)
d. Glinid (repoglinid, hateglinid); berfungsi meningkatkan sekresi insulin
e. Glukosidase dan inhibitor : acarbose berfungsi menghambat absorbsi glukosa
3. Resep :
R/Glibenklamid tab mg 5 No. XIV
S 3 dd tab I h.a.c.
Pro.Ny. A (55 th)
Dievaluasi 2 minggu setelah pemberian, bila tidak adaperbaikan ditambah
obat golongan biguanid.
R/ Metformin tab mg 500 No. XXI
S 3 dd tab I d.c.
Pro.Ny. A (55 th)
4. Perbedaan Antara Glibenklamid dengan Metformin
GLIBENKLAMID
Golongan Sulfonilurea (insulin sekretorik)
Sediaan : 5 mg

20

METFORMIN
Golongan Biguanid
Sediaan : 500 mg, 850 mg

Dosis : awal 2,5-5 mg ditingkatkan perlahan


tidak lebih dari 2,5 dgn interval 1 minggu,
maksimal : 20 mg/hari
Nama paten antara lain: glukonic, glyamid,
libronil, tiabet
Mekanisme : merangsang sekresi insulin dari
granul sel beta langerhans
Terapi efektif :diberikan 30 menit sebelum
makan.
h.a.c dimaksudkan untuk
mencegah hipoglikemi dan mempercepat
absorbsi
karena
makanan
dapat
menyebabkan menurunnya absorbsi
Metabolisme di hepar dan di ekskresi melalui
ginjal
Efek
samping
:
gangguan
saluran
cerna&alergi kulit
Kontraindikasi : DM juvenile; DM
gestasional dan keadaan gawat
Interaksi obat : meningkatkan risiko
hipoglikemia
oleh
insulin,
alkohol,
sulfonamide, kloramfenicol; dan efek
hipoglikemia diturunkan dengan diuretik
(tiazid), kortikosteroid.

Dosis : awal : 2 x 500 mg;


maintenance : 3 x 500 mg; dosis
maksimal : 2,5- 3 gram/hari
Efektif diminum waktu makan untuk
mengurangi efek sampingnya, yaitu
mual, muntah, diare, dan rasa tidak
nyaman di perut
Nama Paten : gliformin, glikos,
glucofor 500
Mekanisme : menurunkan produksi
glukosa di hepar dan meningkatkan
sensitivitas jaringan otot dan adipose
terhadap insulin
Metabolisme : absorbsi di intestinum
dan ekskresi di urin utuh
Kontra
indikasi
:
penyakit
kardiovaskuler
karena
terjadi
peningkatan asam laktat dalam darah,
penyakit ginjal,dll.

SHIGELLOSIS / DISENTRI BASILER


1. Definisi:
Infeksi usus akut yang dapat sembuh sendiri yang disebabkan infeksi
Shigella dengan gejala demam, mual, muntah, dan tenesmus.
2. Pengobatan:
Resep
R/ Cotrimoxazol tab No. XX
2 dd tab No. II
R/ Diafrom tab No. X
21

3 dd tab I
R/ Metochlopramid tab mg 10 No. X
prn (1-3) dd tab I
R/ Oralit Sachet Granul No. X
ad libitum Solve in aqua cc 200
Pro: Tn. S (23 tahun)
Pembahasan:
a. Cotrimoxazol (antibiotik spektrum luas)
1) Kombinasi:Sulfamethoxazoledan trimetroprim.
2) Sediaan:
a) Sulfamethoxazole: 400 mg; 800 mg.
b) Trimetroprim: 80 mg; 160 mg.
3) Bentuk sediaan:
a) Tablet.
b) Suspensi: 200 mg (s), 40 mg (t)/ 5 ml.
c) Sirup.
4) Mekanisme:
a) Sulfametoxazolemenghambat PABA masuk ke molekul asam folat.
b) Trimetroprim menghambat reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetra

a)
b)
c)
d)

a)
b)

hidrofolat.
5) Indikasi:
ISK akibat E. Coli, klebsiella, enterobacter, proteus.
Infeksi GIT.
Infeksi pernafasan: pneumuniae.
Infeksi THT.
6) Kontra Indikasi
: Gangguan hati, ginjal.
7) Efek Samping
: mual, muntah, alergi obat
8) Dosis pemakaian
:
5-7hr2x2 tab, 10-14 hari
Shigelosis: 5 hari.
9) Nama Paten
: Bactrim, trizole, yekaprim.

b. Diafrom (Neo Diafrom)


1) Kandungan:
a) Kaolin 550 mg
b) Pektin 20 mg
22

2) Indikasi : Pengobatan simtomatik pada diare non spesifik


3) Mekanisme: Obat anti diare mengeraskan tinja dan mengabsorsi zat toksik.
4) Sediaan kaolin, pektin: neo kacitin 5 ml suspensi (kaolin 700 mg & pektin 50
mg).
5) Dosis:
a) Dewasa % anak > 12 th 2,5 tab post defecatio max: 7,5 tab/hari
(maksimal 15 tab/ hari).
b) Anak 6-12 tahun: 1,5 tab post detecatio (maksimal 7,5 tab/hari).
c. Metoklopramid
1) Sediaan:
a)
10 g/tab
b)
10 mg/2 ml (injeksi)
2) Indikasi:
a) Antiematik
b) dispepsia pasca gastrektomi.
3) Mekanisme kerja:
a) Blokade reseptor dopamin di CTZ (chemoreceptor trigger zone)
b) Memperkuat pergerakan & pengosongan lambung.
4) Efek Samping : Sedasi & gelisah
5) Dosis
: Dewasa 10 mg 3x/hari.
d. Oralit (200 ml)
1) Komposisi:
a) Kalium klorida 0,3 gr (1,5 gr)
b) NaCl 0,7 gr (3,5 gr).
c) Na bikarbonat 0,5 gr (2,5 gr).
d) Glukosa anhidrat 4 gr (20 gr).
2) Indikasi: rehidrasi muntaber, diare, kolera.
3) Dosis:
a)
Dewasa 2 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap BAB
b)
Anak < 1 th: 2 jam pertama 2 gelas larutan gelas
c)
Anak 1-5 th: 2 jam pertama 4 gelas larutan 1 gelas

23

Perbandingan Kelompok Obat Disentri menurut Khasiat, Keamanan dan Kecocokan


Kelompok
Obat/Jenisnya
Penicillin
(Ampisilin)

Khasiat
(efek)
Antibiotik

Keamanan BSO

Kecocokan (Kontra

(Efek Samping Obat)


Indikasi BSO)
. SSP : Demam, Hipersensitivitas terhadap
penisilin

penisilin
encephalitis,
kejang
Kulit : Erythema
multifom,

rash,

urticaria.
GI : Lidah hitam
berambut,

diare,

enterochollitis,
glossitis,
mual,pseudomembr
anouscollitis, sakit
mulut dan lidah,
stomatitis, muntah.
Hematologi
:Agranulositosis,
anemia, hemolitik
anemia,
eosinophilia,
leukopenia,
trombocytopenia
purpura.
Hepatik

AST

meningkat.
Renal : Interstisisal
nephritin (jarang)
24

Respiratory

Laringuela stidor
Miscellaneous
Makrolid

Antibiotik

(Azitromisin)

Anaphilaxis
Mual,
rasa
nyaman

di

:
tidak

perut,

muntah,

kembung,

diare,

gangguan

Hipersensitif

terhadap

azitromisin atau makrolida


lainnya.

pendengaran, nefritis
interstisial, gangguan
ginjal akut, fungsi hati
abnormal,
pusing/vertigo,
kejang, sakit kepala,
Kuinolon

Antibiotik

(Siprofloksasin)

dan somnolen.
Biasanya bisa timbul

Hipersensitif

nausea,

ciprofloksasin

abdominal

discomfort, dispepsia,

anggota kelas

flatulens,

diare,

lainnya.

stomatitis,

kolitis

terhadap
dan
kuinolon

pseudomembran, sakit
kepala,

pusing,

malaise, drownsiness,
kelelahan,

agitasi,

insomnia.

Jarang

terjadi

seperti

efek

depresi,

halusinasi,

gangguan penglihatan,
psikosis dan konvulsi,
Asetaminofen

Analgesik,

serta ruam pada kulit.


Eritem atau urtikaria. Pada penderita kelainan
25

(Parasetamol)

antipiretik

Pemakaian

lama fungsi hati

menyebakan
hemolitik,
Garam elektrolit

Larutan

(Oralit)

elektrolit

anemia
gangguan

ginjal, nekrosis hati.


Hipernatremia

Obstruksi atau perforasi


usus

Contoh Obat Pilihan Dan Alternatif, Serta Perbandingannya


Uraian
Nama Obat
BSO

(generik,

kekuatan)

Obat Pilihan
Siprofloksasin

Obat Alternatif
Ampisilin

paten, Generik : Ciprofloksasin


Tablet : 250 mg

Generik : Ampisilin
Tablet: 125 mg, 250 mg,

Kaptab : 500 mg, 750 mg Kapsul: 250 mg, 500 mg.


(K)

Injeksi : 500 mg vial,

Paten : Baquinor

1g/vial, 2 g/vial
Sirup 125 mg/5 ml, 250
mg/5 ml

Paten : omnipen
BSO yang diberikan dan Karena pasien berusia 27 Karena pasien berusia 27
alasannya

tahun,

keadaan

umum tahun,

keadaan

umum

sadar

sehingga

dapat sadar

sehingga

dapat

dalam diberikan sediaan

dalam

diberikan sediaan

bentuk tablet dan harganya bentuk tablet dan harganya


Dosis referensi

relatif lebih murah.


relatif lebih murah.
2 x 500 mg/hari selama 3 4 x 500 mg/hari selama 5

hari
hari
Dosis kasus tersebut dan 500 mg sesuai dosis yang 500 mg sesuai dosis yang
alasannya

telah
bentuk

ditetapkan

dan telah

ditetapkan

dan

sediaan

yang bentuk

sediaan

yang

tersedia
tersedia
Frekwensi pemberian dan 2 x1 hari sesuai waktu 4 x1 hari sesuai waktu
26

alasannya
Cara
pemberian
alasannya

paruhnya
dan Oral,
karena

paruhnya
sediaan Oral,
karena

sediaan

berupa tablet dan kondisi berupa kapsul dan kondisi


pasien

yang

memungkinkan

masih pasien

yang

masih

untuk memungkinkan

untuk

penggunaan obat secara penggunaan obat secara


Saat

pemberian

alasannya

oral
oral
dan Saat demam karena obat Saat demam karena obat
ini bersifat simptomatik ini bersifat simptomatik.
dan sebaiknya diberikan
sebelum
efek

Lama

pemberian

makan

parasetamol

karena
akan

dihambat oleh makanan


dan Selama 3 hari

alasannya

27

Selama 5 hari

KONJUNGTIVITIS

1. Definisi
Konjungtivitis merupakan suatu peradangan pada konjungtiva yang
ditandai dengan mata merah, bengkak, dan berair, sekret mata lengket (bakteri),
mata merah, sekret seperti air (virus), atau mata merah dan gatal (alergi).
2. Pengobatan:
R/ Gentamycin 0,3% guttae ophtalmic fl No. I
S 6 dd gtt I-II ODS
Pro : Tn. A (40 thn)
Gentamycin
a. Merupakan golongan aminoglikosida untuk bakteri basil gram (-) aerob.
b. Mekanisme kerja:
Aminoglikosid + ribosom : menghambat sintesis protein Mempercepat
transport aminoglikosid ke dalam sel kerusakan membran sitoplasma
kematian sel / terjadi misreading kode genetik hambat sintesis protein

c. Nama Paten : Genoint tetes mata sediaan 5 ml


d. Dosis : 1-2 tetes tiap 4 jam
Atau
R/ cendoxytrol guttae opthalmic fl No.5
3 dd guttae I ocula dextra
Pro: Tn. T (34 tahun)
Cendoxytrol :
a. Kandungan: dexametason 0,1% neomisin sulfat 3,5mg/ml, polimiksin 6 sulfat
6000 iu/ml.
b. Indikasi: mengobati infeksi mata yang meradang, konjungtivitis akut/kronis
tidak bernanah, dan keratokonjungtivitis.
MIGRAIN
28

1. Definisi
Migrain merupakan suatu kondisi yang kronis. Sebagian besar serangan
migrain juga disertai dengan sakit kepala yang lain. Sakit kepala migrain sering
digambarkan sebagai sebuah sakit kepala yang hebat, berdenyut dan menyerang
kepala pada satu sisi. Kadang kadang sakit dirasakan di dahi, sekitar mata dan
dibelakang kepala sehingga mengaburkan gejala dengan sakit kepala yang lain.
Walau sebagian besar migrain menyerang pada satu sisi kepala, namun sering
juga dijumpai gejala migrain pada kedua sisi kepala.
2. Algoritma

29

30

3. Terapi Non Spesifik


4.

5.
6.

31

7.

8.

32

9. Terapi Spesifik
10.

11.

33

12.

13.

34

14. Tabel Obat Profilaksis


15.

35

16.

36

17.
18. Resep
20.

19.
R/ cafergot tab No. X
S 1-2 tab I (waktu serangan)
21.
R/ bodrex migra tab No. X
22.
S 3dd tab I
23.
Pro: Tn F 34 th
24.
25. TUBERKULOSIS PARU
26.
27. Klasifikasi

berdasarkan

hasil

pemeriksaan

dahak

mikroskopis, yaitu pada TB Paru:


1. Tuberkulosis paru BTA positif.
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkangambaran tuberkulosis.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
padapemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelahpemberian antibiotika non OAT.
2. Tuberkulosis paru BTA negatif
28.

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA

positif.Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:


a.
b.
c.
d.

Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif


Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
29.
30. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

1. TB paru BTA negatif foto toraks positif


31.
Dibagi berdasarkan tingkat keparahanpenyakitnya, yaitu bentuk
berat dan ringan.Bentuk berat bila gambaran foto toraksmemperlihatkan gambaran
kerusakan paru yang luas (misalnya proses faradvanced), dan atau keadaan umum
pasien buruk.
2. TB ekstra-paru
37

32.
Dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
a. TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral,tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
b. TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis,
pleuritiseksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan
alatkelamin.
33.
34. Catatan:
1. Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru, maka untuk
kepentinganpencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru.
2. Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat
sebagaiTB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.
35.
36. Pengobatan:
1. Pengobatan TBC kategori 1(2 HRZE/4H3R3)
a. Pasien baru TB BTA +
b. Pasien TB Paru BTA Foto thorax +
c. Pasien TB ekstra Paru
37.

38.
2. Pasien TBC Kategori 2 (2 HRZES/HRZE/5H3R3E3)
a. Pasien kambuh
b. Pasien Gagal
c. Pasien putus obat

38

39.

3. OAT Sisipan
40.

41.
42.
43.
44.

39

45. DERMATITIS ALERGI DENGAN EKSIM


46.
47.

Penatalaksanaan dasar diberikan untuk semua kasus baik yang ringan,

sedang maupun berat, berupa:


1. Perawatan Kulit
48. Hidrasi adalah terapi DA yang esensial. Dasar hidrasi yang adekuat adalah
peningkatan kandungan air pada kulit dengan cara mandi dan menerapkan sawar
hidrofobik untuk mencegah evaporasi. Bila perlu pengobatan topikal paling baik
setelah mandi karena penetrasi obat jauh lebih baik. Pada pasien kronik diberikan 3-4
kali sehari dengan water-in-oil moisturizers sediaan lactic acid.
2. Kortikosteroids topikal
49. Kortikosteroid topikal mempunyai efek antiinflamasi, antipruritus, dan efek
vasokonstriktor. Yang perlu diperhatikan pada penggunaan adalah segera setelah
mandi dan diikuti berselimut untuk meningkatkan penetrasi; tidak lebih dari 2 kali
sehari; bentuk salep untuk kulit lembab bisa menyebabkan folikulitis; bentuk krim
toleransinya cukup baik; bentuk lotion dan spray untuk daerah yang berambut;
pilihannya adalah obat yang efektif tetapi potensinya terendah; efek samping yang
harus diperhatikan adalah: atropi, depigmentasi, steroid acne; bila kasus membaik,
frekuensi pemakaian diturunkan dan diganti dengan yang potensinya lebih rendah;
bila kasus sudah terkontrol, dihentikan dan terapi difokuskan pada hidrasi.
3.

Antihistamin
50. Merupakan terapi standar, tetapi belum tentu efektif untuk menghilangkan
rasa gatal karena rasa gatal pada DA bisa tak terkait dengan histamin.

4. Tars
51. Mempunyai efek anti-inflamasi dan sangat berguna untuk mengganti
kortikosteroid topikal pada manajemen penyakit kronik. Efek samping dari tar adalah
folikulitis, fotosensitisasi dan dermatitis kontak.
5. Antibiotik sistemik
52. Kadang-kadang diperlukan karena infeksi sekunder dapat menyebabkan
kekambuhan dan penyulit. Infeksi di curigai bila ada krusta yang luas, folikulits,
40

pioderma dan furunkulosis. S. aureus yang resisten penisilin merupakan penyebab


tersering dari flare akut. Bila diduga ada resistensi penisilin, dicloxacillin atau
sefalexin dapat digunakan sebagai terapi oral lini pertama. Bila alergi penisilin,
eritromisin adalah terapi pilihan utama, dengan perhatian pada pasien asma karena
bersama eritromisin, teofilin akan menurunkan metabolismenya. Pilihan lain bila
eritomisin resisten adalah klindamisin.
6. Identifikasi dan eliminasi faktor-faktor eksaserbasi
53. Sabun dan baju yang bersifat iritatif dihindari. Baju iritatif dari wol
dihindari. Demikian juga keringat dapat juga mengiritasi kulit. Stres sosial dan
emosional juga harus dihindari. Eliminasi alergen makanan, binatang dan debu
rumah.
54. Contoh resep :
55.
56.
57.
58.
59.

R/ Betamethasone valerate tube No. I


ue
R/ Cetirizine tab mg 10 no V
I dd tab I
Pro : Nn. Nia 19 th
60.

61.

41

62.SKIZOFRENIA
63.
1. Definisi
64.

Skizofrenia merupakan bentuk gangguan jiwa psikosis fungsional paling

berat,ditandai oleh penyimpangan dari pikiran, persepsi serta emosi, dan lazim yang
menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar.Dalam kasus berat, pasien tidak
mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal.
65.
2. Algoritma
66.
Episode
pertama/tidak ada
riwayat
pengobatan dengan
67.
APG II
68.

Respon parsial
atau tidak ada

69.

Stage I (APG II tunggal) Aripirazol,


70.
Olanzapin,
Quetiapin, Risperidon,
Ziprasidon
71.

Respon parsial
atau tidak ada

72.

Stage II (APG II tunggal)


73. yang digunakan pada
selain
stage
74. I

Respon parsial
atau tidak ada

75.

Stage IIa (APG I/APG II tunggal)


76.yang digunakan pade stage
selain
I&II 77.

Respon parsial
atau tidak ada

78.
Lanjut ke stage V
bila menolak
dengan Clozapin

Stage III
79. Clozapine

Respon parsial
atau tidak ada

80.
81.IV Clozapine + APG I, APG II,
Stage
atau82.
ECT
83.
Stage V agen tunggal APG I/ APG II
84.
selain yang digunakan pada stage I,
85.IIa
II, dan

86.
42

Respon parsial
atau tidak ada

87.
Respon parsial
88.
atau tidak ada
Stage VI APG I+ APG II; APG II+ ECT;
89.
90.
APG I atau APG II + agen lain (mood
91.
stabilizer)
3. Pengobatan
a. Anti Psikotik Generasi I (APG I)
1) Haloperidol
a) Indikasi:
92.
Bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronis, suatu gangguan
jiwa berat. Berefek antipsikotik, yaitu berguna untuk mengatasi agresivitas,
hiperaktivitas, dan labilitas. Skizofrenia akut dan kronis, konfusi akut, paranoid.
b) Kontraindikasi:
93.
Anak berumur <3 tahun, penderita parkinson, depresi endogen tanpa
agitasi, gangguan neurologi dengan piramidal maupun ekstrapiramidal, keadaan
koma, hipersensitivitas, wanita hamil atau menyusui.
c) Efek samping:
94.
Reaksi neurologik yang bersifat ekstrapiramidal seperti hipertonia
otot dan gemetar (parkinsonisme), akatisia, kejang otot, dan gerakan bola mata
tidak terkoordinir.
d) Mekanisme kerja:Blokade reseptor D2 (antagonis dopamin).
95.
2) Klorpromazin
a) Indikasi:
Pengobatan umum: neurosis, gangguan sistem saraf pusat yang memerlukan
penenang, pramedikasi anestesi, hipotensi terkontrol, induksi hipothermia

dan antimuntah.
Psikiatri : skizofrenia, psikosis akut, dan keadaan manik akut. Gangguan
skizoafektif dan sindroma paranoid, gangguan perilaku karena keterlambatan

mental (obat tambahan).


b) Kontraindikasi:
Pasien dengan depresi tulang belakang, gagal ginjal dan liver berat,

hipersensitivitas, vertigo dan mabuk perjalanan.


Bayi <6 bulan, sindroma Reye, koma yang disebabkan oleh barbiturat,

alkohol.
c) Efek samping:
96. Lesu, mengantuk, pusing, sakit kepala, mulut kering, agitasi,
gangguan tidur, fotosensitif dan ruam kulit. Gangguan hati/ sakit kuning kronis.
43

d) Mekanisme kerja: Blokade reseptor D2 (antagonis dopamin).


97.
3) Flufenazin
a) Indikasi:
98.Tranquilizer major, gelisah, ketegangan mental dan gangguan mental lain.
b) Kontraindikasi:
99.Kerusakan subkortikal otak, pasien yang mendapatkan hipnotis,
koma, atau penurunan kesadaran berat, diskrasia darah, kerusakan hati dan
ginjal, insufisiensi jantung berat, aterosklerosis serebral.
c) Efek samping:
100.
Reaksi ssp, sistem saraf otonom, metabolik, endokrin,
hematologi, hati, dan alergi; diskinesia tardiv persisten, sindroma neroleptika
maligna.
d) Mekanisme kerja: Blokade reseptor D2 (antagonis dopamin).
101.
b. Anti Psikotik Generasi II (APG II)
1) Clozapine
a)Indikasi:
102.
Penderita skizofrenia yang tidak memberi respon atau
intoleransi terhadap neuroleptik klasik.
103.
b) Kontraindikasi:
104.
Riwayat granulositopenia dan agranulositosis akibat obat,
gangguan fungsi sumsum tulang, epilepsi tidak terkontrol, psikosis akibat
alkohol dan zat toksik lainnya, intoksikasi obat, kondisi koma.
105.
Perhatian : pemberian harus dibatasi pada penderita
skizofrenia yang resisten terhadap pengobatan dengan neroleptik. Pasien
dengan riwayat epilepsi harus diawasi dengan cermat selama terapi dengan
clozapin sejak adanya laporan tentang hubungan antara konvulsi dengan
dosisnya.
c) Efeksamping:
106.

Granulositopenia, agranulositosis, eosinofilia, lekositosis

dapat terjadi terutama pada minggu pertama terapi, mengantuk, lelah, sedasi,
pusing, dan sakit kepala.
d) Mekanisme kerja:

44

107.

Afinitas tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2) dan

aktivitas menengah terhadap resptor dopamin (D2).


108.
c. Anti Parkinsonisme (antikolinergik)
1) Triheksifenidil
a) Indikasi:
109.Profilaksis pada antipsikotik yang mengikat reseptor D2 dan pasien
yang berisiko menderita parkinson sebagai efek samping penggunaan obat
antipsikotik (terutama APG I), drug induced parkinsonism.
b) Kontraindikasi:Hipersensitivitas.
c) Efeksamping:
110.
Mulut kering, pandangan kabur, pusing, mual atau cemas,
konstipasi, retensi urin, takikardi,dilatasi pupil, tekanan intraokular meningkat,
sakit kepala.
d) Mekanisme kerja: Mengurangi aktivitas kolinergik yang berlebihan pada
ganglia basal.
111.
112.
d. Beta Blocker
1) Propanolol
a) Indikasi: Mencegah akathisia, tremor, takikardi karena ansietas.
b) Kontraindikasi
113. Asma, gagal jantung yang tidak terkontrol, angina prinz-metal,
hipotensi, syok kardiogenik, asidosis metabolik.
c) Efeksamping:
114. Gagal jantung pada pasien dengan gangguan fungsi jantung,
bradikardi, bronkospasme, gangguan sirkulasi perifer, hipoglikemi,rasa lelah,
gangguan tidur, depresi, gangguan saluran cerna.
d) Mekanisme kerja
115. Menghambat secara kompetitif efek obat adrenergik yaitu NE dan
Epi endogen, pada adrenoreseptor, efek ansiolitik yang bekerja di perifer
megurangi gejala takikardi, palpitasi, dan tremor.
116.
e. Antidepresan (SSRI)
1) Fluoxetin
a) Indikasi:
117. Mengatasi gejala depresi, gejala negatif, dan mencegah bunuh diri.
b) Kontraindikasi:

45

118.

Tidak boleh digunakan bersama MAO karena menyebabkan sindrom

hipertermia dan kegagalan kardiovaskuler serotogenik yang berpotensi fatal.


c) Efeksamping:
119. Mual, diare, insomnia,kecemasan, dan mudah terusik, gangguan
fungsi seksual.
d) Mekanisme kerja:
120. Penghambatan secara kuat pada asupan ulang serotonin dari abang
belahan sinaptik ke terminal-terminal saraf, sementara hanya membawa efek

122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.

minimal terhadap asupan nor adrenalin. Ia menghambat pengangkut serotonin.


121.
Resep:
R/ Haloperidol tab mg 5No. XXI
3 dd tab I

R/ Triheksifenidil tab mg 2 no XVIII


3 dd tab I

R/ Amitriptilin tab mg 25 no XXI


3 dd tab I

Pro: Tn. M (45thn)

130.
131.
132.

133.
134.
135.
136.
137.

46

138.

INFEKSI SALURAN KEMIH


139.

1. Definisi:
140.

Infeksi Saluran Kemih merupakan kondisi dimana satu

bagian atau lebih dari sistema urinaria (ginjal,ureter, kandung kemih, dan uretra)
terinfeksi, yang menunjukkan gejala seperti disuria (nyeri saat berkemih),
peningkatan frekuensi dan urgensi berkemih, perasaan tidak nyaman pada suprapubik
dan sudut kostovertebral.
141.
2. Algoritma:
142.

ISK tanpa
komplikasi

143.
144.
145.
146. tanpa
Sistitis
147.
komplikasi
148.
Etiologi: 149.
E. Coli
150.
Pengobatan:Antibiotik
151.urinalisis/empiris
berdasarkan
(fluorokuinolon,
152. trimetoprim
sulfametoksazol selama 3 hari)
153.

Pielonefritis
akut
Khas: demam tinggi >38,3 C &
nyeri ketok kostovertebral
Pengobatan: berdasarkan
kultur&gram (trimetoprim
sulfametoksazol, fluorokuinolon
amoksisilin klavulanat)

Pengobatan:
a. Antibiotik
1) Fluorokuinolon (Siprofloksasin)
a)
Indikasi: ISK (prostatitis, uretritis, servisitis GO)
b) Kontraindikasi:
154.
Hipersensitif, hamil, menyusui, anak masa pertumbuhan, dan
remaja.
c) Efeksamping:
155. Mual,muntah, diare, nyeri perut, anoreksia, pusing, sakit
d)

kepala, insomnia, ruam kulit.


Mekanisme kerja:

47

156. Menghambat

replikasi

DNA

bakteri

dengan

cara

mengganggu kerja DNA girase (topoisomerase II) selama pertumbuhan dan


reproduksi bakteri.
2) Kotrimoksasol (Trimetoprim-Sulfametoksazol)
a) Indikasi:
157.
Untuk mengobati ISK dan kelaminyang disebabkan oleh E.
coli, Klebsiella sp, Enterobacter sp, Morganella morganii, Proteus
b)

mirabilis, Proteus vulgaris.


Kontraindikasi:
158.
Penderita dengan gangguan fungsi hati yang parah,
insufisiensi ginjal, wanita hamil, menyusui, bayi prematur dan bayi di

bawah 2 bulan, dan anemia megaloblastik.


c) Efeksamping:
159.
Reaksi hipersensitivitas, ruam kulit, sakit kepala, gangguan
pencernaan,leukopenia, trombositopenia, agranulositosis, anemia aplastik,
dikrasia darah.
d) Mekanisme kerja:
160.
Kombinasi

sulfametoksasol

dan

trimetoprim

dengan

perbandingan 5:1. Bekerja dengan cara menghambat pada dua tahap


sintesis

asam

nukleat

dan

protein

yang

sangat

esensial

untuk

mikroorganisme bakteri.
3) Amoksisilin Klavulanat
a)
Indikasi:
161. Infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran nafas atas,
bronkopneumoni, otitis media, infeksi saluran genital, infeksi saluran
b)

kemih.
Kontraindikasi:
162. Hipersensitivitas terhadap penisilin, riwayan jaundice pada
penggunaan penisilin, disfungsi hati.
c) Efeksamping:
163. Hepatitis, kolestatik jaundice (hati- hati pada pasien dengan

gangguan fungsi hati,hepatitis, ikterus kolestatik, termasuk kehamilan)


d) Mekanisme kerja:
164. Merupakan campuran amoksisilin dengan asam klavulanat.
Amoksisilin bekerja secara bakterisid dengan cara menghambat sintesa
dinding sel bakteri sehingga dinding sel melemah, plasma sel keluar dan
48

kemudian pecah. Sedangkan asam klavulanat adalah penghambat berbagai

1)

tipe enzim beta laktamase yang diproduksi oleh bakteri tertentu.


b. Antipiretik dan Analgesik
Paracetamol (Acetaminophen)
a) Indikasi:
165. Menurunkan panas, mengurangi rasa sakit kepala, sakit gigi,
menurunkan demam setelah imunisasi, mengatasi nyeri.
b) Kontraindikasi:
166. Penderita sakit ginjal dan hati, hipersensitivitas.
c) Efeksamping:
167. Hipersensitivitas dan kelainan darah. Penggunaan kronis
d)

dapat terjadi kerusakan hati (dosis 3-4 g/hari).


Mekanisme kerja:
168. Menghambat prostaglandin (mediator nyeri di otak) tetapi

169.
170.
171.

sedikit aktivitasnya sebagai penghambat prostaglandin perifer.


Resep:
R/
Kotrimoksazol tab mg 480 no XX
2 dd tab II

172.
173.

R/

175.
176.

Pro: Ny. A (34 tahun)

174.

Paracetamol tab mg 500 no XV


prn 1-3 dd tab I

177.

PNEUMONIA

178.
1. Definisi:
179.

Pneumonia adalah peradangan pada paru (terutama parenkim paru)

yang disebabkan oleh mikroorganisme, kecuali Mycobacterium tuberculosis, baik


bakteri, virus, jamur, dan parasit.
180.
2. Algoritma:
181.

Pneumonia

182.
183.
184.
Commun

Nosocomi
al

ity
49

185.
Pasien
yang
sebelumny
a sehat

186.
187.
188.
189.

1.Quinolon
190.
(levofloksasin)
2.Macrolide (eritromisin) 191.
3.Azalide (azitromisin)
192.
4.doksisiklin

Pasien
dengan
komorbi
d
DM,
COPD,
CHF,
Renal

193.
194.

(-)
195.
antibiotik
dalam
3
196.

197.
Azitromisi
n
198.
199.

(+)
antibiotik
dalam 3

Early
onset (-)
MDR

Late
onset (+)
MDR

1.Sefalospori
n
(ceftriakson)
2. kuinolon
(levofloksasi
n)

Levofloksasi
n
ciprofloksasi

5
hari

7-10 hari
bahkan 2
minggu

Kuinolon tunggal/
+ beta
laktam/makrolid

200.
201.
202.
3. Pengobatan:
a. Antibiotik
1)
Golongan Kuinolon (Levofloksasin)
a)
Indikasi:
203. Pneumonia, eksaserbasi akut pada bronkitis kronis, sinusitis
b)

akut, ISK, pyelonefritis akut.


Kontraindikasi:
204. Hipersensitivitas terhadap kuinolon, epilepsi, anak-anak pada

c)

masa pertumbuhan, ibu hamil dan menyusui


Efeksamping:
205. Sakit kepala, halusinasi, gelisah, insomnia, reaksi alergi,

fotofobia, gangguan gastrointestinal, tremor, depresi.


d)
Mekanisme kerja: Menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba.
206.
2)
Golongan Makrolid
207.
(Eritromisin)
50

a)

Indikasi:
208. Infeksi streptokokus, stafilokokus, diplokokus, mioplasma,
Mikoplasma pneumoniae, bordetella pertusis, Treponema palidum,

Corynebacterium difteri.
b) Kontraindikasi: Gangguan fungsi hati.
c) Efeksamping:
209. Kejang perut, mual muntah, diare, urtikaria, dan ruam kulit
d)
a)

lainnya.
Mekanisme kerja: Menghambat sintesis protein sel mikroba.
210.
211. (Azitromisin)
Indikasi:
212. Pengobatan pada usia diatas 16 tahun dengan infeksi saluran
pernafasan atas, infeksi saluran nafas bawah, infeksi kulit dan jaringan
lunak, infeksi genital tanpa komplikasi, profilaksis karena demam

b)
c)

rematik.
Kontraindikasi: Hipersensitivitas.
Efeksamping:
213. Moniliasis, vaginitis, trombositopenia, agresif, gelisah,

pusing/ vertigo, gangguan pendengaran.


Mekanisme kerja: Menghambat sintesis protein sel mikroba
214.
3) Golongan Sefalosporin (Ceftriakson)
a) Indikasi:
215. Infeksi saluran pernafasan, saluran cerna, kulit dan jaringan lunak.
b) Kontraindikasi:
216. Hipersensitivitas terhadap sefalosporin.
c) Efeksamping:
217. Pruritus, dermatitis, urtikaria,edema, sakit kepal, pusing,
d)

peningkatan enzim hati, anemia hemolitik


d) Mekanisme kerja:
218. Menghambat sintesis dinding sel mikroba sehingga terjadi lisis sel
219.
4) Golongan Penisilin (Ampisilin)
a) Indikasi:
220. Infeksi kuman gram negatif dan positif pada infeksi saluran
nafas, ISK, infeksi saluran cerna, infeksi kulit dan jaringan lunak, demam
enterik, septikemia, endokarditis, bakterial, osteomielitis.
b) Kontraindikasi:
51

221. Hipersensitivitas terhadap penisilin, mononukleus infeksiosa.


c) Efeksamping:
222.
Gangguan gastrointestinal, ruam kulit, pruritus, urtikaria,
demam, anafilaksis, gangguan hematologi.
d) Mekanisme kerja:
223.
Menghambat sintesis dinding sel mikroba sehingga mterjadi
lisis sel bakteri
224.
225.

Resep :

226.

R/ Ciprofloksasin tab mg 500 No XIV

227.

S 2 dd tab I

228.

R/ Ambroxol tab mg 30 No XV

229.

S 3 dd tab I

230.

Pro : Tn A (55 th)

231.
232.

52

233.

DEMAM BERDARAH DENGUE DAN DENGUE


SHOCK SYNDROME
234.

235.

Demam dengue (DD) adalah penyakit demam akut selama 2-7 hari disertai

dua atau lebih gejala klinis berupa nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia / artralgia, ruam
kulit, manifestasi perdarahan (tes tourniket positif dan petechiae) dan leukopenia. Demam
berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan gejala seperti DD disertai
manifestasi perdarahan yang lebih nyata (tes tourniket positif, petechiae, echimosis atau
purpura, perdarahan mukosa), trombositopenia ( 100.000/L) dan kebocoran plasma
akibat meningkatnya permeabilitas kapiler yang ditandai oleh peningkatan hematokrit
20%.
236.

Terdapat empat gejala utama DBD yaitu demam tinggi, fenomena

perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi. Dengue Shock Syndrome (DSS) adalah
penampilan klinis DBD yang disertai tanda-tanda kegagalan sirkulasi berupa penderita
gelisah sampai penurunan kesadaran, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20
mmHg), hipotensi (tekanan sistolik < 80 mmHg), kulit dingin dan lembab, akral dingin
(cappilary refill time > 2 detik), diuresis menurun sampai anuria.
237.
238.

Resep:

239.

R/ Parasetamol tab mg 500 no. IX

240.
241.

prn 1-3 dd tab 1


R/ RL flab No. IX

242.

cum Abbocath no.22 No.II

243.

Infuse Set No. II

244.
245.

imm
Pro : Tn. JK (26 tahun)

246.

53

247.
248.

249.

TATA LAKSANA

PENATALAKSANAAN KASUS TERSANGKA

DEMAM BERDARAH DENGUE DBD


250.

54

(Bagan 1)

251.

PENATALAKSANAAN
Tersangka DBDKASUS DBD DERAJAD

I DAN
II TANPA
PENINGKATAN
HEMATOKRIT
Demam
tinggi,
mendadak,
terus-menerus,
< 7 hari tidak disertai ISPA, bad
252.

(Bagan 2)

253.
DBD Derajad I
Tidakadakedaruratan
Ada kedaruratan
Gejalaklinis
: demam 2-7 hari
254.
Uji tourniquet positif
Tanda syok : muntah
terus menerus, kesadaran menurun
Lab.
255.hematokrit tidak meningkat trombositopeni (ringan)
Kejang, muntahdarah, berakdarah, berakhitam
Periksauji tourniquet

256.

Pasien Masih dapat minum


Pasientidakdapatminum
257. tiap 5 menit.
Beri minum banyak 1-2 liter/hari atau 1 sdm
Pasienmuntahterusmenerus
Uji Tourniquet (+)
Uji tourniquet (-)
Jenisminuman; air putih, tehmanis, sirup, jus buah, susu, oralit
Bila suhu > 38,5 derajad celcius beri parasetamol
258.
Bilakejangberiobatantikonvulasif
Pasang infus NaCl 0,9%: Dekstrosa 5% (1:3) tetesan rumatan sesuai berat badan Periksa Hb, Ht, trombosit tiap
Rawatjalan
259.
Jumlahtrombosit
Jumlahtrombosit
Parasetamol
< 100.000/ul
> 100.000/ul
Kontroltiapharisampaidemamhilang

260.

261.
RawatInap
262.
Perbaikanklinisdanlaboratoris
263.
264.

Ht naikdanatautrombositopeni
Nilai
tanda klinis & jumlah trombosit, Ht bila masih demam
RawatJalan

Infus ganti ringer laktat


Minum banyak,
(tetesanbila
disesuaikan,
lihat Bagan
Parasetamol
perlu,
Kontrol tiap hari sp demam turun.
Bila demam menetap periksa Hb.Ht, AT.

3)

Perhatikan untuk orang tua: pesan


bila timbul tanda syok : gelisah, lemah, kaki tangan dingin, sakit perut, berat hitam
Pulang

265.

Kriteriamemulangkanpasien :
Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
266.
Nafsumakanmembaik
Secaraklinistampakperbaikan
267.
Hematokritstabil
Tiga harisetelahsyokteratasi
268.
Jumlahtrombositlebihdari
50.000/ml
Tidakdijumpai distress pernafasan

segera bawa ke rumah sakit

269.

270.
55

271.

PENATALAKSANAAN KASUS DBD DERAJAD


II DENGAN
272.

PENINGKATAN HEMATOKRIT
273.

(Bagan 3)

274.
DBD Derajat II

275.

DB Derajad I + perdarahanspontan, Hemokonsentrasi&Trombositopeni , Cairanawal RL/NaCl 0,9% atau RLD

276.
277.
278. Vital/Nilai Ht & trombosit tiap 6 jam
Monitor Tanda
279.

Tidak Ada Perbaikan

Perbaikan

280.

Tidakgelisah,
Nadikuat,
281.
Tekanan Darahstabil,
Diuresis cukup
(1 ml/kgBB/jam)
282. ,
HtTurun
(2x pemeriksaan)
283.

284.

Tetesandikurangi

Gelisah,
Distrespernafasan,
Frek.nadinaik,
Httetaptinggi/naik,
Tanda Vital memburuk Tek.Nadi< 20 mmHg,
Diuresis kurang/tidak ada
Htmeningkat

285.

5 ml/kgBB/jam

Perbaikan

Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kgBB/jam
(bertahap)

286.
Perbaikan

Evaluasi 15 menit

287.

Sesuaikantetesan

288.

Tanda vital tidakstabil

Htturun
3 ml/kgBB/jam
289.Distress pernafasan, Ht naik, tek. Nadi 20mmHg

290.
IVFD stop setelah 24-48 jam apabilatanda
vital/Htstabildan diuresis cukup
Transfusidarahsegar 10 ml/kgBB
Koloid
20-30 ml/kgBB
56
Perbaikan

291.

Oksigenasi (berikanO2 2-4L/menit), Penggantian volume plasma seg

Eva

Syokteratasi

Kesadaran m
Nadi teraba
Tekanan nad
Tidak sesak
Ekstrimitas h
Diuresis cuk
57

Cairan 10 ml/kgBB/jam

Evaluasiket

Tandaperdar
Diuresis,
Hb, Ht, Trom
Stabildalam 24 jam
Tetesan 5 ml/kgBB/jam

292.

Yang

perlu

diperhatikan

dalam

terapi

cairan

khususnya

pada

Tetesan 3 ml/kgBB/jam

penatalaksanaan demam berdarah dengue: pertama adalah jenis cairan dan kedua adalah

jumlah serta kecepatan cairan yang akan diberikan. Karena tujuan terapi cairan adalah

InfusStoptidakmelebihi

untuk mengganti kehilangan cairan di ruang intravaskular, pada dasarnya baik kristaloid

(ringer laktat, ringer asetat, cairan salin) maupun koloid dapat diberikan. WHO
menganjurkan terapi kristaloid sebagai cairan standar pada terapi DBD karena
dibandingkan dengan koloid, kristaloid lebih mudah didapat dan lebih murah. Jenis cairan
yang ideal yang sebenarnya dibutuhkan dalam penatalaksanaan antara lain memiliki sifat
bertahan lama di intravaskular, aman dan relatif mudah diekskresi, tidak mengganggu
sistem koagulasi tubuh, dan memiliki efek alergi yang minimal. Secara umum, penggunaan
kristaloid dalam tatalaksana DBD aman dan efektif. Beberapa efek samping yang
dilaporkan terkait dengan penggunaan kristaloid adalah edema, asidosis laktat, instabilitas
hemodinamik dan hemokonsentrasi. Kristaloid memiliki waktu bertahan yang singkat di
dalam pembuluh darah.
293.

Sedangkan untuk cairan koloid memiliki beberapa keunggulan yaitu: pada

jumlah volume yang sama akan didapatkan ekspansi volume plasma (intravaskular) yang
lebih besar dan bertahan untuk waktu lebih lama di ruang intravaskular. Pada kondisi DBD
derajat 1 dan 2, cairan diberikan untuk kebutuhan rumatan (maintenance) dan untuk
mengganti cairan akibat kebocoran plasma. Pada DBD dengan kondisi hemodinamik tidak
stabil (derajat 3 dan 4) cairan diberikan secara bolus atau tetesan cepat antara 6-10 mg/kg
berat badan, dan setelah hemodinamik stabil secara bertahap kecepatan cairan dikurangi
hingga kondisi benar-benar. Pada kondisi di mana terapi cairan telah diberikan secara
adekuat, namun kondisi hemodinamik belum stabil, pemeriksaan kadar hemoglobin dan
hematokrit perlu dilakukan untuk menilai kemungkinan terjadinya perdarahan internal.
294.

58

295.

PHARYNGITIS

296.
1. Definisi
297.

Pharyngitisadalahsuatuperadanganpadatenggorokan

(faring)

yang

biasanyadisebabkanolehinfeksiakut. Biasanyadisebabkanolehbakteristreptokokusgrup
A atau infeksi virus oleh rhinovirus, adenovirus, parainfluenza virus dancoxsackie
virus. Gejalanyaberupasakit/nyeritelan, perubahansuara/suaraseraksertaterjadibelum
lama ataubaruterjadidandisertaidengandemam.
298.
2. Pengobatan
a. Amoxycillin
1) Indikasi:
299.

Infeksisalurankemih,

infeksisalurannapasatas,

bronkitis;

pneumonia; otitis media; absesgigidaninfeksironggamulutlainnya; osteomielitis;


penyakitlyme;

profilaksisendokarditis;

profilaksispaskasplenektomi;

infeksiginekologis; gonorrhea; eradikasi Helicobacter pylori; antrax


2) Kontraindikasi:Hipersensitifterhadappenisilin
300.

Perhatian :
301.

Riwayatalergi;

gangguanginjal;

bercakkemerahanpadademamkelenjar
cytomegalovirus;

(glandular

leukimislimfositikkronik,

pertahankanhidrasi

yang

fever);

dankemungkinaninfeksi

cukuppadadosistinggi

infeksi
HIV;

(risikokristaluria);

kehamilandanmenyusui.
302.
b. Paracetamol
1) Indikasi:
a) Sebagaiantipiretik/analgesik, termasukbagipasien yang tidaktahanasetosal.
59

b) Sebagaianalgesik,

misalnyauntukmengurangi

rasa

nyeripadasakitkepala,

sakitgigi, sakitwaktuhaiddansakitpadaotot.menurunkandemampada influenza


dansetelahvaksinasi.
2) Kontraindikasi:
303.
Hipersensitifterhadapparasetamoldandefisiensi

glokose-6-fosfat

dehidroganase.Tidakbolehdigunakanpadapenderitadengangangguanfungsihati.
3) Deskripsi:
304. Paracetamoladalahderivat
p-aminofenol
yang
mempunyaisifatantipiretik/analgesic.
Sifatantipiretikdisebabkanolehgugusaminobenzendanmekanismenyadidugaberdasar
kanefeksentral.Sifatanalgesicparasetamoldapatmenghilangkan
nyeriringansampaisedang.
Sifat antiinflamasinyasangatlemahsehinggatidakdigunakansebagaiantirematik.
305.
306.

Resep

307.

R/ Amoxycillin tab mg 500 no.XII

308.
309.

3 dd tab I
R/ Paracetamol tab mg 500 no.XII

310.

prn1-3 dd tab I

311.

Pro : Tn. Y (30 th)

60

rasa

312.

ASMA

313.
1. Definisi
314.

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang

melibatkan

banyak

sel

dan

elemennya.

Dapat

menyebabkan

peningkatan

hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodic berulang berupa mengi,
sesak nafas, dada terasa berat, dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari.
315.
2. KlasifikasiDerajatAsma
316.

317.

318.

319.

322.

323.

326.

327.

ejala
320.
Gejala< 1x/mgg

Tanpagejaladiluarserangan

Serangansingkat
321.
Fungsiparuasimtomatikdan
normal diluarserangan
324.
Gejala 1x/mggu tapi < 1x/hari

Serangan

dpt

mengganggu

aktivitas dan tidur


325.

328.

329.
Gejalaharian

331.

Menggunakanobat tiaphari

Seranganmenggangguaktivitasda

ntidur
330.
Serangan 2x/mggu, bs berhari61

332.

hari
333.
Gejalaterus-menerus

335.

336.

Aktivitasfisikterbatas

Seringserangan
334.
337.
3. Tujuan terapi asma
a.
Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
338.

339.

340.

bat

Ob

Pengontr
ol(Haria
n)
341.

342.

Bronkodilator aksi singkat,

idak

yaitu agonis beta 2 bila

perlu

perlu

Intensitas

pengobatan

tergantung

berat

exsaserbasi

Inhalasi agonis beta 2 atau


kromolin dipakai sebelum
aktivitas

343.
Inhalasi kortikosteroid200 500 g/

atau

pajanan

alergen
Inhalasi agonis beta 2 aksi

kromolin/ nedokromil atau teofilin

singkat bila perlu dan tidak

lepas lambat

melebihi 3 4 kali sehari

Bila

perlu

ditingkatkan

sampai

800g/ ditambahkan bronkodilator


aksi lama terutama untuk mengontrol
asma malam. Dapat diberikan agonis
62

beta 2 aksi lama inhalasi atau oral


atau teofilinlepas lambat.
344.
Inhalasi kortikosteroid800 2000g

Inhalasi agonis beta 2 aksi

singkat bila perlu dan tidak

Bronkodilator
untuk

aksi

mengontrol

lamaterutama
asma

malam

melebihi 3 4 kali sehari

berupa agonis beta 2 aksi lama


inhalasi atau oral atau teofilinlepas
lambat.
345.
Inhalasi kortikosteroid800 2000g
atau lebih

Bronkodilator
untuk

aksi

mengontrol

lamaterutama
asma

malam

berupa agonis beta 2 aksi lama


inhalasi atau oral atau teofilinlepas
lambat.
Kortikosteroid oral jangka panjang
347.
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya.
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise.
e. Menghindari efek samping obat asma.
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversibel
348.
4. Pengobatan asma:
a Bronkodilator
1) Agonis 2s
349.

Obat ini punya efek anti bronkodilatasi. Terbutalin,

salbutamol, dan fenoterol memiliki lama kerja 4 6 jam, sedangkan agonis


2 long-acting bekerja lebih dari 12 jam, seperti salmeterol, formoterol,
bambuterol dan lain-lain.
2) Metilxantin
63

346.

350.

Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya

berkaitan denagn konsentrasinya di dalam serum. Efek samping obat ini


dapat ditekan dengan pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan
jangka panjang.
b

Antikolinergik
351.

Golongan ini menurunkan tonus vagus instrinsik dari saluran nafas.

Antiinflamasi
352.

Antiinflamasi menghambat inflamasi jalan nafas dan

mempunyai efek supresi dan profilaksis


d

Kortikosteroid
353.

Natrium Kromolin

(sodium cromoglycate)

antiinflamasi non steroid.


354.
355.

Contoh Resep:
356.
357.

R/ Berotec MDI No.I


S prn 2 dd puff II
358.

359.
360.

R/ Metil prednisolon tab mg 4 No.VII

S 1 dd tab 1
Pro: Nn.M ( 20 th)
361.

64

merupakan

362.

STATUS ASMATIKUS

363.
1.

Definisi
364.

Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medik yang bila tidak

diatasi dengan secara cepat dan tepat kemungkinan besar akan terjadi kegawatan
medik yakni kegagalan pernafasan. Pada status asmatikus selain spasme otot-otot
bronkus terdapat pula sumbatan oleh lendir yang kental dan peradangan.
365.
2.

Algoritma
366.

65

a.

367.

3.

Pengobatan
Pemberian terapi oksigen

66

b.

c.

e.

368.

Terapi oksigen dilakukan untuk mengatasi dispena, sianosis,

danhipoksemia.Oksigen aliran rendah yang dilembabkan baik dengan masker


Venturi atau kateter hidung diberikan.Aliran oksigen yang diberikan didasarkan
pada nilai nilai gas darah.PaO2 dipertahankan antara 65 dan 85 mmHg.
Agonis 2
369.

Dilanjutkan dengan pemberian inhalasi nebulasi 1 dosis tiap

jam, kemudian dapat diperjarang pemberiannya setiap 4 jam bila sudah ada
perbaikan yang jelas. Bila terjadi perburukan, diberikan drips salbutamol atau
terbutalin.
Aminofilin
370.

Diberikan melalui infuse / drip dengan dosis 0,5 0,9 mg/kg

BB / jam. Pemberian per drip didahului dengan pemberian secara bolus apabila
belum diberikan. Dosis drip aminofilin direndahkan pada penderita dengan
penyakit hati, gagal jantung, atau bila penderita menggunakan simetidin,
siprofloksasin atau eritromisin. Dosis tinggi diberikan pada perokok.Gejala
toksik pemberian aminofilin perlu diperhatikan.
d. Kortikosteroid
371.

Kortikosteroid dosis tinggi intravena diberikan setiap 2 8

jam tergantung beratnya keadaan serta kecepatan respon. Preparat pilihan


adalah hidrokortison 200 400 mg dengan dosis keseluruhan 1 4 gr / 24 jam.
Sediaan yang lain dapat juga diberikan sebagai alternative adalah triamsiolon
40 80 mg, dexamethason / betamethason 5 10 mg.
Antikolonergik
372.

Iptropium bromide dapt diberikan baik sendiri maupun dalam

kombinasi dengan agonis 2 secara inhalasi nebulisasi terutama penambahan


penambahan ini tidak diperlukan bila pemberian agonis 2 sudah memberikan
hasil yang baik.
b. Pengobatan lainnya
1)
Hidrasi dan keseimbangan elektrolit

67

373.

Ringer laktat dapat diberikan sebagai terapi awal untuk

dehidrasi dan pada keadaan asidosis metabolic diberikan Natrium


Bikarbonat.
2)

Antibiotik
374.

Diberikan kalau jelas ada tanda tanda infeksi seperti

demam, sputum purulent dengan neutrofil leukositosis.


c. Penatalaksanaan lanjutan
375. Setelah diberikan terapi intensif awal, dilakukan monitor yang ketat
terhadap respon pengobatan dengan menilai parameter klinis seperti sesak
napas, bising mengi, frekuensi napas, frekuensi nadi, retraksi otot bantu napas.
APE, fotothoraks, AGD, kadar serum aminofilin, kadar kalium dan gula darah
diperiksa sebagai dasar tindakan selanjutnya.
376.
377.

Resep:
378.

R/ Aminofilin inj No. I

379.

cum disposable syringe cc 3 No. I


380.

S imm

381.

Pro: Tn B (35 tahun)

382.

68

383.

TETANUS

384.
1. Definisi
385.

Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman

Clostridium tetani, bermanifestasi dengan gangguan neuromuskular berupa kejang


otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan kekakuan tonus otot
massater/ trismus dan otot-otot rangka.
386.
2. Algoritma
Pasien dengan riwayat trauma/luka, pemotongan dan perawatan tali pusat tidak
steril, riwayat OMSK,
387.riwayat gigi berlubang/gangren gigi, dan ditemukan gejala
klinis:
- Kesadaran baik
388.rangsangan/spontan
- Kejang dengan
- Trismus
- Rhesus Sardonicus
- Opistotonus389.
- Perut tegang seperti papan
- Kekakuan ekstremitas yang khas, fleksi tangan dan ekstensi kaki

390.
391.
392.

Antikonvulsan
Bisa digunakan
fenobarbital,
klorpromazin atau
diazepam
Diazepam (iv bolus)
- 0,1-0,3
mg/kgBB/kali i.v.
tiap 2-4 jam,
tetanus
neonatorum dosis
awitan 0,1-0,2
mg/kgBB iv untuk
menghilangkan
spasme akut,
diikuti infus tetesan
tetap 15-40
mg/kgBB/hari
Dalam keadaan berat
diazepam drip 20
mg/kgBB/hari dirawat di

Imunisasi
Antibiotik
Isolasi aktif/pasif
- Penisilin
- Tetagam
prokain
5.000-10.000
50.000
IU/hari pada
IU/kgBB/k
hari I,
ali i.m tiap
selanjutnya
12 jam
3.000 IU i.m
- Metronida
- Human
zole
tetanus
loading
immune
globulin (TIG)
dose 15
3.000-6.000
mg/kgBB/j
IU /kg i.m
am,
- Antitetanus
selanjutny
serum (ATS)
a 7,5
20.000 IU
mg/kgBB/j 69
(terlebih
am tiap 6
dahulu
jam
dilakukan tes
kulit) (untuk

Terapi Suportif
- Bebaskan jalan
nafas
- Pemberian
oksigen
- Hindari aspirasi
dengan
menghisap lendir
perlahan-lahan
dan berkala
- Pemberian cairan
dan nutrisi
adekuat
- Bantuan nafas
pada tetanus
berat atau tetanus
neonatorum
- Perawatan dengan
stimulassi minimal

3. Pengobatan
a.

Antitoksin
1) Indikasi
a) Untuk pencegahan dan pengobatan tetanus.
b) Luka cukup besar (dalam lebih dari 1 cm)
c) Luka berbentuk bintang
d) Luka berasal dari benda yang kotor dan berkarat
e) Luka gigitan hewan dan manusia
f) Luka tembak dan luka bakar
g) Luka terkontaminasi
h) Penderita tidak memiliki riwayat imunisasi tetanus yang jelas atau
tidak mendapatbooster selama 5tahun atau lebih
2) Kontraindikasi
393.
Riwayat hipersensitivitas terhadap imunoglobulin
atau komponenhuman immunoglobuline sebelumnya; trombositopenia
berat atau keadaan yang merupakan kontraindikasi pemberian secara IM.
3) Komposisi
394. Untuk pencegahan tiap ml mengandung : Antitoksin tetanus
1.500

IU, Fenol 0,25 % v/v. Untuk pengobatan tiap ml

mengandung :Antitoksin tetanus 5.000 IU, Fenol 0,25 % v/v


4) Dosis dan Cara Pemberian
a) Pencegahan tetanus : 1 dosis profilaktik (1.500 I.U.) atau lebih,
diberikan intramuskuler secepat mungkin. Dua minggu kemudian
dilanjutkan dengan pemberian kekebalan aktif dengan vaksin jerap
tetanus.
b) Untuk pengobatan : 10.000 IU atau lebih, intramuskuler atau intravena,
tergantung dari keadaan penderita.
5) Efek Samping
a) Reaksi anafilaktik, jarang terjadi
b) Serum sickness; timbul 5 hari setelah suntikan dan dapat berupa
demam, gatal-gatal, eksantema, sesak nafas dan gejala alergi lainnya.
6) Kemasan
a) Ampul 1 ml : 1.500 IU, 2 ml : 10.000 IU
b) Vial 5 ml : 20.000 IU
7) Mekanisme Kerja

70

395.

Menetralkan toksin yang dihasilkan oleh Clostridium

tetani dan digunakan untuk memberikan kekebalan pasif sementara


terhadap tetanus.
396.
397.

Resep:

403.
398.

Gen

Tetagram

erik:
399.

inj vial No.


R/

Antitetanus
serum

404.

inj

syringe 5 cc

cum

No. I

disposable

405.

syringe 5 cc

imm

No. I

406.

401.

Sdr.Y
S imm

402.

cum

disposable

vial No. I
400.

R/

Pro:
(21

tahun)

Paten:
407.

Pro: Sdr.Y (21 tahun)

408.
b. Antikonvulsan
1) Fenobarbital
a)
Mekanisme Kerja
409. Fenobarbital merupakan long acting barbiturate yang
memiliki khasiat hipnotik, sedatif, anti konvulsi sserta sebagai peleamas
otot rangka (muscle reclaxan). Dalam propilenglikol 90% obat ini dapat
larut sempurna dan stabil, sehingga tepat sebagai sediaan injeksi.
410.
411.

b) Indikasi

71

Sebagai hipnotik dan sedatif, dipakai dalam keadaan insomnia,

histeria, ansietas, neurosis dan migren.


Antikonvulsi pada keadaan epilepsi, kejang-kejang, keracunan

strihnin, tetanus.
c) Kontra indikasi
412. Hipersensitif terhadap barbiturat atau komponen sediaan,
gangguan hati yang jelas, dispnea, obstruksi saluran nafas, porfiria, hamil.
d) Efek samping
413.

Dosis berlebihan dapat menyebabkan penurunan suhu

badan, depresi atau paralisis, payah ginjal dan hilangnya reflek.


414.
415.

Res

ep:
416.

Gen

421.

erik
417.

Luminal
R/

sodium tab

Fenobarbita

mg 100 No.

III

tab

mg

100 No. III


418.

R/

422.

S 3 dd tab I

S 3 dd tab I

419.
Sdr.Y

Pro:

423.

(21

Sdr. Y (21

tahun)
420.

Pro:

tahun)
Pate

n
424.
2) Diazepam
a) Dosis dan aturan pakai:
Ansietas, 2 mg 3 kali sehari jika perlu dapat dinaikkan menjadi 15-30
mg sehari dalam dosis terbagi; Lansia (atau yang sudah tidak mampu
melakukan aktivitas) setengah dosis dewasa
72

Insomsia yang disertai ansietas, 5-15 mg sebelum tidur. Anak-anak,

night teror dan somnambulisme, 1-5 mg sebelum tidur.


Injeksi i.m atau injeksi i.v lambat :(kedalam vena besar dengan
kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit)untuk ansietas akut berat,
pengendalian serangan panik akut, penghentian alkohol akut, 10 mg,
jika perlu ulangi setelah 4 jam.Catatan : Rute i.m hanya digunakan jika

rute oral dan i.v tidak mungkin diberikan.


b) Indikasi
425.

Pemakaian

jangka

pendek

pada

ansietas

atau

insomnia, tambahan pada putus alkohol akut, status epileptikus, kejang


demam, spasme otot.
c) Kontraindikasi
426.

Depresi pernafasan, gangguan hati berat, miastenia

gravis, insufisiensi pulmoner akut, glaukoma sudut sempit akut,


serangan asma akut, trimester pertama kehamilan, bayi prematur; tidak
boleh digunakan sebagai terapi tunggal pada depresi atau ansietas yang
disertai dengan depresi.
d) Efek samping
Pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa malas, vertigo,

sakit kepala, mimpi buruk dan efek amnesia.


Efek lain : gangguan pada saluran pencernaan,konstipasi, nafsu
makan berubah, anoreksia, penurunan ataukenaikan berat badan,

mulut kering, salivasi, sekresi bronchial atau rasa pahit pada mulut.
e) Mekanisme
427.

Berikatan

dengan

reseptor

stereospesifik

benzodiazepine pada saraf GABA post-sinaps di beberapa tempat


dalam sistem saraf pusat, termasuk sistem limbik, susunan
retikular.Menambah efek penghambat GABA pada hasil eksitabilitas
sarafdengan meningkatkan permeabilitas membran saraf terhadap ion
klorin.Pertukaran ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi dan
stabilisasi.
73

428.

Resep:

429.

Gen

434.

erik:
430.

Pate

n:
R/

435.

R/

Diazepam

Cetalgin

inj No. I

inj No. I

431.

cum

436.

cum

disposable

disposable

syringe cc 3

syringe cc 3

No. I

No. I

432.

437.

S imm
433.

S imm
Pro:

438.

Pro:

Tn. G (35

Tn. G (35

tahun)

tahun)

74

439.
c. Antibiotik
1) Penisilin
a)
Mekanisme
440. Antibiotika

-laktam

bekerja

dengan

menghambat

pembentukan peptidoglikan di dinding sel. Beta -laktam akan terikat pada


enzim transpeptidase yang berhubungan dengan molekul peptidoglikan
bakteri, dan hal ini akan melemahkan dinding sel bakteri ketika
membelah. Dengan kata lain, antibiotika ini dapat menyebabkan
perpecahan sel (sitolisis) ketika bakteri mencoba untuk membelah
diri.Pada bakteri Gram positif yang kehilangan dinding selnya akan
menjadi protoplas, sedangkam Gram negatif menjadi sferoplas. Protoplas
dan sferoplas kemudian akan pecah atau lisis
b)

Indikasi
441. Infeksi

tenggorokan, otitis

media, streptococcus

endo

karditis, meningokokus, meningitis, pneumonia dan profilaksis amputasi


pada lengan dan kaki.
c)

Kontra indikasi: hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin

d)

Efek samping

442. Reaksi alergi berupa urtikaria, nyeri sendi, syok anafilaktik, diare.
e)

Sediaan : benzatin penisilin G (generik) injeksi.


443.
444.

Resep:

445.

Generik

446.

R/ Penisilin G inj No. I

447.

cum disposable syringe cc 3 No. I

448.

S imm

449.

Pro: Tn C (34 tahun)

450.
451.

Paten:

452.

R/ Fenocinospen inj No. I

453.

cum disposable syringe cc 3 No. I

454.

S imm

455.

Pro: Tn C (34 tahun)

456.

457.

URTIKARIA

458.
1. Definisi
459.

Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi

pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih
bila ditekan, dan disertai rasa gatal.Urtikaria merupakan bagian reaksi
anafilaksis.Biasanya disebabkan oleh makanan atau obat-obatan tertentu, infeksi
dan stress emosional. Patogenesis: aktivasi sel mast yang dapat diperantarai IgE
(imunologik) maupun non-IgE(nonimunologik).
460.
2. Algoritma
461.
462.

463.

3. Pengobatan
a. Penghambat H1
1) Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg setiap 4-8 jam. Bila serangan sering,
tujuannya adalah mencegah serangan melalui pemberian obat yang teratur,
bukan diberikan bilamana perlu.

2) Penghambat H1 non sedatif: Astemizol 10 mg 2-3 kali PO dalam keadaan


lambung kosong; atau terfenadin 60 mg PO setiap 12 jam.
3) Bila pengobatan di atas tidak dapat mengendalikan urtikaria, pertimbangkan
untuk menambahkan penghambat H1 lain, misal:
a) Tablet klemastin fumarat 1,34 mg atau 2,68 mg, tidak melebihi 8,04
mg/hari atau lebih dari tiga tablet 2,68 mg tiga kali sehari.
b) Siproheptadin hidroklorida 4 mg PO setiap 8 jam.
c) Timeprazin tartrat spansul 5 mg, 1 setiap 12 jam, atau tablet 2,5 mg
empat kali sehari.
d) Klorfeniramin maleat 4 mg tiga kali sehari
b. Penghambat H2: simetidin 300 mg empat kali sehari, atau ranitidin 150 mg dua
kali sehari.
c. Prednison 0,5-1,0 mg/kg/hari, dikurangi setiap 10-15 hari untuk mengendalikan
kasus yang tidak memberikan respon terhadap antihistamin pada urtikaria akut.
Kortikosteroid oral tidak diindikasikan pada penanganan urtikaria kronik.
464.
465.
466.
467.
468.
469.
470.

3 dd tab I

471.

Pro: Ny. P (36 tahun)

Resep:
R/ Astemizol tab mg 10 No. VI
2dd tab I a.c
R/ Simetidin tab mg 300 No.XII
4 dd tab I
R/ Prednison tab mg 5 No.IX

472.
473.
474.

HIPERTENSI

475.
1. Definisi
476.

Suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum,

hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal
tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma,
gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

477.
2.

Algoritma
478.

3. Pengobatan
479.

Stage 1: obat tunggal

480.

Stage 2: obat kombinasi

a. Hidroklortiazid: Diuretik
1) Dosis:
481.
Hidroklorotiazid 12,5 25 mg perhari dosis tunggal pada pagi hari
(Pada

hipertensi

dalam

kehamilan,

hanya

digunakan

bila

disertai

hemokonsentrasi / udem paru)


2) Sediaan:
482.
Hidroklortiazid: tab 12.5 mg, tab 25 mg. Nama paten: H.C.T
(Kimia farma) tab 25 mg.
483.
484.

b. Propanolol: beta blocker non selektif


1) Dosis:
485.

Propanolol mulai dari 10 mg 2 x sehari dapat dinaikkan 20

mg 2 kali sehari. (Kontra indikasi untuk penderita asma).


2) Sediaan:
486.

Propanolol: tab 10 mg, tab 40 mg. Nama paten: Farmadral

(Fahrenheit) tab salu selaput 10 mg.


487.
c. Kaptopril: ACE inhibitor
1) Dosis:
488.
Kaptopril 12,5 25 mg 2 3 x sehari. (Kontraindikasi
pada kehamilan selama janin hidup dan penderita asma).
2) Sediaan:
489. Kaptopril: tab 12.5 mg, tab 25 mg, tab 50 mg. Nama paten:
Captensin (Kalbe farma) tab 12.5 mg, 25 mg.
490.
d. Nifedipin: Ca Channel blocker non kardioselektif
1) Dosis:
491.
Nifedipin mulai dari 5mg 2 x sehari, bisa dinaikkan 10 mg 2 x sehari.
2) Sediaan:
492. Nifedipin: kapsul 10 mg. Nama paten: Cordalat (Kimia
493.

farma) tab 10 mg; Vasdalat tab 5 mg, tab 10 mg, tab retard 20 mg.
Resep:
494.
R/ HCT tab mg 25 No.XXI
495.
S 1 dd tab 1 mane
496.
R/ Captopril tab mg 12,5 No.XXI
497.
S 2 dd tab 1 ac
498.
Pro: Tn. Kasdi (45 tahun)
499.

500.

DERMATITIS VENENATA

501.
1. Definisi
502.

Dermatitis

yang

disebabkan

oleh

gigitan,

liur,

atau

bulu

serangga.Penyebabnya adalah toksin atau allergen dalam cairan gigitan serangga


tersebut.
503.
2. Algoritma
504.

Jika reaksi local ringan, diberikan dengan kortikosteroid topikal,

seperti hidrokortison 2%.Bila reaksi berat dengan gejala sistemik, dilakukan


pemasangan tourniket pada proximal dari tempat gigitan dan diberikan obat
sistemik.Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi sekunder dapat ditambahkan
antibiotik topikal.
505.
3. Pengobatan
a. Kortikosteroid
1) Kortikosteroid

topikal:

Hidrokortison

1%,

2%

salep

atau

krim;

Desoksimetason (Dexocort, Inerson, Esperson) 0.25% salep atau krim.


2) Kortikosteroid oral: Metilprednisolon tab 4 mg, prednison tab 5 mg
506.

Mekanisme

kerja:

antiinflamasi,

hambat

pembentukan

prostaglandin, mensupresi peradangan dengan cara menghambat kerja sel-sel


radang
507.
508.

Resep:

509.

R/ Hidrocortison 2 % cream tube No. I

510.

ue

511.

R/ Metilprednisolon tab mg 4 No. IX

512.

3 dd tab I

513.

Pro: Tn Kasdi (40 tahun)

514.
515.
1. Definisi
516.

SINUSITIS

Suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi

virus, bakteri maupun jamur.Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat
sinus. Penyebab: Ostium sinus tersumbat, atau rambut-rambut pembersih (ciliary)
rusak sehingga sekresi mucus tertahan dalam rongga sinus yang selanjutnya
menyebabkan peradangan.
517.
2. Pengobatan
a.
Sinusitis akut
1) Dekongestan untuk mengurangi penyumbatan
2) Antibiotik untuk mengendalikan infeksi bakteri (terapi awal umumnya dengan
amoksisilin atau kotrimoksazol)
3) Obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa nyeri. Dekongestan dalam bentuk
tetes hidung atau obat semprot hidung hanya boleh dipakai selama waktu yang
terbatas (karena pemakaian jangka panjang bisa menyebabkan penyumbatan
dan pembengkakan pada saluran hidung). Untuk mengurangi Penyumbatan,
pembengkakan dan peradangan bisa diberikan obat semprot hidung yang
mengandung steroid.
518.
b. Sinusitis kronik
519.

Diberikan antibiotik dan dekongestan.Untuk mengurangi

peradangan biasanya diberikan obat semprot hidung yang mengandung


steroid.Jika penyakitnya berat, bisa diberikan steroid per-oral (melalui mulut).
Hal-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman:
1)
2)
3)

Menghirup uap dari sebuah vaporizer atau semangkuk air panas


Obat semprot hidung yang mengandung larutan garam
Kompres hangat di daerah sinus yang terkena.
520. Jika tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut, maka satu-

satunya jalan untuk mengobati sinusitis kronik adalah pembedahan.


521.
522.

Obat:

a. Dekongestan: Efedrin. Obat paten: Rhinofed tab (efedrin 30 mg, terfenadine 40


mg), Afrin (Oxymetazoline HCl) tetes hidung dewasa 0.05% x 10 ml, tetes
hidung anak 0.025% x 10 ml, semprot hidung dewasa 0.05% x 15 ml.
b. Pereda nyeri: Menghambat enzim COX, menghambat pembentukan
prostaglandin. Asam mefenamat tab 500 mgc. Antibiotik
523.
524.

Resep:

525.

R/ Oxymethazoline HCl 0.25% nasal drops No. I

526.

2 dd 2-3 gtt nasales

527.

R/ Ciprofloxacin tab mg 500 No. IX

528.

3 dd tab I

529.

R/ Asam mefenamat mg 500 tab No. IX

530.

prn 1-3 dd tab 1

531.

Pro: Tn Kasdi (35 tahun)


532.
533.
534.
535.

536.

EPILEPSI

537.
1. Definisi
538.

Suatu penyakit yang ditandai dengan kecenderungan untuk

mengalami kejang berulang. Bentuk serangannya yang paling sering adalah kejang
yang dimulai dengan hilangnya kesadaran, hilangnya kendali terhadap gerak dan
terjadinya kejang tonik atau klonik pada anggota badan
539.
2. Pengobatan:
540.

Pilihan Antiepilepsi

541.

542.

543.

544.

Gener

Parti

Absen

Atonic

545.

548.

554.

557.

1st

1st

1st

1st

546.

549.

555.

558.

valpro

carba

valpro

valpro

547.

556.

559.

lamoti

ethosu

lamoti

550.
fenitoi
551.
lamoti

552.
oxcar

553.
valpro

560.

565.

569.

572.

altern

altern

alterna

alterna

570.

573.

lamoti

clonaz

561.

566.

fenitoi

fenob

562.

571.

carba

clonaz

563.

567.

oxcar

gabap

568.
564.
fenob

574.

575.
576.

577.

Keterangan Obat
578.

Keterangan

Sedi

579.

580.
30

587.

Kadar

terapetik

sempit, butuh pengawasan


kadar terapi.
588.

Efek

antikonvulsi

tidak berhubungan dengan


depresi umum ssp. Dosis
toksik-> nistagmus, ataksia,
eksitasi.

Dosis

581.

deserebasi.

100

harus 10-20 ug/ml

letal->

Kadar

obat

589.
590.

Dimetabolisme

di

hepar-> jika ada gejala


hepatotoksisitas

dan

gangguan darah-> obat stop


591.
582.
inj

592.

Kontraindikasi->

penyakit

jantung

diketahui->

yang

gangguan

konduksi
593.
594.

Mula

kerja

>

kerja

>

fenobarbital
595.

Lama

fenobarbital
583.

596.
597.

Interaksi

584.

banyak

2x1

naik

obat

banget:

jika

fenitoin

kloramfenikol,

inh, sulfonamid, dikumarol,


salisilat,

simetidin,

disulfiram,

fenilbutazon,

valproat,

sulfisoksazol,

obat2 sulfonamid.
598.
599.

Lebih baik jangan

585.

kombinasi

dengan

4-8

karbamazepin, fenobarbital,
dan

valproat->

membingungkan.
600.

Fenitoin

terikat

albumin >90%, kontrasepsi


dan hamil perlu hati2
601.

Teratogenik-> bibir

sumbing,
586.
300-

peny.

Jantung

kongenital, def.mental

602.

603.
30

611.

Efek

sedasi,

samping

hipnosis.

sedasinya

Efek
tidak

berhubungan

dengan

antikonfulsi sehingga bisa


diatasi dengan perangsang
otak. Eso: agitasi, psikosis
604.

akut, sedasi. Kadar terapi

100

10-40 ug/ml.
612.
613.

Pilihan utama pada

kejang dan kejang demam


pada anak-> efek depresi
napas
605.
inj

tidak

sehebat

Kombinasi

dengan

diazepam.
614.
615.

valproat akan tingkatkan


kadar plasma fenobarbital
40%.

Fenobarbital

merangsang mikrosom hati.

606.
b.i.d
607.
608.
loadi

609.
610.
main

616.

617.
200

622.

Absorpsi dihambat

makanan.

Toksik

pada

saraf, hati, kulit, git. Saraf> sedasi, tremor, ataksia.


Kulit->

ruam kulit

dan

alopesia. Hati-> gangguan


enzim sampai nekrosis hati.
618.

Git-> mual muntah. Bb

100

tambah.
623.

Kadar terapi 15-50

ug/ml.
624.
625.

Kadar fenitoin akan

turun
626.

Kadar

akan naik 40%

619.
3x1
620.

fenobarbital

621.
20-

627.

628.
250

634.

Obat yang banyak

dipakai untuk kejang tonikklonik

dan

parsial.

Di

amerika dipakai juga untuk


lena/absence.
635.

Banyak

termasuk

eso

nya

sjs->ingatkan

629.

pasien jika tombul vesikel

b.i.d

cepet ke dokter-> stop obat,

630.

kortikosteroid.
636.

631.
600-

637.

Eso

lain:pusing,

ataksia, vertigo, diplopia,


penglihatan
muntah,

kabur,

diskrasia

mual
darah,

limfadenopati

dan

splenomegali,

eosinofilia,

alergi. Intoksikasi-> koma,

stupor,

kejang,

iritabel,

depresi

napas.

Kadar

terapetik 6-8 ug/ml.


632.

638.
639.

Efektif juga untuk

633.

trigeminal neuralgia, tabes

15-

dorsalis, dan neuralgia lain.


Efektif untuk mania bipolar,
efek

sama

dengan

amigdalatomi bilateral.
640.

Teratogenik

dan

karsinogenik pada hewan.

641.
642.

Mekanisme Kerja Obat Anti Konvulsi:


643.

644.

645.
646.
647.
648.

Resep:

R/ Valproat mg 200 tab No. IX


S 3 dd tab 1
Pro: Tn Budi (26 tahun)
649.

650.

SYOK ANAFILAKTIK
651.

1. Definisi
652.

Syok anafilatik adalah reaksi sistemik akibat pelepasan mediator

kimia dari sel mast dan basofil yang bersifat akut dan dapat berakibat fatal.Bentuk
klasik syok anafilaktik selalu diawali dengan sensitisasi alergen dan diiringi dengan
paparan berulang sehingga mengakibatkan gejala melalui mekanisme imunologis.
653.
2. Algoritma

654.

655.
656.
657.
3. Pengobatan:
658.

Resep

659.

R/ Adrenalin inj amp no I CITO

660.

Cum spuit cc 3 no I

661.

S imm

662.

R/ RL infus fl no I

663.

Cum infus set no I

664.

S imm

665.

R/ Difenhidramin HCl inj amp no I

666.

Cum spuit cc 3 no I

667.

S imm

668.

R/ Aminofilin inj amp no I

669.

Cum spuit cc 3 no I

670.

S imm

671.

R/ Dexamethasone inj mg 10 amp no V

672.

S imm

673.

Pro. Ny S (35 tahun)


674.

1)

a.
Adrenalin
Adrenalin atau epinefrin merupakan prototipe obat kelompok adrenergik. Epinefrin bekerja

2)

pada semua reseptor adrenergik: 1, 2, 1, 2.


Farmakodinamik :
675.

Kerja utama epinefrin pada sistem kardiovaskular adalah

memperkuat daya kontraksi otot jantung (miokard) (inotropik positif : kerja


1) dan mempercepat kontraksi miokard (kronotropik positif : kerja 1). Oleh
karena itu, curah jantung meningkat pula.Akibat dari efek ini maka kebutuhan
oksigen otot jantung jadi meningkat juga.Epinefrin mengkonstriksi arteriol di
kulit, membrane mukosa, dan visera (efek ) dan mendilatasi pembuluh darah
ke hati dan otot rangka (efek 2).Aliran darah ke ginjal menurun.

676.
tekanan

Oleh karena itu, efek kumulatif epinefrin adalah peningkatan

sistolik

diastolik.Sedangkan

bersama
pada

dengan
sistem

sedikit

respirasi,

penurunan
epinefrin

tekanan

menimbulkan

bronkodilatasi kuat dengan bekerja langsung pada otot polos bronkus (kerja
2).Pada kasus syok anafilaksis, obat ini dapat menyelamatkan nyawa.
3) Farmakokinetik
677.

Epinefrin

mempunyai

awitan

cepat

tetapi

kerjanya

singkat.Pada situasi gawat, obat ini diberikan secara intravena.Untuk


memperoleh awitan yang sangat cepat dapat pula diberikan secara subkutan,
pipa endotrakeal, inhalasi, atau topikal pada mata.Pemberian peroral tidak
efektif, karena epinefrin dapat dirusak oleh enzim dalam usus.
4)

Terapi adrenalin untuk syok anafilaktik


678.

Pemberian injeksi adrenalin 1:1000 sebanyak 0.3-0.5 mg

secara subkutan, intramuskular, ataupun intravena bagi orang dewasa.Bagi


anak-anak dosis adrenalin hanya 0.01 mg/kgBB.
679.
b. Ringer Laktat
680. Pemberian RL bertujuan untuk mengoreksi hipovolemia akibat
kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam mengatasi
syok anafilaktik. Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah dan curah
jantung serta mengatasi asidosis laktat. Pada dasarnya, bila memberikan larutan
kristaloid, maka diperlukan jumlah 34 kali dari perkiraan kekurangan volume
plasma.Biasanya, pada syok anafilaktik berat diperkirakan terdapat kehilangan
cairan 2040% dari volume plasma. Sedangkan bila diberikan larutan koloid,
dapat diberikan dengan jumlah yang sama dengan perkiraan kehilangan volume
plasma. Cairan intravena kristaloid merupakan pilihan pertama dalam melakukan
resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial,
dan intra sel.
681.
682.

c. Aminofilin
683. Aminofilin merupakan jenis teofilin yang berikatan dengan
etilendiamin.Indikasi pemberiannya jika terjadi obstruksi saluran nafas
berat.Pada kasus syok anafilaktik pemberian aminofilin hanya untuk maintenance
apabila masih terdapat bronkospasme yang menetap setelah pemberian epinefrin
atau adrenalin.Dosis yang diberikan pada dewasa 5-6 mg/kgBB intravena.
684.
d. Difenhidramin
685. Difenhidramin merupakan obat antihistamin yang biasa digunakan
sebagai terapi adjuvan pada syok anailaktik karena efek antikolinergik dan
spasmolitiknya.Pemberian antihistamin ditujukan untuk mengobati manifestasi
klinis syok anafilaktik yaitu pruritus, urtikaria dan eritema pada kulit. Pemberian
antihistamin juga berguna untuk menghambat proses vasodilatasi dan
peningkatan peningkatan permeabilitas vaskular yang diakibatkan oleh pelepasan
mediator dengan cara menghambat pada tempat reseptor-mediator tetapi bukan
bukan merupakan obat pengganti adrenalin. Dosis pemberian antihistamin
difenhidramin secara intravena pada orang dewasa 10 - 50 mg perlahan (5-10
menit).
686.
e. Dexamethasone
687. Pemberian kortikosteroid pada syok anafilaktik dilakukan dengan
indikasi bronkospasme yang menetap setelah pemberian epinefrin dan hipotensi
yang lama.Dosis dexamethasone pada orang dewasa adalah 100 mg secara
intravena dalam waktu 8 jam.
688.
689.
690.
691.
692.
693.

694.

VERTIGO

695.
1. Definisi
696.

Perasaan rotasi (memutar), dapat sekelilingnya terasa berputar atau

badan yang berputar.Vertigo merupakan gejala, bukan penyakit.Terjadi karena


gangguan koordinasi, labirinth, mata & sensibilitas.
697.
2. Pengobatan
698.

Resep

699. R/ Diazepam (Valisanbe)tab 5 mg


700.

3 x 1

701.

R/ Mertigo

702.

2x1

703.

tab

R/ Unalium tab 5 mg

no V
no V
no V

704. 2 dd tab 1( pagi dan sore)


705.

Pro. Ny S (35 tahun)

706.
707.

Pembahasan Obat

a. Unalium(paten mengandung flunarizine).


1) Sediaan tablet: 10mg dan 5 mg.
2) Dosis rata-rata 10 mg sehari dosis tunggal pada malam hari. Pada orang tua 5
mg Maksimal pemberian 2 bulan, untuk terapi pemeliharaan diberikan 5 hari
dalam seminggu.
3) Indikasi: profilaksis migren, vertigo, ggn konsentrasi.
4) Efek Samping: somnolen, lesu, gejala ekstrapiramidal, penurunan berat
badan selama terapi.
708.
b. Mertigo (paten mengandung betahistine mesylate)
1) Sediaan tablet 6 mg.dosis 1-2 tablet 3 x sehari.
2) Efek Samping: gangguan GIT, ruam kulit.
3) Indikasi: vertigo dan pusing pada penyakit meniere, sindroma meniere,
vertigo perifer.
709.
c. Valisanbe (paten mengandung diazepam)

1) Indikasi : neurotik, psikosomatik, rematik.


2) Dosis dewasa: 2-5 mg, anak 6-14 th 2-4 mg, <6 th 1-2 mg, diberikan 3x
sehari. Im/iv amp 5-10 mg untuk epileptikus, tetanus.
3) Kontraindikasi: psikosis berat, glaukoma, serangan asma akut,hamil.
4) Efek Samping: gangguan mental, mengantuk, amnesia, ketergantungan,
penglihatan kabur,retensi urin, depresi pernapasan, hipotensi.
710.
711.

712.

PREEKLAMSIA

713.
1. Definisi
714.

Timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat

kehamilan.Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 kehamilan atau


segeran setelah persalinan.
715.
2. Pengobatan
716.

Resep

717.

R/ Infus RL No I

718.

Cum infus set No I

719.

Iv catheter no 22 No I

720.

S imm

721.

R/ sulfas magnesikus 40% inj No III

722.

S imm

723.

R/ Nifedipine tab mg 10 no III

724.

S prn 1-3 dd tab I


725.

Pro: Ny.L (34 tahun)

726.
727.

Pembahasan Obat

a. Ringer Laktat diberikan untuk mengembalikan keseimbangan cairan tubuh.


b. MgSO4
1) Sediaan 20% dan 40%
2) Sebagai anti kejang untuk preeklamsia dan eklamsia.
3) Pada wanita hamil terjadi penurunan magnesium darah.
a. Mekanisme kerja: menekan pengeluaran asetilkolin pada motor end plate
sehingga mencegah Ca masuk (sebagai Ca antagonis)
728.

c. Nifedipin
1) Merupakan golongan Ca antagonis
2) Mekanisme kerja: menghambat masuknya Ca2+ ke dalam sel sehingga
terjadi relaksasi otot polos vaskuler sehingga menurunkan kontraksi jantung
dan menurunkan kecepatan konduksi AV dan nodus SA.
3) Dosis 10mg per oral.
4) Efek samping : pusing, sakit kepala, hipotensi, takikaria, mual, muntah,
edema perifer, batuk,
729.

730.

RHINITIS ALERGI

731.
1. Definisi
732.

Kelainan pada hidung dengan gejala bersin (> 5x), rinorea, gatal, dan

blocking / tersumbat setelah hidung terpapar alergen yang diperantarai IgE.


Tanda:rhinoskopi anterior : mukosa edem, basah, livid, konka hipertrofi, sekret cair
banyak, allergic shiner: bayangan gelap di bawah mata, allergic salute: sering
menggosok-gosok hidung karena gatal, allergic crease: garis melintang di dorsum
nasi 1/3 bawah, facies adenoid, cobble stone appearance pada DPP, dan geographic
tongue pada lidah.
733.
2. Algoritma Penatalaksanaan

734.

735.

Treatment options for allergic rhinitis adapted

from ARIA, 2001


736.
737.
738.
739.
740.
741.
742.
743.
744.
745.
746.
747.
748.
3. Peresepan Obat
749.

R/ Rhinofed tab No. X

750.
751.
752.
753.

S 2 dd tab I
R/ Becerfort tab No. XV
S 3 dd tab 1
Pro : Sdr. S (23th)

754.
4. PembahasanObat
a. Rhinofed
1) Setiap tablet rhinofed mengandung Pseudoephedrine HCL 30 mg dan
Terfenadine 40 mg.
2) Terfenadine adalah suatu antihistamin baru yang bekerja secara spesifik dan
selektif pada reseptor histamin H1, tanpa menimbulkan aktivitas depresi
pada susunan saraf pusat. Pseudoephedrine (d-isoefedrin) adalah suatu
stereo isomer efedrin. Bekerja sebagai "sympathomimetic agent" secara
langsung merangsang reseptor adrenergik.
3) Dalam klinis, terfenadine menghilangkan gejala rinitis alergika seperti:
bersin, rinore, rasa gatal di sekitar hidung dan mata, sedangkan gejala
hidung tersumbat diatasi oleh pseudoephedrine.
4) Kontraindikasi:
755.

Pada penderita dengan penyakit kardiovaskuler seperti:

insufisiensi koroner, aritmia dan hipertensi berat. Wanita hamil, menyusui


dan penderita yang sedang diterapi dengan penghambat monomain oksidase
(MAO).Hipersensitivitas

terhadap

pseudoephedrine

atau

terfenadine.Pemberian bersama ketokonazol dan derivat azol yang lain atau


obat golongan makrolid. Penderita dengan gangguan fungsi hati.
756.
b. Becerfort
757. Berisi vitamin B plek, vitamin C 500mg, dan Vitamin E yang dapat
meningkatkan pertahanan tubuh.
758.

759.

SKABIES
760.

1. Definisi
761.

Skabies adalah penyakit pada kulit manusia yang disebabkan oleh

penetrasi, infeksi dan sensitisasi dari kutu parasit manusia obligat yaitu Sarcoptes
scabiei var. hominis dan produknya ke dalam epidermis yang ditandai adanya
lubang superfisial dan keluhan gatal.
762.
2. Diagnosis
763. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal
dari manifestasi klinis Skabies:
a. Pruritus nokturnal.
b. Menyerang manusia secara berkelompok.
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi.
d. Menemukan adanya tungau
764.
3. Penatalaksanaan
765.
Resep
766.
767.
768.

R/ Scabimite creamtube No. I


S uc
R/ Chlor-Trimeton tab mg 4 No.IX

769.

S prn 1-3 dd tab I

770.

Pro : Sdr. S (23th)


771.
772.

Pembahasan Obat
a. Scabimite
1) Bahan aktif: Permethrin 5%. Permetrhin merupakan antiparasit spektrum
luas terhadap tungau, kutu rambut, kutu badan serta anthropoda lainnya.
2) Permetrhin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel syaraf
parasit yaitu melalui ikatan dengan Natrium. Hal ini memperlambat
repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit.
3) Permethrin dimetabolisir dengan cepat di kulit.
4) Penggunaan Permethrin pada wanita hamil dan menyusui belum diketahui
keamanannya. Aman digunakan pada bayi usia 2 bulan atau lebih,
sedangkan pemakaian pada bayi usia kurang dari 2 bulan belum diketahui.

5) Dapat timbul rasa panas seperti terbakar yang ringan, pedih, gatal, aritema,
hipestesi serta ruam kulit. Efek samping ini bersifat sementara dan akan
menghilang sendiri.
773.
b. Chlor-Trimeton
1) Merupakan AH-1 generasi pertama yang mempunyai efek sedatif.
2) Didalam kasus ini, obat ini digunakan sebagai anti-pruritus.Dengan efek
sedatifnya diharapkan rasa gatal oleh parasit skabies yang terutama timbul
pada malam hari bisa diatasi.
774.
775.

776.
1. Definisi
778.

STOMATITIS
777.

Stomatitis aphtosa atau sariawan adalah radang yang terjadi di

daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan
yang

agak

cekung,

bercak

itu

dapat

berupa

bercak

tunggal

maupun

kelompok.Gejalanya berupa rasa panas atau terbakar yang terjadi satu atau dua hari
yang kemudian bisa menimbulkan luka (ulser) di rongga mulut.
779.
2. Pengobatan
780.
781.

R/ Albothyl concentrate fl No. I

782.
783.

Resep

S uc
R/ Becefort tab No.VII

784.
785.

S 1 dd tab I
Pro : Sdr. S (23th)

786.
787.
Pembahasan Obat
a. Albothyl Concentrate
1) ALBOTHYLConcentrate tergolong obat luar yang bekerja sebagai
antiseptik

(membunuh

kuman

&

mencegah

infeksi),

hemostatik

(menghentikan perdarahan), astringent (menciutkan), dan menutup luka


terbuka. ALBOTHYLconcentrate dapat mengkoagulasi protein secara
spesifik dalam jaringan yang sehat.
2) ALBOTHYL@ concentrate adalah produk polimerasi dan kondensasi dari
asam metacresolsulfonat dan metanal.
3) Indikasi:
788. Sariawan, Obat Kumur, Bau Mulut, Sakit Gigi, Luka di Kulit
(Luka Jatuh/ Luka Bedah/ Luka Terpotong/ Luka Bakar), Antiseptik Organ
Intim Wanita (Pembersih Vagina, Infeksi Vagina & Keputihan).
4) Kontraindikasi: Penderita yang hipersensitif.
5) Cara Pakai:

789.

Teteskan 10 15 tetes Albothyl ke dalam 1 gelas air (200

ml). Kumur-kumur selama - 1 menit.Kumur ulang dengan air putih


matanguntuk membilas.
790. Atau dengan cara sebagai berikut: awali berkumur dengan
Albothyl yang diencerkan seperti di atas. Kemudian teteskan Albothyl ke
cotton bud, lalu oleskan dan tekan selama menit pada luka sariawan,
sampai meresap dan memutih.
791.
b. Becefort
792. Mengandung (VitaminC mg 500, Vitamin B komplek, Vitamin
E).Pemberian vitamin dimaksudkan sebagai prokolagen sehingga dapat
menutup luka atau jejas yang terjadi di rongga mulut.
793.
794.

795.

OTITIS MEDIA AKUT


796.

1. Definisi
797.

Suatu peradangan dan atau infeksi akut pada telinga tengah (cavum

timpani).Kurang dari 6 minggu. Umumnya disebabkan oleh bakteri piogenik:


Streptococcus hemolyticus, Staph. Aureus, pneumokok, H. influenza, E. coli, P.
aeruginosa.
798.
2. Penatalaksanaan
a. Stadium oklusi
1) Dekongestan tetes hidung: HCl efedrin 0,5% untuk usia < 12 tahun (tetes
hidung) HCl efedrin 1% untuk usia > 12 tahun
2) antibiotik
3) mukolitik
b. Stadium hiperemis
1) antibiotik (gol. Penicilin atau Eritromicin)
2) dekongestan tetes hidung
3) mukolitik
c. Stadium supurasi
1) antibiotik
2) rujuk untuk miringotomi
d. Stadium perforasi
1) H2O2 3% 3-5 hari
2) antibiotik adekuat
799.
800.
Resep:
801.
802.
803.
804.
805.
806.

R/ Amoxicilin tab mg500 No. XV


S 3 dd tab I
R/ Paracetamol tab mg500 No. XV
S prn 1-3 dd tab I
R/ Afrin guttae nasales fl No. I
S 2 dd gtt II nasales

807.

R/ Ambroxol tab mg30 No. XV

808.

S 3 dd tab I

809.
810.

Pro : Sdr. S (23th)

3. Pembahasan Obat
a. Amoxicilin
811. Berdasarkan data empiris penyebab tersering dari OMA adalah
bakteri maka kita meresepkan antibiotik spektrum luas.Berdasarkan data empiris
antibiotik lini pertama yang dianjurkan adalah golongan penicilin atau
eritromicin.
b. Paracetamol
812. Jika pasien demam maka kita resepkan AINS yang memiliki efek
antipiretik seperti paracetamol.Namun jika keluhan demam tidak dominan atau
lebih dominan nyeri telinga (otalgia) maka dapat kita ganti dengan AINS
memiliki efek analgesik lebih kuat seperti antalgin atau asam mefenamat.
c. Afrin tetes hidung
813. Mengandung oksimetazolin hcl 0.5%. Oksimetazolin merupakan
dekongestan dengan durasi kerja lama (12 jam). Penggunaan dekongestan disini
untuk membuka tuba eustachii yang tersumbat sehingga drainage cairan dari
ruang telinga dapat lancar.
d. Ambroxol
814.
Disini digunakan ambroxol sebagai mukolitik.Sumbatan tuba
dapat disebabkan oleh sekret yang terlalu kental dan adanya udem pada mukosa
tuba.Diharapkan dengan obat ini sekret pada tuba dapat mencair dan lebih
mudah untuk drainage sehingga tuba dapat terbuka kembali.

You might also like